Pengertian Persepsi
Monday, January 10, 2022
Edit
1 Pengertian Persepsi
Persepsi yaitu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan apa yang kita berikan kepada mereka ketika mereka mencapai kesadaran (Mulyana, 2005: 168). Menurut Wenburg dan Wilmot, persepsi yaitu proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi sikap kita (Mulayana, 2005: 167).
Di dalam buku yang sama Mulyana juga menyimpulkan bahwa persepsi yaitu inti komunikasi, sedangkan penafsiran yaitu inti persepsi. Desideranto dalam buku Psikologi Komunikasi memberikan bahwa persepsi ialah memperlihatkan makna pada stimuli inderawi. Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas, sensasi yaitu belahan dari persepsi. Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi jua melibatkan atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori ( Rakhmat, 2008: 51).
Menurut walgito (2002: 54), terjadinya persepsi harus melalui beberapa proses yaitu :
- Suatu objek atau sasaran mengakibatkan stimulus, dan selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berkaitan dengan segi fisik.
- Stimulus suatu objek yang diterima alat indera kemudian disalurkan ke otak melalui saraf sensoris.
- Otak selanjutnya memproses stimulus sehingga individu menyadari objek yang diterima oleh alat inderanya
2 Aspek – Aspek Persepsi
Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa penafsiran makna melibatkan proses – proses menyerupai sensasi, atensi, ekspresi, motivasi, dan memori. Dalam penelitian kali ini peneliti membatasi aspek hanya pada tiga aspek saja yaitu sensasi, atensi dan memori.
Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat penginderaan yang menhubungkan organisme dengan lingkungannya. Sedangkan Menurut Wolman sensasi yaitu pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali bekerjasama dengan aktivitas alat indera (Rakhmat, 2008: 49).
Sensasi merujuk kepada pesan yang dikirim ke otak lewat kelima alat indera kita yaitu pengelihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan. Pada umumnya insan mempunyai lima alat indera, namun rakhmat memberikan bahwa terdapat Sembilan alat indera yang dikelompokan kedalam tiga macam indera peserta menurut dengan sumber informasinya, yaitu :
1. Eksteroseptor
Indera yang menangkap informasi dari luar menyerupai mata, telinga, hidung, peraba, dan perasa.
2. Interoseptor
Indera yang menagkap informasi dari dalam menyerupai sistem peredaran darah.
3. Proprioseptor
Indera yang menangkap gerakan badan sendiri contohnya vestibular.
Dari pendapat – pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa sensasi merupakan sesuatu yang ditangkap dan dirasakan oleh alat indera kita. Bila dikaitkan dengan penelitian ini maka sensasi yang dimaksud disini yaitu semacam keasyikan yang dirasakan pemirsa pada dikala atau sesudah melihat tayangan Reportase Investigasi di Trans TV melalui alat indera, khususnya indera pengelihatan dan pendengaran.
Atensi
Kenneth E. Andersen mengartikan atensi sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada dikala stimuli lainnya melemah. Masih dalam buku yang sama Rakhmat mengutarakan bahwa perhatian atau atensi terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan – masukan melalui alat indera yang lain (Rakhmat, 2008: 52).
Menurut Mulyana atensi dipengaruhi oleh faktor – faktor internal, yaitu factor biologis (lapar, haus, dan sebagainya), faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit, dan sebagainya), dan faktor social – budaya (gender, agama, tingkat pendidikan, penghasilan, dan sebagainya), serta faktor psikologis termasuk kemauan, keinginan, motivasi, dan sebagainya (Mulyana, 2006: 181).
Dari klarifikasi di atas peneliti menyimpulkan bahwa atensi merupakan bentuk pemusatan perhatian terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Sesuai dengan penelitian ini atensinya yaitu minat dan perhatian para pemirsa terhadap tayangan Reportase Investigasi di Trans TV.
Memori
Schlessssinger dan Groves mengartikan memori sebagai sistem yang sangat berstruktur, yang mengakibatkan organisme sanggup merekam fakta wacana dunia dan memakai pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Rakhmat, 2008: 62).
