Sejarah, Pengertian Dan Jenis-Jenis Fotografi
Monday, April 15, 2019
Edit
Sejarah Fotografi
Fotografi yang ada kini ini tidak pribadi sempurna, tetapi melalui sejumlah percobaan-percobaan yang panjang dan melelahkan. Antara lain, dimulai di Inggris pada tahun 1782 Thomas Wedgwood menciptakan suatu cara memindahkan gambar yang terdapat pada plat beling dengan dukungan cahaya, ke atas kertas yang dibuat peka terlebih dahulu. Gambar yang dihasilkan tidak stabil, yakni bila terkena sinar akan hilang.
Pada tahun 1822 di Inggris juga, Josep Nicep Hore Niepce mengadakan percobaan yang cukup usang dan menemukan metode terbaru yakni ia melumarkan larutan aspal dalam minyak lavender ke atas plat timah hitam dan putih. Dengan penyinaran yang lamanya hingga berjam-jam, didapat sebentuk gambar positif.
Di tahun 1939 Louis Jaques mande Degueree berhasil menciptakan permanen hasil potretannya, dan menerima penghargaan Raja Louis Phillipe. Wiliam Henry Fox Talbot berhasil menciptakan potret rumahnya dengan menggunakan kamera buatannya sendiri yang diberi nama “Pinhole Camera” pada tahun 1855. Sejarah mencatat bahwa dirinyalah orang pertama yaang berhasil menggunakan obat penimbul untuk menjadikan bayangan permanen pada hasil pemotretan.
Revolusi Fotografi berikutnya terjadi pada 1879 George Eatsman di Amerika berhasil menciptakan plat-plat peka cahaya dalam jumlah yang banyak sekaligus, yang mula-mula dibuat hanya terbatas. Bahkan pada tahun 1888 berhasil menjual kamera BOK-nya, dan berhasil memasarkan gulungan film yang bisa dipasang pada kamera dalam kondisi terang cahaya di tahun 1891.Akhirnya Eatsman inilah yang mempunyai sebuah pabrik fotografi dengan nama “Eatsman Kodak Company”.
Kita dihentikan melupakan jasa Leonardo da Vinci sebagai peletak dasar fotografi. Ialah yang pertama kali menciptakan alat untuk merekam peristiwa-peristiwa alam. Alat tersebut berbentuk kotak yang kemudian disebut “Camera Obscura” yang berarti ‘kamar gelap’. Kamera inilah yang menjadi cikal bakal dari kamera kuno.
Teknologi karya foto yang digunakan sederhana yaitu sebuah karya terbentuk melalui lukisan tangan si fotografer yang meniru gambar pantulan sinar di medianya. Karena dianggap tidak simpel maka dikembangkan media fotografi Perak (AB) dimana perak ini peka terhadap cahaya, sehingga bila terkena cahaya akan terbentuk gambar siluet. Kemudian digunakan materi lain menyerupai ‘daquerterif’ dan kemudian selluloid.
Pengertian Fotografi
Fotografi berasal dari kata ‘photos’ berarti cahaya, dan ‘graphos’ berarti menggambar yaitu bagaimana kita menggambar menggunakan cahaya. Sebuah karya foto tidak sanggup dihasilkan tanpa menggunakan cahaya.
Pembentukan gambar mati tersebut melalui suatu media disebut kamera. Alat ini mendistribusikan cahaya ke suatu materi yang sensitif (peka) terhadap cahaya disebut negatif atau film.
Sebenarnya pengertian fotografi tidak hanya terbatas dari definisi kata per kata, tetapi dalam cakupan lebih luas lagi sanggup diartikan sebagai suatu proses pengambilan gambar dengan media kamera, penciptaan gaya, teknik kemudian mengubahnya dalam sebuah gambar.
Body kamera
Lensa Kamera
Ada beberapa jenis lensa yang biasa digunakan yaitu lensa normal, lensa sudut lebar, lensa vario (ZOOM), lensa tele serta lensa makro. Semua lensa tersebut mempunyai kegunaan dan spesifikasi yang berbeda.
1. lensa normal (normal lens)
Lensa ini mempunyai panjang titik api/titik fokus antara 45 mm – 50mm. Memiliki imbas pandangan normal (normal view). Prinsip kerja lensa ini daitinjau dari sudut pandangnya hampir menyerupai dengan sistem pada mata kita.
2. Lensa sudut lebar (wide angle lens)
Memiliki jarak titik fokus kurang dari 50 mm. Fungsinya yakni :
- Meluaskan pandangan artinya objek yang masuk terproyeksikan menjadi lebih besar dari bayangan yang dibuat lensa normal. Hal ini disebabkan lkarena mempunyai jarak fokus yang relatif pendek.
- Memilki ruang ketajaman lebih besar dari lensa normal. Semakin pendek titik fokus yang dimiliki suatu lensa, semakin lebar ruang ketajaman.
- Mampu memperlihatkan imbas khusus dalam pemotretan, yakni bisa mengubah garis vertikal dan horizontal menjadi lengkung. Hal ini disebabkan lantaran mempunyai susunan lensa yang didominasi oleh lensa cembung yang ukurannya bervariasi.
Keistimewaan lensa ini yakni :
- Meluaskan pandangan dengan menjauhkan objek, tidak dituntut pada ruang pemotretan yang sempit.
- Ruang ketajamn yang dalam, menyerupai objek yang bergerak cepat atau berpindah kawasan setiap ketika kita tidak perlu memfokusnya.
- Lensa Tele
Sering kali lensa yang digunakan bervariasi titik fokusnya antara lain : 75 mm, 80 mm, 96 mm untuk potretan biasa. Dan ada 200 mm, 400 mm, 800 mm, hingga 1000 mm digunakan untuk memotret hal-hal yang jauh dan membahayakan. Misalnya bintang di langit dan gunung meletus. Diantara jenis lensa ini ada lensa Zoom denga sifat :
- mendekatkan pandangan
- sudut pandang sempit ruang
- ketajaman pendek dan
- sensitif terhadap gerak.
Jenis Kamera Foto
Menurut sistem bidiknya kamera dibagi 4 tipe yaitu :
1. View Camera
Pada kamera ini pembidikan dilakukan secara horizontal dan pribadi pada lensa utama. Pembidikan tepat pada objek, lantaran setiap ketika fokusnya sanggup diubah.
2. View Finder Camera/Range Finder Camera
Di sini pembidikan tidak pribadi dilakukan secar horizontal dan tidak pribadi ke lensa utama, tetapi melalui jendela bidik ke objek yang kan dipotret. Penentu jarak (fokus) dibantu sebuah lensa kecil yang berada di samping pengamat bidikan sehingga menjadikan bayangan. Jika gelang pengatur jarak (ring fokus) diputar maka bayangan akan bergerak hingga bersatu dengan objek yang kan dipotret. Lensa utama tidak bisa ditukar atau dilepas.
3. Twin Lens Reflex Camera (Kamera refleks lensa kembar)
Pembidikan dilakukan secara vertikal pada lensa kepingan atas dan tidak pribadi ke lensa utama/lensa kepingan bawah. Lensa atas berfungsi menangkap objek yang dipantulkan oleh cermin ke pembidik, sedang lensa kepingan bawah berfungsi untuk menangkap objek untuk diteruskan ke film. Kedua lensa tersebut bergerak bahu-membahu hingga objek yang akan dipotret tampak menyatu.
4. Single Lens reflex camera (SLR)
Pada kamera jenis ini, pembidikan dilakukan secara horizontal dan berpandangan pribadi dengan lensa utama. Lensa berfungsi meneruskan bayangan objek ke pembidik dan meneruskan bayangan objek ke film. Apabila tombol pelepas ditekan, maka cermin akan terangkat ke atas, sehingga tidak menghalangi bayangan objek ke dalam film.
Kamera jenis ini sangat praktis, lantaran bodi dan lensanya bisa dipisah-pisah, dilepas, diganti dan ditukar sehingga disebut interchanggable lens.
2 macam cara pemasangan lemsa ke bodi :
1. Sistem ulir
Biasanya jenis kamera jaman dulu dengan pemasangan lensa diputar menyerupai sekrup. Kelemahannya yakni bila kamre abanyak goyang lensa bisa goyah dan gampang lepas.
2. Sistem bayonet
Lensa dipasang dengan semacam kunci. Bila dipasangkan, lensa akan mengunci ke kamera dengan biasanya berbunyi ‘klik’. Jenis ini lebih berpengaruh pegangannya.
Teknik Memotret
Setelah mengetahui bodi kamera maka akan sangat efektif bila kita pribadi mempraktikkannya pada sebuah kamera. Maksudnya, biar kita gampang memahami fungsi dan kegunaannya, sehingga mantap dalam mengoperasikannya. Misalnya, cara memegang, membuka dan menutup, menarik tuas mengokang film, menggerakkan/memutar ring, menekan tombol pelepas, dan sebagainya.
Untuk memudahkan pengunaan kamera foto dengan baik, kita harus mengenal dan memahami jenis kamera, sehingga cara manipulasi dari bagian-bagian kamera yang penting sanggup dikendalikan dengan terampil tanpa mengganggu konsentrasi terhadap objek yang akan dibidik. Sebab semakin canggih kamera yang digunakan akan cenderung semakin simpel pemakaiannya.
Kamera yang akan digunakan tentu saja harus diisi oleh film terlebih dahulu. Untuk itu perlu diketahui ukuran kepekaan film terhadap cahaya. Kita bisa melihat dengan ukuran ASA atau DIN-nya dan diadaptasi pada kamera yang ada. Arahkan kamera pada objek yang akan dibidik dan perhatikan posisi memotret menyerupai di bawah ini.
Teknik Memotret dan Jenis Kamera Foto
Teknik Memotret dan Jenis Kamera Foto
Secara sederhana pada kondisi terang atau penuh cahaya/cerah maka diafragma harus ditutup sekecil mungkin (16), sedangkan pada cahaya redup, diafragma dibuka lebar (2, 2,8). Keadaan diafragma ini harus dikombinasikan dengan kecepatan rana dengan mengatur angka pada ring rana pada kamera untuk menyesuaikan dengan gerakan objeknya. Pemotretan pada cuaca cerah memerlukan rana cepat (1/500), sedangkan pada cahaya lemah rananya harus pelan (1/60).
Untuk jarak yang semakin jauh antara kamera dengan objek menyerupai pada jarak 5 meter dengan objek insan berbaris maka sanggup kita potret dengan kecepatan 1/300 detik, pada jarak 10 meter cukup dengan 1/200 detik dan pada jarak 25 meter cukup dengan kecepatan 1/100 detik.
Pembidikan dilakukan dengan memperhatikan gerakan atau pergantian komposisi dari objek yang menyangkut latar kepingan muka dan latar kepingan belakang. Untuk memilih ketajaman gambar sanggup diatur pada angka-angka ring focus yang sudah ditetapkan pada kamera, sehingga ketika membidik melalui lensa bidik sanggup dilihat tanda bahwa fokus sudah tepat pada objek. Dengan menempatkan jarak tertajam pada objeknya, maka akan diketahui ruang tajamnya, contohnya pada jarak 5 meter, diafragma 8 maka ruang tajamnya 3,5 – 10 meter. Jadi, benda yang terletak antara jarak tersebut akan tampak tajam, sedangkan jarak di luar area tersebut akan tampak kabur.
Dalam teknik memotret perlu diperhatikan fungsi sudut pandang, baik berdasarkan kawasan maupun dasar pandangan. Menurut tempat, perlu diperhatikan fungsi penyinaran dari depan (front lighting), penyinaran dari belakang (back lighting) dan pengaturan latar belakang dikaburkan atau tidak, sedangkan berdasarkan dasar pandangan sanggup dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi, misal memotret dengan pandangan burung (birds eye view), pandangan katak (frog eye view), pandangan setinggi mata mendatar (eye level viewing), pandangan setinggi pinggang (waist level viewing), atau pandangan posisi tangan tinggi (high hand held position).
Pemotretan yang dilakukan dengan posisi tangan tertentu lantaran suatu keadaan yang memaksa, sehingga tidak menggunakan mata untuk melihat objek harus digunakan perasaan yang kuat, sehingga sanggup diharapkan tepat mengenai sasaran.
Untuk penggunaan lampu blitz/kilat, perlu diperhatikan tabel yang terdapat pada blitz tersebut utnuk memilih pengaturan diafragma kamera. Pada kamera jenis SLR kecepatan maksimal pada umumnya 1/60 detik, sedang pada kamera RF kecepatan maksimal pada umumnya 1/125 detik.
Langkah-langkah pemotretan :
- Pasang film dengan benar
- Sesuaikan ASA-nya
- Memilih objek yang akan dipotret
- Mengatur komposisi
- Memperhatikan arah/datang sinar
- Memperhatikan latar belakang
- Mengatur diafragma, rana, dan fokus untuk menajamkam gambar
- Putar tuas pengokang film
- Penekanan tombol pelepas.
