Pendapat Para Pakar Ihwal Pendidikan Jasmani

PENDAPAT PARA PAKAR TENTANG PENDIDIKAN JASMANI “
Di bawah ini akan dipaparkan perbandingan pendidikan jasmani dari pakar eropa dan amaerika 
K. Rijsdorp (1971) dari Belanda 
Dia menyampaikan bahwa lingkup pengetahuan pendidikan jasmani bergerak dan menjangkau lingkup luas dari istilah pendidikan jasmani itu sendiri. Kalau pengubahan istilah dengan prinsip memperluas jangkauan pendidikan jasmani maka pengubahan itu sebaiknya menjadi pendidikan jasmani dan olehraga, namun dirasakan bahwa istilah itu terlalu panjang, maka ia mengusulkan gymnologie, yang artinya berlatih, dilatih dan melatih diri sendiri. Gymnologie sendiri terbagi menjadi tiga ranah: pendidikan jasmani, olahraga dan rekreasi.

Khusus mengenai pendidikan jasmani, ia mengatakan: 
  1. Istilah pendidikan jasmani (physical education) tidak pribadi menyentuh inti permasalahan, tapi merupakan pendidikan keadaan tubuh, dan mempermasalahkan wacana kehidupan
  2. Pendidikan jasmani itu pendidikan dan merupakan pergaulan pedagogic dalam bidang gerak dan pengetahuan jasmani
  3. Pendidikan jasmani bukan problem jasmaniah saja, lebih dari itu ia menyentuh problem kemanusiaan
  4. Pembelajaran harus mempertimbangkan keadaan anak dan dikaitkan dengan metode pembelajaran 
  5. William H.Freeman, yaitu seorang pakar pendidikan jasmani dari Amerika serikat, mengutarakan bahwa jika orang membicarakan wacana pendidikan jasmani ia akan menemukan petunjuk wacana lingkup perhatian pendidikan jasmani yang luas, sangat lebih luas dari pengertian istilah pendidikan jasmani itu sendiri. Menurutnya, dasar dalam pendidikan jasmani yang utama ialah mengenai usaha peningkatan gerak insan yang terdiri dari gerak yang besar (gross) dan gerak halus (fine) dari badan. Lebih istirmewa lagi jika di dalamnya pasti dibicarakan juga hubungan gerak insan dengan lingkup pendidikan. Selanjutnya pendidikan jasmani dan olahraga diganti dengan pendidikan jasmani. 
a. Hubungan bermain, pendidikan jasmani, dan olahraga.
Dalam memperlihatkan batasan pendidikan jasmani, perlu dipertimbangkan pula hubungan antara bermain dan olahraga. Pada umumnya para pakar pendidikan jasmani mulai dari mempelajari bermain dan implikasinya (untuk tujuan yang baik). Sewaktu mempelajari pendidikan jasmani ini, maka harus dipertimbangkan hubungan antara olahraga dan pendidikan jasmani (yang menyatu atau yang sama), oleh lantaran itu problem bermain, olahraga, dan pendidikan jasmani akan sama-sama dipertimbangkan. Jangan hingga terjadi tumpang tindih
  1. Bermain merupakan acara penting yang dilakukan untuk memperolah kesenangan dan akan berkaitan dengan pendidikan. Bermain bukan merupakan acara kompetitf, bukan olahraga, juga bukan pendidikan jasmani, namun merupakan olahraga dan pendidikan jasmani yang mengandung unsur bermain.
  2. Olahraga atau sport, merupakan kegiatan yang terorganisasi, atau merupakan bentuk bermain yng bersifat kompetitif dan amat erat kaitannya dengan pendidikan jasmani. Olahraga itu terorganisasi dan merupakan bermain kompetitif. Beberapa orang berpandangan bahwa olahraga secara sederhana sebagi bentuk permainan terorganisasi dan amat erat kaitan dengan pendidikan jasmani. Dengan kedekatan ini kita hendaknya mempertimbangkan, bahwa olahraga harus memperlihatkan keterlibatan dengan acara (yang bersifat) kompetitif.Olahraga itu di atas segalanya, dan merupakan aktifitas kompetitif, lantaran tanpa kompetisi, olahraga menjadi sekadar acara bermain yang sederhana atau disebut rekrerasi. Bermain (permainan) pada suatu ketika sanggup disebut olahraga, tetapi olahraga bukanlah permainan sederhana, lantaran aspek kompetisi sangat penting dalam olahraga.
  3. Pendidikan jasmani, mengandung unsur bermain (permainan) dan olahraga. Tetapi adanya kedua unsure itu harus ada keseimbangan, dihentikan terjadi bahwa perbandingan kedua unsure tersebut terlalu menyimpang dan mematikan salah satu unsure tersebut. Pendidikan jasmani merupakan acara fisik dengan tujuan pendidikan.
b. Pendidikan jasmani sebagai profesi dan disiplin
  1. Pendidikan jasmani sebagai profesi dan disiplin. Pendidikan jasmani dipakai sebagai wahana membangun atau mendidik manusia, dan sanggup termasuk sebagai profesi, lantaran mempunyi aplikasi secara praktis. Untuk keperluan calon guru pendidikan jasmani, mereka perlu mempunyai bekal pengetahuan yang berkait dengan ilmu keguruan (kwowledge)
  2. Pendidikan jasmani sebagai disiplin, merupakn focus perhatian pada fenomena gerak insan (human movement phenomena) atau sanggup dikatakan juga sebagai studi wacana insan dalam gerak (man in motion). Kaprikornus pendidikan jasmani merupakan serpihan ilmu pengetahuan dan teori. Beberapa orang physical educators mengutarakan bahwa keduanya ada kesejajaran, sanggup termasuk dalam kelompok profesi maupun disiplin, dan oleh banyak jenis teori. Tentu saja bila pendidikan jasmani termasuk kelompok disiplin ilmu, maka pendidikan jasmani harus mempunyai tujuan pendidikan,dan perlu diperhatikan juga pengetahuan dalam segi pembentukan kebijaksanaan luhur dan rasa sosial.
c. Olahraga sebagai profesi dan disiplin
  1. Olahraga sebagai profesi yang sanggup dikembangkan ialah ilmu pelatihan. Untuk mencapai tujuan olahragawan bermutu perlu perencanaan yang lebih matang dan instruktur harus trampil dan perlu kerjasama dengan forum pemerintah yang menaungi.
  2. Olahraga sebagai disiplin, bahwa olahraga merupakan pengembangan dari pendidikan jasmani dengan ciri-ciri acara jasmani. Dilakukkan dengan penuh usaha dan untuk mencapai kemenangan.olahraga sanggup menjadi salah satu alternatif pencaharian untuk keperluan hidup, sanggup menjunjung tinggi martabat bangsa. Maka penanganan bidang olahraga ini perlu dipikirkan secara serius dan mendalam. Dengan demikian olahraga perlu diangkat sebagai disiplin tersendiri dengan sub disiplin sebagai berikut:
  • Filsafat olahraga e) sejarah olahraga
  • Pedagogi f) sosiologi olahraga
  • Fisiologi olahraga g) Psikologi olahraga
  • Biomekanika olahraga h) kesehatan olehraga
Daryl Siedentop (1994) 
Dia yaitu seorang pakar pendidikan jasmani dari The Ohio State University Amerika Serikat. Menyatakan bahwa, sport education merupakan kurikulum dan model pendidikan yang dikembangkan untuk agenda pendidikan jasmani di sekolah, yang terdapat di dalamnya unsur ketrampilan olahgara dan permainan.
a. Tujuan sport education, mempunyai lebih banyak peluang untuk mencetak pemain, lantaran ada tuntunan dan bimbingan bagi kompetensi (yang dimiliki) akseptor didik. Sport education mempunyai tujuan:
  1. Kompetensi, yakni mengembangakan ketrampilan olahragawan biar lebih sanggup meningkatkan prestasinya, lebih mengerti kompleksitas keolahragaan dan semakin meningkatkan pengalaman dalam bermain.
  2. Penguasaan dengan cara membaca dan menulis. Peserta didik sanggup menelaah peraturan dan olahraga tradisional, sanggup membedakan antara baik dan jelek dalam olahraga-bagi bawah umur maupun bagi olahragawan profesional. Mengetahui mengenai kemampuan olahragawan secara lebih baik, baik bagi orang yang berpartisipasi secara pribadi maupun bagi penggemar atau penonton olahraga.
  3. Antusias. Partisipasi aktif olahragawan terhadap sikap sehari-hari, teladan makan dan penghargaan terhadap budaya olahraga hendaknya ditingkatkan. Partisipasi aktif demikian perlu dibudidayakan, baik di level lokal maupun nasional. Klub-klub olahraga diperlukan bisa membuat kegembiraan dan rasa nyaman dalam acara mereka biar prestasi olahraga di tingkat lokal, nasional, maupun internasional sanggup meningkat.
b. Kenyataan yang ada dalam sport education
Kenyataannya sport education mempunyai tujuan jangka pendek dan komprehenship. Untuk mencapai tujuan tersebut , guru pendidikan jasmani harus menguasai sport education dalam acara pendidikannya. Guru pendidikan jasmani hendaknya:
  1. Mengembangkan ketrampilan dan kebugaran spesifik terhadap olahraga tertentu
  2. Menghargai dan bisa melaksanakan acara olahraga
  3. Berpartisipasi akif semenjak dari tahap permulaan perkembangan anak
  4. Mengambil langkah tanggungjawab dalam kepemimpinan
  5. Bekerja efektif bersama kelompok untuk mencapai tujuan
  6. Mengembangkan wawasan keolahragaan
  7. Meningkatkan wawasan dan keterampilan perwasitan dan membuatkan pola-pola pelatihan
  8. Memiliki sikap ihlas dan melibatkan diri dalam dunia olahraga di luar sekolah
c. Pembelajaran
Pada dasarnya pembelajaran harus mempertimbangkan kemampuan akseptor didik. Hal itu terutama berkaitan dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan akseptor didik dan bentuk penyajiannya. 

D.A Wuest dan C.A. bucher (1995) 
a. Pengembangan Pendidikan jasmani
Menurut pendapat ke duanya, bahwa dengan adanya pendapat wacana pendidikan jasmani dan olahraga ini berarti bahwa pendidikan jasmani dari kala sejarahnya telah memasuki salah satu dari banyak jalan keluar untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Secara tradisioanal, progfesi pendidikan jasmani telah memperoleh derma wawasan yang cukup untuk melengkapi ranah dalam pendidikan, terutama terhadap pendidikan jasmani di sekolah dan terhadap akseptor didik tingkat umur sekolah di luar sekolah hingga perkembangan itu terjadi bukan hanya secara subtansial dalam lingkup ilmu pengetahuannya, namun juga pengembangan agenda dan perkembangan dalam masyarakat. Para pejabat juga memperoleh kesempatan yang amat baik dalam membuatkan kemajuan karier traditionalnya (kesehatan dan kebugaran, administrasi dan media olahraga). 

Penyebab perkembangannya dipengaruhi oleh banyak faktor, contohnya gerak dalam kebugaran, dan perkembangan pada rekreasi. Hal ini telah memacu perkembangan “pasar baru” bagi pendididkan jasmani. Pendidikan jasmani berarti diprogram untuk melayani masyarakat secara komersial, berlaku untuk semua umur dan sanggup memenuhi kebutuhan publik secara lebih luas. Disini terlihat adanya perkembangan kebutuhan dalam masyarakat, sehingga perlu adanya istilah yang bisa meliputi lingkup kebutuhan masyarakat dengan tujuan biar pendidikan jasmani lebih sanggup dikembangkan. Oleh lantaran itu istilah pendidikan jasmani kemudian menjadi “physical education and sport “ (pendidikan jasmani dan olahraga)

b. Pembelajaran dan training dalam pendidikan jasmani dan olahraga merupakan karier.
Seorang guru pendidikan jasmani dan olahraga sehabis mempelajarai teori pembelajaran dan training harus mampu:
  1. Menggambarkan kualitas sikap dan tanggungjawabnya sebagai guru pendidikan jasmani
  2. Menggambarkan sesuatu yang menguntungkan dan tidak dalam pencapaian karier di sekolah dan di luar sekolah
  3. Menggambarkan kesamaan dan perbedaan antara mengajar dan melatih
  4. Mendiskusikan problem pengembangan olahraga dan dampaknya terhadap guru dan pelatih
  5. Mendiskusikan taktik untuk memaksimalkan tugas aktif guru pendidikan jasmani, baik dalam kapasitasnya sebagai pengajar maupun sebagai pelatih.
Pembelajaran pendidikan jasmani hendaknya mendapat perhatian yang layak, baik di sekolah maupu di luar sekolah. Disamping itu, tahapan pembelajaran hendaknya dirinci sedemikian rupa. Dari tingkat dasar hingga lanjutan atau dari semua tingkat usia, baik di sekolah maupun di luar sekohan.

c. Pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga
Disini dibicarakan pembelajaran dan training bagi guru pendidikan jasmani dan olahraga. Sebaiknya guru harus juga mempunyai akta pelatihan. Dengan demikian seorang guru pendidikan jasmani mempunyai kewanangan, tidak hanya di sekolah tetapi juga dimasyarakat. Pelatihan bagi guru pendidikan jasmani dan olahraga ini hendaknya selalu memakai prinsip pendekatan pendidikan dengan dasar menghargai akseptor didik.

SUMBER;

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel