Pengertian Menyimak Dan Meningkatkan Kemampuan Menyimak

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Pembelajar BIPA
Listening in action menawarkan tiga pementingan pada kegiatan menyimak. Pertama, listening in action menekankan bahwa menyimak merupakan proses aktif. Untuk menjadi penyimak yang baik, para pembelajar harus berpikir aktif selama mereka melaksanakan kegiatan menyimak. Dengan membuatkan ‘sikap aktif’ dan ‘strategi aktif’ dalam memahami apa yang mereka dengar, kemampuan menyimak para pembelajar akan dan sanggup meningkat. Kedua, listening in action menekankan bahwa menyimak memainkan peranan aktif dalam pembelajaran bahasa. Menyimak dilibatkan dalam banyak sekali acara pembelajaran bahasa, baik di dalam maupun di luar kelas. Kemajuan dalam menyimak akan menjadi dasar bagi pengembangan keterampilan berbahasa lainnya. 

Dengan menumbuhkan kesadaran para pembelajar perihal adanya kekerabatan antara menyimak dengan keterampilan berbahasa lainnya, guru sanggup membantu mereka dalam membuatkan keterampilan berbahasa secara menyeluruh. Ketiga, menyimak mengutamakan guru sebagai ‘peneliti’ aktif perihal pengembangan kemampuan menyimak. Guru harus berperan aktif tidak hanya dalam merencanakan dan menyiapkan banyak sekali acara untuk para pembelajarnya, tetapi berperan aktif juga dalam menawarkan umpan balik yang bermanfaat bagi mereka. Guru gotong royong para pembelajar menyelidiki bagaimana keterampilan menyimak para pembelajar berubah dan meningkat.
Dari ketiga pengertian di atas, tersurat bahwa bagi guru-guru bahasa, listening in action mempunyai tiga tujuan, yaitu:
  1. Membantu para pembelajar membuatkan keterampilan menyimak secara lebih aktif
  2. Membantu para pembelajar memanfaatkan kesempatan untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik, di dalam maupun di luar kelas
  3. Meningkatkan kualitas pengajaran melalui penyelidikan proses berguru menyimak dengan melibatkan para pembelajar (Rost, 1991: 3).
Pengertian Menyimak
Untuk sanggup mendefinisikan “keterampilan menyimak”, ada dua pertanyaan yang fundamental yang harus dijawab, yaitu 
  1. Komponen apa sajakah yang terdapat dalam keterampilan menyimak? 
  2. Apa yang harus dilakukan oleh seorang penyimak?
Berkaitan dengan pertanyaan pertama, ada sejumlah komponen yang terlibat dalam keterampilan menyimak, antara lain:
  1. Pembedaan bunyi-bunyi bahasa
  2. Pengenalan kata-kata (kosakata)
  3. Pengidentifikasian kelompok-kelompok kata yang gramatikal
  4. Pengidentifikasian satuan-satuan pragmatis - ekspresi dan seperangkat ujaran yang berfungsi sebagai satu kesatuan untuk membuat makna
  5. Penghubungan antara penanda linguistik dan paralinguistik (intonasi dan tekanan) dan antara penanda linguistik dan nonlinguistik (gerakan badan dalam situasi tertentu) untuk membangun makna
  6. Penggunaan latar belakang pengetahuan (apa yang telah diketahui perihal isi atau materi simakan) dan konteks (apa yang telah diujarkan) untuk memprediksi makna
  7. Pengingatan kata-kata atau ide-ide yang penting (Rost, 1990: 6). 
Keberhasilan menyimak sangat bergantung pada kemampuan mengintegrasikan komponen-komponen di atas. Oleh alasannya itu, keterampilan menyimak sanggup diartikan sebagai koordinasi komponen-komponen keterampilan, baik keterampilan mempersepsi, menganalisis, maupun menyintesis. Pengertian keterampilan menyimak tampak lebih terang dalam denah di bawah ini.
  • Keterampilan Mempersepsi Keterampilan Menganalisis Keterampilan Menyintesis
  • Membedakan suara bahasa Mengidentifikasi satuan Menghubungkan penanda
  • Mengenali kata gramatikal bahasa dengan penanda
  • Mengidentifikasi satuan lainnya
  • pragmatis Memanfaatkan latar 
  • belakang pengetahuan
KETERAMPILAN MENYIMAK
Seseorang yang mempunyai kemampuan menyimak yang baik tidak selalu bisa memahami apa yang disimak. Oleh alasannya itu, untuk memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara, ada beberapa agresi yang perlu dilakukan dalam setiap situasi menyimak. Aksi yang ditampilkan oleh penyimak merupakan proses kognitif atau mental sehingga mustahil ditinjau atau diamati secara langsung. Guru hanya bisa melihat imbas dari agresi ini. Aksi terpenting untuk kesuksesan menyimak ialah proses pembuatan keputusan. Penyimak harus membuat beberapa keputusan, seperti:
  • Jenis situasi menyimak apa saja yang dimunculkan?
  • Rencana apa yang disusun untuk menyimak?
  • Kata-kata dan satuan-satuan makna apa saja yang penting untuk disimak?
  • Apakah pesan yang disampaikan masuk akal?
Jika merujuk pada pertanyaan-pertanyaan di atas, menyimak diartikan sebagai proses berpikir - berpikir perihal makna. Penyimak yang efektif membuatkan cara berpikir perihal makna pada ketika ia menyimak. Cara penyimak membuat keputusan disebut taktik menyimak (Rost, 1991: 4). 
Untuk meningkatkan gambaran guru menyimak, para guru membutuhkan suatu pendekatan guna membuatkan keterampilan dan taktik menyimak. 