Cara pemasangan dan pengambilan film :
- Tentukan/cari kawasan yang teduh, baik untuk pemasangan maupun membuka film dari kamera
- Perhatikan penarikan engkol penggulung untuk membuka dan menutup kotak film
- Dalam pemasangan film harus diperhatikan pengait ujung film gelondong pemutar balik film dan roda gigi
- Untuk membuka kotak, tekan tombol balik film
- Gulung film pada rolnya
- Buka kamera untuk mengambil film.
Range Finder
Focus yakni penentu jarak anatara lensa dan film yang berfungsi menjamkan gambar dengan mengatur jauh dekatnya objek yang akan dipotret. Untuk memilih fokus dilakukan dengan memutar angka-angka yang sudah ditentukan pada ring focus. Pada ring focus terdapat angka-angka 0,45; 0,5; 0,7; 1;3; dan seterusnya. Menentukan angka yang tepat pada ring fokus artinya jarak antara lensa dan film sebanding jarak antara kamera dan objek yang akan dibidik.
Sebenarnya skala petunjuk jarak pada kamera tidaklah mesti tepat betul, untuk itu biasanya pada kamera jenis manual ada sisten penemu jarak yang disebut range finder.
Penemu jarak yakni sistem untuk menemukan jarak antara lensa denga film, hinga gambar yang terjadi pada film benar-benar fokus. Jika gelang penemu jarak diputar-putar maka lensa akan maju atau mundur.
artinya tak hingga atau tidak bisa diukur.
Ada 4 sistem penemu jarak yaitu :
1. Sistem gambar belah/split image
Yaitu bulatan yang dibelah dua oleh garis. Jika jarak tepat sudah ditemukan atau fokus maka garis vertikal akan tampak lurus, jika belum fokus tampak tidak lurus.
2. Sistem gambar rangkap/double prism (image)
Suatu bulatan dalam jendela bidik, jika gambar melewati bulatan ini akan tampak dobel/rangkap jika belum fokus.
3. Sistem prisma mikro/micro prism
Jika jarak belum tepat/fokus gambar terlalu kasar, jika sudah fokus gambar tampak jelas.
4. Sistem beling buram/ground glass
Di sini seluruh permukaan groundglass menjadi penemu jarak, jika gambar tajam bisa pribadi dipotret. Kelemahannya sulit untuk suasana gelap.
Ring Diafragma (Gelang Pengatur Cahaya)
Dalam fotografi ring diafragma yakni faktor yang sangat menentukan. Karena penentuan ruang batas ketajaman gambar pada jarak tertentu dengan cara mengatur celah cahaya yang sanggup masuk ke dalam kamera. Untuk mengatur cahaya yang kanmasuk ke dalamkamera ditentukan dengan memutar angka-angka yang terdapat pada ring diafragma kamera.
Pada ring diafragma terdapat angka-angka yaitu A;1;2;4;5,6;8;11;16;22;B. Fungsinya untuk mengatur kuantitas atau jumlah cuaca yang dibutuhkan kamera pada waktu memotret suatu objek. Memutar ring ke arah angka kecil, artinya membuka celah diafragma makin lebar sehingga cahaya yang masuk ke dalam kamera semakin banyak. Sebaliknya memutar ring ke angka besar, cahaya yang masuk ke dalam kamera semakin sedikit.
Apabila kita menginginkan gambar yang tajam, ring diafragma harus diputar menunjuk angka besar. Namun bila kita kita hanya menginginkan objek tajam, sedangkan latar latar bagianmuka dan kepingan belakang klabur, maka ring diafragma harus diputar pada angka kecil.
Kalau ring diputar pada angka B, artinya diafragma akan terbuka terus selama tombol pelepas ditekan. Sedang jika ring menunjuk angka 8, berarti cahaya yang dibutuhkan film selama diafragma terbuka yakni 1/8 detik, angka 16 berarti cahaya yang dibutuhkan film yakni 1/16 detik, dan seterusnya.
Untuk memilih angka diafragma :
- Bukaan lensa Jarak fokus 55 mm
- Diameter diafragma 5 mm : 11
Ring Shutter (Gelang Rana)
Rana terletak di belakang diafragma (antara film dan diafragma) berfungsi mengatur kecepatan kecepatan cahaya yang pribadi menyentuh film. Kecepatan cahaya yang masuk ke dalam film, memilih ketajaman gambar terhadap perubahan cuaca dan gerakan objek yang kan dipotret. Agar kecepatan cahaya yang masuk kamera sesuai dengan yang dibutuhkan, maka ring shutter harus diputar pada angka yang tepat.
Pada ring shutter terdapat angka B; 1; 2; 4; … 60;125;250; … 1000; 2000; 4000 untuk memilih kecepatan cahaya yang masuk ke dalam kamera. Apabila ring rana diputar menunjuk angka B, artinya rana akan terbuka terus selama tombol pelepas ditekan, selama rana itu terbuka selama itu pula cahaya akan masuk. Sedangkan jika ring rana diputar memperlihatkan angka 60, berarti cahaya yang dibutuhkan film selama rana terbuka yakni 1/60 detik, dan angka 500 berarti cahaya yang dibutuhkan film 1/500 detik. Apabila ring rana menunjuk angka 500 dan diafragma 16 pemotretan dilakukan pada cuaca cerah dan objek dalam keadaan bergerak cepat. Sedang pemotretan di tengah cahaya lemah diharapkan rana pelan dan untuk cahaya berpengaruh diharapkan rana cepat. Sedang untuk objek yang bergerak cepat diharapkan rana cepat dan objek membisu diharapkan rana lambat. Disini keseimbangan antara diafragma dan kecepatan rana harus diperhatikan, biar kadar dan usang cahaya menyentuh film terkombinasikan dengan focusing, sehingga sanggup menhasilkan foto yang baik.
Contoh pemotretan dari samping :
- Orang berjalan 1/60 detik
- Orang lari 1/125 detik
- Sepeda jalan 1/250 detik
- Balap kuda, sepeda motor 1/500 detik
- Balap sepeda motor, kendaraan beroda empat 1/1000 detik
- Pecahan gelas jatuh 1/2000 detik
- Kilat 1/4000 detik
Hubungan antara rana dan diafragma ini yakni jika kecepatan rana dinaikkan 1 stop, untuk memperoleh cahaya yang sama maka diafragma diturunkan 1 stop.
Ruang Ketajaman (Depth of Field)
Pada ketika pemotretan seorang fotografer harus memperhatikan bagaimana caranya menghasilkan sebuah gambar objek yang menarik dan juga ketajaman gambar yang dibidik. Untuk itu perlu diperhatikan persoalan ruang ketajaman. Hal ini dipengaruhi oleh :
- Focal length, yaitu makin panjang lensa yang digunakan berarti semakin sempit objek bidiknya.
- Diafragma, makin kecil bukaan lensa atau angka besar berarti makin besar ruang ketajaman.
- Jarak pemotretan dengan objek.
Faktor yang mensugesti ketajaman gambar yaitu :
- Kehalusan butir film
- Kehalusan disebabkan oleh lensa
- Obat pengembang yang halus
- Kontras (perbedaan warna nyata)
Teknik kecepatan dalam memotret :
- Freeze yaitu kecepatan tinggi untuk menciptakan objek seperti berhenti dengan SS 1/1000, 1/2000 dst. Angka diafragma besar, baik dalam cuaca panas.
- Slow action atau slow motiuon yaitu kebalikan freeze dengan kecepatan rana rendah 1/8, 1/15, dan 1/30. Disini dibutuhkan tripod, diafragma bukaan kecil.
- Panning dimana gerakan kamera mengikuti gerakan objek, kecepatan 1per4, 1/8, dan seterusnya tergantun objeknya
- Bulb yakni kemudahan kecepatan dengankamera terbuka biar cahaya masuk. Angka rana B dibuka minimal setengah menit maksimal 5 menit.
- Bracketing yaitu mengambil objek foto yang kecepatan rana sama dan F/n berbeda-beda. Misal SS =1/250 F/N-nya 11, 16, 22.
Film
Film yakni merupakan materi selulose yang dilapisi emulsi yang peka cahaya. Emulsi ini membentuk bayangan-bayangan berupa gambar-gambar yang sesuai dengan objek yang dipotret.
Jenisnya :
- Film negatif dimana gambar-gambarnya bebrentuk gambar negatif yang masih memerlukan proses lebih lanjut biar sanggup dilihat gambarnya. Biasa disebut film print.
