Sejarah Dan Konseptor Penggunaan Statistik Dalam Kendali Mutu
Friday, November 26, 2021
Edit
SEJARAH DAN KONSEPTOR PENGGUNAAN STATISTIK DALAM KENDALI MUTU
Sesuai dengan urutannya, pembahasan ihwal Kendali Mutu secara Statistik (Statistical Quality Control atau SQC) dirinci sebagai berikut.
- Sejarah pengendalian mutu dengan cars statistik (statistical quality control).
- Teknik dan alai pengendali mutu.
- Pengertian sampel dan populasi.
- Peta kendali mutu.
- Keragaman variasi dari aneka macam sampel.
I. Sejarah dan Konseptor
Anda perlu mengetahui sejarah ihwal penggunaan analisis statistik di bidang pengendalian mutu. Analisis ini dikenal semenjak tahun 1924 yang dikemukakan oleh Dr. Wolter Shewhart dari perusahaan Bell Telephone Laboratories. Pemikiran dari Dr. Shewhart tersebut diterbitkan dalam buku berjudul Economic Control of Quality of Manufactured Product yang merupakan konsep dasar dari pengendalian mutu suatu barang di perusahaan manufaktur. Dasarnya ialah untuk mengetahui produk yang sanggup diterima (accepted) atau produk yang ditolak sebab rusak. Tujuannya semoga produk yang rusak tidak dijual kepada konsumen, tetapi harus dimusnahkan. Di sini tercermin bahwa produk yang sudah jadi (finished goods) yang diperiksa, kemudian diseleksi harga produk yang memenuhi standar yang telah direncanakan boleh dijual kepada konsumen. Selain itu, bila secara statistik ternyata banyak produk yang rusak (defect product) maka proses produksi dilarang untuk dianalisis faktor yang mengakibatkan produk rusak. Bila kemudian diketahui faktor penyebabnya maka faktor penyebab tersebut yang diperbaiki. Setelah itu, proses produksi berikutnya sanggup dilakukan lebih lanjut, tetapi tetap saja diawasi secara statistik.
Pada permulaannya, kendali mutu dengan dukungan statistik ini merupakan terobosan baru. Namun, ternyata metode pengawasan mutu secara statistik ini tetap dipakai hingga ketika ini, khususnya untuk industri yang mass production (produksi massal).
2. Sampel dan Populasi
Dalam statistik Anda ingat istilah universum atau population dan istilah sampel. Adapun pengertian pada sampel ialah penggalan (yang terkecil) dari populasi yang dianggap sanggup mewakili populasi. Misalnya dalam teladan lain, bila Anda ingin mengetahui tingkat pendapatan penduduk di suatu kabupaten yang bedumlah 1.000.000 orang, Anda tidak perlu menanyai seorang demi seorang, tetapi hanya beberapa puluh orang sebagai sampel yang dianggap sanggup mewakili populasi yang 1 juta orang tersebut.
Demikian pula bila dalam suatu pabrik jari-jari sepeda, Anda ingin mengetahui apakah ukuran seluruh jari-jari sesuai dengan standar, Anda tidak perlu mengukumya satu demi satu.
Bayangkan jika produksi 1 juta jari-jari per hari. Tidak mungkin diukur satu demi satu. Caranya diambil sampel yang mewakili, contohnya diambil satu sampel jari-jari setiap 10 menit waktu produksi, dan sebagainya. Dapat pula diambil sejumlah 100 buah jari-jari dari 1 juta jari-jari yang diambil secara random (acak).
Dalam hal pengukuran sampel terdapat konsep pengukuran yang dikenal dengan istilah gaging concepts. Konsep ini diharapkan sebab pengukuran ulang atas suatu sampel akhirnya bisa berbeda. Perbedaan tersebut bisa juga sebab orang yang mengukur berbeda.
3. Gaging Concepts
Gaging concepts mencakup 3 hat berikut.
- Ketepatan (accuracy), yakni tingkat ketepatan ukuran dari suatu alat ukur yang akan dipakai untuk mengukur produk.
- Pengulangan (repeatability), yakni tingkat variasi dari aneka macam pengukuran ulang.
- Kemampuan memproduksi kembali (reproducibility), yakni tingkat variasi dari pengukur yang berbeda orangnya.
Memang kini terdapat alat ukur yang canggih, yang sanggup mengurangi kelemahan-kelemahan data.
Garis limit atas atau Upper Control Limit (UCL) ialah garis sejajar dengan sumbu X, dibentuk dengan jarak sebesar 3 SD dari garis medium sejajar
X + 3SD yang menyatakan penyimpangan paling tinggi dari nilai standar X . Sedangkan garis limit bawah yang sejajar dengan sumbu X disebut garis limit bawah atau Lower Control Limit (LCL) berjarak sebesar X – 3SD dari garis medium
4. Teknik dan Alat Kendali Mutu
Peranan kendali mutu produk (barang/jasa) menjadi bertambah besar dan penting dengan adanya perkembangan selera akhir peradaban insan yang berubah. Perubahan selera tersebut mendorong konsumen untuk selalu mencari barang yang nilai gunanya lebih tepat dan baik. Dapat pula sebab ditemukannya teknologi gres sehingga nilai guna mutu barang menjadi lebih baik dan sempurna.
Hal ini akan mendorong anggota masyarakat konsumen untuk memperbaiki selera dalam meningkatkan kebutuhan hidupnya. Jadi, terdapat korelasi timbal batik antara adanya perkembangan teknologi dengan perubahan gaya hidup konsumen. Akibatnya, para produsen harus melaksanakan antisipasi secara terusmenerus, semoga kelangsungan bisnis sanggup dipertahankan. Dalam korelasi itu terdapat aneka macam upaya mempertahankan bisnis, antara lain dengan menjaga mutu barang melalui penggunaan teknologi dan alat-alat (mesin) yang dipakai sehingga proses produksi berjalan lebih baik sesuai dengan rencana. Namun demikian, proses produksi melalui produknya perlu diawasi dengan memakai cara statistik. Metode statistical quality control pada suatu perusahaan sangat bermanfaat sebagai alat pengendalian mutu.
Pengendalian mutu juga mencakup pengawasan pemakaian bahan-bahan, berarti secara tidak pribadi statistical quality control bermanfaat pula mengawasi tingkat efisiensi. Jadi, SQC (Statistical Quality Control) sanggup dipakai sebagai alat untuk mencegah kerusakan dengan cara menolak (reject) dan mendapatkan (accept) aneka macam produk yang dihasilkan mesin, sekaligus upaya efisiensi.
Dengan menolak (menerima) produk, berarti juga SQC sebagai alat untuk mengawasi proses produksi sekaligus memperoleh citra kesimpulan ihwal spesifikasi barang yang dihasilkan secara populasi umum. Bila gambarannya baik, berarti proses produksi sanggup berlangsung terns sebab hasil produknya baik.
Jadi, teknik pengendalian mutu ialah mengawasi pelaksanaan proses produksi semoga sesuai dengan rencana; mengawasi materi baku semenjak diterima, disimpan, hingga dikeluarkan dari gudang materi baku.
SQC sanggup dilakukan terhadap semua produk termasuk produk setengah jadi yang merupakan hasil proses produksi. Baik produk simpulan maupun barang setengah jadi diuji melalui pengambilan sampel, sehingga sanggup ditarik suatu penafsiran ihwal keadaan mesinnya yaitu berjalan baik atau tidak. Selain itu, pengawasan materi bake hares dilakukan secara fisik dan secara, kimiawi. lang=FI style='font-size:11.0pt; line-height:150%;font-family:"Arial","sans-serif";mso-ansi-language:FI'>4. Teknik dan Alat Kendali Mutu
Peranan kendali mutu produk (barang/jasa) menjadi bertambah besar dan penting dengan adanya perkembangan selera akhir peradaban insan yang berubah. Perubahan selera tersebut mendorong konsumen untuk selalu mencari barang yang nilai gunanya lebih tepat dan baik. Dapat pula sebab ditemukannya teknologi gres sehingga nilai guna mutu barang menjadi lebih baik dan sempurna.
Hal ini akan mendorong anggota masyarakat konsumen untuk memperbaiki selera dalam meningkatkan kebutuhan hidupnya. Jadi, terdapat korelasi timbal batik antara adanya perkembangan teknologi dengan perubahan gaya hidup konsumen. Akibatnya, para produsen harus melaksanakan antisipasi secara terusmenerus, semoga kelangsungan bisnis sanggup dipertahankan. Dalam korelasi itu terdapat aneka macam upaya mempertahankan bisnis, antara lain dengan menjaga mutu barang melalui penggunaan teknologi dan alat-alat (mesin) yang dipakai sehingga proses produksi berjalan lebih baik sesuai dengan rencana. Namun demikian, proses produksi melalui produknya perlu diawasi dengan memakai cara statistik. Metode statistical quality control pada suatu perusahaan sangat bermanfaat sebagai alat pengendalian mutu.
Pengendalian mutu juga mencakup pengawasan pemakaian bahan-bahan, berarti secara tidak pribadi statistical quality control bermanfaat pula mengawasi tingkat efisiensi. Jadi, SQC (Statistical Quality Control) sanggup dipakai sebagai alat untuk mencegah kerusakan dengan cara menolak (reject) dan mendapatkan (accept) aneka macam produk yang dihasilkan mesin, sekaligus upaya efisiensi.
Dengan menolak (menerima) produk, berarti juga SQC sebagai alat untuk mengawasi proses produksi sekaligus memperoleh citra kesimpulan ihwal spesifikasi barang yang dihasilkan secara populasi umum. Bila gambarannya baik, berarti proses produksi sanggup berlangsung terns sebab hasil produknya baik.
Jadi, teknik pengendalian mutu ialah mengawasi pelaksanaan proses produksi semoga sesuai dengan rencana; mengawasi materi baku semenjak diterima, disimpan, hingga dikeluarkan dari gudang materi baku.
