Pentingnya Mencari Ilmu
Thursday, June 11, 2020
Edit
Pentingnya mencari Ilmu
Seseorang yang berkeinginan untuk mencari ilmu, pertama, harus menjalani latihan spritual penyucian diri, memperkenalkan takwa dalam dirinya, bebas dari segala niat jelek dan motif yang basa-basi, dan dengan teratur mencek dengan menilai dirinya apakah pengetahuannya itu di sanggup untuk tujuan yang hanya di lisan saja. Satu hal yang kita harus ingat bahwa Takwa ialah ciri khas dari seorang yang cendekia ( alim ). Dan barang siapa yang tidak mempunyai ketakutan kepada Allah ( Takwa) maka beliau berada di luar lingkup ilmu pengetahuan, tak terkecuali seberapa banyak beliau sanggup mengingat dan semanarik apapun beliau dalam berpidato.
Di dalam setiap langkah mencari ilmu, kita harus meditasi dan bertafakur apa yang menjadi tujuan utama kita mencari ilmu. Tanyalah pada diri sendiri : Untuk apa saya menginginkan ilmu pengetahun? Apakah untuk menyelamatkan posisi yang lebih tinggi, untuk bersaing dengan kolega atau sebuah kelompok, untuk mendapatkan pujian, kedudukan, atau status sosial? Apabila untuk mencari pendidikan yang lebih tinggi, apakah anda mencarinya hanya untuk menulis buku dan kertas-kertas dan menciptakan pidato-pidato publik, sehingga anda di puji sebagai seseorang yang berpengetahuan? Atau untuk mencari kesenangan Allah dan berkhidmat pada makhluk-makhluk-NYA?
Ilmu Pengetahuan yang anda cari haruslah menandakan anda kepada banyak kebajikan, sikap yang jujur dan menciptakan anda menyayangi dan takut pada Allah lebih sebagai kemajuannya. Pengetahuan yang tidak menghantarkan seseorang pada perbuatan baik bukanlah pengetahuan yang sesungguhnya. Pengetahuan yang hanya dibatasi dengan kata-kata tanpa mempraktekan & mengaplikasikan untuk melayani makhluk ciptaan-NYA ialah tingkatan terendah dari ilmu pengetahuan dan hanya membuang waktu saja.
Amati sikap anda ketika anda mencari ilmu pengetahuan. Apakah menciptakan anda lebih tawadhu dan sanggup menahan diri ( lebih sabar) terhadap teman-teman dan kolega-kolega anda? Atau membawa anda menjadi sombong, gembira diri dan bahagia berdebat? Apakah mengakibatkan anda sulit untuk mendapatkan kebenaran dan mengakui kebodohan anda di dalam sebuah pertemuan? Apakah menciptakan anda iri terhadap yang mempunyai ilmu pengetahuan lebih dari diri anda? Ingatlah bahwa egoisme sanggup melarutkan dan melenyapkan ilmu pengetahuan yang benar dan tanda sikap dari pengetahuan yang benar ialah tanpa adanya sama sekali egoisme, kesombongan, cinta diri dan arogansi.
Ketika sedang berada di jalan pencarian ilmu pengetahuan, selalu percayakan pada Allah, menghormati guru, dan tidak pernah aib untuk bertanya bahkan pada seorang yang lebih junior. Sebaliknya, berpikirlah apa yang sudah di pelajari. Selalu berdoa pada-NYA untuk menolong anda dengan kasih sayang-NYA dan menginspirasi anda pada tujuan yang baik dan melindungi anda dari mempergunakan ilmu yang dicari untuk duniawi dan motif pribadi.
Pencari Ilmu Pengetahuan
Menurut anutan Islam, mencari ilmu pengetahuan itu ialah salah satu ibadah mulia yang sanggup menghantarkan seseorang menuju surga-NYA. Akan tetapi, niat dibalik pencarian ilmu tersebut lebih penting dari ilmu itu sendiri. Mencari kebenaran dengan niat menyenangkan Tuhan dan berkhidmat untuk makhluk-makhluk-NYA, akan membawanya ke Surga yang ditemani oleh Nabi Muhammad saw dan para Aulia Allah. Tetapi pencarian ilmu untuk motif pribadi, biasa, atau duniawi semata, akan membawanya pada ketidaktahuan, berdosa pada makhluk-NYA, dan berakhir di neraka.
Hakikat Pengetahuan
Semua cabang pengetahuan, terlepas dari sifat-sifatnya, sanggup dibagi menjadi dua kategori:
- Ilmu akhirat, yang final tujuannya ialah untuk mencapai stasiun yang lebih akrab kepada Tuhan, untuk melayani makhluk Allah, dan untuk mencapai imbalan atas akhirat.
- Ilmu-ilmu duniawi, yang tujuan ialah untuk mengejar tujuan materialistik, kekayaan, status sosial, dan kepuasan ego dan segala motif egoistik. Oleh sebab itu, niat di balik perolehan ilmu itu yang memilih tujuan duniawi atau akhirat.
Setiap jiwa yang terus menerus membersihkan dirinya dari segala kemungkinan kejahatan dan cinta diri akan mendapatkan pandangan gres malaikat. Pengetahuan tersebut kemudian akan memperlihatkan kebenaran, Karenanya pengetahuan Ilahi ialah petunjuk untuk melaksanakan sikap yang baik dan menghantarkannya menuju kedekatannya kepada Allah. Pengetahuan sejati ialah petunjuk cahaya spiritual yang memperlihatkan beliau kepada jalan-NYA dan menjadikannya hamba yang taat .
Jiwa yang di dominasi dengan kecintaan diri dan kecenderungan pada kejahatan mendapatkan inspirasi dari abjad setan, akan menghantarkannya pada lingkungan kebodohan ( pola : menjadi terbelakang dan dibodohi oleh orang-orang bodoh) dan mempertebal hijab yang sanggup membuatnya buta akan kenyataan-kenyataan tujuan penciptaan-NYA, sifat-sifat Tuhan, dan kehidupan akhirat. Sehingga, apapun ilmu pengetahuan yang dicari itu akan mengarahkannya kepada tujuan-tujuan duniawi, motif-motif langsung dan sikap jahat yang akibatnya berakhir di neraka jahanam.
Ekspresi dari pengertian ‘bukti yang nyata’ tersirat pada ‘ rational sains’, undang-undang yang benar dan anutan Tuhan. ` Tugas keadilan’ menyirat pada etika sains (akhlak) dan pencucian diri (tazkia al nafs). `Mendirikan sunnah' mengacu pada pengetahuan-pengetahuan yang berkenaan dengan aspek bahan dan melibatkan aneka macam acara fisik. Saat ini, pencarian pengetahunan menjadi ‘ kiprah keadilan’ dan di dikala yang lain ‘mendirikan sunnah'.
Sains wacana kedokteran, anatomi, astronomi, astrologi dll, apabila dilihat dari gejala dan simbol-simbol dan sains yang bekerjasama dengan sejarah dan kebudayaan. Jika dilihat dengan sebuah tujuan untuk menarik pelajaran dan peringatan, ialah termasuk katagori ‘bukti yang nyata’, sebab tujuan pengetahuan tersebut dari Allah atau pengetahuan hari kebangkitan yang akan terjadi dan niscaya terjadi.
Sifat-sifat moral dari pencari pengetahuan sejati
Ilmu Pengetahuan, ketika di cari dengan ketulusan, dan tanpa pamrih dan niat untuk Allah, akan mencerminkan abjad seorang kedalam diri malakut. Pribadi insan yang cendekia ibarat itu menjadi perwujudan Ilahi yang mengilhami sifat-sifat dan karakternya, kata-katanya, dan perilakunya ialah manifestasi-NYA.
Imam Ali (as) pernah mengatakan: ‘Wahai pencari ilmu, ilmu mempunyai banyak manfaat.(jika kau membayangkan untuk menjadi insan yang sesungguhnya). Kepalanya ialah kerendahan hati(tawadhu), matanya ialah bebas dari iri hati, kupingnya ialah pemahaman , lidahnya ialah kebenaran, pikirannya ialah penelitian, hatinya ialah niat yang baik, akalnya ialah pengetahuan yang dalam (ma’rifah) akan sesuatu dan ke’apa’an, tangannya ialah rahmat, kakinya ialah mengunjungi yang berilmu, resolusinya ialah integritas, kebijaksanaannya ialah kesalehan, ketaatannya ialah keselamatan, juru mudinya ialah kesejahteraan, puncaknya ialah kesetiaan, senjatanya ialah kelembutan dalam berbicara, pedangnya ialah kerihaan, ketundukannya ialah toleransi, tentaranya ialah berdiskusi dengan pengetahuan, kekayaannya ialah budbahasa terpuji , sahamnya ialah berpantang dari dosa-dosa, Bekalnya dalam perjalanan ialah kebajikan, air minumnya ialah kelembutan, petunjuknya ialah petunjuk Ilahi dan temannya ialah terkasih pilihan .”