BERPIKIR TENTANG SITUASI BERPIKIR 
  1. Bagaimana saya menghadapi situasi? 
  2. Bagaimana saya mengorganisasi apa yang
  3. Apa kekerabatan saya dengan pembicara? saya dengar?
  4. Bagaimana saya memperoleh klarifikasi? 
  5. Bagaimana saya merencanakan tanggapan saya?
  6. Apa tujuan saya menyimak?
STRATEGI MENYIMAK
  • Strategi Linguistik Strategi Bahan/Isi
  • Kata-kata apa yang harus saya perhatikan?
  • Apakah materi simakan sejalan dengan sanggup saya tebak? Apa yang sanggup saya prediksi?
  • Kata-kata dan ekspresi-ekspresi apa yang pengetahuan yang telah saya miliki?

STRATEGI MENYIMAK KETERAMPILAN MENYIMAK
Gaya Belajar
Untuk meningkatkan kemampuan menyimak, para pembelajar harus sering mengikuti acara berbahasa verbal dan sering berlatih menyimak dalam banyak sekali macam situasi. Di samping itu, mereka juga harus terlibat dalam proses menyimak dan berusaha untuk memahami apa yang mereka simak. Cara yang dilakukan oleh para pembelajar untuk mencoba terlibat dalam kegiatan menyimak, mencoba memahami isi atau materi simakan, dan mencoba meningkatkan kemampuan menyimak disebut gaya belajar. 
Di bawah ini ada beberapa tipe pembelajar dan beberapa cara yang mereka gunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak.
Ana : Saya suka menonton film-film Indonesia melalui video. Saya tonton lagi dan lagi adegan-adegan yang penting hingga saya merasa bahwa saya sudah memahaminya dengan baik. Setelah menonton film secara keseluruhan, saya tonton lagi beberapa adegan - yang saya sukai - kemudian menyimak dan mengkaji bahasanya dengan baik. Saya yakin bahwa saya tahu apa yang dikatakan oleh pembicara. Hal ini membantu saya memahami ujaran-ujaran pada ketika saya mendengarkannya kembali.

Andi : Saya suka berbicara dengan orang-orang. Setiap saya mempunyai waktu luang, saya mencoba bertemu dengan teman-teman yang berbicara dengan bahasa Indonesia. Meskipun saya bukan pembicara dan penyimak yang baik, saya mencoba memahami setiap ujaran dan mengajukan sejumlah pertanyaan jika saya ingin memahami ujaran dengan lebih jelas. Melalui percakapan dengan teman-teman, saya merasa kemampuan menyimak saya menjadi lebih baik. Tentu saja saya merasa lebih percaya diri ketika saya berada di antara mereka. 