5. Peta Kendali (Control Charts)
Peta kendali (control chart) ialah peta yang dijadikan aliran dalam pengendalian mutu. Peta ini dikemukakan oleh Dr. Shewhart untuk mengetahui apakah sampel hasil observasi termasuk tempat yang diterima (accepted area) atau tempat yang ditolak (rejected area). Jadi, tiap sampel yang diambil bisa berbeda spesifikasi dari waktu ke waktu maka data observasi ditabulasikan kemudian dipetakan sehingga diperoleh suatu peta kendali mutu. Namun, sebelum kita lanjutkan membahas dan menciptakan peta kendali, terdapat beberapa hal yang perlu Anda ketahui, yakni ihwal pengukuran sampel. Maksudnya, dalam rangka pengendalian mutu akan terdapat hal-hal yang sanggup dikendalikan (controlable), tetapi ada pula hal-hal yang bersifat tidak terkontrol (uncontrolable).
6. Batas Toleransi
Sifat mesin dan tenaga insan yang tidak sempuma mengakibatkan tidak selalu dihasilkan produk yang tepat, baik ukuran maupun bentuknya. Pasti akan terdapat penyimpangan dari standar ukuran. Oleh sebab itu, perlu toleransi penyimpangan. Berapa besamya? Dalam statistik, Anda ingat bahwa untuk memperoleh tingkat dogma sebesar 99% batas toleransi sanggup sebesar lebih kurang 3 standar penyimpangan dihitung dari standar ukuran. Artinya limit
atas sebesar X + 3SD (standar deviasi), sedangkan limit bawah X – 3SD. Jadi, Anda sanggup melihat pads diagram Shewhart menyerupai pads Gambar 8.2 berikut.
Sumbu (vertikal) menunjukkan nilai mutu atau ukuran sampel barang yang sedang diamati. Sumbu (horizontal) menunjukkan nomor sampel barang yang diamati. Garis tengah merupakan nilai standar mutu (ukur) keseluruhan produk.
Garis limit atas atau Upper Control Limit (UCL) ialah garis sejajar dengan sumbu X, dibentuk dengan jarak sebesar 3 SD dari garis medium sejajar
X + 3SD yang menyatakan penyimpangan paling tinggi dari nilai standar X . Sedangkan garis limit bawah yang sejajar dengan sumbu X disebut garis limit bawah atau Lower Control Limit (LCL) berjarak sebesar X – 3SD dari garis medium, di mans LCL merupakan batas penyimpangan yang paling rendah.
Nilai tiap sampel dihitung, kemudian digambar (diplot) sesuai nilai atau ukuran sampel dan nomor sampelnya sehingga tiap sampel memiliki 1 titik. Demikian pula sampel-sampel lain digambarkan berurutan sehingga diperoleh sejumlah titik sesuai dengan jumlah sampel yang diambil. Dari titik yang tergambar, kits akan memperoleh suatu peta titik. Apakah sebagian besar peta titik tersebut berada di tempat antara UCL – LCL? Bila ya, artinya semua sampel berada dalam batas toleransi standar mutu yang direncanakan. Akan tetapi, bila peta titik tersebut berada di luar tempat UCL – LCL, berarti sebagian sampel rusak dan di luar batas standar yang direncanakan. Jadi, proses produksi harus diperbaiki.
Untuk sanggup mengetahui apakah mutu produk yang dibentuk sesuai dengan standar mutu yang direncanakan, terlebih dahulu harus ditentukan batas tempat toleransi mutu, yakni tempat antara Upper Control Limit (UCL) dan Lower Control Limit (LCL).
Batas tempat antara UCL dengan LCL disebut sebagai tempat diterima (accepted area) sedangkan tempat di luar UCL dan LCL disebut tempat ditolak (rejected area). Penulis mengajukan istilah tempat layak terima (DLT) untuk tempat yang diterima (accepted area), sedangkan untuk tempat yang ditolak (rejected area) diberi istilah tempat tidak layak terima (DTLT).
Luasnya tempat layak terima (DLT) tergantung kepada besarnya penyimpangan (deviasi) dari ukuran standar yang direncanakan. Untuk pabrik yang menghasilkan produk dengan presisi (ukuran ketepatan) yang tinggi, berarti tidak boleh ada penyimpangan dari standar yang direncanakan. Artinya, standar deviasi ialah nol. Misalnya baut (sekrup), jari-jari motor, alai-alai elektronik (misalnya IC atau integrated circuit), dosis komposisi obat-obatan, pesawat terbang, dan produk lain yang berkaitan dengan keselamatan konsumen.
Produk yang ukurannya "boleh" menyimpang (deviasi) dari ukuran standar, contohnya besarnya roti, donat, ukuran baju, dan produk lain yang tidak membahayakan konsumen. Akan tetapi, penyimpangan tersebut harus dalam
batas-batas toleransi. Batas toleransi tersebut contohnya standar normal ± 1 penyimpangan (standar deviasi) atau standar ± 2a atau standar ± 3a.
Bila standar ± Os berarti garis sentral (X atau standar yang direncanakan berimpit dengan LCL dan UCL atau X = LCL = UCL). ]-->bawah atau Lower Control Limit (LCL) berjarak sebesar X – 3SD dari garis medium, di