Pengertian Dan Sejarah Valentine
Saturday, April 9, 2022
Edit
Pengertian Valentine
Setiap tanggal 14 Februari masyarakat dunia – tak kerkecuali di Indonesia - merayakan hari Valentine atau hari Kasih Sayang atau Valentine Day’s. Perayaan tersebut biasanya banyak dilakukan oleh remaja, walau tidak sedikit juga yang sudah bau tanah atau masih anak-anak. Pada tanggal tersebut mereka merayakannya dengan saling memberi ucapan, kado, uang, atau kenangan yang lain. Namun, bagi remaja kurang istimewa jika tidak memberi coklat atau boneka warna pink. Sehingga, pernak-pernik berbentuk bantal berbentuk hati, pita, boneka beruang, atau rangkain bunga yang didominasi warna pink memenuhi interior toko, mall, supermarket, rumah, atau di kamar remaja.
Perayaan tersebut disambut dengan luapan perasaan saling memberi dan memberikan tanda cinta dan kasih sayang. Hal tersebut terutama disampaikan kepada orang yang dikasihi, disayangi, terutama kekasih. Luapan kegembiraan tersebut adakalanya dilakukan hingga melebihi batas dan menjurus kepada kemaksiatan. Mereka berpesta pora, berdansa, menari-nari, berciuman, bahkan hingga melaksanakan kekerabatan tubuh (seks bebas) sebagai pelampiasan cinta kepada kekasihnya.
Akan tetapi, perayaan tersebut ada juga yang melakukannya dengan simpatik. Misalnya, memberi bunga, menolong sesama, berkunjung ke panti jompo, menambah kasih sayang kepada suami/istri, meningkatkan hormat kepada orang tua. Polisi di Kota Solo pada hari Valentine kemarin membagi-bagikan untaian bunga kepada pengendara kendaraan bermotor (mobil dan motor) di setiap persimpangan sebagai ungkapan rasa kasih dan sayang terhadap sesama (Solo Pos, 15 Februari 2008).
Tahun-tahun demi tahun hiruk-pikuk valentine makin bertambah intensitasnya. Dahulu hanya muda-mudi kota-kota besar, menyerupai jakarta dan Surabaya, yang mengenal hari valentine dan merayakannya. Kini, perayaan itu sudah mulai merambah ke muda-mudi desa-desa kecil yang ada di Indonesia. Valentine tidak saja dikenal oleh para remaja, tetapi juga sudah dikenal dan dirayakan oleh anak sekolah dasar.
Glamor hari Valentine sudah sanggup dirasakan semenjak awal bulan Februari. Radio, televisi, media cetak (koran dan majalah) mempersiapkan program sedemikian rupa sehingga sanggup menambah semaraknya suasana. Pesta pun digelar di aneka macam tempat. Di cafe-cafe, restoran-restoran, hotel-hotel, bahkan warung-warung kecil mengadakan program untuk merayakan hari tersebut.
Di balik kemeriahan pesta Valentine Day’s, ternyata sebagian masyarakat tidak sepakat – apalagi mendukung – kegiatan tersebut. Beberapa pemerintah kawasan di tanah air melarang masyarakat (terutama yang beragama Islam) merayakan hari Valentine. pemkot Bukittinggi, Sumatra Barat, melarang remaja merayakan hari Valentine. Bagi remaja yang melanggar sanggup dianggap melanggar perda wacana Pemberantasan Maksiat. Wakil Walikota Bukittinggi, Simet Amzis, mengatakan, alasan melarang perayaan hari valentine semata-mata alasannya yakni dianggap tidak sesuai adat-istiadat Minangkabau. Valentine bersahabat dengan maksiat alasannya yakni di program ini biasanya ada yang berpelukan, berciuman, bahkan kekerabatan seks yang bukan suami-istri (Tempointeraktif.com, 13 Februari 2008).
Demikian juga berdasarkan sebagian besar ulama bahwa hari Valentine bukan pedoman Islam. Bahkan, bertentangan dengan pedoman Islam. Oleh karenanya, ada yang mengusulkan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) biar MUI membicarakanfatwa khusus wacana hal itu. Mereka mendesak biar MUI mengharamkan perayaan hari valentine yang diperingati setiap tanggal 14 februari sebagai hari kasih sayang. Ketua Dewan Syariah Nasional MUI, KH Ma’ruf Amin, menyatakan bahwa kalau dilihat perayaannya, tidak mengeluarkan secara fatwa khusus pun sudah haram, alasannya yakni banyak yang pesta-pesta dan mabuk-mabukan. Jadi, menurutnya sudah haram. Yang haram bukan hari valentine-nya tapi perayaan yang dilakukan oleh masyarakat untuk memepringati hari cinta tersebut (Tempointeraktif.com, 14 Februari 2008).
Dari uraian di atas, timbul permasalahan bagaimana bergotong-royong hari valentine tersebut? Bagaimana pandangan negara barat, negara timur, dan berdasarkan pandangan Islam? Makalah sederhana ini mencoba mendeskripsikan secara singkat sejarah hari valentine, serta menguraikan pandangan negara barat, timur, dan Islam terhadap hari valentine. Dengan pembahasan sederhana ini dibutuhkan sanggup membuka cakrawala kita wacana hari Valentine yang kesudahannya sanggup memberikan perilaku yang positif.
Sejarah Hari Valentine
Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan wacana apa yang bergotong-royong terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?”, Rizki Ridyasmara ( 2005) menjelaskan sejarah Valentine Day secara detil. Rizki menyatakan bahwa bergotong-royong ada banyak versi wacana asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling terkenal memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui selesai hidup pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun, ini pun ada beberapa versi. Yang terang dan tidak mempunyai silang pendapat yakni kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada janji nikah suci Dewa Zeus dan Hera. Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu tuhan berjulukan Lupercus, sang tuhan kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melaksanakan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa. Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu alasannya yakni mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan sanggup mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.
Perayaan Lupercalia yakni rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) berjulukan Juno Februata. Pada hari ini, para cowok berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap cowok dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang cowok yang memilihnya.
Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta santunan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk sanggup menerima lecutan alasannya yakni menganggap bahwa kian banyak menerima lecutan maka mereka akan bertambah bagus dan subur.
Ketika agama Kristen Kristen masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya yakni Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Agar lebih mendekatkan lagi pada pedoman Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menimbulkan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, menyerupai telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada klarifikasi yang detil siapa sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya alasannya yakni tiap sumber mengisahkan kisah yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan biar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine alasannya yakni ia dengan berani menyatakan tuhannya yakni Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine kemudian menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan berpengaruh di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar kemudian melarang para cowok yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini belakang layar menerima saingan dari Santo Valentine dan ia secara belakang layar pula menikahkan banyak cowok hingga ia tertangkap lembap dan ditangkap. Kaisar Cladius menetapkan eksekusi gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.
Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan eksklusif dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, ketika Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya di Perancis. Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, insiden itu dikaitkannya dengan animo kawin burung-burung dalam puisinya.
Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang hingga kini masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan eksklusif oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger menyampaikan kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini bergotong-royong pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi “To be my Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melaksanakan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, alasannya yakni meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.
Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah yakni putra Nimrod “the hunter” tuhan Matahari. Disebut tuhan Cinta, alasannya yakni ia begitu rupawan sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melaksanakan incest dengan anak kandungnya itu!
Silang sengketa siapa sesungguhnya Santo Valentine sendiri juga terjadi di dalam Gereja Kristen sendiri. Menurut gereja Kristen menyerupai yang ditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908), nama Santo Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi antara ketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas.
Bahkan Paus Gelasius II, pada tahun 496 menyatakan bahwa bergotong-royong tidak ada yang diketahui secara niscaya mengenai martir-martir ini, walau demikian Gelasius II tetap menyatakan tanggal 14 Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus. Ada yang mengatakan, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus bersahabat Roma, diidentifikasikan sebagai mayit St. Valentinus. Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
Banyak wisatawan kini yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin kekerabatan cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai belahan dari sebuah perjuangan gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang asal-muasalnya tidak sanggup dipertanggungjawabkan alasannya yakni hanya berdasarkan mitos atau legenda. Namun walau demikian, misa ini hingga kini masih dirayakan oleh kelompok-kelompok gereja tertentu.
Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Kristen sendiri tidak sanggup menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan tidak boleh secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Kristen masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.
Valentine Day’s di Negara Barat
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis yakni pada era ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 February yakni hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris Pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada era ke-14. Ia menulis di kisah Parlement of Foules (“Percakapan Burung-Burung”) bahwa
- For this was sent on Seynt Valentyne's day (“Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus”)
- Whan every foul cometh ther to choose his mate (“Saat semua burung tiba ke sana untuk menentukan pasangannya”)
Pada zaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari ini dan memanggil pasangan mereka "Valentine". Sebuah kartu Valentine yang berasal dari era ke-14 konon merupakan belahan dari koleksi pernaskahan British Library di London. Kemungkinan besar banyak legenda mengenai santo Valentinus diciptakan pada zaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:
- Sore hari sebelum santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati syuhada), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu".
- Ketika serdadu Romawi tidak boleh menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka.
- Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai martir.
- Christendom yakni sebutan lain untuk tanah-tanah atau negeri-negeri Kristen di Barat. Awalnya hanya merujuk pada daratan Kristen Eropa menyerupai Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan sebagainya, namun cukup umur ini juga merambah ke daratan Amerika. Orang biasanya mengira perayaan Hari Valentine berasal dari Amerika. Namun sejarah menyatakan bahwa perayaan Hari Valentine sesungguhnya berasal dari Inggris. Di era ke-19, Kerajaan Inggris masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan Inggris ini kemudian diimpor oleh kawasan koloninya di Amerika Utara.
Di Amerika, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak sehabis tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya mempunyai sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland menerima ide untuk memproduksi kartu di Amerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini.
Sejak tahun 2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary" kepada perusahaan pencetak kartu terbaik. Sejak Howland memproduksi kartu ucapan Happy Valentine di Amerika, produksi kartu dibentuk secara massal di selutuh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini yakni hari raya terbesar kedua sehabis Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The Happy New Year), di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama juga memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Mulai pada paruh kedua era ke-20, tradisi bertukaran kartu di Amerika mengalami diversifikasi. Kartu ucapan yang tadinya memegang titik sentral, kini hanya sebagai pengiring dari hadiah yang lebih besar. Hal ini sering dilakukan laki-laki kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya sanggup berupa bunga mawar dan coklat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk menunjukkan komplemen kepada perempuan pilihan.
Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu kekerabatan yang serius. Ini menciptakan perayaan Valentine di sana lebih bersifat ‘dating’ yang sering di akhiri dengan tidur bareng (perzinaan) ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke guru, dan sebagainya yang nrimo dan tidak disertai kontak fisik. Inilah sesungguhnya esensi dari Valentine Day.
Perayaan Valentine Day di negara-negara Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana pasangan-pasangan kencan boleh melaksanakan apa saja, sesuatu yang lumrah di negara-negara Barat, sepanjang malam itu. Malah di aneka macam hotel diselenggarakan aneka lomba dan program yang berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang insan berlainan jenis. Ini yang dianggap wajar, belum lagi party-party yang lebih bersifat tertutup dan menjijikkan.
Valentine Day di Negara non-Barat
Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat marketing besar-besaran, sebagai hari di mana para perempuan memberi para laki-laki yang mereka senangi permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para sahabat kerja laki-laki mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu berkat perjuangan marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih”(White Day) muncul. Pada hari ini (14 Maret), laki-laki yang sudah menerima cokelat pada hari Valentine dibutuhkan memberi sesuatu kembali.
Di Taiwan, sebagai tambahan dari Hari Valentine dan Hari Putih, masih ada satu hari raya lainnya yang menyerupai dengan kedua hari raya ini ditilik dari fungsinya. Namanya yakni "Hari Raya Anak Perempuan" (Qi Xi). Hari ini diadakan pada hari ke-7, bulan ke-7 berdasarkan tarikh kalender Tionghoa.
Di Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga mulai muncul. Budaya ini cenderung menjadi budaya terkenal dan konsumtif alasannya yakni perayaan valentine lebih banyak ditujukan sebagai permintaan pembelian barang-barang yang terkait dengan valentine menyerupai kotak coklat, komplemen dan boneka. Pertokoan dan media (stasiun TV, radio, dan majalah remaja) terutama di kota-kota besar di Indonesia marak mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan valentine.
Pandangan Islam terhadap Hari Valentine
Tiap tahun menjelang bulan Februari, banyak remaja Indonesia yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau sudah banyak di antaranya yang mendengar bahwa Valentine Day yakni salah satu hari raya umat Kristiani yang mengandung nilai-nilai doktrin Kristen, namun hal ini tidak terlalu dipusingkan mereka. “Ah, saya kan ngerayaain Valentine buat fun-fun aja…, ” demikian banyak remaja Islam bersikap. Bisakah dibenarkan perilaku dan pandangan menyerupai itu?
Perayaan Hari Valentine memuat sejumlah ratifikasi atas klaim doktrin dan ideologi Kristiani menyerupai mengakui “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan sebagainya. Merayakan Valentine Day berarti pula secara eksklusif atau tidak, ikut mengakui kebenaran atas doktrin dan ideologi Kristiani tersebut, apa pun alasanya. Jika ada seorang Muslim yang ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, maka diakuinya atau tidak, ia juga ikut-ikutan mendapatkan pandangan yang menyampaikan bahwa “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan sebagainya yang di dalam Islam sesungguhnya sudah termasuk dalam perbuatan musyrik, menyekutukan Allah SWT, suatu perbuatan yang tidak akan menerima ampunan dari Allah SWT. Naudzubillahi min dzalik!
“Barang siapa menggandakan suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut, ” Demikian suara hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata, “Memberi selamat atas program ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak hingga pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah. ”
Allah SWT sendiri di dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 51 melarang umat Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka yakni pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kau mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
Dari uraian sejarah Valentine dan hubungannya dengan peradaban Barat dikala ini sanggup diringkas bahwa Valentine merupakan :
- Ritual yang bersumber dari Kristen yang dikukuhkan oleh Paus Galasius untuk mengenang orang suci Kristen yaitu Santo Valentine dan Santo Marius.
- Ritual orang-orang Romawi kuno yang pagan (penyembah berhala) untuk memperingati dewi Juno yaitu ratu dari segala dewa-dewi bagi perempuan dan perkawinan ( dewi cinta).
- Ritual bangsa Eropa pada era pertengahan untuk mencari jodoh.
- Media Barat untuk mengkokohkan cengkraman peradaban Barat..
Dari keempat jatidiri Valentine tersebut, tidak satupun yang tidak bertentangan dengan pedoman Islam, alasannya :
Pertama, Valentine merupakan ritual keagamaan yaitu agama Kristen, sehingga Valentine merupakan ibadah bagi agama Kristen, bukti bahwa Valentine sebagai ritual agama Kristen yakni ritual Valentine tersebut dikukuhkan oleh seorang Paus yaitu Paus Galasius untuk memperingati dua orang yang diberi gelar orang suci oleh orang-orang Kristen. Bagi Muslim mengikuti Valentine tersebut yakni sama dengan mengikuti peribadatan orang Kristen, di samping itu ada ancaman yang lain yaitu sinkretisasi antara agama Islam dan Kristen, Allah I telah memerintahkan kita untuk tidak mencampuradukkan pedoman agama Islam dengan pedoman agama manapun termasuk Kristen :
Bagimu agamamu, bagiku agamaku. QS. (Al-Kaafirun (109): 6)
Kedua, Valentine untuk memperingati/memuja dewi Juno yakni ritual yang dilakukan oleh orang-orang romawi Kuno yang menyembah berhala/dewa, sehingga mengikuti ritual ini sanggup bernilai kesyirikan menyerupai yang dilakukan oleh orang-orang Romawi Kuno yang menyembah berhala.
Bedakan diri kalian dari orang-orang Musyrik. HR. Bukhari-Muslim
Ketiga, Valentine sebagai sarana untuk mencari jodoh oleh orang-orang Eropa, mereka bertahayul bahwa kasih sayang akan mulai bersemi pada tanggal 14 Pebruari, tahayul yakni salah satu bentuk kesyirikan, sehingga haram hukumnya bagi umat Islam untuk mengikutinya.
Keempat, Valentine sebagai media barat telah diakui daya rusaknya terhadap tatanan masyarakat timur apalagi Islam, mengiktui Valentine bukan saja sekedar pesta untuk menyatakan kasih sayang, tetapi juga pesta yang mau-tidak-mau harus mengikutkan budaya yang lainnya, pergaulan bebas, fashion, pakaian minim, ciuman antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya, hidup glamour, materialistis, dansa-dansa, mengumbar nafsu dan lain-lain.
Tidak sanggup dipungkiri lagi, Valentine yakni salah satu pintu masuk untuk menjadi sama dengan mereka. Itulah jatidiri Valentine dan kedudukannya terhadap agama Islam, banyak para muda-mudi yang mengikuti Valentine hanya sekedar ikut-ikutan dan tidak mengetahui apa dan bagaimana Valentine yang sesungguhnya, mereka ikut hanya alasannya yakni pernah melihat ada yang jualan kartu Valentine atau mendapatkan kartu valentine, atau alasannya yakni pernah diajak temannya ikut program Valentine, atau alasannya yakni pernah melihat propaganda Valentine di majalah-majalah, tv, film dan lain sebagainya, terhadap perilaku para muda-mudi yang mengikut saja terhadap apa yang tidak diketahuinya, Allah SWT telah menunjukkan peringatan :
Dan janganlah kau megikuti apa yang kau tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. (QS. Ali-Israa’(17):36)
Penutup
Hari Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu. Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat Istimewa bagi orang yang dikasihi, biar dagangan mereka laris dan mereka menerima keuntungan yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.
Hari Valentine ternyata tidak sesuai dengan adat ketimuran, tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia, tidak sesuai dengan pedoman agama Islam. Untuk itu, kita sebagai orang Islam sudah sepantasnya untuk merenungkan kembali di balik kemeriahan Valentine Day.
Daftar Pustaka;
- Hari Valentine. http://id. Wikipedia.org./wiki/Hari_Valentine. Diakses tanggal 15 Februari 2008.
- Isparmo. 2008. Hukum Merayakan Valentin. https://sewakarya.blogspot.com//search?q=hukum-merayakan-valentin diakses tanggal 15 Februari 2008
- Nugroho, E. 1991. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 17. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka.
- Pandangan Islam terhadap Hari Valentine. http://al-islahonline.com/bca.php?idartikel=93 diakses 15 Feb. 2008.
- Ridyasmara, Rizki. 2005. Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What? Jakarta: Pustaka Alkautsar.
- Solo Pos, edisi hari Kamis, tanggal 15 Februari 2008.
- Tempointeraktif.com. diakses tanggal 15 Februari 2008.