- Film positif yaitu film yang sudah bisa dilihat/diproyeksikan lantaran sudah sesuai dengan warna dan bentuk dari benda yang dipotret. Lazim disebut film reversel slides.
Kepekaan film ditunjukkan dengan satuan ASA (American Standart Association) dengan angka 25, 50, 100, 200, 400, 800, … 6400 atau DIN (Deutsch Industri Norm) atau JIS (Japan Industri Standart) dengan angka 15, 18, 21, 24, 27, 30, … 39.
Untuk bentuk film terbagi menjadi beberapa macam antara lain :
- Roll/gulungan, jenisnya ada dua yaitu rol lepas dengan ukuran 135 mm dan 120 mm dan cartride yaitu pribadi dipasang di kamera dengan ukuran 110 mm dan 126 mm berisi 24 frame. Biasanya untuk kamera jenis poket dan hasil maksimal foto dari film ini yakni cetak ukuran 20 X 25 cm (10 R).
- Plate atau lempengan
- Dise atau cakram
Pencahayaan
Salah satu yang mendukung terjadinya proses memotret film biar menerima hasil yang baik yakni pencahayaan. Bentuk pencahayaan ini tergantung darimana sumber utama sinar sanggup masuk ke kamera, yaitu dari samping, depan, atas, bawah, variasi atau belakang berupa siluet dan rim light (non siluet).
Rim light yaitu terobosan cahaya melalui objek yang bersangkutan sehingga terbentuk gambar yang sebelahnya bercahaya. Caranya ditambah dengan alat lain menyerupai kertas, kain atau lampu.
Supaya cahaya proporsional/optimal ditentukan oleh :
- Waktu atau usang cahaya masuk ke dalam kamera diukur oleh kecepatan rana atau shutter spee
- Besarnya lubang cahaya diatur oleh diafragma
- Kepekaan film (ASA)
- Kekuatan cahaya
Untuk mengukur lemah atau kuatnya cahaya digunakan light meter. Pengukur cahaya ada yang menyatu dengan kamera ada yang terpisah.
Cara menggunakan light meter :
- Hadapkan kamera ke objek yang mau dibidik
- Lihat atau bidik jendela bidik kamera
- Tekan tombol pelepas denagn pelan jangan hingga menjepret
- Lihat indikatornya
Bentuk light meter :
- panah, dimana kalau panah kiri menyala atau ke kanan berarti belum tepat pencahayaanya.
- Tanda jarum, dimana jarum harus digerakkan hingga ke tengah-tengah. Kalau ke bawah berarti under kalau ke atas over.
- Sistem LED, yaitu menggunakan diode yang menyala harus yang tengah, kalau bawah berarti under dan perlu menyesuaikan diafragma.
Penyinaran dengan sinar buatan buatan (lampu kilat) ada beberapa macam :
1. Manual, yaitu menggunakan Angka Pedoman atau Guidenumber. Angka fatwa memperlihatkan kekuatan blitz, angka ini berbeda untyuk tiap-tiap ASA yang berlainan. Untuk memilih diafragma dengan blitz, gunakan rumus :
Diafragma = guidenumber
Jarak dalam feet
Contoh : jika mempotret dengan jarak 2 meter atau 6 feet menggunakan ASA 100 dan blitz dengan guidenumber 72 maka diafragma yang digunakan yakni 72/6 = 12 maka diafragma yang digunakan 12 atau 11.
2. Otomatis, dimana sangat tergantung tipe dan brand blitz.
Untuk menciptakan nyala lampu blitz sinkron dengan kecepatan maka kecepatan rana (SS) harus pada tanda X atau 60 (biasanya berwarna merah atau hijau).
Slave Unit
Jika dua blitz ingin dinyalakan bahu-membahu sanggup dilakukan dengan cara :
- menggunakan kabel paralel
- menggunakan slave unit yaitu rangkaian elektronok yang peka terhadap cahaya blitz lain.
Bounce Flash
Untuk mengurangi kekuatan lampu blitz yang sangat terang (misal 10.000 watt) digunakan teknik ini yaitu blitz dipantulkan ke langit-langit berwarna putih atau ke tembok. Dengan catatan bukaan diafragma diperbesar berdasarkan jarak blitz ke reflektor di tambah reflektor ke objek.