Emi : Kemampuan menyimak saya meningkat alasannya di kelas kami harus sering melaksanakan percakapan dengan teman-teman. Selain itu, kami juga harus menyimak banyak sekali jenis rekaman dan menemukan gagasan-gagasan penting. Untuk melaksanakan semua kegiatan ini saya membutuhkan panduan alasannya saya tidak bisa berguru secara mandiri. Saya bahagia diuji oleh guru perihal makna yang dikehendaki oleh penutur dalam rekaman dan kemudian kembali mendengarkan rekaman. Setiap ketika saya merasa bahwa pemahaman saya lebih meningkat dan saya menjadi penyimak yang lebih baik. 
Benyamin : Meskipun saya sudah berguru bahasa Indonesia selama beberapa tahun, saya tidak pernah merasa bahwa bahasa Indonesia saya bagus. Tetapi, ketika saya masuk ke perguruan tinggi tinggi, saya merasa mulai mengalami kemajuan dalam keterampilan menyimak. Hal ini terjadi alasannya saya merasa berkepentingan di dalam kelas. Gagasan-gagasan yang dikemukakan dalam perkuliahan sulit dipahami. Tetapi, alasannya saya ingin memahaminya, saya harus berusaha keras. Kadang-kadang saya merekam perkuliahan dan mendengarkan ulang bagian-bagian yang membingungkan. Ternyata persiapan menyimak (melalui perekaman) dan telinga rekaman secara berulang-ulang membantu saya meningkatkan kemampuan menyimak.

Dalam gambaran di atas tampak perbedaan yang terang di antara tipe-tipe pembelajar. Ana disebut ‘tipe pembelajar mandiri’. Dia memanfaatkan kesempatan berguru secara mandiri. Dia mewujudkan rencananya dan menikmati proses menyimak. Dia meningkatkan kemampuan menyimak dan memorinya untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Dia juga tahu bagaimana menilai kemajuannya.

Andi disebut ‘tipe sosial’. Dia menikmati interaksi tatap muka dan merasa bahwa hal itu merupakan cara yang efektif untuk mendapat sesuatu yang alami dalam praktik menyimak. Dia biasanya bahagia jika memperoleh intisari dari apa yang didengarnya meskipun ia tidak aib bertanya jika ingin memahami ujaran-ujaran tertentu. Dia sadar bahwa pengembangan bahasa menuntut upaya yang konsisten dan ia mau melaksanakan upaya itu.

Emi disebut ‘tipe kelas bahasa’. Dia percaya bahwa gurunya sanggup menawarkan latihan yang bermanfaat. Secara konsisten ia berusaha keras melaksanakan apa yang diharapkan. Ia mempunyai tujuan dan merasa bahwa pengajaran di kelas membantunya mencapai tujuan. Ia yakin bahwa ia akan berhasil.

Benyamin disebut ‘tipe materi pembelajaran’. Ia ingin menyimak lebih baik. Oleh alasannya itu ia harus memahami gagasan-gagasan dalam bahasa Indonesia. Dia ‘menyimak untuk belajar’, tidak hanya ‘belajar menyimak’. Dia menganggap bahwa bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi sosial, tetapi sebagai pembawa konsep-konsep penting dan membantunya dalam berkarir. Dia menemukan motivasi dan metode yang sistematis untuk meningkatkan kemampuan menyimak.

Prinsip-prinsip Peningkatan Kemampuan Menyimak
Ada perbedaan dalam gaya berguru dari setiap jenis pembelajar. Semua gaya berguru memuat strategi-strategi berguru dan menggambarkan prinsip-prinsip belajar. Dari gambaran ini dan menurut pengembangan keterampilan berbahasa, sanggup ditarik beberapa garis panduan umum:

  1. Kemampuan menyimak meningkat melalui interaksi tatap muka. Melalui interaksi dalam bahasa indonesia, pembelajar mempunyai kesempatan untuk mendapat masukan bahasa yang gres dan kesempatan untuk mengecek kemampuan menyimaknya sendiri. Interaksi tatap muka menyediakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan memaknai materi simakan.
  2. Kemampuan menyimak meningkat melalui pemusatan perhatian pada makna dan upaya mempelajari materi yang penting dan gres dalam bahasa sasaran.
  3. Kemampuan menyimak meningkat melalui kegiatan pemahaman. Dengan memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan khusus menyimak, para pembelajar mempunyai kesempatan untuk menilai dan merevisi apa yang telah mereka capai.
  4. Kemampuan menyimak meningkat melalui perhatian terhadap kecermatan dan analisis bentuk. dengan berguru memahami bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat pada ketika melaksanakan acara yang berorientasi pada makna, para pembelajar sanggup memperoleh kemajuan. Dengan berguru mendengarkan bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat, mereka memperoleh keyakinan dalam memahami materi simakan (Rost, 1991: 7).
5. Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Menyimak Para 
Pembelajar BIPA
Guru memerlukan gambaran yang menyeluruh perihal apa yang dilakukannya untuk membantu para pembelajarnya meningkatkan kemampuan menyimak (Ur, 1988: 33). Di bawah ini ada beberapa panduan untuk guru-guru dalam membantu para pembelajar meningkatkan kemampuan menyimak mereka.

  1. Berbicaralah dengan para pembelajar Anda dalam bahasa Indonesia. Berbicaralah dengan seluruh pembelajar Anda - jangan hanya berbicara dengan siswa yang paling fasih berbahasa Indonesia. Jadikanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa yang penting untuk berkomunikasi. Kenali mereka melalui percakapan dengan topik-topik yang menarik. 
  2. Jadikanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa kelas Anda. Beri kesempatan para pembelajar untuk saling bertukar pikiran atau inspirasi dengan memakai bahasa Indonesia. Tunjukkan kepada mereka bagaimana cara mereka memperoleh rasa percaya diri dan bagaimana menjadi pemakai bahasa Indonesia yang efektif.
  3. Kenalkan para pembelajar Anda pada beberapa penutur bahasa Indonesia - secara pribadi atau melalui video dan kaset rekaman. Perlihatkan kepada mereka perbedaan tipe-tipe pembicara dan situasi pembicaraan. Dorong mereka untuk memahami segala sesuatu penting bagi mereka pada ketika menyimak.
  4. Dorong para pembelajar untuk mandiri, mencari kesempatan menyimak di luar kelas atas inisiatif sendiri. Bantu mereka mengidentifikasi cara memakai bahasa Indonesia dalam media (televisi, radio, video). Bantu mereka membuatkan program-program studi dan tujuan-tujuan menyimak secara mandiri.
  5. Rancang acara menyimak yang melibatkan para pembelajar secara pribadi. Rancang tujuan untuk setiap aktivitas. Beri mereka umpan balik yang jelas. Siapkan review yang sistematis terhadap rekaman dan acara untuk membantu mengkonsolidasi hasil ingatan dan pembelajaran mereka.
  6. Lebih berfokuslah pada pengajaran daripada pada evaluasi. Selama kegiatan menyimak berlangsung, lebih baik menawarkan kebanggaan kepada para pembelajar yang mencoba mengajukan inspirasi yang masuk nalar daripada kepada yang hanya bisa ‘menjawab dengan benar’. Catatlah terus apa yang telah mereka raih selama berguru menyimak.
  7. Carilah cara yang efektif untuk memanfaatkan rekaman audio atau video yang sejalan dengan buku teks yang Anda gunakan. 
6. Pengorganisasian Listening in Action
Listening in Action terdiri atas empat bagian, yaitu menyimak atentif, menyimak intensif, menyimak selektif, dan menyimak interaktif (Rost, 1991; 10).

Dalam kegiatan menyimak atentif para pembelajar berlatih menyimak dan mencoba menawarkan tanggapan singkat (pendek) kepada lawan bicara, baik secara verbal maupun nonverbal (melalui aksi). Mereka dilatih memahami aspek kebahasaan (kata-kata kunci), aspek nonkebahasaan (gambar, foto, musik), dan aspek interaksi (membuat repetisi, parafrase, konfirmasi). Yang menjadi ciri kegiatan menyimak atentif adalah:

  • guru dan para pembelajar melaksanakan interaksi tatap muka
  • guru memanfaatkan gambar atau topik-topik yang konkret
  • para pembelajar menyimak ‘penggalan kalimat’
  • para pembelajar menawarkan respons secara langsung.
Contoh kegiatan menyimak atentif:

  1. demonstrasi (menjelaskan bagaimana cara memasak mie instan);
  2. pengimajian musik (meminta para pembelajar menuliskan imaji mereka perihal lagu yang telah mereka simak);
  3. wawancara (menanyakan topik-topik tertentu, ibarat keluarga, makanan, olah raga, kepada para pembelajar).
Menyimak intensif memfokuskan perhatian siswa pada bentuk kebahasaan. Tujuan kegiatan menyimak intensif ialah membangkitkan kesadaran para pembelajar bahwa perbedaan bunyi, struktur, dan pilihan kata sanggup menimbulkan perbedaan makna. Yang menjadi ciri dari acara menyimak intensif adalah:

  • para pembelajar berguru secara individual
  • para pembelajar sanggup menyimak sebanyak mungkin
  • guru menawarkan umpan balik pada persoalan ketepatan pemakaian bahasa.
Contoh kegiatan menyimak intensif:

  1. menceritakan kembali (menyampaikan pesan);
  2. diskrimasi (mengidentifikasi kosakata yang diperdengarkan lewat tape recorder);
  3. percakapan satu pihak (melengkapi percakapan);
  4. dikte (menuliskan kembali apa yang diucapkan oleh guru).
Menyimak selektif sanggup membantu para pembelajar dalam mengidentifikasi tujuan mereka menyimak. Kegiatan menyimak selektif membantu mengarahkan perhatian para pembelajar pada kata-kata kunci, urutan wacana, atau struktur informasi. Yang menjadi ciri kegiatan menyimak selektif adalah:

  • para pembelajar memusatkan perhatian pada informasi yang telah mereka pilih
  • para pembelajar mempunyai kesempatan menyimak dua kali untuk mengecek pemahaman mereka
  • guru menyiapkan kegiatan pemanasan sebelum menyimak
  • guru membantu para pembelajar merancang tujuan sebelum menyimak
  • guru menawarkan umpan balik sepanjang kegiatan menyimak berlangsung
Contoh kegiatan menyimak selektif:

  1. permainan kode (menyimak dan mencoba menebak kosakata target melalui kata-kata kunci);
  2. permainan ingatan (menyimak sambil mengamati gambar, kemudian membenarkan atau menyalahkan apa yang dijelaskan oleh guru);
  3. peta kisah (menyimak kisah dan menyusun peta kisah dengan memberi inisial karakter, setting, masalah, tujuan, cara pemecahan masalah, dan hasil);
  4. talk show (menyimak talk show dan mengidentifikasi topik-topik yang dibicarakan).
Menyimak interaktif dirancang untuk membantu para pembelajar berperan aktif dalam berinteraksi (walaupun mereka berperan sebagai penyimak). Yang menjadi ciri khas kegiatan menyimak interaktif adalah:

  • para pembelajar bekerja berpasangan atau berkelompok (kelompok kecil)
  • para pembelajar berguru memecahkan masalah
  • guru memantau pemakaian bahasa selama acara berlangsung
Contoh kegiatan menyimak interaktif:

  1. survey kelompok (memperbincangkan suatu topik);
  2. perkenalan diri (menyimak perkenalan teman, kemudian mencatat hasil simakan);
  3. perbedaan gambar (menemukan hal-hal yang berbeda dari dua buah gambar);
  4. testimoni (pembelajar mengumpulkan pendapat dari sobat satu kelompok, kemudian bertukar informasi dengan teman-teman dari kelompok lain).
7. Penutup
Listening in Action sanggup dilaksanakan untuk memaksimalkan interaksi verbal. Akan tetapi, alasannya kemampuan menyimak para pembelajar bervariasi, guru harus bisa menentukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Ada beberapa langkah yang sanggup ditempuh oleh guru pada ketika akan menentukan jenis acara menyimak, antara lain:

  1. jadikanlah bahasa yang dipakai dalam acara menyimak lebih sederhana atau agak kompleks (memperlambat proses pengujaran, memperpanjang jeda di antara pengujaran dua kata atau kelompok kata, memparafrasekan kosakata yang tidak dikenal oleh para pembelajar);
  2. lakukanlah acara pra-menyimak (memberikan aspek-aspek bahasa yang sulit, merumuskan tujuan menyimak para pembelajar);
  3. berikan pinjaman visual untuk melaksanakan acara menyimak (peta, foto, film, ilustrasi, bahasa tubuh, ekspresi wajah);
  4. rincilah tahapan-tahapan kegiatan untuk menyiapkan rumusan sub-sub tujuan (para pembelajar diberi kesempatan menyimak beberapa kali untuk mencapai beberapa tujuan, ibarat mengidentifikasi jumlah pembicara, mengidentifikasi kalimat topik);
  5. kurangi acara berbicara dan menulis (meminta siswa menawarkan respons non-verbal, ibarat ‘acungkan tangan jika Anda mendengar ...’).
Daftar Pustaka

  • Anderson, A. & Lynch, T. (1988). Listening. USA: Oxford University Press.
  • Rost, M. (1990). Listening in Language Learning. London: Longman.
  • Rost, M. (1991). Listening in Action: Activities for Developing Listening in Language Teaching. New York: Prentice Hall.
  • Ur. P. (1988). Teaching Listening Comprehension. USA: Cambridge University Press.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel