Pengertian Komunikasi Dan Jenis-Jenis Komunikasi
Sunday, January 9, 2022
Edit
Komunikasi
Komunikasi secara gampang diartikan sebagai proses transfer pesan melalui sarana atau media komunikasi kepada komunikan yang dituju. Menurut Hovland “Communication is the process to the modify the behavior of other individuals” Komunikasi yakni proses mengubah sikap orang lain (Effendi, 2004:10).
Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi yang telah banyak memberi perhatian pada riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran penemuan membuat definisi bahwa: “Komunikasi yakni proses dimana suatu wangsit dialihkan dari sumber kepada satu akseptor atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laris mereka.” (Changara, 2004:20)
Definisi tersebut kemudian dikembangkan lagi oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid sehingga melahirkan suatu definisi gres yang menyatakan bahwa: “Komunikasi yakni suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melaksanakan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.” (Changara, 2004:20)
Definisi-definisi yang dikemukakan diatas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibentuk oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah sanggup memperoleh gambaran ibarat apa yang diungkapkan oleh Shanon dan Weaver bahwa komunikasi yakni bentuk interkasi insan yang saling menghipnotis satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi memakai bahasa verbal, tetapi juga bahasa non verbal ibarat ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
Berdasarkan definisi tersebut, peneliti memahami bahwa berkomunikasi sanggup mengubah sikap, pendapat dan sikap seseorang. Komunikasi yakni proses penyampaian gagasan, impian dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti dan dilakukan oleh penyampai pesan dan ditujukan pada akseptor pesan. (Widjaja, 2002:13)
Komunikasi yakni proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu untuk menghasilkan efek/ tujuan dengan mengharapkan feedback atau umpan balik. Penyampaian pesan sanggup berupa gagasan dan impian yang disampaikan melalui simbol kepada khalayak.
Seperti yang kita ketahui , komunikasi mempunyai beberapa komponen yang mendukung terjadinya sebuah proses komunikasi. Adapun komponen-komponen tersebut yakni :
1) Komunikator/Penyampai pesan/Sumber/Source
Semua proses komunikasi berasal dari sumber, yang sanggup berupa perorangan (komunikasi individual atau antar perorangan) atau seorang dengan beberapa orang di suatu forum atau organisasi atau orang yang dilembagakan (komunikasi dengan media massa). Dalam penelitian ini, yang menjadi pihak pengirim pesan yakni aktivitas ’Reportase Investigasi’ di Trans TV.
2) Pesan/Message
Unsur pesan meliputi semua materi atau isi yang dikomunikasikan antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, baik yang disampaikan secara verbal maupun non verbal baik secara pribadi maupun tidak pribadi (misalnya melalui media massa). Pesan sanggup berupa pesan verbal (bahasa/kata-kata verbal atau tertulis), pesan non verbal (isyarat, gambar, warna) dan pesan paralinguistik (kualitas suara, tekanan suara, kecepatan suara, vokalisasi). Dalam aktivitas Reportasse Investigasi pesan yang disampaikan yakni untuk selalu waspada terhadap tindak kejahatan di sekitar anda.
3) Saluran/Media/Channel
Unsur susukan merupakan sarana daerah pesan yang disampaikan sehingga bisa diterima dan dimaknai oleh komunikan. Misalnya: media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio dll.) telepon ataupun surat. Melalui stasiun televisi Trans TV, aktivitas ’Reportase Investigasi’ ditampilkan kepada audiens.
4) Komunikan/Penerima pesan/Receiver
Unsur akseptor merupakan target dari komunikasi, bisa terdiri dari seseorang atau beberapa orang atau suatu lembaga/organisasi. Dalam aktivitas ‘Reportase Investigasi’ komunikannya yakni seluruh orang yang menyaksikan aktivitas tersebut.
5) Tujuan/Destination/Effect
Efek merupakan hasil dari suatu kegiatan komunikasi, merupakan tujuan dari peserta-peserta di dalam proses komunikasi. Ini merupakan salah satu hal yang ingin diteliti pada penelitian kali ini.
6) Umpan Balik/Feedback
Feedback merupakan tanggapan atas pesan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. Umpan balik yakni apa yang diberikan oleh akseptor pesan atau komunikan kepada tayangan reportase investigasi, bisa berupa kritik dan saran.
7) Gangguan/Noise
Gangguan tak terpola yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai jawaban pesan yang diterima komunikan berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Misalnya gangguan signal, tidak fokus dikala menonton, bisa dipengaruhi baik dari luar maupun dari dalam.
2.1.2 Komunikasi Massa
Komunikasi Massa yakni salah satu konteks komunikasi antar insan yang sangat besar peranannya dalam perubahan sosial atau masyarakat. Sebagai salah satu konteks komunikasi, komunikasi massa yakni pemanfaatan media sebagai alat komunikasi antar manusia.
Joseph A. Devito memaparkan definisi komunikasi massa sebagai berikut:
“Pertama, komunikasi massa yakni komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa yakni komunikasi yang disalurkan pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Pemancar akan lebih muda dan lebih logis bila didefinisikan berdasarkan bentukanya televisi, surat kabar, radio, majalah, film, buku dan pita.” (Effendi, 2004 : 21)
Berdasarkan definisi Joseph A. Devito diatas tergambar bahwa komunikasi massa dibedakan berdasarkan jenis suatu komunikasi lainnya dengan kenyataan bahwa komunikasi massa ditujukan kepada sejumlah populasi dari aneka macam kelompok, dan bukan hanya itu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi.
Komunikasi massa yakni studi ilmiah wacana media massa beserta pesan-pesan yang dihasilkan, pembaca / pendengar / penonton yang akan coba diraihnya, dan efeknya terhadap mereka (Nurudin, 2007:2). Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney, dikatakan bahwa komunikasi massa yakni sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal / tidak sedikit itu disebarkan kepada massa akseptor pesan yang luas, anonim dan heterogen (Nurudin, 2007:12).
Menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble, sesuatu sanggup didefinisikan sebagai komunikasi massa jika meliputi hal-hal sebagai berikut (Nurudin, 2007:8):
- Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, radio atau adonan diantara media tersebut.
- Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyerbarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba membuatkan pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling mengenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas aiudience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan akseptor pesan tidak saling mengenal satu sama lain.
- Pesan yakni milik publik. Yang artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh orang banyak. Oleh lantaran itu, diartikan sebagai milik publik.
- Sebagai sumber, komunikator massa biasanya merupakan organisasi formal ibarat jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain komunikator tidak berasal dari seseorang tetapi lembaga.
- Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper. Artinya pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan, dikontrol oleh sejumlah individu dalam forum tersebut sebelum disiarkan lewat media massa
- Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Media massa dan jumlah komunikan telah menjadi penggalan tererat dalam komunikasi massa. Komunikasi massa melibatkan komunikan dalam jumlah yang besar dengan tingkat geografis yang luas namun mempunyai minat yang sama terhadap suatu isu. Media massa mempunyai peranan sebagai penyalur pesan dan informasi. Oleh lantaran itu, biar pesan sanggup diterima serentak pada waktu yang sama, dipakai media massa, ibarat surat kabar, radio atau televisi.
Fungsi komunikasi massa berdasarkan Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain :
Sementara itu fungsi komunikasi massa jika berdasarkan John Vivian dalam bukunya “The Media of Mass Communication” (1991) disebutkan; providing information, providing entertainment, helping to persuade, dan mendorong kohesi sosial (contributing to social cohesion).
Media Massa
Istilah media massa merujuk pada alat atau cara terorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan jarak jauh kepada banyak orang dalam jarak waktu yang ringkas. Media massa bukan sekedar alat semata-mata, melainkan juga institusional dalam masyarakat sehingga terjadi proses pengaturan terhadap alat itu oleh warga masyarakat melalui kekuasaan yang ada maupun melalui kesepakatan-kesepakatan lain.
Arti penting media massa berdasarkan Dennis Mcquail (Bungin, 2007:34) dengan beberapa perkiraan pokok berikut :
- Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang membuat lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang mempunyai peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi lainnya. Di pihak lain, intrusi media diatur oleh masyarakat.
