Pengertian Dan Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Para Ahli

Kepemimpinan 
1. Pengertian Kepemimpinan 
Kepemimpinan secara harfian berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga memperlihatkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan acara kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak gampang dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya. 
Menurut Wahjosumidjo (2005: 17) kepemimpinan di terjemahkan kedalam istilah sifat- sifat, sikap pribadi, imbas terhadap orang lain, pola- pola, interaksi, hubungan kolaborasi antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan persuasif, dan persepsi dari lain- lain wacana legitimasi pengaruh.
Miftah Thoha (2010: 9) kepemimpinan ialah kegiatan untuk memengaruhi sikap orang lain, atau seni memengaruhi sikap insan baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai alasannya sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. 
Menurut C. Turney (1992) dalam Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik- teknik manajemen. 

George R. Terry (Miftah Thoha, 2010: 5) mengartikan bahwa Kepemimpinan ialah acara untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan mencakup proses mempengaruhi dalam memilih tujuan organisasi, memotivasi sikap pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. 
A. Dale Timple (2000: 58) mengartikan Kepemimpinan ialah proses imbas sosial di dalam mana manajer mencari keikutsertaan sukarela dari bawahan dalam perjuangan mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai dari sebuah organisasi. Sehingga sanggup dikatakan kepemimpinan sangat besar lengan berkuasa bagi nama besar organisasi.
Menurut Sudarwan Danim (2004: 56) kepemimpinan ialah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) kepemimpinan ialah suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan bentuk taktik atau teori memimpin yang tentunya dilakukan oleh orang yang biasa kita sebut sebagai pemimpin. Pemimpin ialah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. 

Pemimpin ialah mereka yang memakai wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua penggalan pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan. Pemimpin pertama-tama harus seorang yang bisa menumbuhkan dan menyebarkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Secara sederhana pemimpin yang baik ialah seorang yang membantu menyebarkan orang lain, sehingga kesannya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu. 

Menurut Kartini Kartono (2003: 48) mengemukakan kepemimpinan sebagai berikut: Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diharapkan bagi situasi khusus. Sebab dalam satu kelompok yang melaksanakan aktivitasaktivitas tertentu, dan punya tujuan serta peralatan khusus, pemimpin kelompok dengan ciri- ciri karakteristiknya itu merupakan fungsi dari situasi khusus tadi. Jelasnya sifat-sifat utama dari pemimpin dan kepemimpinannya harus sesuai dan bisa diterima oleh kelompoknya, juga bersangkutan, serta cocok-pas dengan situasi dan zamannya.

Dari pendapat di atas sanggup disimpulkan kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik tententu sehingga sanggup mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang pemimpin salah satunya tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan dalam membuat situasi sehingga mengakibatkan orang yang dipimpinnya timbul kesadarannya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata lain, efektif atau tidaknya seorang pemimpin tergantung dari bagaimana kemampuannya dalam mengelola dan menerapkan teladan kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi tersebut.

2. Perbedaan Kepemimpinan dengan Menejemen 
Pada hakekatnya kepemimpinan mempunyai pengertian yang agak luas dibandingkan dengan menejemen. Menejemen merupakan jenis ajaran yang khusus dari kepemimpinan di dalam usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan bisa saja alasannya berusaha mencapai tujuan organisasi atau kelompok, dan bisa saja sama atau selaras atau tidak selaras dengan tujuan organisasi. Menurut Miftah Thoha (2010: 8) menejemen ialah sebuah proses pencapaian organisasi lewat perjuangan orang-orang lain. 

Dalam menejemen terdapat suatu hukum dan tata krama tertentu, sehingga kepemimpinan dalam menejemen akan diatur sesuai ketentuan yang berlaku. Seseorang yang mengatur menejemen biasa disebut menejer. Menejer menduduki jabatan sruktural melalui seleksi dan periode masa jabatan yang sudah diatur dalam organisasi. Menurut Sudarwan Danim (2004: 56) kepemimpinan ialah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam kepemimpinan tidak dibatasi oleh aturanaturan dan tata krama dalam suatu organisasi. Kepemimpinan bisa terjadi dimana saja, asalkan orang tersebut sanggup memperlihatkan kemampuannya dalam mempengaruhi orang lain atau kelompok tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Seseorang yang bisa mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu bisa di sebut dengan pemimpin. Dari pendapat di atas sanggup disimpulkan seorang menejer sanggup saja berperilaku sebagai seorang pemimpin, asalkan ia bisa mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu harus menjabat sebagai menejer jika ingin mempengaruhi orang lain. Makara seorang pemimpin belum tentu menejer, tetapi seorang menejer bisa saja berperilaku sebagai pemimpin. 

