Makalah Populasi Dan Sampel
Monday, January 31, 2022
Edit
BAB 1
1. Latar Belakang Masalah
Bagian ini berisi uraian atau citra umum yang sanggup diperoleh dari koran, majalah, buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, atau keadaan lapangan mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan duduk kasus yang diteliti.
Gambaran umum ini sanggup bersifat mendukung atau menunjang pendapat peneliti atau pun bersifat tidak mendukung atau menolak cita-cita peneliti. Selain itu juga dipaparkan uraian pemantapan terhadap pemahaman masalah, contohnya mengapa duduk kasus yang dikemukakan dipandang menarik, penting, dan perlu ditelaah
2. Rumusan Masalah
Bagian ini merupakan pengembangan dari uraian latar belakang duduk kasus yang memperlihatkan bahwa duduk kasus yang akan ditelaah memang belum terjawab atau belum dipecahkan secara memuaskan. Uraian tersebut didukung aneka macam publikasi yang berafiliasi dengan duduk kasus yang dikaji, yang meliputi aspek yang dikaji, konsep-konsep yang berkaitan dengan hal yang akan ditulis, dan teori yang melandasi kajian. Pembahasan ini hanya berisi uraian yang memang relevan dengan duduk kasus yang akan dikaji serta disajikan secara sistematis dan terpadu.
Selanjutnya dituliskan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui telaah pustaka (dalam bentuk kalimat tanya), yang memuat variabel/hubungan antarvariabel yang akan dikaji. Kata tanya yang digunakan berupa apa, mengapa, bagaimana, sejauh mana, kapan, siapa, dan sebagainya bergantung pada ruang lingkup duduk kasus yang akan dibahas.
3. Tujuan Penelitian
Bagian ini menawarkan citra yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti perihal hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau kekerabatan yang relevan dengan duduk kasus yang akan diteliti. Sebagai teladan ialah mengkaji kehidupan orang-orang yang populer dalam suatu bidang studi untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana perjuangan mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang kini dianggap sebagai hal yang biasa saja.
4. Kegunaan Penelitian
Bagian ini menawarkan citra yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti perihal hasil yang akan diperoleh. Tujuan kajian harus mempunyai kaitan atau kekerabatan yang relevan dengan duduk kasus yang akan diteliti. Sebagai teladan ialah mengkaji kehidupan orang-orang yang populer dalam suatu bidang studi untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka, bagaimana perjuangan mereka untuk meneliti dan menemukan apa yang kini dianggap sebagai hal yang biasa saja.
5. Metode Kajian
Metode kajian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis semenjak awal hingga akhir. Pada potongan ini sanggup dimuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau fakta-fakta yang dipandang benar tanpa adanya verifikasi dan keterbatasan, yaitu aspek-aspek tertentu yang dijadikan kerangka berpikir. Selanjutnya dilakukan analisis duduk kasus dan variabel yang terdapat dalam judul kajian. Analisis duduk kasus menghasilkan variabel dan kekerabatan antarvariabel. Selanjutnya dilakukan analisis variabel dengan mengajukan pertanyaan mengenai masing-masing variabel dan pertanyaan yang berkaitan dengan kekerabatan antarvariabel. Analisis ini diharapkan untuk menyusun alur berpikir dalam memecahkan masalah.
Perlu ditekankan bahwa goresan pena perihal metode kajian hendaknya didasarkan atas kajian teori dan khasanah ilmu, yaitu paradigma, teori, konsep, prinsip,hukum, postulat, dan perkiraan keilmuan yang relevan dengan duduk kasus yang dibahas.
6. Definisi Istilah
Bagian ini menawarkan klarifikasi mengenai istilah-istilah yang digunakan biar terdapat kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan. Bagian ini juga menawarkan keterangan rinci pada bagian-bagian yang memerlukan uraian, contohnya alat peraga, sekolah, alat ukur, lokasi atau tempat, nilai, sikap, penghasilan, keadaan atau kondisi, keadaan sosial ekonomi, status, dan sebagainya.
7. Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar acuan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, materi pustaka yang hanya digunakan sebagai materi bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua materi pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.
Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:
- Nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama Tengah, tanpa gelar akademik,
- Tahun penerbitan
- Judul, termasuk subjudul
- Kota tempat penerbitan, dan
- Nama penerbit.
BAB 3
A. Pengertian Populasi dan Sampel
Kata populasi (population/universe) dalam statistika merujuk pada sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan). Populasi dalam statistika tidak terbatas pada sekelompok orang, tetapi juga hewan atau apa saja yang menjadi perhatian kita. Misalnya populasi bank swasta di Indonesia, tanaman, rumah, alat-alat perkantoran, dan jenis pekerjaan.
Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi. Ukuran populasi ada dua:
- (populasi terhingga (finite population), yaitu ukuran populasi yang berapa pun besarnya tetapi masih bisa dihitung (cauntable). Misalnya populasi pegawai suatu perusahaan;
- populasi tak terhingga (infinite population), yaitu ukuran populasi yang sudah sedemikian besarnya sehingga sudah tidak bisa dihitung (uncountable). Misalnya populasi tumbuhan anggrek di dunia.
Informasi perihal populasi sangat diharapkan untuk menarik kesimpulan. Bila kita sanggup mengobservasi keseluruhan individu anggota populasi, kita akan mendapat besaran yang menyatakan karakteristik populasi yang sebenarnya; dalam statistika disebut parameter. Dengan demikian parameter ialah suatu nilai yang menggambarkan ciri/karakteristik populasi. Parameter merupakan suatu nilai yang stabil lantaran diperoleh dari observasi terhadap seluruh anggota populasi. Biasanya dilambangkan dengan huruf-huruf Yunani. Misalnya: Rata-rata populasi dilambangkan dengan μ (baca: myu). Jika kita mengamati seluruh populasi berarti kita melaksanakan sensus.
Dari beberapa literature atau pendapat para ahli, sanggup disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruh elemen, atau unit elementer, atau unit penelitian, atau unit analisis yang mempunyai karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pengertian populasi tidak hanya berkenaan dengan ”siapa” tetapi juga berkenaan dengan apa. Istilah elemen, unit elementer, unit penelitian, atau unit analisis yang terdapat pada batasan populasi di atas merujuk pada ”siapa” yang akan diteliti atau unit di mana pengukuran dan inferensi akan dilakukan (individu, kelompok, atau organisasi), sedang penggunaan kata karakteristik merujuk pada ”apa” yang akan diteliti. ”Apa” yang diteliti tidak hanya merujuk pada isi, yaitu ”data apa” tetapi juga merujuk pada cakupan (scope) dan juga waktu.
Sementara sampel ialah potongan kecil dari anggota populasi yang diambil berdasarkan mekanisme tertentu sehingga sanggup mewakili populasinya. Kerja statistik melalui sampel dimungkinkan dengan alasan: keterbatasan biaya, waktu dan tenaga. Banyaknya anggota suatu sampel disebut ukuran sampel, sedangkan suatu nilai yang menggambarkan ciri sampel disebut statistik. Sampel diharapkan bisa mewakili populasi, lantaran itu sampel dibagi dua, yaitu sampel representatif dan sampel nonrepresentatif. Sampel representatif ialah sampel yang bisa mewakili keadaan populasinya, dan sampel nonrepresentatif ialah sampel yang tidak sanggup mewakili populasinya. Dengan demikian sebagai penduga parameter ada dua kemungkinan nilai statistik yang diperoleh, yaitu persis sama dengan parameternya atau tidak sama (lebih besar atau lebih kecil). Statistik sering dilambangkan dengan huruf dari aksara latin. Contoh rata-rata sampel dilambangkan dengan .
B. Teknik Penarikan Sampel
Earl Babbie (1986) dikutip Prijana (2005) dalam bukunya The Practice of Social Research, menyampaikan “Sampling is the process of selecting observations” (Sampling ialah proses seleksi dalam kegiatan observasi). Proses seleksi yang dimaksud di sini ialah proses untuk mendapat sampel.
Logika Sampling
Berdasarkan pendapat di atas, maka sanggup disampaikan dua hal yaitu: (1) bahwa sampling ialah proses untuk mendapat sampel dari suatu populasi. Di sini sampel harus benar-benar mencerminkan populasi, artinya kesimpulan yang diangkat dari sampel merupakan kesimpulan atas populasi. (2) duduk kasus yang dihadapi ialah perihal bagaimana proses pengambilan sampel, dan berapa banyak unit analisis yang akan diambil.
C. Tipe Sampling
Tipe sampling sanggup dibedakan berdasarkan dua hal, yaitu tipe sampling berdasarkan proses pemilihannya dan tipe sampling berdasarkan peluang pemilihannya.
Tipe sampling berdasarkan proses pemilihannya terbagi atas: (1) Sampling dengan pengembalian (sampling with replacement), yaitu setiap anggota sampel yang terpilih dikembalikan lagi ke tempatnya sebelum pemilihan selanjutnya dilakukan, sehingga ada kemungkinan bahwa suatu satuan sampling akan terpilih lebih dari sekali. (2) Sampling tanpa pengembalian (sampling without replacement), yaitu setiap anggota sampel yang terpilih tidak dikembalikan lagi ke dalam satuan populasi. Dengan demikian sampling tanpa pengembalian merupakan kebalikan dari proses sampling dengan pengembalian.
