Pengertian Hakikat Menulis Berdasarkan Para Ahli
Sunday, December 12, 2021
Edit
Hakikat Menulis
Menurut Tarigan (dalam Tarigan, 1982:21), menulis yaitu menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain sanggup membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut. Dari pendapat di atas sanggup disimpulkan, menulis pada hakikatnya yaitu salah satu cara insan dalam berkomunikasi selain mendengar, membaca, dan berbicara. Pesan disampaikan dalam bentuk lambang-lambang atau simbol-simbol yang sanggup dipahami orang yang membacanya sehingga pesan tersebut sanggup tersampaikan. Pesan yang disampaikan bisa berupa informasi, gagasan, pemikiran, dan sebagainya.
Yunus (2009) menjelaskan, proses menulis terdiri dari tiga tahap, antara lain: tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Tahap prapenulisan terdiri dari menentukan topik, tujuan, dan target karangan, mengumpulkan bahan, serta menyusun kerangka karangan. Hal ini dilakukan sebagai tahap persiapan utuk menulis. Kemudian dilanjutkan dengan klasifikasi dan pengembangan dari tiap-tiap kerangka yang telah disusun dengan memperhatian kelogisan dan keruntutan kalimat. Kegiatan ini disebut tahap penulisan. Hasil pengembangan pada tahap penulisan direvisi dan diperbaiki biar menjadi suatu karangan yang baik di tahap pascapenulisan.
Dari klarifikasi di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa pengertian menulis yaitu aktivitas menuangkan ide, gagasan, dan pengalaman dalam bentuk bahasa tulis untuk memberikan pesan kepada pembacanya.
2.2 Jenis-jenis Menulis
Jenis-jenis goresan pena ada dua, yaitu fiksi dan nonfiksi. Karangan fiksi yaitu karangan yang sifatnya rekaan, karangan, imajinasi (Kokonata, 2009). Mawoto dkk (Kokonata, 2009), menjelaskan bahwa dongeng fiksi merupakan hasil olahan imajinasi seorang pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaiannya terhadap peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi secara nyata ataupun yang hanya terjadi dalam imajinasi penulis saja. nonfiksi yaitu bentuk goresan pena yang menjelaskan atau menggambarkan sesuatu yang nyata dan terjadi. Penulisan nonfiksi harus memaparkan bukti-bukti yang ada sesuai dengan topik bahasan. Tujuan dibuatnya goresan pena nonfiksi yaitu untuk memperlihatkan informasi yang terang dan sempurna kepada pembaca, sehingga pembaca memperoleh pengetahuan dan sanggup digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dari nonfiksi antara lain, artikel, paper, laporan, dan sebagainya.
Berdasarkan klarifikasi tersebut, maka sanggup diketahui bahwa puisi yaitu salah satu jenis fiksi. Hal ini didasarkan pada pemilihan kata dalam membuat puisi sangat bersifat imajinatif (khayalan).
2.3 Puisi
Pada subbab ini akan dijelaskan pengertian puisi, dan unsur-unsur puisi dari segi fisik dan psikisnya.
2.3.1 Pengertian Puisi
Pada dasarnya keutuhan pengertian puisi tidak lepas dari ruang lingkup pengertian kesusastraan, yaitu karangan atau goresan pena yang indah yang mempunyai makna tertentu dan mempunyai nilai estetis (Jalil, 1990:13). Puisi merupakan bentuk ekspresi yang mayoritas dalam sastra. Dominasinya bukan hanya lantaran bentuk syairnya yang gampang dihafal, tetapi juga lantaran penuh arti dan sangat digemari oleh mereka yang berpikir dalam (Rahmanto, 1988:118).
Pengertian puisi berdasarkan Ensiklopedia Indonesia N-Z yaitu sebagai berikut (Tarigan,1984:4):
Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Tetapi arti yang semula ini usang kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun berdasarkan syarat-syarat yang tertentu dengan memakai irama, sajak, dan adakala kata-kata kiasan”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi) terdapat beberapa pengertian mengenai puisi. Salah satunya puisi diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan jawaban khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.
Dengan demikian sanggup disimpulkan pengertian puisi yaitu suatu hasil karya sastra yang diciptakan untuk mengekspresikan pikiran, pengalaman dan perasaan dengan gaya bahasa yang indah dan syarat-syarat tertentu sehingga sanggup memperlihatkan nilai seni dan membangkitkan imajinasi para pembacanya.
2.3.2 Unsur-unsur Puisi
Waluyo (dalam Maslikatin, 2007:68) menjelaskan puisi terdiri atas unsur fisik puisi (diksi, imaji, kata nyata, majas, rima dan ritme, tipografi, dan enjambemen) dan unsur psikis puisi (tema, rasa, nada, dan amanat).
1) Unsur Fisik Puisi
a. Diksi
Jabrohim,dkk (2003:35) menjelaskan, diksi yaitu bentuk serapan dari kata diction, sedangkan Keraf (dalam Jabrohim, 2003:35) diksi disebut pula pilihan kata.
Pemilihan kata bagi penyair sangat penting lantaran kata-kata yang dipilih akan mewakili pikiran dan perasaannya sehingga mempunyai nilai estetik. Kata-kata yang dipilih penyair bersifat denotatif dan konotatif (dalam Maslikatin, 2007:69). Berikut pola pemilihan kata yang terdapat pada penggalan puisi “Selamat Tinggal ” karya Chairil Anwar.
SELAMAT TINGGAL
Aku berkaca
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
....... (Pradopo, 2000:57)
Pemilihan kata “muka” pada /muka penuh luka/siapa punya?/ tidak sanggup digantikan lantaran kata muka mengakibatkan aliterasi dengan kata “luka” dan “punya”. Diksi dalam puisi selalu bekerjasama dengan bunyi. Bunyi yang digunakan dalam puisi sanggup mengakibatkan imbas sedih, seram, haru, magis, bahagia dan sebagainya. Bunyi-bunyi ringan yang mengakibatkan imbas riang atau bahagia disebut suara euphony, contohnya suara konsonan: p, t, s, k, dan bunyi-bunyi vokal i, e. Bunyi-bunyi berat yang mengakibatkan imbas seram, sedih, haru, magis disebut suara cacophony, contohnya suara konsonan: b, d, g, z dan bunyi-bunyi vokal: a, o, u (Maslikatin, 2007:72).
b. Imaji
Imaji (citra) merupakan salah satu unsur penting dalam puisi, lantaran dari imaji inilah pembaca atau pendengar sanggup membayangkan puisi yang dibayangkan dan seolah-olah menjadi pengalaman yang konkret. Menurut Waluyo (dalam Maslikatin, 2007:73), pengimajian yaitu kata atau susunan kata-kata yang mengungkapkan pengalaman sensoris menyerupai penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Berikut salah satu pola imaji pada puisi yaitu imaji indera pendengaran dalam penggalan puisi “Tanah Kelahiran” karya Ramadhan K. H.
TANAH KELAHIRAN
Seruling di pasir ipis, merdu
Antara gundukan pohon pina,
Tembang menggema di dua kaki,
Burangrang- Tangkubanprahu....(Maslikatin, 2007:74)
Pada baris pertama dan ketiga, pembaca seolah-olah mendengar suara seruling yang menggema diantara dua gunung Burangrang dan Tangkubanprahu.
c. Kata Nyata
Menurut Waluyo (Jabrohim, 2003:41), kata nyata yaitu kata-kata yang menyarankan pada arti yang menyeluruh. Dengan kata yang diperkonkretkan, pembaca sanggup membayangkan secara terang insiden atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian, kata nyata merupakan unsur puisi yang digunakan untuk membangkitkan imaji pembaca. Berikut pola puisi “Karangan Bunga” karya Taufiq Ismail.
KARANGAN BUNGA
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba sore itu
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi abang yang ditembak mati
Siang tadi!(Maslikatin, 2007:79)
Rangkaian kata nyata pada puisi karya Taufiq Ismail tersebut memberi imajinasi visual kepada pembacanya, seolah-olah melihat tiga orang anak kecil memperlihatkan karangan bunga dengan diikat pita hitam. Karangan bunga dengan pita hitam memperlihatkan gambaran suasana yang duka.
d. Majas
Majas atau bahasa figuratif yaitu bahasa yang bermakna kias atau makna lambang. Perrine (Maslikatin, 2007:80-81) menyatakan bahasa figuratif lebih efektif untuk menyatakan maksud dari penyair, karena:
- bahasa figuratif bisa menghasilkan kesenangan imajinatif;
- bahasa figuratif yaitu cara untuk menghasilkan imaji embel-embel dalam puisi, sehingga yang abnormal jadi positif dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca;
- bahasa figuratif yaitu cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan memberikan perilaku penyair;
- bahasa figuratif yaitu cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara memberikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat
Waluyo (dalam Maslikatin, 2007:81) menjelaskan bahwa yang termasuk bahasa kias yaitu metafora, perbandingan, personifikasi, hiperbola, dan sinekdok.
1) Metafora
Metafora yaitu kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan (dalam Maslikatin, 2007:81). Jadi, ungkapan itu pribadi berupa kiasan. Contohnya: buaya darat, bunga desa, lintah darat, dan sebagainya.
2) Perbandingan
Perbandingan yaitu kiasan yang tidak langsung, biasanya benda yang dikiaskan disebutkan bersama pengiasannya dan memakai kata pembanding: seperti, bak, bagai, laksana, dan sebagainya (dalam Maslikatin, 2007:82). Berikut pola penggunaan majas perbandingan dalam penggalan puisi “Kutuliskan” karya Wing Karjo.
KUTULISKAN
Kutuliskan lagi
kenangan-kenangan mati
hingga bagai api
membara dalam mimpi
(Maslikatin, 2007:82)
Pada bait ketiga yang digaris bawah merupakan pola penggunaan majas perbandingan dalam puisi, alasannya yaitu memakai kata bagai. Menurut penyair, kenangan yang tidak ditulis atau diingat akan hilang begitu saja. Tapi jika ditulis ia akan selalu diingat.
3) Personifikasi
Personifikasi yaitu keadaan atau insiden alam yang dikiaskan sebagai keadaan atau insiden yang dialami manusia. Contohnya: alu berat melompat-lompat, kerling danau di pagi hari, dan sebagainya.
e. Ritme dan rima
Secara umum ritme dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan suara bahasa dengan teratur (dalam Jabrohim, 2003:53). Sedangkan berdasarkan Semi (dalam Maslikatin, 2007:87), irama yaitu gerak yang teratur, suatu rentetan suara yang berulang dan mengakibatkan variasi-variasi suara yang membuat gerak yang hidup. Ritme dihasilkan dari puisi yang jumlah kata dalam setiap baris tidak selalu sama dan bergantung pada pembacaannya. Berikut pola Ritme dalam puisi “Doa” karya Chairil Anwar.
DOA
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin dikemam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku menggembara di negeri asing
Tuhanku
DipintuMu saya mengetu
Aku tidak bisa berpaling
(Pradopo, 2000:178)
Rima yaitu pengulangan suara di dalam baris atau larik puisi, pada final baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi (Jabrohim, 2003:54). Boulton (dalam Maslikatin, 2007:86) menyatakan bahwa jika rima (phonetic form) berpadu dengan ritme akan mempertegas makna. Dengan adanya rima, akan terbentuk musikalitas dalam puisi. Berikut pola rima dalam penggalan puisi “Derai-derai Cemara” karya Chairil Anwar.
DERAI-DERAI CEMARA
Cemara menderai hingga jauh
Terasa hari akan semakin mala
ada beberapa dahan ditingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
akulah kini orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan anak lagi
dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
(Maslikatin, 2007:86)
Pada bait pertama baris pertama dan ketiga berakhir dengan suku kata uh, dan pada baris kedua dan keempat berakhir dengan suku kata am. Kaprikornus rima pada bait pertama yaitu abab. Sedangkan pada bait kedua baris pertama dan ketiga berakhir dengan suku kata an, sedangkan pada baris kedua dan keempat berkhair dengan suku kata i. Dengan demikian, rima pada bait kedua yaitu cdcd.
f. Tipografi
Tipografi merupakan penyusunan baris dan bait sajak dan lebih menekankan pada aspek visualnya (Atmazaki,1993:23). Tipografi disusun mengikuti ritme sajak, bukan bentuk kalimat. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah peroidisitet yang disebut bait (Jabrohim, 2003:54). Berikut pola tipografi pada puisi karya Bachri.
daun
burung
sungai
kelepak
mau sampai
langit
siapa
tahu
buah rumput selimut
dada biru
langit dadu
mari!
rumput pisau kerikil kau
kamu kau kamu kau kamu kau kau
kamu kau kamu kau kamu kau kau
(Atmazaki, 1993:99)
Tipografi pada puisi di atas sangat unik lantaran masing-masing kata-katanya terlepas dan tidak membentuk suatu kalimat tertentu. Bentuk dari puisi tersebut mewakili inspirasi dan suasana hati sang penyair ketika membuat puisi tersebut.
g. Enjambemen
Enjambemen yaitu pemutusan kata atau frase di ujung baris dan meletakkan sambungannya pada baris berikutnya (Atmazaki, 1993:28). Enjambemen diharapkan oleh penyair untuk mengekspresikan pikiran penyair dan terkadang untuk memperlihatkan fungsi ganda, hingga lebih memperkaya isi puisi (Sayuti, 1985:181). Semua kata yang dipilih penyair telah diperhitungkan susunannya dan efeknya pada pembaca. Berikut contohnya yang terdapat pada penggalan puisi “Monolith” karya Subagio.
MONOLITH
Hebat
tiang utuh
menjulang di gigi langit
suram
sebuah bukit
terbentuk dari satu batu
oleh tangan beku
(Atmazaki, 1993:25)
Pada puisi tersebut kata “suram” yang berdiri sendiri dalam puisi tersebut menandakan kata “langit” yang berada di atasnya akan tetapi juga “suram” itu menandakan suasana puisi secara keseluruhan (dalam Sayuti, 1985:182).
2) Unsur Psikis Puisi
a. Tema
Tema yaitu inspirasi pokok. Waluyo (dalam Maslikatin, 2007:93) menjelaskan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Tema puisi biasanya bekerjasama dengan falsafah hidup, lingkungan, agama, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Misalnya:
MENTARI
Karya: S. Nadrotul Ain
Hai mentari pagi
Hari ini kamu tiba tampak cerah sekali
Engkau tiba tiap hari
Untuk sumber energi pribumi
Semua orang berlari pagi
Untuk menyehatkan diri
Tanpa kau, hai mentari
Di seluruh bumi ini
Akan mati tiada lagi.
(www.rumahdunia.net, 2008)
Pada puisi karya S. Nadrotul Ain sanggup segera diketahui bahwa matahari sangat berkhasiat bagi seluruh penghuni bumi. Pengarang menganggap bahwa tanpa matahari tidak akan ada lagi kehidupan di muka bumi ini.
b. Rasa
Rasa (feeling) yaitu perilaku penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya (Maslikatin, 2007:94). Perbedaan perilaku penyair terhadap suatu objek akan memperlihatkan rasa yang berbeda terhadap puisi yang dibentuk walaupun dengan tema yang sama. Berikut pola rasa simpati yang ada pada penggalan puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto.
GADIS PEMINTA-MINTA
Setiap kali kita bertemu gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu infinit untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang tanpa jiwa
(Tarigan, 1984:15)
c. Nada
Nada ( tone) yaitu perilaku penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya (Maslikatin, 2007:97). Nada harus sesuai dengan tema dan rasa. Dalam membuat karyanya, para penyair sering memperlihatkan perilaku tertentu pada pembaca, contohnya bersikap menasehati, menggurui, menyindir, atau sekedar membuatkan pengalaman. Berikut pola puisi “Hendak tinggi?” karya Usman yang bernada sinis.
HENDAK TINGGI?
Mau tinggi,
Si muka bumi ????
Panjat kelapa
Sampai ke puncak !!!
Alangkah tinggi
Di muka bumi !!!
(Tarigan, 1984:18)
d. Amanat
Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Amanat bekerjasama dengan makna karya sastra yang bersifat kias, lebih dalam, dan luas. Amanat yang terkandung di dalam sebuah puisi bergantung pada pandangan hidup sang penyair. Berikut pola amanat dalam puisi “Cinta Kebersihan” karya M. Afifi Kurniawan.
CINTA KEBERSIHAN
Karya: M. Afif Kurniawan
Mari teman, mari kemari
Kita singsingkan lengan baju
Kita bersihkan rumah
Kita bersihkan lingkungan
Kita jaga selalu kebersihan
Jangan biarkan sampah berserakan
Buanglah sampah pada tempatnya
Kita cinta kebersihan
Rumah higienis nyaman
Lingkungan higienis sehat
(Aryuni, 2009)
Pada puisi di atas sanggup terlihat bahwa sang penyair mengajak para pembacanya untuk mengasihi kebersihan dengan menjaga lingkungan biar tetap sehat. Diawali dari lingkungan rumah hingga lingkungan masyarakat sekitar.
Untuk keperluan penelitian ini, unsur-unsur puisi yang dijadikan objek penelitian sebagai analisis kemampuan menulis puisi siswa mencakup diksi, tema, dan rima. Hal ini didasarkan pada tujuan pengajaran puisi di sekolah dasar hanya sebagai langkah awal untuk mengenalkan karya sastra.
2.4 Menulis Puisi
Menurut Tarigan (1994:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu aktivitas produktif dan ekspresif. Dikatakan produktif alasannya yaitu dengan menulis seseorang sanggup menghasilkan suatu karya tulis, dan dikatakan ekspresif lantaran seseorang menulis untuk menuangkan gagasan, ide, dan perasaannya dengan bahasa tulis. Tulisan sanggup membantu seseorang dalam menjelaskan pikiran dan perasaannya.
Dengan demikian menulis puisi yaitu suatu keterampilan berbahasa dalam menuangkan ide, gagasan, dan pikirannya dalam bentuk bahasa tulis dengan memperhatikan keterikatan pada unsur-unsur puisi. Saat menulis puisi, berarti seseorang menghasilkan suatu karya tulis berupa puisi untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya sehingga sanggup membangkitkan imajinasi pembacanya.
2.5 Pembelajaran Menulis Puisi
Saleh Saad (dalam Sayuti, 1985:193) menyatakan bahwa sastra memperlihatkan pengertian yang dalam perihal insan dan memperlihatkan interpretasi serta evaluasi terhadap peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. Dengan demikian, sanggup dikatakan bahwa puisi sebagai kepingan dari sastra, tidak sanggup dipisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu cara yang digunakan untuk mengembangkan ilmu dan memasyarakatkan sastra khususnya puisi yaitu dengan memperlihatkan pembelajaran menulis puisi.
Pembelajaran menulis puisi di sekolah dasar hanya bertujuan untuk mengenalkan karya sastra, sehingga ruang lingkup yang diajarkan mengenai puisi pun masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Meskipun demikian, pembelajaran menulis puisi memperlihatkan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk membuat karya-karyanya dalam bentuk puisi, dan sanggup menambah kosa kata gres yang belum pernah digunakan dalam bahasa umum.
Pembinaan keterampilan menulis puisi pada siswa tidak hanya untuk mempertajam pengamatan dan meningkatkan kemampuan bahasa, tetapi juga bertujuan biar siswa diharapkan sanggup memperoleh minat segar yang muncul dari kedalaman puisi itu sendiri (Rahmanto, 1988:118). Hal ini didasarkan pada tujuan umum pengajaran sastra yang menitikberatkan pada pengembangan aspek kejiwaan siswa menyerupai perasaan, pikiran, indera, dan sebagainya.
2.6 Pengertian Media
Mustikasari (edu-articles.com, 2008) menjelaskan, media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti mediator atau pengantar. Secara umum sanggup diartikan sebagai segala sesuatu yang sanggup menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada akseptor informasi. Menurut Hamijaya (dalam Rohani, 2007:2), media yaitu semua bentuk mediator yang digunakan orang penyebar ide, sehingga inspirasi atau gagasan itu hingga pada penerima. Jadi, pengertian media yaitu segala sesuatu yang sanggup digunakan untuk memberikan informasi, inspirasi atau gagasan kepada akseptor informasi.
Media pembelajaran berdasarkan Hamalik (1994:12) yaitu alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sedangkan Briggs (dalam Sudrajat, 2008) beropini bahwa media pembelajaran yaitu sarana fisik untuk memberikan materi pembelajaran menyerupai : buku, film, video dan sebagainya.
Dengan demikian sanggup disimpulkan, media pembelajaran yaitu alat yang digunakan guru untuk mengaktifkan siswa dan mengefektifkan penyampaian materi pembelajaran kepada siswa.
2.7 Gambar sebagai Media Pembelajaran
Terdapat beberapa macam media pembelajaran yang dirancang khusus untuk membantu siswa dalam mendapatkan informasi dan membentuk konsep pengetahuannya sendiri. Salah satunya yaitu media gambar (media visual). Gambar yang dimaksud termasuk foto, lukisan/gambar, dan sketsa (gambar garis). Tujuan utama penampilan banyak sekali jenis gambar ini yaitu untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa (Arsyad, 1997:111). Dengan visualisasi konsep tersebut, siswa sanggup memahami konsep yang semula rumit menjadi lebih gampang dikarenakan telah dikonkretkan ke dalam bentuk visual.
Gambar yaitu segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Gambar terdiri dari dua macam, antara lain ( Hamalik, 1994:43-44) :
1) lambang visual
Lambang visual yaitu gambar yang secara keseluruhan dari sesuatu yang dijelaskan ke dalam suatu bentuk yang sanggup divisualisasikan, macamnya:
- sketsa, hasil lukisan yang bentuknya lengkap atau tidak lengkap. Misalnya, sketsa wajah, sketsa rumah, dan sebagainya;
- bagan, kombinasi garis atau goresan pena dengan gambar yang dijelmakan secara logis dan tersusun untuk meragakan antara fakta dan ide. Misalnya: denah balok (histogram), denah lingkaran, denah penduduk bentuk piramida;
- grafik, gambar yang memberi keterangan perihal angka dan hubungan-hubungan yang paling penting dari keterangan tadi. Misalnya: grafik sistem koordinat, grafik kurva, grafik batang;
- poster, gambar yang ditujukan sebagai pemberitahuan atau peringatan atau penggugah, contohnya poster kemudian lintas, poster penghijauan, dan sebagainya;
- komik, gambar atau lukisan bersambung yang merupakan ceritera. Salah satu contohnya yaitu dongeng bergambar atau gambar bersambung;
- kartun, gambar/lukisan/sketsa yang digunakan untuk menghibur, mengkritik, atau menganjurkan. Salah satu contohnya yaitu karikatur;
- diagram, suatu kombinasi antara garis dan gambar yang memperlihatkan kekerabatan intern, bersifat abstrak. Misalnya, diagram batang, diagram lingkaran, dan sebagainya;
- peta, gambar yang melukiskan lambang keadaan yang sebenarnya. Misalnya atlas dunia, peta pulau, peta kota, dan sebagainya.
2) lambang kata
Lambang kata merupakan suatu rangkaian simbol-simbol bahasa (huruf) yang membentuk kata dan mempunyai arti. Lambang kata sanggup dijumpai dalam buku dan materi bacaan menyerupai buku, majalah, koran, dan lain-lain.
Pada penelitian ini, media yang digunakan sebagai media pembelajaran yaitu gambar berupa lambang visual tidak bergerak (dua dimensi) yang menampilkan suatu tempat, insiden atau kegiatan.
2.7.1 Manfaat Media Gambar
Manfaat
t media gambar dalam dunia pendidikan, di antaranya (Hamalik, 1994:63-64):
t media gambar dalam dunia pendidikan, di antaranya (Hamalik, 1994:63-64):
- gambar bersifat konkret. Melalui gambar para siswa melihat dengan terang sesuatu yang sedang dibicarakan atau didiskusikan dalam kelas. Suatu kasus sanggup dijelaskan dengan gambar selain klarifikasi dengan kata-kata,
- gambar mengatasi batas ruang dan waktu. Dengan gambar para siswa sanggup melihat terang benda-benda yang letaknya jauh dan peristiwa-peristiwa penting yang telah terjadi di masa lalu,
- gambar sanggup mengatasi kekurangan daya bisa panca indera manusia. Benda-benda yang terlalu kecil atau terlalu besar sanggup ditampilkan melalui gambar,
- dapat digunakan untuk menjelaskan suatu masalah, lantaran itu bernilai terhadap semua pelajaran di sekolah,
- gambar-gambar gampang didapat dan murah. Gambar bernilai hemat dan menguntungkan lantaran gampang dan murah untuk dibentuk sehingga tidak membebani pihak yang memakai gambar sebagai media pembelajaran,
- mudah digunakan, baik untuk perseorangan maupun untuk kelompok siswa. Satu gambar sanggup dilihat oleh seluruh kelas, bahkan seluruh sekolah
Penggunaan media gambar secara efektif sanggup meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga sanggup memotivasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Dalam penggunaannya, harus diadaptasi dengan tingkatan anak, baik dalam besarnya gambar, detail, warna, dan latar belakang.
2.7.2 Kriteria Pemilihan Gambar
Gambar yang digunakan sebagai media pembelajaran biasanya mempunyai ciri-ciri berwarna-warni dan kaya dengan variasi. Hal ini dibentuk biar sanggup menarik perhatian siswa, sehingga perhatian siswa lebih terpusat pada gambar yang ditampilkan oleh guru. Berikut akan dijelaskan kriteria-kriteria pemilihan gambar, antara lain (Hamalik, 1994:85):
- sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Guru perlu menyesuaikan antara gambar yang digunakan dengan materi pembelajaran. Selain itu, gambar juga berfungsi untuk menampilkan insiden atau benda yang tak sanggup dihadirkan pribadi di kelas. Dengan demikian, guru harus mempertimbangkan karakteristik siswa sehingga dengan adanya gambar, siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru.
- menstimulir kreativitas pertanyaan, pendapat atau opini. Sesuai dengan tujuan penggunaan media pembelajaran, khususnya media gambar, hendaknya gambar yang dipilih guru sanggup memancing siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapatnya.
- keaslian gambar. Gambar yang dipilih hendaknya sesuai dengan aslinya sehingga seolah-olah siswa melihat keadaan atau benda sesungguhnya.
- kesederhanaan. Kesederhanaan gambar akan lebih memudahkan siswa dalam mendapatkan informasi yang tersirat pada gambar dan mengandung nilai praktis.
- bentuk item. Bentuk gambar yang dipilih masih sederhana. Tidak terlalu mendetail, lantaran akan mempersulit siswa untuk memahami gambar. Selain itu, kesederhanaan gambar lebih mencirikan karakteristik siswa kelas rendah.
- perbuatan. Gambar memperlihatkan akivitas yang memperlihatkan jawaban baik bagi siswa. Sehingga mempengaruhi perilaku siswa untuk berbuat baik.
- artistik. Meskipun sederhana, gambar hendaknya tetap mempunyai nilai seni biar siswa bahagia mengikuti pembelajaran.
2.8 Gambar sebagai Media Pembelajaran Menulis Puisi
Gambar gambaran yaitu gambar yang tidak diproyeksikan, terdapat dimana-mana, baik di lingkungan belum dewasa maupun di lingkungan orang dewasa, gampang diperoleh, dan sanggup ditunjukkan kepada anak-anak. Semua gambar mempunyai arti, uraian, dan tafsiran sendiri. Gambar yang menarik sanggup menggugah emosi siswa untuk menuangkan ide/gagasannya dengan tetap memperhatikan unsur-unsur puisi. Oleh lantaran itu, gambar yang digunakan sebagai media pembelajaran menulis puisi harus menarik biar sanggup memperlihatkan akomodasi bagi siswa untuk menafsirkan dan menguraikan gambar yang ditampilkan dalam bentuk puisi.
Kriteria gambar yang menarik untuk dijadikan media pembelajaran menulis puisi, yaitu sesuai dengan karakteristik siswa. Bagi siswa kelas 3 sekolah dasar yang masih pada kategori siswa kelas rendah, gambar yang sesuai dengan karakteristiknya yaitu gambar yang memakai warna-warna kontras. Bentuk gambarnya masih sederhana, tidak memperhatikan detil-detil pada gambar. Hal ini untuk memudahkan siswa dalam mendapatkan informasi yang tersirat pada gambar. Gambar yang ditampilkan hendaknya memperlihatkan hal-hal yang tidak pernah dilihat secara pribadi oleh siswa. Sehingga, akan memperlihatkan stimulus bagi siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan gambar.