Pengertian Kemampuan Menulis
Thursday, December 16, 2021
Edit
1. Deskripsi Kemampuan Menulis
Kemampuan menulis yakni kepingan bahasa yang berupa tulis menulis dalam rangka menyampaikan/mengungkapkan gagasan terhadap pembaca (Fajri, 2005). Tujuan menulis (writing) yaitu:
- menyampaikan pokok pikiran atau gagasan pada pembaca;
- menyampaikan informasi perihal suatu dongeng kepada pembaca;
- memberikan hiburan kepada pembaca; dan
- mempengaruhi atau mengajak pembaca melalui tulisannya.
Berdasarkan tujuannya, menulis sanggup dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu goresan pena ilmiah dan nonilmiah (fiksi). Sedangkan, dalam tawaran ini akan difokuskan pada upaya untuk meningkakan kemampuan menulis dongeng fiksi (nonilmiah). Bentuk goresan pena nonilmiah bahasanya tidak baku dan mungkin berupa adonan antara fiksi (khayalan) dan dongeng biasa. Sifatnya adakala logis dan terkadang tidak logis.
Tulisan dongeng narasi yakni paparan dongeng yang bersifat fiktif (khayalan) atau berupa pengalaman sendiri yang pernah dialami. Di dalam dongeng narasi biasanya terdapat dongeng yang berkesinambungan. Disajikan dalam citra yang terang antar tokoh-tokoh (lakon), jalan dongeng dan daerah kejadian secara utuh. Dengan demikian, seakan-akan pembaca mengalami secara pribadi kejadian yang disampaikan oleh penulis melalui bacaan (Fajri, 2005: 952)
Menurut Hernowo (2003: 38), menyatakan bahwa menulis perihal pikiran dan perasaan terdalam perihal suatu kejadian atau pengalaman akan menghasilkan suasana hati yang lebih baik padangan yang positif, dan kesehatan yang lebih baik. Oleh lantaran itu, acara ini nantinya akan memperlihatkan latihan kepada guru bahasa Inggris di SMU se-kota Yogyakarta untuk menulis dongeng fiksi (narasi) dengan memakai bahasa Inggris. Dalam proses menulis dongeng fiksi dalam bahasa inggris tentunya tidak secara langsung, tetapi di awal akan dijelaskan secara teoritik mengenai struktur bahasa, isi, dan bentuk dalam buku English Skills (Langan, 1994).
2. Menulis Cerita Fiksi
Untuk memulai menulis sebuah cerita, antara penulis yang satu dengan penulis yang lain dengan teknik yang berbeda. Saat memulai menulis dongeng fiksi biarlah hal ini menjadi kiprah yang terus berlaku, cari tahu berapa banyak yang perlu anda ketahui perihal materi buku untuk cerita. Jika ternyata sunguh-sungguh dalam menceritakan banyak sekali kejadian dengan benar-benar berdasarkan ingatan, tanpa berkeinginan mereka-reka sesuatu, bahkan tidak ingin melebih-lebihkan dan memperindah atau merinci, maka goresan pena tersebut yakni dongeng nonfiksi. Akan tetapi, jika tulisannya berlawanan dengan hal di atas, maka goresan pena tersebut yakni dongeng fiksi (Hernowo, 2003).
Cerita fiksi seperti dengan dusta atau rekaan. Kita memulainya dengan sesuatu yang nyata, tetapi untuk tujuan tertentu (agar tidak ditangkap, menipu, mendapat uang) kita mengubah paling sedikit satu unsur penting dalam dongeng itu. Dengan kemampuan kita menulis dongeng fiksi secara bebas akan mengakibatkan kita berpikir tanpa batas. Hal ini sangat baik sebagai sarana mengungkapakan ide-ide yang ada pada penulis seingga terangkai menjadi dongeng yang utuh.