Sampling Probalibility
Tipe sampling berdasarkan peluang pemilihannya terbagi atas sampling probabilitas (probability sampling) dan sampling nonprobabilitas (nonprobability sampling). Dalam sampling probabilitas, pemilihan sampel dilakukan secara acak dan dilakukan secara objektif, dalam arti tidak didasarkan semata-mata pada keinginan peneliti, sehingga setiap anggota populasi mempunyai kesempatan tertentu untuk terpilih sebagai sampel.
Yang termasuk dalam sampling probabilitas adalah: sampling acak sederhana (simple random sampling), sampling sistematik (systematic sampling), sampling berstrata (stratified sampling), dan sampling bergugus (cluster sampling).
Yang dimaksud dengan sampling acak sederhana ialah sebuah proses sampling yang dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap satuan sampling yang ada dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih ke dalam sampel. William G. Cohran dalam bukunya Sampling Techniques, yang diterjemahkan oleh Prijana (2005) menyampaikan bahwa sampling acak sederhana ialah sebuah metode seleksi terhadap unit-unit populasi, unit-unit tersebut diacak seluruhnya. Masing-masing unit atau unit satu dengan unit lainnya mempunyai peluang yang sama untuk dipilih. Pemilihan dilakukan dengan tabel angka random atau memakai jadwal komputer.
Sementara Earl Babbie dalam bukunya The Practice of Social Research masih dalam Prijatna (2005) menyampaikan bahwa sampling acak sederhana ialah sebuah metode sampling dasar dalam penelitian sosial, sebuah kerangka sampling mesti dibuat, masing-masing unit didaftar seluruhnya tanpa ada yang terlewat. Penseleksiannya memakai tabel angka random.
Dari kedua pendapat tersebut terperinci bahwa sampling acak sederhana ialah sebuah rancangan sampling yang paling sederhana ditinjau dari proses sampling-nya maupun dari bentuk rumus yang dianalisisnya, serta digunakan untuk ukuran populasi terbatas dan ukuran kecil, oleh lantaran itu proses penarikan sampel acak sederhana relatif mudah. Proses sampling dimulai dari unit-unit dicatat seluruhnya tanpa ada yang terlewati yang umumnya data diambil dari data sensus. Setelah data dari kerangka sampling sudah lengkap, maka selanjutnya dilakukan langkah penyeleksian untuk masing-masing unit dengan peluang yang sama untuk terpilih sebagai unit sampel dengan memakai tabel angka random atau memakai jadwal komputer.
Penarikan sampel sistematik (systematic sampling) merupakan pengambilan setiap unsur ke k dalam populasi, untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel secara acak hanya dilakukan pada pengambilan awal saja, sementara pengambilan kedua dan seterusnya ditentukan secara sistematis, yaitu memakai interval tertentu sebesar k.
William G. Cohran (Prijana, 2005) menyampaikan bahwa sampling sistematik berbeda dengan sampling acak sederhana. Unit-unit populasi dicatat seluruhnya secara tersusun. Untuk seleksi unit-unit yang dijadikan unit sampel digunakan aturan sistematik, hanya unit pertama saja yang digunakan cara seleksi acak, untuk unit terpilih yang kedua dan seterusnya memakai aturan sistematik.
Penarikan sampel berstrata dilakukan dengan mengambil sampel acak sederhana dari setiap strata populasi yang sudah ditentukan lebih dulu. Penarikan sampel acak berstrata, populasinya di skat-skat menjadi beberapa group yang disebut strata. Setiap strata mempunyai elemen yang relatif homogen. Misalnya saja: (1) pendapatan keluarga per bulan, besarnya sangat bervariasi dari satu keluarga dengan keluarga lainnya. Pendapat seseorang perihal sesuatu hal akan berbeda dengan pendapat orang lainnya, tergantung latar belakang pendidikannya, tergantung pada umurnya, lingkungan hidupnya, dan efek faktor-faktor lainnya. (2) Banyaknya surat yang dikirimkan melalui bis-bis surat akan sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Kesibukan pekerjaan di kantor-kantor pos akan berbeda tergantung kepada kelasnya, daerahnya, dan kondisi-kondisi lain.
Teknik Penarikan Sampel dengan Sampling Acak Berstrat
Apabila rancangan sampling yang digunakan untuk survei menyerupai ini ialah sampling acak sederhana atau sampling sistematik, maka akan ada kemungkinan bahwa sifat-sifat menyerupai di atas tidak terjaring. Oleh lantaran itu, untuk menjamin bahwa sampel yang kita peroleh benar-benar bisa meliputi karakteristik yang ada dalam populasi, maka rancangan yang sebaiknya digunakan ialah stratified random sampling.
Populasi yang bersifat heterogen seolah dibagi dalam strata. Dalam menentukan banyaknya strata yang harus dibuat, maka ada dua faktor yang perlu diperhatikan antara lain: (1) naiknya presisi, artinya kekerabatan turunnya harga varians dengan banyaknya strata, dan (2) kekerabatan antara besarnya biaya dengan banyaknya strata.
Apabila keadaan variabel yang sedang kita teliti sangat heterogen, maka makin banyak strata makin baik. Banyaknya strata yang bisa dibentuk mungkin sedemikian keadaannya, sehingga dalam sebuah stratum hanya terdapat sebuah satuan sampling saja. Latar belakang matematis dan latar belakang pengalaman menawarkan petunjuk bahwa kalau banyaknya strata sudah lebih dari 6 buah, maka keadaanya sudah menjadi kurang efisien ditinjau dari sudut presisi dan biaya.
Penarikan Sampel tiap Stratum pada Sampling Acak Berstrata
Keterangan;
N = Populasi
N1 = Populasi pada stratum ke 1
N2 = Populasi pada stratum ke 2
Ni = Populasi pada stratum ke i
n = Sampel
n1 = Sampel pada stratum ke 1
n2 = Sampel pada stratum ke 2
ni = Sampel pada stratum ke i
Setelah banyaknya strata dan ukuran sampel keseluruhan ditentukan, maka proses selanjutnya ialah mengalokasikan satuan-satuan sampling dalam sampel itu ke dalam setiap stratum. Artinya kita harus menentukan berapa ukuran sampel untuk setiap stratum, yaitu n1, n2, n3, dan seterusnya (ni), sedemikian rupa sehingga diperoleh: n1 + n2 + n3 + … + ni = n (Gambar 5). Setelah itu sampel untuk masing-masing stratum diambil melalui sampling acak sederhana. Oleh lantaran memakai cara SAS, maka proses penarikan sampel dilakukan dengan cara yang sama menyerupai sudah dijelaskan pada bahasan perihal sampling acak sederhana (SAS), dengan menganggap seolah setiap stratum sebagai populasi tersendiri. Oleh lantaran itu diharapkan kerangka sampling di setiap stratum.
Sampling Nonprobability
Selain sampling probabilitas, di muka disinggung perihal sampling nonprobabilitas. Sampling nonprobabilitas merupakan pemilihan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan peneliti, sehingga dengan tipe sampling nonprobability ini menciptakan semua anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.
Nonprobability sampling dikembangkan untuk menjawab kesulitan yang timbul dalam menerapkan teknik probability sampling, terutama untuk mengeliminir biaya dan permasalahan dalam pembuatan sampling frame (kerangka sampel). Pemilihan nonprobability sampling ini dilakukan dengan pertimbangan: 1). penghematan biaya, waktu dan tenaga; dan 2) keterandalan subjektivitas peneliti (pengetahuan, kepercayaan dan pengalaman seseorang seringkali dijadikan pertimbangan untuk menentukan anggota populasi yang dipilih sebagai sampel). Yang termasuk pada sampling nonprobabilitas ialah convenience sampling, judgement sampling, quato sampling, dan snowball sampling.
Pada convenience sampling (sampling kemudahan), sampel diambil berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang tersebut sanggup dijadikan sampel. Dengan kata lain sampel diambil/terpilih lantaran ada ditempat dan waktu yang tepat. Tanpa kriteria peneliti bebas menentukan siapa saja yang ditemuinya untuk dijadikan sampel.
Dengan demikian teknik sampling ini digunakan ketika peneliti berhadapan dengan kondisi karakteristik elemen populasi tidak sanggup diidentifikasikan dengan jelas, maka teknik penarikan sampel convenience, atau sering juga disebut sampling accidental menjadi salah satu pilihan. Teknik sampling convenience ialah teknik penarikan sampel yang dilakukan lantaran alasan fasilitas atau kepraktisan berdasarkan peneliti itu sendiri. Dasar pertimbangannya ialah sanggup dikumpulkan data dengan cepat dan murah, serta menyediakan bukti-bukti yang cukup melimpah. Kelemahan utama teknik sampling ini terperinci yaitu kemampuan generalisasi yang amat rendah atau keterhandalan data yang diperoleh diragukan.
Judgement sampling (dikenal juga dengan purposive sampling) ialah teknik penarikan sampel yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi sasaran yang diadaptasi dengan tujuan atau duduk kasus penelitian. Dalam perumusan kriterianya, subjektivitas dan pengalaman peneliti sangat berperan. Penentuan kriteria ini dimungkinkan lantaran peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya.
