Model Solusi Kemiskinan
Sunday, December 26, 2021
Edit
Model Solusi Kemiskinan
Pengalaman di negara-negara Asia memperlihatkan aneka macam model mobilisasi perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan, yaitu: Pertama, mendasarkan pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah tangga petani gurem semoga terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse, 1953). Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan. Alternatif cara untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah: 1) memakai pajak pribadi atas tanah, ibarat yang dilakukan di Jepang. 2) dilakukan dengan menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah. Ini persis yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades ditingkat kawasan yang paling rendah (communes). Dengan metode ini ternyata memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja.
Model kedua, menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri melalui prosedur pasar (Fei & Gustav, 1964). Ide bahwa penawaran tenaga kerja yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil sanggup meningkatkan tabungan dan gugusan modal lewat proses pasar. Pengalaman Taiwan menyajikan pola yang baik atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan prosedur pasar, tanpa memakai instrumen pajak ibarat yang dilakukan oleh Jepang. Proporsi output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II.
Model ketiga, menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor, 1976), Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi, atau Rural-Led Development. Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi: 1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi; 2) proses ini juga membuat pola usul yang aman terhadap pertumbuhan. Pada gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri, dan melalui investasi yang didorong.
Model keempat, menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan. Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang, yaitu: 1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro, 2004). Akses dalam bidang ekonomi dibagi menjadi dua yaitu: jalan masuk terhadap lapangan kerja dan jalan masuk terhadap faktor ekonomi. Akses terhadap faktor produksi terdiri dari: 1) Kemudahan masyarakat dalam mengakses modal usaha, 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar, 3) kemudahan masyarakat dalam kepemilikan modal. Sedangkan jalan masuk dalam bidang sosial dibagi menjadi dua yaitu: jalan masuk terhadap kemudahan pendidikan dan jalan masuk terhadap kemudahan kesehatan.
Efek Lingkaran Perangkap Kemiskinan Terhadap Pembangunan Ekonomi
Yang dimaksudkan dengan bulat perangkap kemiskinan (the vicious circle of poverty), atau dengan singkat perangkap kemiskinan, ialah serangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi secara sedemikian rupa sehingga menjadikan keadaan di mana sesuatu negara akan tetap miskin dan akan tetap mengalami banyak kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih tinggi. Teori ini terutama dikaitkan kepada nama Nurkse, spesialis ekonomi yang merintis penelaahan mengenai kasus pembentukan modal di negara berkembang.
Dalam mengemukakan teorinya wacana bulat perangkap kemiskinan pada hakikatnya Nurkse beropini bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan oleh ketiadaan pembangunan masa kemudian tetapi juga menghadirkan kendala kepada pembangunan di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal ini Nurkse menyampaikan : “Suatu negara jadi miskin lantaran ia merupakan negara miskin” (A country is poor because it is poor). Menurut pendapatnya bulat perangkap kemiskinan yang terpenting ialah keadaan-keadaan yang menimbulkan timbulnya kendala terhadap terciptanya tingkat pembentukan modal yang tinggi. Di satu pihak pembentukan modal ditentukan oleh tingkat tabungan, dan di lain pihak oleh perangsang untuk menanam modal. Di negara berkembang kedua faktor itu tidak memungkinkan dilaksanakannya tingkat pembentukan modal yang tinggi. Makara berdasarkan pandangan Nurkse, terdapat dua jenis bulat perangkap kemiskinan yang menghalangi negara berkembang mencapai tingkat pembangunan yang pesat : dari segi penawaran modal dan dari segi usul modal.
Dari segi penawaran modal bulat perangkap kemiskinan sanggup dinyatakan sebagai berikut. Tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, yang diakibatkan oleh tingkat produktivitas yang rendah, menimbulkan kemampuan masyarakat untuk menabung juga rendah. Ini akan menimbulkan tingkat pembentukan modal yang rendah. Keadaan yang terakhir ini selanjutnya akan sanggup menimbulkan suatu negara menghadapi kekurangan barang modal dan dengan demikian tingkat produktivitas akan tetap rendah. Dari segi usul modal, corak bulat perangkap kemiskinan memiliki bentuk yang berbeda. Di negara-negara miskin perangsang untuk melaksanakan penanaman modal rendah lantaran luas pasar untuk mengembangkan jenis barang terbatas, dan hal yang belakangan disebutkan ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat yang rendah. Sedangkan pendapatan yang rendah disebabkan oleh produktivitas yang rendah yang diwujudkan oleh pembentukan modal yang terbatas pada masa lalu. Pembentukan modal yang terbatas ini disebabkan oleh kekurangan perangsang untuk menanam modal.
Di pecahan lain dari analisis Nurkse, ia menyatakan bahwa peningkatan pembentukan modal bukan saja dibatasi oleh bulat perangkap kemiskinan ibarat yang dijelaskan di atas, tetapi juga oleh adanya international demonstration effect. Maksudnya ialah kecenderungan untuk mencontoh corak konsumsi di kalangan masyarakat yang lebih maju.
Di samping kedua bulat perangkap kemisikinan ini, Meier dan Baldwin mengemukakan satu bulat perangkap kemiskinan lain. Lingkaran kemiskinan ini timbul dari kekerabatan saling mempengaruhi antara keadaan masyarakat yang masih kurang akil dan tradisional dengan kekayaan alam yang belum dikembangkan. Untuk mengembangkan kekayaan alam yang dimiliki, harus ada tenaga kerja yang memiliki keahlian untuk memimpin dan melaksanakan aneka macam macam aktivitas ekonomi.
Hubungan Tiga Perangkap Kemiskinan
Pada gambar di atas teori bulat perangkap kemiskinan menjelaskan bahwa:
Adanya ketidakmampuan mengerahkan tabungan yang cukup.
Kurangnya rangsangan melaksanakan penanaman modal.
Rendahnya taraf pendidikan, pengetahuan, dan kemahiran masyarakat, merupakan tiga faktor utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal dan perkembangan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Manusia
1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi ialah proses terjadinya kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Makara perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.
Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain ialah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi ialah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang dipakai dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” dalam produksi itu sendiri.
Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus meningkat bagi penduduknya, dimana pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan kepada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta pembiasaan ideologi yang dibutuhkannya.
2. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Manusia
Dalam literatur-literatur konvensional wacana teori ekonomi modern, demokrasi dianggap sebagai barang mewah. Tuntutan akan meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita. Hipotesis yang berkaitan dengan ini ialah hipotesis pilihan yang tidak menyenangkan (cruel choice) antara dua demokrasi dan disiplin. Karena demokrasi pada tahap awal pembangunan tidak terlalu erat dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, maka yang diharapkan oleh suatu negara ialah disiplin. Teori Konvensional yang lain ialah hipotesis tetesan ke bawah (trickle down) yang beropini bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat akan memberi sumbangan pada pembangunan manusia. Jika pembangunan meningkat, maka masyarakat sanggup membelanjakan lebih banyak untuk pembangunan manusia. Berdasarkan kedua hipotesa tersebut, kekerabatan antara pembangunan manusia, demokrasi dan pertumbuhan ekonomi merupakan satu garis linear satu arah, dimana pertumbuhan ekonomi menjadi penggeraknya. Namun bukti-bukti mengenai kebenaran hipotesa cruel choice dan trickle down tidak terlalu meyakinkan
.
Hubungan Antara Pembangunan Manusia, Demokrasi dan Pertumbuhan
Model pertumbuhan endogenus (dari dalam) memperlihatkan suatu kerangka alternative untuk mempelajari kekerabatan antara pembangunan manusia, demokrasi dan pertumbuhan ekonomi. Teori ini menyatakan bahwa perbaikan dalam tingkat ajal bayi, dan pencapaian pendidikan dasar akan besar lengan berkuasa positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada gilirannya akan secara substansial meningkatkan peluang bahwa dari waktu ke waktu lembaga-lembaga politik akan menjadi lebih demokratis. Studi lintas negara yang dilakukan oleh Barro menemukan adanya kekerabatan kausal antara ajal bayi dan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi yang juga mengikuti teori modal insan atau human capital theory.
Dengan membangun kekerabatan tersebut, Barro secara efektif menolak hipotesa trickle down yang menyatakan bahwa pembangunan insan yang tinggi hanya sanggup dicapai melalui pertumbuhan ekonomi. Walaupun demikian, dalam kerangka ini, demokrasi masih dianggap sebagai barang mewah, dengan implikasi bahwa negara-negara miskin tinggi sanggup (atau mungkin seharusnya tidak) berdemokrasi.
Kerangka Barro
Bhalla memperkenalkan perspektif lain dalam perdebatan ini. Ia menemukan adanya efek positif dari demokrasi cenderung untuk melindungi hak milik dan kontrak yang penting artinya bagi berfungsinya ekonomi pasar dengan baik, yang memerlukan derma dari sektor swasta. Walaupun Bhalla tidak secara pribadi meneliti kekerabatan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia, dengan membalik kekerabatan kausalitasnya, temuannya secara tidak pribadi membawa pada pendekatan trickle down terhadap pembangunan.
Pendekatan Trickle Down terhadap Pembangunan
Laporan pembangunan insan untuk Indonesia ini menandakan argument bahwa pembangunan insan merupakan unsur terpenting bagi konsolidasi demokrasi. Fakta-fakta dan argument-argument yang dijabarkan dalam tinjauan teoritis ini memungkinkan kita untuk melengkapi kekerabatan antara pembangunan manusia, demokrasi dan pertumbuhan ekonomi, dimana ketiga variabel berinteraksi satu sama lainnya untuk menghasilkan segitiga kebaikan (virtous triangle).
Virtous Triangle
Dalam segitiga kebaikan ini, pembangunan insan secara positif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi baik secara pribadi maupun tidak pribadi melalui demokrasi. Efek pribadi dari pembangunan insan terhadap pembangunan mengikuti teori modal insan dan model pertumbuhan endogenous yang banyak ditemukan dalam aneka macam literatur empiris. Penelitian Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia menemukan bahwa melek abjad yang tinggi, angka ajal bayi yang rendah, ketidakmerataan dan kemiskinan yang rendah memperlihatkan donasi positif pada pertumbuhan ekonomi yang cepat di Asia Timur dan Tenggara.
Kaitan Kesehatan Dan Pembangunan
1. Problematika Kesehatan di Indonesi
Hal utama yang diperbincangkan dalam cara pandang faktual seputar pembangunan kesehatan di Indonesia akan kita kaji mencakup beberapa hal di bawah ini.
a. Problem Kematian Ibu
Kematian maternal yaitu ajal perempuan sewaktu hamil, melahirkan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, yang disebabkan oleh apapun yang bekerjasama dengan kehamilan atau penanganannya dan tidak tergantung pada lamanya dan lokasi kehamilan. (Sarwono, 1994 ).
Kematian maternal sangat berkaitan dengan ajal bayi. Hal itu menjadi penting apabila kita menyadari setiap tahun berapa banyak perempuan yang bersalin dan berapa banyak ibu dan bayi yang mati setiap tahun lantaran persalinan. Hal ini berkaitan dengan tujuan obstetri (ilmu kebidanan) yaitu membawa ibu dan bayi dengan selamat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan kerusakan yang seminimal mungkin (Bagian obsgin UNPAD, 1983).
Dengan tingginya angka ajal ibu, tentu sangat menyedihkan lantaran yang meninggal ialah anggota masyarakat yang masih muda dan menjadi sentra kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. Penyebab ajal ibu hamil merupakan suatu hal yang cukup kompleks, dan sanggup digolongkan menjadi beberapa faktor, antara lain :
- Reproduksi. Pada reproduksi kita akan dihadapkan oleh beberapa duduk kasus pada usia, paritas serta kehamilan yang tidak normal
- Komplikasi Obstetrika. Sedangkan untuk komplikasi kebidanan sering dihadapkan adanya perdarahan sebelum dan setelah anak lahir, kehamilan ektopik, abses nifas serta gestosis
- Pelayanan Kesehatan. Pada tingkat pelayanan adanya kelemahan dalam upaya memudahkan bagi upaya memajukan kesehatan maternal, asuhan medik yang kurang baik, kurangnya tenaga terlatih serta obat – obat kedaruratan yang minimal
- Sosio Budaya. Apalagi dalam bidang sosial budaya, duduk kasus kemiskinan, bagaimana status pendidikannya (tertinggal atau memang bodoh), transportasi yang sulit serta terjadinya mitologi pantangan makanan tertentu pada ibu hamil.
Dari banyak faktor tersebut maka alasannya ialah – alasannya ialah ajal ibu hamil yang terpenting antara lain mencakup pendarahan, penyakit kehamilan dan persalinan, eklampsia serta kehamilan ektopik.
Beberapa pengalaman ilmiah faktor – faktor tersebut sepertinya dari kebanyakan ajal ibu hamil sanggup dicegah. Upaya yang sanggup kita lakukan untuk menurunkan angka ajal ibu hamil dan anak ialah dengan pengawasan tepat dan paripurna, yang terdiri dari 3 hal penting, yaitu :
- Prenatal care, Pengawasan ibu sewaktu hamil. Pertolongan dalam masa ini terutama bersifat profilaksis / pencegahan.
- Pertolongan sewaktu persalinan, Pimpinan persalinan yang tepat sanggup membantu mengurangi terjadinya kelainan dalam persalinan.
- Postpartum care, Upaya pengawasan setelah melahirkan, untuk menghindari dan mengetahui lebih dini terjadinya kelainan postpartum.
Sehingga harus dipahami bahwa bukan hanya pertolongan waktu persalinan saja yang penting, tetapi juga harus didahului oleh prenatal care (ANC : Ante Natal Care) yang baik dan disusul dengan perawatan postpartum yang baik.
b. Problem Kematian Bayi
Kematian Perinatal ialah ajal janin yang terjadi pada usia kehamilan diatas 22 ahad atau berat janin diatas 500 gr hingga dengan 4 ahad setelah lahir. Lahir mati (Stillbirth) bayi lahir mati dengan berat 500 gr atau lebih yang ketika dilahirkan tidak memperlihatkan tanda kehidupan. Kematian Neonatal ialah bayi lahir dengan berat 500 gr atau lebih yang mati dalam 28 hari setelah dilahirkan (Mochtar, 1994)
Angka ajal perinatal, angka ajal bayi, ajal maternal dan ajal balita merupakan parameter dari keadaan kesehatan, pelayanan kebidanan dan kesehatan yang mencerminkan keadaan sosek dari suatu negara.
Setiap perempuan dalam kehamilan dan persalinan tidak luput dari kemungkinan penyebab dari resiko ajal perinatal. Morbiditas dan mortalitas perinatal memiliki kaitan erat dengan kehidupan janin dalam kandungan dan waktu persalinan. Jika digolongkan secara garis besar maka penyebab utama ajal perinatal berdasarkan (Mochtar, 1994) adalah:
- Faktor resiko Hipoksia/asfiksia.
- Faktor resiko Berat Badan Lahir Rendah.
- Faktor resiko Cacat bawaan dan Infeksi.
- Faktor resiko Trauma Persalinan.
Sebenarnya dengan menyediakan pelayanan kesehatan dan pelayanan kebidanan yang bermutu akan bisa menekan faktor-faktor utama tersebut guna menurunkan angka ajal perinatal selain faktor-faktor yang lain harus ditingkatkan ibarat menaikkan tingkat sosial dan ekonomi masyarakat.
SUMBER;