Mussen dan Rosenwig menjelaskan secara singkat bahwa memori akan melewati tiga proses yakni : Perekaman, Penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (encoding) yaitu pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage) yaitu proses kedua yakni menentukan berapa usang informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Ketiga yaitu proses pemanggilan (retrieval) disebut juga pemanggilan sehari – hari, yaitu memakai informasi yang disimpan.
Melalui pengertian – pengertian di atas makan sanggup peneliti simpulkan bahwa memori merupakan proses merekam fakta – fakta terhadap suatu objek termasuk proses mengingat kembali dan menggunakannya. Bila dikaitkan dengan penelitian ini mak memori yang dimaksud yaitu ingatan pemirsa terhadap tayangan Reportase Investigasi di Trans TV.
3 Teori Individual Differences
Nama teori yang dicetuskan oleh Melvin Lawrence DeFleur ini lengkapnya yaitu “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Teori ini menelaah perbedaan – perbedaan individu – individu sebagai sarana media massa ketika mereka diterpa sehingga sanggup mengakibatkan imbas tertentu yang berbeda – beda.
Menurut teori ini individu - individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan – pesan terutama jika berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap – sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai – nilainya. Tanggapannya terhadap pesan – pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Efek media massa pada khalayak itu tidak seragam, melainkan bermacam-macam disebabkan lantaran secara individual berbeda satu sama lain bila dilihat dari struktur kejiwaannya.
Anggapan dasar teori ini yaitu bahwa insan amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari pemberian perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik – titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajari itu, mereka menghendaki seperangkat sikap , nilai dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing – masing pribadi yang membedakannya dari yang lain.
Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan – rangsangan khusus yang mengakibatkan interaksi yang berbeda dengan tabiat – tabiat perorangan atau khalayak, oleh lantaran itu terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu. Secara alamiah sanggup diduga akan muncul imbas yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual masing – masing. Dengan berpegangan tetap pada imbas variable – variable kepribadian (yakni menganggap bahwa khalayak mempunyai cirri – cirri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman pendapat atau balasan terhadap pesan tertentu (Effendi , 2004: 275-276).
Maka jika dikaitkan dengan penelitian ini, setiap responden mempunyai persepsi yang berbeda dalam menanggapi pernyataan yang deberikan oleh peneliti, sehingga mengakibatkan imbas yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individu masing – masing.
4 Teori Stimulus Organisme Respons
Prinsip teori ini bahu-membahu merupakan prinsip yang sederhana, yaitu respon merupakan reaksi balik dari individu ketika mendapatkan stimuli dari media. Seseorang sanggup mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan imbas antara pesan-pesan media massa dan reaksi audiens, sanggup juga dikatakan imbas yang ditimbulkan yaitu reaksi khusus terhadap stimulus respon, sehingga seseorang sanggup mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy Teori S-O-R yaitu abreviasi dari Stimulus – Organisme – Respon ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi tidaklah mengherankan, lantaran objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi yaitu sama, yaitu insan yang jiwanya mencakup komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afektif, dan konasi. (Effendy, 2003:225)
Dalam teori ini terdapat tiga elemen penting, yaitu :
- Pesan (Stimuli, S)
- Penerima (Prganisme, O)
- Efek (Respon, R)
Model ini menggambarkan bahwa media massa mempunyai imbas yang sangat berpengaruh dalam masyarakat. Pendapat ini didukung kenyataan bahwa tingkat konsumsi masyarakat atas media massa terutama media elektronik berupa televisi cukup tinggi, sehingga apabila setiap hari diterpa oleh informasi yang sama dari televisi dalam jangka waktu yang usang akan tercipta imbas yang diharapkan.
Carll Hofland sebagai penggerak dari teori ini menyampaikan bahwa proses perubahan sikap pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan sikap tersebut menggambarkan proses berguru pada individu yang terdiri dari :
- Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme sanggup diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
- Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
- Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
- Akhirnya dengan pemberian kemudahan serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai imbas tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini menyampaikan bahwa sikap sanggup berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang sanggup melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus sanggup meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
SUMBER;