Teknik sampling kuota, intinya sama dengan judgment sampling, yaitu mempertimbangkan kriteria yang akan dijadikan anggota sampel. Langkah penarikan sampel kuota antara lain: pertama peneliti merumuskan kategori quota dari populasi yang akan ditelitinya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan ciri-ciri yang dikehendakinya, menyerupai jenis kelamin, dan usia. Kedua menentukan besarnya jumlah sampel yang dibutuhkan, dan memutuskan jumlah jatah (quotum). Selanjutnya, sesudah jumlah jatah ditetapkan, maka unit sampel yang diharapkan sanggup diambil dari jumlah jatah tersebut. Teknik sampling kuota biasanya digunakan bila populasinya berukuran besar.
Quota sampling (jatah) hampir menyerupai dengan teknik sampling stratifikasi. Bedanya, jika dalam sampling stratifikasi penarikan sampel dari setiap subpopulasi dilakukan dengan acak, maka dalam sampling kuota, ukuran serta sampel pada setiap sub-subpopulasi ditentukan sendiri oleh peneliti hingga jumlah tertentu tanpa acak. Mengapa bisa begitu? Karena pada kenyataannya sering dijumpai bahwa peneliti tidak sanggup mengetahui ukuran yang rinci dari setiap subpopulasi, atau ukuran antar subpopulasi sangat jauh berbeda. Menghadapi kondisi seperti, maka peneliti sanggup mempertimbangkan penggunaan teknik sampling kuota. Jadi, melalui teknik sampling kuota, penarikan sampel dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti untuk tujuan meningkatkan representasi sampel penelitian hingga jumlah tertentu sebagaimana yang dikehendaki peneliti.
Snowball Sampling merupakan salah satu bentuk judgement sampling yang sangat sempurna digunakan bila populasinya kecil dan spesifik. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara berantai, makin usang sampel menjadi semakin besar, menyerupai bola salju yang menuruni lereng gunung. Hal ini diakibatkan kenyataan bahwa populasinya sangat spesifik, sehingga sulit sekali mengumpulkan sampelnya. Pada tingkat operasionalnya melalui teknik sampling ini, responden yang relevan di interview, diminta untuk menyebutkan responden lainnya hingga diperoleh sampel sebesar yang diinginkan peneliti, dengan spesifikasi/spesialisasi yang sama lantaran biasanya mereka saling mengenal.
Dibandingkan dengan teknik sampling nonprobabilitas lainnya, teknik ini mempunyai keunggulan terutama dalam hal biaya yang relatif lebih rendah. Kelemahannya ialah kemungkinan bias yang relatif lebih besar lantaran pemilihan responden tidak independen (Zikmund, 2000: 362).
Berdasarkan uraian di atas perihal sampling peluang dan non peluang, seorang peneliti sanggup dengan bebas menentukan tipe sampling mana yang akan digunakannya. Tetapi ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan untuk menentukan tipe sampling yang baik, diantaranya:
- dapat menghasilkan citra yang sanggup diandalkan dari seluruh populasi,
- dapat menentukan presisi dari hasil penelitian,
- sederhana, gampang dilaksanakan, dan
- dapat menawarkan keterangan sebanyak mungkin perihal populasi dengan biaya minimal.
D. Prosedur Penarikan Sampel
Setelah kita membahas pengertian sampling dan tipe-tipe sampling sebagaimana diuraikan di muka, selanjutnya untuk memudahkan pemahaman kita perihal bagaimana cara penarikan sampel serta cara memperoleh sampel yang representatif, akan disampaikan beberapa langkah atau mekanisme dalam melaksanakan pengambilan sampel. pengambilan sampel, sanggup dilakukan langkah-langkah berikut, diantaranya:
- Menentukan populasi target,
- Membuat kerangka sampling,
- Menentukan ukuran sampel,
- Menentukan teknik dan rencana pengambilan sampel,
- Melakukan pengambilan sampel.
Berdasarkan pendapat para andal di atas, maka langkah-langkah penarikan sampel sanggup kita uraikan sebagai berikut:
- Pertama yang harus ditentukan dalam langkah mendesain penarikan sampel ialah menentukan populasi sasaran dengan tegas, yang dilanjutkan dengan penentuan populasi studi dari populasi sasaran tadi.
- Menentukan area populasi, hal ini berkaitan dengan data penelitian yang akan dijadikan lokasi penelitian.
- Menentukan ukuran populasi (size of population) sebagai dasar untuk menarik sampel. Biasanya populasi diambil dari data sensus. Carilah data tersebut secara lengkap, dapatkan data yang akurat dan up to date.
- Buatlah kerangka sampling dengan memasukan data dari populasi studi secara lengkap dan jelas, serta hal yang terpenting ialah satuan-satuan sampling diberi nomor sesuai dengan jumlah digit populasinya, secara berurutan dari nomor paling kecil hingga dengan nomor yang paling besar.
- Tentukan ukuran sampel dengan memakai rumus-rumus yang sesuai.
- Gunakan tabel angka random ataupun jadwal komputer sebagai alat seleksi.
- Satuan sampling terpilih sebagai anggota sampel, merupakan langkah terakhir dari desain sampling yang pada hakikatnya merupakan cerminan dari populasi.
E. Menentukan Ukuran Sampel
Salah satu duduk kasus yang dihadapi dalam teknik penarikan sampel ialah perihal berapa banyak unit analisis (ukuran sampel) yang harus diambil. Oleh lantaran itu, pada ketika peneliti mengajukan ajuan penelitian, disarankan untuk secara tegas menawarkan citra operasional berupa ukuran sampel minimal yang akan digunakan untuk penelitiannya. Ukuran sampel ini akan menawarkan arahan mengenai kelayakan penelitian (eligibility of the research).
Ukuran sampel bisa ditentukan melalui dua dasar pemikiran, yaitu ditentukan atas dasar fatwa statistis, dan atau ditentukan atas dasar fatwa non statistis. Ditinjau dari aspek statistis, ukuran sampel ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:
- bentuk parameter yang menjadi tolak ukur analisis, dalam arti apakah tujuan penelitian ini untuk menaksir rata-rata, persentase, atau menguji kebermaknaan hipotesis,
- tipe sampling, apakah simple random sampling, stratified random sampling atau yang lainnya. Tipe sampling ini berkaitan dengan penentuan rumus-rumus yang harus digunakan untuk memperoleh ukuran sampel, dan
- variabilitas variabel yang diteliti (keseragaman variabel yang diteliti), makin tidak seragam atau heterogen variabel yang diteliti, makin besar ukuran sampel minimal.
Sedangkan dipandang dari sudut nonstatistis, ukuran sampel ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:
- kendala waktu atau time constraint,
- biaya, dan
- ketersediaan satuan sampling.
VARIABEL & HIPOTESIS PENELITIAN
Pengertian Variabel
Secara teoritis variabel sanggup didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek uang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981).
Variabel juga sanggup merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna merupakan atribut-atribut dari objek.
Bahan baku pabrik, teknologi produksi, pengendalian mutu, pemasaran, advertising, nilai penjualan, laba ialah merupakan teladan variabel dalam kegiatan maupun ilmu bisnis.
Dinamakan variabel lantaran ada variasinya. Misalkan berat tubuh sanggup dikatakan variable, lantaran berat tubuh sekelompok orang itu bervariasi antara satu dengan yang lain. Demikian juga motivasi, persepsi sanggup juga dikatakan sebagai variable lantaran contohnya persepsi dan sekelompok orang tentu berfariasi.
Jadi, kalau peneliti akan menentukan variable penelitian, baik yang dimiliki orang objek. Maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya.
Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variable. Untuk sanggup bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau objek yang bervariasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka sanggup dirumuskan di sini bahwa variabel penelitian ialah sauatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Macam-macam Variabel
Variabel ialah suatu peubah penelitian yang sanggup diukur. Variabel juga sanggup didefinisikan sebagai atribut seseorang yang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau suatu objek dengan objek yang lain
Dalam penelitian, sesudah memperoleh pengertian perihal konsep dan definisi operasional variabel, langkah berikutnya ialah menentukan variabel yang mempunyai kekerabatan antar variabel yang satu dengan variabel lain.
Berikut ialah macam-macam variabel dan bisa dibedakan menjadi :
Variabel Independent
Variable independent atau variable bebas, atau peubah bebas sering juga disebut dengan variabel stimulus, atau predictor, atau variabel antecedent. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, variabel independent disebut juga sebagai peubah bebas.
Peubah bebas ini ialah merupakan peubah yang mensugesti atau yang menjadi lantaran terjadinya perubahan terhadap peubah tak bebas. Atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi peubah tak bebas (variabel dependent).
Variabel Dependent. Variabel dependent, dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai peubah tak bebas, variabel output, criteria, atau konsekuen. Variabel ini sering disebut sebagai peubah tak bebas, atau variabel terikat. Variable terikat atau peubah tak bebas ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, lantaran adanya variable lantaran atau peubah bebas.
Varibel Moderator
Variabel moderator ialah peubah yang mensugesti (memperkuat atau memperlemah) kekerabatan antara variabel independent dengan variabel dependent. Variabel ini sering disebut juga sebagai peubah bebas kedua. Bila suami istri mempunyai anak, maka anak sanggup disebut sebagai variabel moderator, lantaran sanggup memperkuat kekerabatan emosional antara suami dan istri.
Variabel Intervening
Variabel intervening ialah peubah yang secara teoritis mensugesti (memperlemah dan memperkuat) kekerabatan antara variabel independent (peubah bebas) dengan variable dependent (peubah terikat), akan tetapi tidak sanggup diamati dan diukur secara matematis.
Variabel Kontrol
Variabel kontrol ialah peubah yang dikendalikan atau dibentuk konstan sehingga efek variabel independent (peubah bebas) terhadap variabel dependent (peubah tak bebas) tidak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati. Variabel kontrol ini sering digunakan dalam penelitian komparatif, yang bersifat melaksanakan perbandingan.
Pengertian Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau balasan sementara terhadap duduk kasus yang kita hadapi. Dalam melaksanakan penelitian untuk mendapat jawabanyang benar maka seseorang ilmuwan seolah-olah melaksanakan interogasi terhadap alam.
Adapun kegunaan Hipotesis ialah sebagai berikut :
- Mengarahkan penelitian. Misalnya kekerabatan dan kekerabatan yang diungkapkan dalam hipotesis akan memberitahukan hal-hal yang dilakuka olehpeneliti.
- Masalah dan hipotesis menciptakan peneliti bisa mendeduksi manifestasi empiris tertentu yang tercakup dalam duduk kasus serta hipotesis itu, lantaran duduk kasus dan hipotesis pada umumnya merupakan pernyataan yang reasional.
E. Macam-macam Hipotesis
Terdapat tiga macam hipotesis yaitu :
- Hipotesis Deskriftif : dirumuskan untuk menentukan titik peluang, atau dirumuskan untuk menjawab pertanyaan taksiran/estimatif. Tidak membandingkan. Contoh “Disiplin kerja pegawai Fak. Teknik UNTAG sangat tinggi” Yang menjadi estimasi pada teladan ini ialah : sangat tinggi
- Hipotesis Komparatif : memberi balasan terhadap permasalahan yang bersifat membedakan. Contoh “Ada perbedaan daya ikat antara Semen Tiga Roda dengan Semen Padang”
- Hipotesis Asosiatif : memberi balasan pada permasalahan yang bersifat hubungan.
Dalam hal ini berdasarkan sifat hubungannya, ada tiga jenis hipotesis penelitian (Ha) :
- Hipotesis kekerabatan simentris : Hubungan bersifat kebersamaan antara dua variabel atau lebih, tapi tidak memperlihatkan lantaran akibat. Contoh ”Ada kekerabatan antara banyaknya mengikuti perkuliahan dengan nilai tamat mahasiswa”
- Hipotesis kekerabatan lantaran akhir (kausal) : menyatakan kekerabatan yang saling mensugesti antara dua variabel atau lebih. Contoh ”Disiplin pegawai yang tinggi kuat positif terhadap produktifitas kerja.”
- Hipotesis kekerabatan interaktif : menyatakan kekerabatan antara dua variabel atau lebih bersifat saling mempengaruhi. Contoh ”Terdapat efek timbal balik antar kenaikan pangkat dengan tersedianya jabatan”
Selain dari itu ada juga yang beropini bahwa hipotesis di bedakan menjadi dua macam, yaitu :
- Hipoteis Nol (null hypotheses) Hipotesi nol sering juga disebut hipotesis statistik, lantaran biasanya digunakan dalam penelitian bersifat bersifat statistik, yaitu diuji dengan hitungan statistik
- Hipotesis kerja. Hipotesis ini juga disebut dengan hipotesis alternatif yang disingkat dengan Ha. Hipotesis kerja menyatakan kekerabatan antara variabel variabel X dan variabel Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
METODE PENGUMPULAN DATA dan ANALISIS DATA PENELITIAN
1. METODE PENGUMPULAN DATA
A. Metode Observasi
Metode Observasi ialah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistimatik gejala-gejala yang diselidiki
Ciri-ciri pengamatan dalam rangka pengumpulan data, yakni :
- memiliki arah yang khusus
- Sistematik
- bersifat kuantitatif
- melakukan pencatatan segera (pada waktu observasi berlangsung). menuntut keahlian
B. Metode Kuesioner (Angket)
Metode kuesioner ialah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu duduk kasus atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket kemudian disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab yang diselidiki), terutama pada penelitian survai.
Tujuan dilakukan angket atau kuesioner, ialah :
C. Metode Wawancara
Metode wawancara ialah proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara mulut di mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara pribadi informasi-informasi atau keterangan-ke-terangan
2.METODE ANALISIS DATA
A. DATA, STATISTIK, DAN PENELITIAN
Menurut M. Nasir (1985:405) data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan potongan yang amat penting dalam metode ilmiah lantaran dengan analisa data tersebut sanggup diberi arti, makna yang mempunyai kegunaan dalam memecahkan masalah.
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah, yaitu :
- Pemeriksaan data (editing) ialah memilih/menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tinggal. Langkah persiapan dilakukan dalam rangka merapikan data biar bersih, rapi dan tinggal melaksanakan pengolahan lanjutan atau menganalisis.
- Pembuatan kode ialah melaksanakan pembuatan kode terhadap data yang sudah
- Diedit sebagai perjuangan untuk menyederhanakan data.
- Langkah penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Pemilihan terhadap rumus yang digunakan adakala diadaptasi dengan jenis data tetapi ada kalanya peneliti menentukan pendekatan/rumus kemudian data yang ada diubah, diadaptasi dengan rumus yang sudah dipilih
Secara umum statistik sanggup membantu kita dalam :
a. Menghitung nilai tengah data.
Dengan menghitung nilai tengah data (mean, median, modus) kita bisa mengetahui kecenderungan dari data tersebut. Hasil dari nilai statistik ini sering terlihat absurd jika dibandingkan dengan yang terdapat dalam dunia nyata.
b. Mengetahui sebaran atau distribusi data.
Distribusi data umumnya mengikuti distribusi normal yang berbentuk lonceng. Kebanyakan data berkelompok di potongan tengah, dan berangsur-angsur berkurang ke potongan tepinya. Makin jauh dari titik tengah berarti makin besar deviasi atau penyimpangannya. Dari sini sanggup dihitung penyimpangan rata-rata atau penyimpangan bakunya.
c. Mengetahui kekerabatan antara suatu data dengan data lain.
Dalam mengetahui hubungan-hubungan ini statistik sangat membantu untuk menghitung besar dan sifat dari kekerabatan itu. Hubungan ini biasa dikenal dengan kekerabatan dan regresi. Untuk mendapat koefisien kekerabatan atau regresi kita bisa dilakukan dengan pemberian komputer.
d. Mengetahui sejauh mana data sesuai atau menyimpang dengan standar.
Pada umumnya alam mengikuti aturan-aturan tertentu. Salah satunya ialah distribusi normal. Sebagian besar insiden dialam mengikuti distribusi normal. Kurva normal yang ditemukan oleh Karl Fredrich Gauss memperlihatkan bahwa jumlah terbanyak ialah yang mengitari angka rata-rata berkelompok di potongan tengah dan ke sebelah kanan dan kirinya semakin menipis sehingga jika digambarkan akan membentuk lonceng yang simetris.
B. SKALA PENGUKURAN DATA
Kesesuaian antara macan data dengan metode analisis statistiknya didasarkan pada skala pengukuran datanya. Berdasarkan skala pengukurannya, data dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Skala Nominal
Data yang diukur memakai skala nominal menghasilkan data yang sifatnya hanya penamaan atau menbedakan saja. Data nominal merupakan data yang tingkatannya paling rendah. Data nominal hanya berupa kategori saja
2. SkalaOrdinal
Data yang diukur memakai skala ordinal selain mempunyai ciri nominal, juga mempunyai ciri berbentuk peringkat atau jenjang. Istilah ordinal berasal dari kata ordo yang berarti tatanan atau deret. Misalnya tingkat pendidikan, nilai ujian (dalam huruf), dan sebagainya.
3. SkalaInterval
Data yang diukur memakai skala interval selain mempunyai ciri nominal dan ordinal , juga mempunyai ciri interval yang sama. Misalnya nilai ujian (dalam angka), suhu (temperatur), dan sebagainya.
4. SkalaRasio
Data yang diukur memakai skala rasio merupakan skala pengukuran data yang tingkatannya paling tinggi. Skala rasio ini selain mempunyai ketiga ciri dari skala pengukuran diatas, juga mempunyai nilai nol yang bersifat mutlat (absolut).
DAFTAR PUSTAKA;
- Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
- Cohran, W.G., 1979, Sampling Technique. Third Edition. New York : John Wiley & Sons.
- David M. Levine, David Stephan, Timothy C. Krehbiel & Mark L. Berensen, 2002, Statistic for Managers Third Edition, New Jersey: Pearson Education Inc.
- Deming, W.E., 1950, Some Theory of Sampling. New York: John Willey & Sons.
- James H. McMillan & Sally Schumacher. 2001. Research In Education a Conceptual Introduction. 5th Edition. New York: Addison Wesley Longmen Inc.
- Meleong, Lexy J., 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosadakarya.
- Noeng Muhajir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Raka Serasin.
- Prijana, 2005. Metode Sampling Terapan. Bandung: Humaniora