3. Manfaat Menulis Cerita bagi Guru
Definisi teknik menulis dongeng fiksi di atas, sungguh sangat penting bagi kita untuk bisa menulis dongeng sebagai media mengungkapkan ide-ide, kritikan, permohonan, pesan moral dan nilai-nilai pendidikan. Terlebih kita berkecimpung di dalam dunia pendidikan, untuk memberikan pesan-pesan di atas kita bisa melaksanakan melalui dongeng yang kita tulis.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka sangat penting untuk mengadakan pembinaan menulis dongeng fiksi pada guru-guru SMA, sehingga sanggup diterapkan di sekolah masing-masing. Untuk lebih bisa bersaing di dunia global, kita akan memakai Bahasa Inggris sebagai sarana untuk menulis dongeng fiksi tersebut. Kemampuan guru menulis dongeng yang baik dalam Bahasa Inggris, akan mengakibatkan pola bagi siswa untuk membuatkan bakatnya dalam menulis certa fiksi dengan memakai Bahasa Inggris, sehingga bisa bersaing dalam dunia global dikala ini.
C. Pembahasan
1. The teaching and learning or teenager literature in high school
Sistem pendidikan formal di Indonesia menempatkan guru pada posisi yang penting, guru yakni ujung tombak di kelas. Agar hubungan pribadi antara pembaca/siswa dan karya fiksi tidak terganggu, guru harus bertindak searif-arifnya. Menurut Damono, (2002: 1) guru harus menanamkan sikap bahagia pada karya fiksi lantaran selama ini siswa selalu merasa digurui atau bahkan dibebani membaca karya fiksi. Guru pun tidak diperkenankan memaksa anak didiknya menuruti tafsiran yang tunggal, yang diyakini oleh guru. Dalam meningkatkan apresiasi terhadap sastra guru jangan selalu mendekte siswa. Guru harus selau terbuka sehingga akan meningkatkan dan membuatkan pemikiran siswa lebih luas.
Guru sebaiknya bersikap sebagai seorang yang memperlihatkan banyak sekali cara menulis karya sastra, membaca karya sastra, dan mengajak membaca karya sastra sebanyak-banyaknya. Dengan pengalaman yang lebih, guru sanggup memahami dan menghayati karya sastra itu tanpa maksud untuk memaksakan kepada siswa. Guru sastra harus selalu ingat bahwa ia bukan guru budi pekerti atau guru agama; guru sastra hanya bertugas memotivasi menulis dan mengapresiasi karya sastra.
Proses penulisan dongeng fiksi sebagai media pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut. Kegiatan guru sebelum proses menulis yaitu melihat isi dan ilham goresan pena melalui observasi, brainstorming dan mendramatisasikan. Kedua ialah proses pengembangan dengan alur atau stuktur yang runtut. Komponen yang diungkap mencakup alasan, contoh, kronologi, kejadian, tokoh, dan kejadian perlu disugguhkan dalam tahap ini. Guru benar-benar diuji pengetahuan, pengalaman, dan kearifannya. Ia membicarakan karya fiksi satu demi satu, tidak secara umum, tetapi dituntut untuk menguasai teks-teks karya fiksi secara umum, mengetahui khasanah sastra secara luas. Kemudian dikala acara menulis karya fiksi sebagai media pembelajaran sanggup dicermati dari retorika, bahasa, dan estetika. Untuk acara sesudah menulis ialah revisi, editing dan publishing
2. Motivasi teknik menulis dongeng fiksi
Upaya untuk menumbuhkan kecerdasan, sosial dan moral/perilaku dalam pembelajaran sanggup ditempuh dalam banyak sekali cara, salah satunya yaitu melalui karya fiksi (cerpen). Cerita fiksi merupakan salah satu media yang efektif untuk mendidik, menyalurkan talenta dan menghibur. Cerita fiksi sanggup dipakai Guru sebagai materi pembelajaran untuk memberikan pesan yang sifatnya unik dan menghibur. Ada empat hal yang perlu diperhatikan untuk memulai menulis dongeng fiksi, sebagai berikut.
Pertama, mengenali karakteristik pembaca. Artinya, pengarang dalam menuangkan ilham kreativitasnya didorong untuk membuat sesuatu yang baru, tujuannya semoga karya tersebut sanggup diterima oleh masyarakat pembaca. Dengan demikian, masyarakat pembaca merupakan unsur yang tidak secara pribadi juga ikut menentukan perubahan unsur pembangun cerpen. Kaitan antara perubahan tersebut dengan kreativitas pengarang dan pembaca terkait pada perkembangan cerpen. Kecenderungan tersebut pada modus penulisan cerpen diubahsuaikan dengan penulisan media massa. Akhirnya, modus penulisan cerpen bergeser sebagai media hiburan, media informasi, dan sarana kontrol sosial.
Kedua, bahasanya gampang dimengerti oleh pembaca. Meskipun pilihan kata dan kalimatnya bermakna konotasi sebaiknya diubahsuaikan dengan masyarakat pembaca. Jika dongeng yang ditulis untuk materi pembelajaran, guru harus bisa menentukan kata yang bersahabat dipakai oleh siswa. Isu-isu di kalangan siswa sanggup kita jadikan materi untuk membuatkan dongeng semoga lebih variatif dan menarik. Meskipun bahasa yang dipakai penulis menyesuaikan masyarakat pembaca, tetapi pesan dan nilai-nilai di dalam dongeng harus tetap dijaga keutuhannya.
Ketiga, ada pesan yang disampaikan, yaitu unsur-unsur pembangun cerpen tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat relatif. Unsur-unsur tersebut berkembang dan mengalami perubahan. Perubahan tersebut disebabkan lantaran konsekuensi cerpen sebagai kepingan dari dunia sastra bahwa dalam dunia sastra selalu saja ada yang melenceng dari kriteria yang definitif, selalu terbuka kemungkinan untuk menjadi sesuatu yang gres (Atmowiloto, 1981: 23).
Keempat, ceritanya menarik dan menghibur, artinya cerpen menjadi semacam kebutuhan, di samping sebagai hiburan, cerpen juga mengemban misi kritik sosial. Sejalan dengan fungsi media alat kontrol sosial dalam masyarakat/pembacanya. Keterkaitan cerpen dengan masyarakat bekerjasama dengan kenyataan bahwa sumber materi cerpen yakni realita yang hidup dalam masyarakat. Tidak sanggup disangkal bahwa tema, tokoh, penokohan, dan jalan dongeng dalam cerpen merefleksikan keadaan masyarakat. Perbedaan cara merefleksikan keadaan masyarakat mungkin saja terjadi lantaran kenyataan dalam karya sastra merupakan hasil refleksi imajinatif pengarang, walaupun tidak bisa juga ditolak bahwa realitas ada di dalamnya. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa ungkapan perasaan yang diangkat dalam cerpen terkait dengan kondisi emosional dan rasional masyarakat.
3. The values, strategies and steps of writing
Sesudah mempelajari seni administrasi menulis ada tiga tahap penting untuk menghasilkan goresan pena yang baik. Tiga tahap tersebut yakni preparation (pendahuluan), prewriting (pramenulis)/menulis, dan editing. Dalam subbab ini difokuskan pada proses editing sebagai langkah final menulis. Terdapat empat elemen penting dalam proses editing tulisan, yakni namely, unity, coherence, support and sentence skill.
The component of sentence skill that must be observed during the editing proses are grmmar, mechanics, punctuation, and word use. Grmmar consists of structural construction such as subject and verbs, fragment, run ons, regular and regular verbs, subject verbsagreement and the like. Mechanics include the manuscript form, capitall leters and numbers and abbreviation. Apostrophe, quotation marks, comma, and other punctuation mark are thinks to lookinto in the punctuation component. Last but not least, word use comprise spelling improvement, commonly convused words, effectif word choice, editing test and ESL pointers. This papper will focus on the grammar section.(1) Subject and Ver, (2) Run-Ons, (3)Regular and irregular Verbs, (4) Subjek-verb Agrement.
4. Latihan Menulis dongeng fiksi untuk pembelajaran
a. Menemukan Ide cerita
Beberapa pengarang pemula terkadang terhambat dalam menemukan ilham cerita. Untuk memperkaya ilham yang akan ditulis kita sanggup melakukannya dengan banyak sekali cara. Pertama, mencermati fakta atau relita yang terjadi di sekitar kita dengan melaksanakan pengamatan dan observasi terhadap problem yang ada. Cara tersebut di atas sanggup dilakukan dengan banyak membaca buku-buku atau download materi dari internet untuk memperkaya pengetahuan kita. Kedua, melaksanakan kreasi dan imajinasi dengan mengolah dan mengkritisi fakta atau relita yang ada. Oleh lantaran itu, penting sekali menentukan ilham dongeng yang kita ketahui dan sering kita temui di sekitar kita.
Menurut Steven James (dalam Liliani: 2007) memperlihatkan resep LIFE untuk mengeksplorasi ide. L- untuk Literatur (memperkaya bacaan), I- Imagination (memperkaya imajinasi), F- Folklore (mengolah kembali dongeng rakyat), dan E- Experience (memanfaatkan pengalaman). Penulis dongeng sanggup menemukan ilham dari banyak sekali hal sudut pandang. Dapat juga sanggup dimulai dengan memanfaatkan dongeng rakyat, wayang, kethoprak untuk diolah atau dikemas kembali menjadi lebih menarik.
b. Mengembangkan ilham cerita
Dalam keterampilan menulis atau membaca dikala akan memulai membuatkan ilham sanggup kita gagas dalam beberapa pertanyaan. Pertanyaan pertama sanggup dimulai dari kata what (apa latar belakangnya, konfliknya, apa yang ingin disampaikan dll). Pertanyaan kedua dengan kata who (siapa tokohnya, pemain dalam cerita, pembacanya). Ketiga when (kapan kejadiannya, dibaca). Keempat Where (dimana settingnya). Kelima why (mengapa terjadi masalah/penyebab masalah). Keenam, how (bagaimana tindaklanjutnya, pengaruhnya, kesesuaiannya dan kemenarikannya).
c. Membuat dongeng menarik
Cerita dikatakan menarik jika sanggup meninggalkan kesan pada pembacanya. Ada beberapa unsur utuk membuatkan dongeng menjadi menarik. Pertama, pilihlah tema yang sesuai dengan sasaran pembaca. Jika pembaca itu remaja, maka pilihlah tema yang sesuai dengan usia, pola hidup atau gaya mereka. Kedua, pembentukan abjad bundar pada tokoh cerita. Artinya tokoh sanggup memberikan abjad khusus yang sanggup berdampak pada pembaca. Ketiga, konflik sebaiknya di kemas secara menarik dan tidak berlebihan. Setiap konflik yang disajikan dalam cerita, sebaiknya diikuti dengan pesan/informasi untuk pembaca. Diharapkan pembaca sesudah membaca sanggup mengambil pesan yang tersirat positif dari konflik di dalam dongeng tersebut. Keempat, ending atau titik puncak dongeng disajikan tanpa disadari oleh pembaca. Seorang pembaca yang kritis biasanya akan meramalkan sendiri ending dari dongeng yang dibaca, untuk itu pengarang harus bisa menghadirkan sesuatu yang berbeda di luar asumsi pembaca.
5. Latihan dan diskusi teknik mengapresiasi dongeng fiksi
Latihan menulis dongeng fiksi dilakukan sesuai dengan langkah-langkah menulis yang telah disamapaikan. Pada tahap preparation guru berlatih menggali ilham untuk menentukan tema dongeng yang akan ditulis. Ada beberapa teknik yang dilakukan, antara lain ada yang membaca buku cerita, berimajinasi, kartu mimpi, interpretasi alam dan gambar. Masing-masing penerima menuliskan beberapa ide, kemudian dipilih ilham yang paling manarik dan baik untuk dikembangkan.
Tahap berikutnya yakni pramenulis. Pada tahap ini, penerima melaksanakan penulisan terhadap ilham yang diperoleh seluas-luasnya. Ide-ide tersebut dikembangkan dalam bentuk mind mapping atau draf untuk memudahkan proses menulis. Setelah itu proses penulisan dilakukan. Peserta menuangkan ilham dan mengembangkannya berdasarkan pemetaan pikiran yang telah dilakukan pada tahap pramenulis. Pada tahap ini biasanya penerima mengalami kesulitan dalam membuatkan cerita. Oleh lantaran itu, penerima sanggup menerapkan teori 5W dan 1H untuk membuatkan cerita.
Proses terakhir ialah editing. Editing dilakukan pada kemampuan goresan pena bahasa Inggrisnya. Tahapan sanggup diamati dari namely, unity, coherence, support and sentence skill. This papper will focus on the grammar section to Subject and Verb, Run-Ons, Regular and irregular Verbs, Subjek-verb Agrement.