- Media massa merupakan sumber kekuatan – alat kontrol, administrasi dan penemuan dalam masyarakat yang sanggup didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.
- Media merupakan lokasi (atau norma ) yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.
- Media sering kali berperan sebagai lahan pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pegembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara ,mode, gaya hidup dan norma-norma.
- Media telah menjadi sumber mayoritas bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan gambaran realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan evaluasi normatif yang dibaurkan dengan info dan hiburan.
Media massa, sebagai media yang menunjang komunikasi massa terbagi atas 2 jenis, yaitu media cetak dan media elektronik.
1. Media Cetak
Media cetak yakni suatu media statis yang mengutamakan fungsinya sebagai media penyampaian informasi, maka media cetak terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna dan halaman putih, dengan fungsi utama untuk memberikan informasi atau menghibur. Media cetak juga yakni suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman insiden yang ditangkap oleh jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto, dan sebagainya (Ardianto, et al 2009 :99).
2. Media Elektronik
Media elektronik meruapakan media komunikasi atau media massa yang memakai alat-alat elektronik (mekanis), media elektronik sekarang terdiri dari : (Deddy Iskandar, 2005 : 4)
- Radio
- Film
- Televisi
- Internet
Televisi
Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya sesudah radio diketemukan dengan karakternya yang sepesifik yaitu audio visual atau peletak dasar utama teknologi pertelevisian yakni Paul Nipkow dari Jerman tahun 1884 dan diberi nama Jantra Nipkow (Muda, 2005:4)
Sedangkan Effendi mengatakan, televisi yakni media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat. Kata televisi berasal dari bahasa Yunani “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan.
Dari beberapa pendapat mengenai televisi di atas, sanggup disimpulkan bahwa televisi yakni alat komunikasi jarak jauh tanpa dibatasi ruang, yang bisa menayangkan bunyi sekaligus gambar bergerak melalui udara secara elektromagnetik.
Televisi merupakan adonan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, pendidikan, dan hiburan bahkan adonan dari ketiga unsur tersebut. Televisi yaitu perpaduan antara radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di rumah mustahil menangkap siaran televisi, jika tidak terdapat unsur radio dan tidak sanggup melihat gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi jika tidak ada unsur film.
Menurut Candra dalam jurnalnya yang berjudul perkembangan media penyiaran televisi. Menjadikan televisi sebagai kebudayaan masyarakat. Televisi sebagai salah satu bentuk media massa dengan kelebihan yang dimiliki kemudian tidak menjadi tentangan dari media massa lainnya. Pada awalnya televise memberikan sebuah aktivitas yang disaksikan penonton yang selanjutnya mereka akan menjadi penilai terhadapa aktivitas yang ditayangkan. Apabila aktivitas acara diminati berarti aktivitas tersebut mengandung informasi atau sesuatu nilai tersendiri bagi khalayak (Candra, 2010: 193 – 195).
Program Televisi
Program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Program TV dibagi menjadi aktivitas info dan aktivitas non-berita. Jenis aktivitas televisi sanggup dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi contoh terhadap bentuk aktivitas televisi ibarat talk show, dokumenter, film, kuis, musik, intrustruksional dan lain-lain.
Program televisi sanggup dikategorikan kedalam 2 jenis:
1. Program Jurnalistik (Berita)
Segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan perhiasan pengetahuan bagi khalayak. Daya tarik aktivitas ini yakni informasi itu sendiri, sehingga informasi inilah yang dijual kepada audiens.
2. Program Hiburan (Entertainmet)
Segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audies dalam bentuk musik, lagu, dongeng dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan yakni drama, musik dan permainan.
Menurut Mursito dalam jurnalnya Konstruksi Realitas dalam (Bahasa) Media, bahwa rata – rata televisi swasta memakai budi pasar, yang menganggap bahwa sebuah aktivitas sebagai komoditas, dan penonton sebagai konsumen, serta bekerja berdasarkan prosedur pasar. Selera masyarakat didefinisikan sebagai pasar. Konsekuensi dari orientasi ke pasar ini diterima oleh “kebudayaan” yang dikonsepsikan sebagai budaya massa yang membawa pergeseran epistimologinya. Epistimologi merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, abjad dan jenis pengetahuan. (Mursito, 2007: 31)
Program Jurnalistik
Program jurnalistik yakni aktivitas yang mempunyai tujuan untuk memberikan informasi, dan biasanya dikemas dalam bentuk news atau berita, tujuannya yaitu untuk memberi perhiasan pengetahuan (informasi) kepada masyarakat luas. Ciri sebuah aktivitas jurnalistik yakni bersumber dari sebuah permasalahan yang sedang hangat, aktual, kemudian disusun berdasarkan hukum jurnalistik, dan disiarkan dalam aktivitas acara yang tersedia. Diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian- kejadian yang menyangkut sosial, politik, ekonomi, maupun budaya yang ada disekitar masyarakat.
Pada prinsipnya aktivitas jurnalistik dalam info harus terdapat unsur-unsur 5W 1H yaitu :
- What - Apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
- Who - Siapa yang terlibat di dalamnya?
- Where - Di mana terjadinya insiden itu?
- When - Kapan terjadinya?
- Why - Mengapa insiden itu terjadi?
- How - Bagaimana terjadinya?
Program televisi jurnalistik atau yang berbentuk info secara garis besar dikategorikan kedalam 2 jenis “hard news” dan “soft news”.
1. Hard News
Berita keras merupakan sebuah info yang sajiannya berisi segala informasi penting dan menarik yang harus disiarkan oleh media penyiaran lantaran sifatnya yang harus segera diketahui oleh masyarakat dan disebut dengan straight news. (Morissan, 2008:219)
2. Soft News
Berita lunak yakni sebuah aktivitas info yang menyajikan informasi penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan (misalnya: news magazine, current affair, talk show dan lain-lain). (Morrisan, 2008: 219)
Program Reportase Investigasi
Pengertian Reportase
Reportase yakni kegiatan meliput, mengumpulkan fakta – fakta wacana aneka macam unsur berita, dari aneka macam sumber / nara sumber dan kemudian menuliskannya dalam bentuk (produk) info jadi. Reportase yakni kegiatan jurnalistik dalam meliput pribadi insiden atau kejadian di lapangan. Wartawan mendatangi pribadi daerah kejadian atau TKP (Tempat Kejadian Perkara) kemudian menampilkan data dan fakta seputar insiden tersebut.
Dalam meliput peristiwa, penting diperhatikan :
- Kode Etik Jurnalistik atau Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
- Fairness Doctrine (Doktrin Kejujuran) yang mengajarkan, mendapatkan info yang benar lebih penting daripada menjadi wartawan pertama yang menyiarkan atau menuliskan.
- Cover Both Side / News Balance, yakni perlakuan adil terhadap semua pihak yang menjadi obyek berita, dengan meliput semua atau kedua belah pihak yang terlibat dalam sebuah peristiwa.
- Cek dan ricek, yakni meneliti kebenaran sebuah fakta atau data beberapa kali sebelum menuliskannya.
Pengertian Investigasi
Investigasi merupakan sebuah penyelidikan yang dilakukan dengan mencatat atau merekam fakta, melaksanakan peninjauan, percobaan, dsb, dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan, atau untuk mengambarkan suatu pernyataan (peristiwa, sifat, siasat, dsb). Investigasi biasanya dilakukan hingga dalam, dalam disini berarti bila perlu harus hingga menutupi atau menjiplak jati diri demi mendapatkan informasi yang sebenar – benarnya.
Menurut Rivers & Mathews sejarah pemeriksaan berawal dari sebelum berdirinya Amerika. Pada 1690, Benyamin Harris menginvestigasi aneka macam kejadian di masyarakat dan melaporkannya dalam Public Occurences, Both Foreign and Domestic. Isi laporannya dinilai menentang kebijakan kolonial Inggris. Pada awal sejarahnya, jurnalisme pemeriksaan amat akrab dengan pemberitaan crusading atau jihad. Pada fase selanjutnya, spirit crusading (jihad atau perjuangan) mendapat bentuk yang lebih formal melalui penerbitan New England Courant pada 1721 yang diterbitkan oleh James Franklin.
2.2 Teori Khusus
1 Pengertian Persepsi
Persepsi yakni proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang menghipnotis indra kita. Persepsi menghipnotis rangsangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan apa yang kita berikan kepada mereka ketika mereka mencapai kesadaran (Mulyana, 2005: 168). Menurut Wenburg dan Wilmot, persepsi yakni proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut menghipnotis sikap kita (Mulayana, 2005: 167).
Di dalam buku yang sama Mulyana juga menyimpulkan bahwa persepsi yakni inti komunikasi, sedangkan penafsiran yakni inti persepsi. Desideranto dalam buku Psikologi Komunikasi memberikan bahwa persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas, sensasi yakni penggalan dari persepsi. Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi jua melibatkan atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori ( Rakhmat, 2008: 51).
Menurut walgito (2002: 54), terjadinya persepsi harus melalui beberapa proses yaitu :
- Suatu objek atau target mengakibatkan stimulus, dan selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berkaitan dengan segi fisik.
- Stimulus suatu objek yang diterima alat indera kemudian disalurkan ke otak melalui saraf sensoris.
- Otak selanjutnya memproses stimulus sehingga individu menyadari objek yang diterima oleh alat inderanya
2 Aspek – Aspek Persepsi
Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa penafsiran makna melibatkan proses – proses ibarat sensasi, atensi, ekspresi, motivasi, dan memori. Dalam penelitian kali ini peneliti membatasi aspek hanya pada tiga aspek saja yaitu sensasi, atensi dan memori.
Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat penginderaan yang menhubungkan organisme dengan lingkungannya. Sedangkan Menurut Wolman sensasi yakni pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berafiliasi dengan kegiatan alat indera (Rakhmat, 2008: 49).
Sensasi merujuk kepada pesan yang dikirim ke otak lewat kelima alat indera kita yaitu pengelihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan. Pada umumnya insan mempunyai lima alat indera, namun rakhmat memberikan bahwa terdapat Sembilan alat indera yang dikelompokan kedalam tiga macam indera akseptor berdasarkan dengan sumber informasinya, yaitu :
1. Eksteroseptor
Indera yang menangkap informasi dari luar ibarat mata, telinga, hidung, peraba, dan perasa.
2. Interoseptor
Indera yang menagkap informasi dari dalam ibarat sistem peredaran darah.
3. Proprioseptor
Indera yang menangkap gerakan badan sendiri contohnya vestibular.
Dari pendapat – pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa sensasi merupakan sesuatu yang ditangkap dan dirasakan oleh alat indera kita. Bila dikaitkan dengan penelitian ini maka sensasi yang dimaksud disini yakni semacam keasyikan yang dirasakan pemirsa pada dikala atau sesudah melihat tayangan Reportase Investigasi di Trans TV melalui alat indera, khususnya indera pengelihatan dan pendengaran.
Atensi
Kenneth E. Andersen mengartikan atensi sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada dikala stimuli lainnya melemah. Masih dalam buku yang sama Rakhmat mengutarakan bahwa perhatian atau atensi terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan – masukan melalui alat indera yang lain (Rakhmat, 2008: 52).
Menurut Mulyana atensi dipengaruhi oleh faktor – faktor internal, yaitu factor biologis (lapar, haus, dan sebagainya), faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit, dan sebagainya), dan faktor social – budaya (gender, agama, tingkat pendidikan, penghasilan, dan sebagainya), serta faktor psikologis termasuk kemauan, keinginan, motivasi, dan sebagainya (Mulyana, 2006: 181).
Dari klarifikasi di atas peneliti menyimpulkan bahwa atensi merupakan bentuk pemusatan perhatian terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Sesuai dengan penelitian ini atensinya yakni minat dan perhatian para pemirsa terhadap tayangan Reportase Investigasi di Trans TV.
Memori
Schlessssinger dan Groves mengartikan memori sebagai sistem yang sangat berstruktur, yang menimbulkan organisme sanggup merekam fakta wacana dunia dan memakai pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Rakhmat, 2008: 62).
Mussen dan Rosenwig menjelaskan secara singkat bahwa memori akan melewati tiga proses yakni : Perekaman, Penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (encoding) yakni pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage) yakni proses kedua yakni menentukan berapa usang informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Ketiga yakni proses pemanggilan (retrieval) disebut juga pemanggilan sehari – hari, yaitu memakai informasi yang disimpan.
Melalui pengertian – pengertian di atas makan sanggup peneliti simpulkan bahwa memori merupakan proses merekam fakta – fakta terhadap suatu objek termasuk proses mengingat kembali dan menggunakannya. Bila dikaitkan dengan penelitian ini mak memori yang dimaksud yakni ingatan pemirsa terhadap tayangan Reportase Investigasi di Trans TV.
3 Teori Individual Differences
Nama teori yang dicetuskan oleh Melvin Lawrence DeFleur ini lengkapnya yakni “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Teori ini menelaah perbedaan – perbedaan individu – individu sebagai sarana media massa ketika mereka diterpa sehingga sanggup mengakibatkan imbas tertentu yang berbeda – beda.
Menurut teori ini individu - individu sebagai anggota khalayak target media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan – pesan terutama jika berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap – sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai – nilainya. Tanggapannya terhadap pesan – pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Efek media massa pada khalayak itu tidak seragam, melainkan bermacam-macam disebabkan lantaran secara individual berbeda satu sama lain bila dilihat dari struktur kejiwaannya.
Anggapan dasar teori ini yakni bahwa insan amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari proteksi perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik – titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajari itu, mereka menghendaki seperangkat sikap , nilai dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing – masing pribadi yang membedakannya dari yang lain.
Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan – rangsangan khusus yang mengakibatkan interaksi yang berbeda dengan tabiat – tabiat perorangan atau khalayak, oleh lantaran itu terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu. Secara alamiah sanggup diduga akan muncul imbas yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual masing – masing. Dengan berpegangan tetap pada dampak variable – variable kepribadian (yakni menganggap bahwa khalayak mempunyai cirri – cirri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman pendapat atau tanggapan terhadap pesan tertentu (Effendi , 2004: 275-276).
Maka jika dikaitkan dengan penelitian ini, setiap responden mempunyai persepsi yang berbeda dalam menanggapi pernyataan yang deberikan oleh peneliti, sehingga mengakibatkan imbas yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individu masing – masing.
4 Teori Stimulus Organisme Respons
Prinsip teori ini sebetulnya merupakan prinsip yang sederhana, yaitu respon merupakan reaksi balik dari individu ketika mendapatkan stimuli dari media. Seseorang sanggup mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan imbas antara pesan-pesan media massa dan reaksi audiens, sanggup juga dikatakan imbas yang ditimbulkan yakni reaksi khusus terhadap stimulus respon, sehingga seseorang sanggup mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy Teori S-O-R yakni abreviasi dari Stimulus – Organisme – Respon ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi tidaklah mengherankan, lantaran objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi yakni sama, yaitu insan yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afektif, dan konasi. (Effendy, 2003:225)
Dalam teori ini terdapat tiga elemen penting, yaitu :
- Pesan (Stimuli, S)
- Penerima (Prganisme, O)
- Efek (Respon, R)
Model ini menggambarkan bahwa media massa mempunyai imbas yang sangat berpengaruh dalam masyarakat. Pendapat ini didukung kenyataan bahwa tingkat konsumsi masyarakat atas media massa terutama media elektronik berupa televisi cukup tinggi, sehingga apabila setiap hari diterpa oleh informasi yang sama dari televisi dalam jangka waktu yang usang akan tercipta imbas yang diharapkan.
Carll Hofland sebagai penggagas dari teori ini menyampaikan bahwa proses perubahan sikap pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan sikap tersebut menggambarkan proses berguru pada individu yang terdiri dari :
- Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme sanggup diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif menghipnotis perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
- Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
- Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
- Akhirnya dengan proteksi kemudahan serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai imbas tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini menyampaikan bahwa sikap sanggup berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang sanggup melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus sanggup meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.