3. Gaya Kepemimpinan 
Menurut Mifta Thoha (2010: 49) gaya kepemimpinan merupakan norma sikap yang dipakai oleh seseorang pada ketika orang tersebut mencoba mempengaruhi sikap orang lain ibarat yang ia lihat. Macammacam gaya kepemimpinan antara lain :

a. Gaya Kepemimpinan 
Otokratik Menurut Sudarwan Danim (2004: 75) kata otokratik diartikan sebagai tindakan berdasarkan kemauan sendiri, setiap produk ajaran dipandang benar, keras kepala, atau rasa saya yang keberterimaannya pada khalayak bersifat dipaksakan. Kepemimpinan otokratik disebut juga kepemimpinan otoriter. 

Mifta Thoha (2010: 49) mengartikan kepemimpinan otokratis sebagai gaya yang didasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas. Makara kepemimpinan otokratik ialah kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dengan sikapnya yang menang sendiri, tertutup terhadap saran dari orang lain dan mempunyai idealisme tinggi. Menurut Sudarwan Danim (2004: 75) pemimpin otokratik mempunyai ciri-ciri antara lain: 
  1. Beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pemimpin. 
  2. Bawahan, oleh pemimpin hanya dianggap sebagai pelaksana dan mereka dihentikan menawarkan ide-ide baru. 
  3. Bekerja dengan disiplin tinggi, berguru keras, dan tidak kenal lelah. 
  4. Menentukan kebijakan sendiri dan kalaupun bermusyawarah sifatnya hanya penawar saja. 
  5. Memiliki kepercayaan yang rendah terhadap bawahan dan kalaupun kepercayaan diberikan, didalam dirinya penuh ketidak percayaan. 
  6. Komunikasi dilakukan secara tertutup dan satu arah. 
  7. Korektif dan minta penyelesaian kiprah pada waktu sekarang. 
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Menurut Sudarwan Danim (2004: 75) kepemimpinan demokratis bertolak dari perkiraan bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuantujuan yang bermutu tercapai. Mifta Thoha (2010: 50) menyampaikan gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikut sertaan para pengikut dalam proses pemecahan duduk masalah dan pengambilan keputusan. Menurut Sudarwan Danim (2004: 76) pemimpin demokratis mempunyai ciri-ciri antara lain: 
  1. Beban kerja organisasi menjadi tanggung jawab bersama personalia organisasi itu. 
  2. Bawahan, oleh pemimpin dianggap sebagai komponen pelaksana secara integral harus diberi kiprah dan tanggung jawab. 
  3. Disiplin akan tetapi tidak kaku dan memecahkan duduk masalah secara bersama. 
  4. Kepercayaan tinggi terhadap bawahan dengan tidak melepaskan tanggung jawab pengawasan 
  5. Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah. 
c. Gaya Kepemimpinan Permisif 
Menurut Sudarwan Danim (2004: 76) pemimpin permisif merupakan pemimpin yang tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya serba boleh. Pemimpin menawarkan kebebasan kepada bawahannya, sehingga bawahan tidak mempunyai pegangan yang kuat terhadap suatu permasalahan. Pemimpin yang permisif cenderung tidak konsisten terhadap apa yang dilakukan. Menurut Sudarwan Danim (2004: 77) pemimpin permisif mempunyai ciri-ciri antara lain:
  1. Tidak ada pegangan yang kuat dan kepercayaan rendah pada diri sendiri. 
  2. Mengiyakan semua saran. 
  3. Lambat dalam membuat keputusan. 
  4. Banyak “mengambil muka” kepada bawahan. 
  5. Ramah dan tidak menyakiti bawahan. 
Dari pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu teladan sikap yang konsisten yang ditunjukkan pemimpin dan diketahui oleh pihak lain ketika pemimpin berusaha mempengaruhi orang lain. Gaya kepemimpinan antara lain gaya kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan demokratis, dan gaya kepemimpinan permisif. Jika dikaitkan dengan Kepala Sekolah, maka Kepala Sekolah sanggup memakai gaya kepemimpinan tersebut dalam mempengaruhi guru maupun karyawan yang ada di sekolah yang dipimpinnya. Namun gaya kepemimpinan yang sempurna untuk memotivasi kepala sekolah ialah gaya kepemimpinan demokratis. 

Hal ini sesuai pendapat Mifta Thoha (2010: 50) yang menyampaikan gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikut sertaan para pengikut dalam proses pemecahan duduk masalah dan pengambilan keputusan. Dengan gaya demokrasi Kepala sekolah secara tidak pribadi memotivasi guru semoga berpartisipasi dan bertanggungjawab dalam kegiatan sekolah.

SUMBER;

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel