Faktor-Faktor Yang Mensugesti Kemampuan Membaca Pemahaman

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman 
Ada beberapa faktor yang menghipnotis kemampuan membaca pemahaman berdasarkan Farida Rahim (2008: 16) yaitu faktor fisiologis, intelektual, lingkungan dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, jenis kelamin, dan kelelahan. Gangguan alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan juga sanggup memperlambat kemajuan mencar ilmu anak. Secara umum ada korelasi positif antara kecerdasan dengan kemampuan membaca. Namun tidak semua siswa yang mempunyai intelegensi tinggi bisa menjadi pembaca yang baik. Faktor lingkungan sanggup berupa latar belakang anak di rumah dan faktor sosial ekonomi.

Latar belakang anak di rumah sanggup berupa sikap yang diberikan orangtua kepada anak, kondisi keharmonisan keluarga, dukungan orang bau tanah terhadap minat mencar ilmu anak, dan luasnya pengalaman anak di rumah juga mendukung kemajuan membaca anak. Jika dilihat dari sudut pandang sosial ekonomi, semakin tinggi status ekonomi siswa semakin tinggi kemampuan membacanya. Anak yang berasal dari keluarga yang banyak menawarkan kesempatan membaca dalam lingkungan yang penuh materi bacaan akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi. Sedangkan faktor psikologis yang menghipnotis kemampuan membaca pemahaman ialah motivasi, minat, dan kematangan sosial, emosi, serta pembiasaan diri. Siswa yang mempunyai motivasi dan minat yang tinggi akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.

Dari aspek emosi, siswa yang sanggup mengontrol emosi akan lebih gampang memusatkan perhatian pada teks yang dibacanya. Jika anak mempunyai rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi akan terus mencoba walaupun menemui kegagalan sehingga sanggup menguasai banyak sekali kemampuan termasuk kemampuan membaca pemahaman. Untuk itu, salah satu kiprah pembelajaran membaca ialah membantu siswa mengubah perasaannya perihal kemampuan mencar ilmu membaca dan meningkatkan harga diri bagi siswa yang kurang bisa membaca pemahaman. 

 Pentingnya Kemampuan Membaca Pemahaman Membaca 
merupakan pengajaran yang sangat penting. Jika diselenggarakan dengan baik, pengajaran ini akan menawarkan dampak positif terhadap keberhasilan mencar ilmu siswa pada masa mendatang. Melalui pengajaran membaca ini siswa sanggup memperoleh peningkatan kemampuan bahasa, kemampuan bernalar, kreativitas, dan penghayatan perihal nilai-nilai moral (Sabarti Akhadiah, dkk. 1992: 37). Burhan Nurgiyantoro (2010: 369) beropini bahwa membaca pemahaman sepertinya yang paling penting dan harus mendapat perhatian khusus.

Kompetensi pemahaman terhadap banyak sekali teks yang dibaca tidak akan diperoleh secara cuma-cuma tanpa ada perjuangan untuk meraihnya. Hal itu didasari pemikian bahwa dalam banyak sekali tuntutan pekerjaan diharapkan kompetensi membaca yang memadai bahkan juga untuk memperoleh kenikmatan batin menyerupai saat membaca majalah ringan atau banyak sekali teks kesastraan. Selain itu kompetensi membaca pemahaman yang baik diharapkan dan menjadi prasyarat untuk sanggup membaca dan memahami banyak sekali literatur mata pelajaran yang lain. Untuk itu kompetensi membaca pemahaman harus dibelajarkan dan diukur ketercapaiannya secara lebih intensif daripada kemampuan membaca yang lain. 

Pembelajaran IPS 
1. Pengertian IPS 
IPS merupakan kajian perihal insan dan dunia di sekelilingnya. Pokok dari kajian IPS ialah korelasi antarmanusia. Latar telaahnya ialah kehidupan nyata insan (Djojo Suradisastra, dkk., 1993: 4). Dari pemaparan definisi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tersebut sanggup diartikan bahwa IPS merupakan ilmu yang mempelajari perihal bagaimana seseorang memahami dirinya berafiliasi dengan alam maupun dengan insan lain. Pada dasarnya insan tidak sanggup hidup sendiri dan selalu memerlukan derma dengan orang lain. Oleh lantaran itu, insan dituntut bisa melaksanakan interaksi dengan lingkungan sekitar. IPS merupakan suatu pembelajaran perihal kehidupan sosial manusia. 

2. Tujuan IPS 
Sapriya (2009: 194), menyebutkan tujuan mata pelajaran IPS di SD sebagai berikut. 
  • Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. 
  • Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 
  • Memiliki janji dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 
  • Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. 
Djojo Suradisastra, dkk. (1993: 6) menjelaskan tujuan IPS meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Dalam ranah kognitif hal-hal perihal insan dan dunianya harus sanggup dinalar supaya sanggup dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan yang rasional dan tepat. Dalam hal ini pengetahuan lebih fungsional apabila diperoleh dengan pemahaman dan pengertian. Dalam ranah afektif apabila perolehan pengetahuan dan pemahaman sanggup mendorong tindakan yang berdasarkan nalar, sehingga sanggup dijadikan alat berkiprah dengan sempurna dalam hidup, maka semangat ilmiah dan imajinasi tak kurang pentingnya. Tujuan keterampilan yang diperoleh dalam IPS sangat luas, yang meliputi keterampilan yang dibutuhkan untuk memperoleh pengetahuan serta sikap.

3. Ruang Lingkup 
IPS Sa’dun Akbar dan Hadi Sriwiyana (2010: 78) menjelaskan bahwa ruang lingkup IPS SD meliputi aspek-aspek: a) manusia, tempat, dan lingkungan, b) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, c) sistem sosial dan budaya, dan d) sikap ekonomi dan kesejahteraan. 

4. Keterampilan Dasar IPS 
National Council for The Social Studies (NCSS) yang dikutip Djojo Suradisastra, dkk. (1993: 8-9) memberikan keterampilan yang relevan dengan IPS. Pertama, keterampilan yang bertalian dengan perolehan informasi. Keterampilan ini meliputi keterampilan membaca yang meliputi pemahaman, perbendaharaan bahasa, dan kecepatan membaca. Keterampilan studi meliputi mendapat informasi dan menata informasi dalam bentuk yang gampang digunakan. Keterampilan merujuk dan mencari informasi meliputi penggunaan perpustakaan, rujukan khusus, memakai peta, globe, dan grafik, serta memakai sumber masyarakat. Keterampilan teknis dalam memakai alat elektronik meliputi keterampilan dalam memakai komputer dan jaringan informasi dari telepon dan televisi.

Keterampilan kedua berdasarkan Djojo Suradisastra, dkk. (1993: 9) yaitu keterampilan yang berafiliasi dengan pengorganisasian dan penggunaan informasi. Keterampilan ini terdiri dari keterampilan intelektual yang meliputi mengklasifikasikan informasi, menginterpretasi informasi, menganalisis informasi, mengikhtisarkan informasi, mensintesiskan informasi, dan mengevaluasi informasi. Ketiga, keterampilan pengambilan keputusan. Keempat, keterampilan yang berafiliasi dengan korelasi interpersonal dan partisipasi sosial dan politis. Keterampilan ini meliputi keterampilan personal, keterampilan interaksi kelompok, serta keterampilan partisipasi sosial dan politis. 

5. Pendekatan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar 
Untuk membantu siswa SD dalam meningkatkan kemampuan berpikir, Savage dan Amstrong (Sapriya, 2009: 80-91) menyebarkan lima pendekatan yang sanggup dipakai guru dalam pembelajaran IPS. Pendekatan yang dimaksud ialah inkuiri (inquiry approach), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berpikir kritis (critical thinking), kemampuan memecahkan kasus (problem solving), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Lima pendekatan tersebut dibahas di bawah ini. Sapriya (2009: 80) menjelaskan bahwa pembelajaran inkuiri memperkenalkan konsep-konsep untuk para siswa secara induktif.

Belajar memakai pendekatan inkuiri meliputi proses berpikir dari hal-hal yang khusus ke umum. Para siswa mempelajari contoh-contoh yang diberikan guru dan berusaha menyimpulkannya. Pendekatan yang kedua yaitu membantu siswa menyebarkan kemampuan berpikir kreatif. Menurut Sapriya (2009: 81) banyak teknik berpikir kreatif yang telah dikembangkan, salah satunya branstorming. Teknik ini diawali dengan penyajian sebanyak-banyaknya kemungkinan tanggapan atas pertanyaan tanpa menilai terlebih dahulu apakah pernyataan atau tanggapan itu tepat. Langkah dalam menyebarkan kecakapan berpikir kreatif ialah siswa diberi fokus masalah, siswa diminta menyebarkan pendapat secepat-cepatnya, siswa diperingatkan untuk tidak berkomentar dahulu terhadap komentar orang lain, guru atau pencatat menuliskan semua ide, guru menghentikan mendorong siswa beropini saat siswa mulai mengendur, dan yang terakhir diskusi umum menyimpulkan pendapatpendapat yang sudah ada. Pendekatan pembelajaran IPS yang ketiga berdasarkan Sapriya (2009: 87) yaitu menyebarkan kemampuan berpikir kritis.

 Tujuan berpikir kritis ialah menguji pendapat atau ide, termasuk melaksanakan pertimbangan yang didasarkan pendapat yang diajukan. Adapun langkah dalam menyebarkan keterampilan berpikir kritis ini dijelaskan Sapriya (2009: 87) yang pertama guru menentukan topik masalah, kemudian guru mengajukan pertanyaan, guru bertanya lagi sesudah siswa menjawab pertanyaan pertama, guru menawarkan alternatif /kemungkinan jawabanjawaban itu sanggup diterapkan terhadap kasus sebelumnya, dan yang terakhir siswa diminta mengambil keputusan apakah yang seharusnya menjadi langkah pertama dalam memecahkan suatu masalah. Pendekatan lain yang sanggup dipakai yaitu teknik problem solving dan pengambilan keputusan.

Proses pembelajaran dengan teknik problem solving berdasarkan sapriya (2009: 88-89) meliputi langkah-langkah mengenali masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, menentukan dan menerapkan pendekatan, mencari kesimpulan yang sanggup dipertanggungjawabkan. Proses pembelajaran dengan pendekatan mengambil keputusan mengikuti langkah mengenal persoalan, menawarkan tanggapan alternatif, mendeskripsikan bukti yang mendukung setiap alternatif, mengenal nilai yang tersirat pada setiap alternatif jawaban, mendeskripsikan kemungkinan akhir yang muncul, menciptakan pilihan dari setiap alternatif, mendeskripsikan bukti dan nilai yang dipakai dalam menciptakan pilihan.

Guru sanggup memakai banyak sekali pendekatan tersebut dengan menyesuaikan tujuan dan materi yang dipelajari. Pendekatan-pendekatan tersebut sanggup melatih keterampilan berpikir siswa. Manfaat jika guru memakai pendekatan tersebut antara lain siswa sanggup memahami materi lebih cepat dan pemahamannya akan semakin meningkat. Di sisi lain, dengan digunakannya pendekatan tersebut dalam IPS, maka keterampilan siswa dalam kehidupan sehari-hari juga sanggup terlatih. 

 Penilaian Pembelajaran IPS 
Penilaian dalam pembelajaran IPS sebaiknya memakai penilaian berbasis kelas menyerupai yang dijelaskan Sa’dun Akbar dan Hadi Sriwiyana (2010: 268) bahwa penilaian berbasis kelas ialah penilaian yang komprehensif dan terpadu yang meliputi proses dan hasil mencar ilmu siswa. Proses pengumpulan informasi perihal penerima didik dilakukan secara terus menerus. Teknik penilaian berbasis kelas memakai banyak sekali teknik 




Prestasi Belajar IPS 
1. Prestasi 

Prestasi ialah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan/ dikerjakan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 895). Anas Sudijono (2005: 434) menjelaskan prestasi disebut juga pencapaian penerima didik yang dilambangkan dengan sejumlah nilai-nilai hasil belajar. Prestasi dipergunakan sebagai salah satu materi pertimbangan dalam penentuan nilai akhir. Prestasi mencerminkan hingga sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh penerima didik dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan bagi masing-masing mata pelajaran atau bidang studi.

2. Belajar Menurut Sugihartono, dkk. (2007: 74) mencar ilmu merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laris dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap lantaran adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Akan tetapi ternyata tidak semua perubahan sikap tersebut merupakan hasil belajar. Artinya ada perubahan sikap yang dipandang sebagai bukan hasil belajar. Adapun beberapa ciri-ciri sikap belajar, yaitu perubahan tingkah laris terjadi secara sadar, perubahan bersifat kontinu dan fungsional, perubahan bersifat positif dan aktif, perubahan bersifat permanen, perubahan dalam mencar ilmu bertujuan atau terarah, dan perubahan meliputi seluruh aspek tingkah laku. Kaprikornus sanggup disimpulkan mencar ilmu ialah perubahan tingkah laris yang bersifat permanen, sadar, kontinu, positif, permanen dan bertujuan. 




3. Prestasi Belajar 

Prestasi mencar ilmu ialah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 895). Menurut Agus Soejanto (1979: 12) prestasi mencar ilmu sanggup dipandang sebagai pencerminan dari pembelajaran yang ditunjukkan oleh siswa melalui perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/ pemahaman, keterampilan, analisis, sintesis, evaluasi, serta nilai dan sikap. Kaprikornus prestasi mencar ilmu ialah hasil yang telah dicapai oleh penerima didik selama mengikuti proses pembelajaran pada bidang tertentu yang diukur memakai tes kemudian dinyatakan dalam bentuk nilai. 




4. Prestasi Belajar IPS 

Dari kajian perihal prestasi mencar ilmu sanggup disimpulkan bahwa prestasi mencar ilmu ialah hasil yang telah dicapai oleh penerima didik selama mengikuti proses pembelajaran pada bidang tertentu yang diukur memakai tes kemudian dinyatakan dalam bentuk nilai. Sedangkan IPS ialah kajian perihal insan dan dunia di sekelilingnya. Pokok dari kajian IPS ialah korelasi antarmanusia. Latar telaahnya ialah kehidupan nyata manusia. Maka sanggup disimpulkan bahwa prestasi mencar ilmu IPS ialah hasil yang telah dicapai penerima didik selama mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang diukur dengan memakai tes kemudian dinyatakan




F. Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Prestasi Belajar IPS 

Dalam mempelajari mata pelajaran IPS dibutuhkan kemampuan membaca. Keterampilan membaca yang dipakai dalam IPS ada banyak sekali macam. Untuk itu, dalam mencar ilmu IPS siswa harus bisa mempunyai kemampuan membaca. Seperti yang dijelaskan Jarolimek & Parker (Sapriya, 2009: 160) berikut ini. Ada sejumlah keterampilan membaca yang dipakai dalam IPS yaitu diharapkan siswa IPS ialah pembaca yang mampu: 

a) membaca secara fleksibel, 
b) memakai judul cuilan dan subbab sebagai alat bantu membaca,
c) memakai kunci kontekstual untuk mendapat makna,
d) menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan,
e) mengira korelasi alasannya ialah akibat,
f) memahami materi rujukan bila perlu untuk memahami istilah – istilah kosa kata yang penting,
g) mencari data pada peta, chart, gambar, ilustrasi, dan menafsirkan data,
h) memakai bagian-bagian buku (seperti indeks, daftar isi, pengantar, dsb) sebagai alat bantu baca,
i) memperlihatkan pilihan biar terbiasa dengan struktur asuh dan mengira pengertian umum,
j) menempatkan fakta dan mengira ide-ide utama,
k) membandingkan klarifikasi yang satu dengan yang lainnya,
l) mengenal kalimat-kalimat topik, dan
m)menggunakan keterampilan untuk menemukan materi kepustakaan. 

Demikian banyak manfaat kemampuan membaca dalam mempelajari pelajaran IPS. Materi IPS sebagian besar berupa bacaan berisi fakta, konsep, dan generalisasi. Untuk mempelajari materi IPS membutuhkan kemampuan membaca yang tinggi. Jika siswa mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, maka fakta, konsep, dan generalisasi pada mata pelajaran IPS akan lebih gampang dipahami. Ketika pemahaman siswa dalam mempelajari materi IPS tinggi, maka prestasi mencar ilmu IPS juga akan tinggi. Sehingga siswa yang bisa membaca pemahaman dengan baik, maka prestasi mencar ilmu IPS juga akan baik. 

 Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar 

1. Karakteristik Siswa SD Menurut Perkembangan Kognitif 
Menurut Piaget (Conny R. Semiawan, 1999: 272) perkembangan pikiran terdiri dari 4 fase yaitu tahap sensomotorik (0 - 2:0 tahun), tahap preoperasional (2:1- 7:0 tahun), tahap operasional konkret (7:1 –11:0 tahun), dan tahap operasional formal (11:1 – 15:0 tahun). Siswa SD berada pada fase operasional konkret. Operasional konkret ialah suatu tindakan mental yang diputarbalikkan berdasarkan objek real dan konkret.

Operasi konkret memungkinkan belum dewasa untuk mengkoordinasikan beberapa karakteristik daripada memfokuskan satu sifat tunggal atau suatu objek tertentu. Pada masa ini anak memakai operasi mental untuk memecahkan masalahmasalah yang aktual, anak bisa memakai kemampuan mentalnya untuk memcahkan kasus yang lebih konkret. Anak bisa berpikir logis meski masih terbatas pada situasi sekarang. Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 35) menjelaskan ciri-ciri sikap anak pada masa operasional konkret yaitu inspirasi berdasarkan pemikiran dan membatasi pemikiran pada benda-benda dan tragedi yang akrab.

 Ciri – ciri yang lain yaitu anak mulai berkurang rasa egonya dan mulai bersikap sosial, pemahaman perihal konsep ruang, kausalitas, kategorisasi, konversi, dan penjumlahan lebih baik. Keputusan anak perihal alasannya ialah akhir menjadi meningkat, bisa berpikir induktif, dan kemampuan berpikir ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental menyerupai mengingat, memahami, dan memecahkan kasus (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 105- 107). 

2. Ciri-ciri Siswa Kelas IV Sekolah Dasar 
Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116) anak SD termasuk masa belum dewasa akhir. Masa belum dewasa tamat ini dibagi menjadi 2 fase yaitu : a) masa kelas rendah yang berlangsung antara usia 6/7 tahun - 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar, dan b) masa kelas tinggi yang berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar. Menurut kategori tersebut, siswa kelas IV termasuk fase kelas tinggi.

 Adapun ciri-ciri siswa kelas tinggi berdasarkan Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 116), ialah perhatiannya tertuju pada kehidupan simpel sehari-hari, ingin tahu, ingin mencar ilmu dan realistis, timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus, anak memandang nilai sebagai ukuran yang sempurna mengenai prestasi belajarnya di sekolah, belum dewasa suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka menciptakan peraturan sendiri dalam kelompoknya. 

Penelitian yang Relevan 
Ada korelasi yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca dengan kemampuan menuntaskan soal dongeng matematika siswa kelas III SD segugus III kecamatan Temon kabupaten Kulon Progo. Adapun korelasi tersebut ditunjukkan dengan koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,243 dengan taraf signifikansi 0,015 (Siti Amanatun Musdariyah, 2011). 

 Kerangka Pikir 
Kemampuan membaca di kelas IV sudah pada tingkat kemampuan membaca pemahaman atau pada keterampilan pemahaman bacaan dan tidak lagi hanya pada tingkat keterampilan mekanis saja. Pembelajaran kemampuan membaca khususnya kemampuan membaca pemahaman sebaiknya tidak dikesampingkan guru. Hal ini disebabkan lantaran kemampuan membaca pemahaman sebagai dasar untuk sanggup memperoleh informasi. Informasi tersebut mendukung siswa dalam mencar ilmu siswa dalam mata pelajaran lain atau juga informasi yang berkaitan dengan kehidupan siswa secara langsung.

Kemampuan membaca pemahaman terdiri dari kemampuan menangkap makna yang tersurat dan juga makna yang tersirat, kemampuan mengolah bacaan, serta kemampuan menerapkan isi bacaan. Ketiga aspek kemampuan membaca pemahaman tersebut mempunyai tujuan untuk memperoleh informasi. Informasi yang ada dalam bacaan sanggup eksklusif diperoleh pembaca, tetapi adapula bacaan yang memerlukan pemahaman lebih untuk sanggup memahami maknanya. IPS merupakan mata pelajaran yang berisi kumpulan informasi. Materi IPS sebagian besar bersifat abstrak. Materi IPS kelas IV SD berisi bacaan yang sudah memerlukan pemahaman untuk sanggup menangkap informasi yang disajikan. Keterampilan yang dibutuhkan dalam IPS salahsatunya ialah keterampilan yang bertalian dengan informasi.

Dalam keterampilan ini, kemampuan membaca merupakan keterampilan yang utama. Pemahaman bacaan, perbendaharaan bahasa, dan kecepatan membaca merupakan cuilan dari keterampilan membaca. Jika siswa mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, maka konsep-konsep dalam IPS akan gampang dikuasai pula oleh siswa. Hal ini tentu mendukung prestasi mencar ilmu IPS siswa. Untuk mendapat prestasi mencar ilmu IPS yang baik, pendekatan inkuiri, kemampuan berpikir kreatif, kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan mengambil keputusan sanggup dikembangkan lantaran sanggup meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

Dalam kelima kemampuan tersebut tercakup aspek-aspek dari kemampuan membaca pemahaman. Aspek kemampuan membaca pemahaman literal dan interpretasi sangat mendukung siswa untuk sanggup menemukan sendiri, berpikir kritis dan kreatif, memecahkan masalah, serta mengambil keputusan. Jika siswa mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, siswa sanggup menyebarkan kemampuan inkuiri (menemukan sendiri) konsepkonsep dalam IPS.

Dengan kata lain saat siswa bisa membaca pemahaman, ia sanggup mencar ilmu sanggup bangun diatas kaki sendiri untuk menemukan konsep yang belum diketahuinya atau memantabkan konsep yang kurang dipahaminya. Dengan demikian materi IPS kelas IV yang sebagian besar hafalan akan lebih diingat dan dipahami. Evaluasi IPS ranah kognitif meliputi tingkat hafalan, pemahaman, dan aplikasi. Dalam penilaian ini keterampilan membaca pemahaman juga dibutuhkan. Untuk sanggup memahami soal siswa memerlukan pemahaman literal .

 Hipotesis Penelitian 
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis penelitian ini ialah sebagai berikut. 1. Hipotesis Alternatif (Ha) ada korelasi positif antara kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi mencar ilmu IPS siswa Kelas IV SD Negeri seKecamatan Kokap. 2. Hipotesis Nol (Ho) tidak ada korelasi positif antara kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi mencar ilmu IPS siswa Kelas IV SD Negeri seKecamatan Kokap

Definisi Operasional Variabel 
1. Kemampuan Membaca Pemahaman Kemampuan membaca pemahaman ialah kemampuan dalam memperoleh makna baik tersurat maupun tersirat dan menerapkan informasi dari bacaan yang melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. 

2. Prestasi Belajar IPS Prestasi mencar ilmu IPS ialah hasil yang dicapai penerima didik selama mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang diukur dengan memakai tes kemudian dinyatakan dalam bentuk nilai. Prestasi mencar ilmu IPS yang diukur dalam penelitian ini ialah aspek kogniti

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel