Manfaat Penilaian Kurikulum
Sunday, August 11, 2019
Edit
Pentingnya Evaluasi Kurikulum
Penulis baiklah dengan pentingnya dilakukan penilaian kurikulum. Evaluasi kurikulum sanggup menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat mempunyai kegunaan sebagai materi pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka adaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah. 1,2,3
Evaluasi kurikulum sanggup menyajikan materi informasi mengenai area – area kelemahan kurikulum sehingga dari hasil penilaian sanggup dilakukan proses perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan penilaian formatif. Evaluasi ini biasanya dilakukan waktu proses berjalan. Evaluasi kurikulum juga sanggup menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut masih tetap dilaksanakan atau tidak, yang dikenal penilaian sumatif. 5
Masalah dalam Evaluasi KurikulumNorman dan Schmidt 2002 mengemukakan ada beberapa kesulitan dalam penerapan penilaian kurikulum , yaitu : 6
- Kesulitan dalam pengukuran
- Kesulitan dalan penerapan randomisasi dan double blind
- Kesulitan dalam menstandarkan intervensi dalam pendidikan.
- Pengaruh intervensi dalam pendidikan gampang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sehingga imbas intervensi tersebut seolah-olah lemah.
Penulis mencoba menganalisa duduk kasus yang dihadapi dalam melaksanakan penilaian kurikulum, yaitu :
- Dasar teori yang digunakan dalam penilaian kurikulum lemahDasar teori yang melatarbelakangi kurikulum lemah akan mempengaruhi penilaian kurikulum tersebut. Ketidakcukupan teori dalam mendukung klarifikasi terhadap hasil intervensi suatu kurikulum yang dievaluasi akan menciptakan penelitian (evaluasi kurikulum) tidak baik. Teori akan membantu memahami kompleksitas lingkungan pendidikan yang akan dievaluasi. Contohnya Colliver mengkritisi bahwa Problem Based Learning (PBL) tidak cukup hanya memakai teori kontekstual learning untuk menjelaskan efektivitas PBL. Kritisi ini ditanggapi oleh Albanese dengan mengemukakan teori lain yang mendukung PBL yaitu, information-processing theory, complex learning, self determination theory. Schdmit membantah bahwa gotong royong bukan teorinya yang lemah akan tetapi kesalahan terletak kepada peneliti tersebut dalam memahami dan menerapkan teori tersebut dalam penelitian. 7,8,9,10
- Intervensi pendidikan yang dilakukan tidak memungkinkan dilakukan BlindedDalam penelitian pendidikan khususnya penelitian penilaian kurikulum, ditemukan kesulitan dalam menerapkan metode blinded dalam melaksanakan intervensi pendidikan. Dengan tidak adanya blinded maka subjek penelitian mengetahui bahwa mereka menerima intervensi atau perlakuan sehingga mereka akan melaksanakan dengan serius atau sungguh-sungguh. Hal ini tentu saja sanggup menyebabkan bias dalam penelitian penilaian kurikulum. 7,8,9,10
- Kesulitan dalam melaksanakan randomisasiKesulitan melaksanakan penelitian penilaian kurikulum dengan metode randomisasi sanggup disebabkan lantaran subjek penelitian yang akan diteliti sedikit atau kemungkinan hanya institusi itu sendiri yang melakukannya. Apabila intervensi yang digunakan hanya pada institusi tersebut maka timbul pertanyaan, “apakah mungkin mencari kelompok kontrol dan randomisasi?”. 7,8,9,10
- Kesulitan dalam menstandarkan intervensi yang dilakukan/kesulitan dalam menseragamkan intervensi.Dalam dunia pendidikan sulit sekali untuk menseragamkan sebuah perlakuan cotohnya penerapan PBL yang mana mempunyai banyak sekali macam referensi penerapan. Norman (2002) mengemukakan tidak ada takaran yang standar atau fixed dalam intervensi pedidikan. Hal ini berbeda untuk penelitian di biomed menyerupai imbas obat terhadap suatu penyakit, yang mana sanggup ditentukan takaran yang fixed. Berbeda dengan penelitian penilaian kurikulum contohnya imbas PBL terhadap kemamuan Self Directed Learning (SDL). Penerapan PBL di banyak sekali FK sanggup bermacam-macam. Kemungkinan penerapan SDL dalam PBL di FK A 50 % , sedangkan di FK B ialah 70 % , maka apabila mereka dijadikan subjek penelitian maka tentu saja imbas PBL terhadap SDL akan berbeda. 7,8,9,10
- Masalah Etika penelitianMasalah susila penelitian merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Penerapan intervensi dengan metode blinded dalam penelitian pendidikan sering terhalang dengan info etika. Secara susila intervensi tersebut harus dijelaskan kepada subjek penelitian sehingga sanggup dipertanggungjawabkan. Padahal apabila suatu intervensi diketahui oleh subjek penelitian maka ada kecendrungan subjek penelitian melaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga penelitian tidak berjalan secara alamiah.Pengaruh hasil penelitian terhadap institusi juga perlu dipertimbangkan. Adanya prediksi nantinya imbas hasil penelitian yang akan menentang akal institusi sanggup mengkibatkan kadangkala peneliti menghindari resiko ini dengan cara menghilangkan salah satu variable dengan impian hasil penelitian tidak akan menentang kebijaksanaan. 7,8,9,1
- Tidak adanya pure outcomeOutcome yang dihasilkan dari sebuah intervensi pendidikan seringkali tidak merupakan outcome murni dari intervensi tersebut. Hal ini disebabkan lantaran banyaknya faktor penganggu yang mana secara tidak eksklusif bekerjasama dengan hasil penelitian. Postner dan Rudnitsky, 1994 juga mengemukakan dalam outcome based evaluation terdapat informasi mengenai main effect dan side effect sehingga kadangkala peneliti kesulitan membedakan atara main effect dan side effect ini. 7,8,9,10
- Kesulitan mencari alat ukurEvaluasi pendidikan merupakan salah satu komponen utama yang tidak sanggup dipisahkan dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat bahwa tidak semua bentuk penilaian sanggup digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Informasi perihal tingkat keberhasilan pendidikan akan sanggup dilihat apabila alat penilaian yang digunakan sesuai dan sanggup mengukur setiap tujuan. Alat ukur yang tidak relevan sanggup menyebabkan hasil pengukuran tidak sempurna bahkan salah sama sekali. 7,8,9,10
- Penggunaan Perspektif kurikulum yang berbeda sebagai pembandingPostner mengemukakan ada lima perspektif dalam kurikulum yaitu traditional, experiential, Behavioral, structure of discipline dan constructivist. Masing-masing perspektif ini mempunyai tujuannya masing-masing. Dalam melaksanakan penilaian kurikulum kita harus mengetahui perspektif kurikulum yang akan dievaluasi dan perspektif kurikulum pembanding. Hal ini sering terlihat dalam penilaian kurikulum dengan memakai metode comparative outcome based yang bila tidak memperhatikan duduk kasus ini akan melahirkan bias dalam evaluasi. Kurikulum dengan perspektif tradisional tentu saja berlainan dengan kurikulum yang mempunyai perspektif konstruktivist. Contoh kurikulum tradisional menekankan pada recall of knowledge sedangkan kurikulum konstruktivist menekankan pada konsep dasar dan ketrampilan berpikir. Apabila ada penelitian yang menghasilkan bahwa kurikulum tradisional di pendidikan dokter lebih baik dalam hal knowledge dibandingkan dengan PBL hal ini tentu saja sanggup dimengerti lantaran perspektifnya berbeda. Penelitian yang memakai metode perbandingan kurikulum yang perspektifnya berbeda ini seringkali menjadi kritikan oleh para ahli. 5
KESIMPULAN
Evaluasi kurikulum ialah proses penerapan mekanisme ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk menciptakan keputusan perihal kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Secara sederhana penilaian kurikulum sanggup disamakan dengan penelitian, lantaran penilaian kurikulum memakai penelitian yang sistematik, menerapkan mekanisme ilmiah dan metode penelitian. Evaluasi kurikulum penting dilakukan dalam rangka adaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar. Ada banyak duduk kasus dalam penerapan penilaian kurikulum menyerupai dasar teori yang digunakan dalam penilaian kurikulum lemah, intervensi pendidikan yang dilakukan tidak memungkinkan dilakukan blinded, kesulitan dalam melaksanakan randomisasi, kesulitan dalam menstandarkan intervensi yang dilakukan, duduk kasus susila penelitian, tidak adanya pure outcome, kesulitan mencari alat ukur dan penggunaan perspektif kurikulum yang berbeda sebagai pembanding. Oleh lantaran itu dengan memahami pengertian penilaian kurikulum dan persamaan serta perbedaannya dengan penelitian dibutuhkan penilaian kurikulum yang akan dibentuk sanggup menjadi valid, reliabel dan sangat mempunyai kegunaan sebagai materi pertimbangan dalam menciptakan keputusan perihal kurikulum tersebut.