Cara lain mengurangi kekerasan blitz yaitu :
- Merendahkan potensial
- Menggunakan reflektor payung
- Melapisi blitz dengan kain atau kertas berwarna putih
Komposisi
Seni untuk memilih gambar, benda-benda, dan menyusun garis-garis dalam batas-batas bidang gambar sedemikian rupa sehingga sanggup menyenangkan untuk dipandang. Komposisi dipengaruhi oleh keseimbangan, kontras, pengulangan, kesatuan dan klimaks.
Macam komposisi :
- Teori Head Room Jangan menmpatkan objek di tengah, kecuali frontal, lantaran ada ruang kosong. Setiap benda harus mempunyai ruang pandang (head room) untuk ‘memberi kawasan objek untuk bergerak”.
- Membagi frame menjadi 3 atau 4 bagian
- Menambah 4 garis bantu dengan meletakkan objek pada salah satu titik potong garis-garis tersebut.
- Teori dinamis yaitu memperlihatkan kesan dinamis biar objek jadi focus of interest
- Teori framing yaitu dengan membingkai objek gambar.
Tripod/monopod
Yaitu sandaran kamera yang digunakan untuk pemotretan yang menggunakan kecepatan rendah kurang dari 1/60 detik.
Filter
Kegunaan filter yakni menyaring menyerupai ultraviolet juga melindungi imbas cahaya matahari yang tidak diinginkan serta melindungi lensa dari tabrakan debu atau jari-jari kotor berlemak, angin maritim yang berpasir.
Filter lain menyerupai polariser mempunyai kemampuan menembus kesilauan beling atau permukaan air atau barang-barang di bawah etalase.
Jurnalistik Foto
Fotografi untuk pers disebut photojournalism. Sedang foto-fot yang dihasilkan untuk pemberitaan disebut press photo (foto berita).
Jurnalistik berasal dari istilah bahasa Belanda ‘journalistich’ atau dalam bahasa Inggris ‘journalism’ yang berasal dari bahasa Prancis ‘journal’ bersumber dari kata ‘jour’ yang berarti hari atau catatan harian.
Jurnalistik berarti pengetahuan wacana penyiaran catatan harian dengan segala aspeknya, mulai dari mencari, mengolah hingga kepada menyebar luaskan catatan harian tersebut. Yang disebar luaskan yakni apa yang kita kenal sebagai ‘berita’. Prof. Mitchel VC Harley mendefinisikan informasi sebagai laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang penting atau menarik minat, atau kedua-duanya bagi sejumlah besar orang.
Foto jurnalistik yakni suatu bidang foto yang sedikit berbeda dengan jenis foto lain, dimana sebelumnya fotografer berperanan sebagai seniman. Pada dasarnya bidang fotografi dibagi tiga yaitu foto jurnalistik, foto murni (ekspresi), foto terapan (studio).
Makara foto jurnalistik yakni sebuah foto yang bisa ‘bercerita’ tanpa perlu keterangan komplemen yang terlalu banyak (caption) atau sering dikatakan bahwa foto jurnalistik yakni foto 5 W dan 1 H.
Macam foto yang dimuat di surat kabar umumnya :
- Foto informasi (news photo) dengan ciri khasnya yang menonjol yakni sifat berita
- Foto feature yaitu ciri khasnya yakni daya tariknya bagi pembaca.
- Foto illustrasi dimana terkait make-up atau tata rias surat kabar utnuk menyertai suatu tulisan.
Syarat Foto informasi :
- Secara visual, pribadi dimengerti pembaca
- Memenuhi syarat suatu informasi 5W 1H
- Nilai suatu foto ditentukan oleh aktualitasnya
- Proximity ialah unsur jarak antara pembaca dengan kawasan kejadian
- Prominance yaitu rasa agung, merasa penting
- Aspek manusiawi
- Aspek keterlibatan pembaca
Subjek Foto informasi terdiri :
- Tokoh, bukan hanya seorang yang mempunyai status sosial melainkan dalam pengertian sosok insan pada umumnya yang kita jadikan subjek penulisan
- Tempat, bisa dimana saja
- Peristiwa, aneka ragam insiden yang bentuknya tak akan ada duanya, tak akan terjadi dua kali dalam bentuk serupa
- Gabungan ketiga unsur di atas
Bentuk pengutaraan fotografi dilihat dari aspek tampilan keadaan, lingkungan atau kawasan lokasi, perasaan dan gerak. Sementara dari evaluasi kesempurnaan gambar ditentukan oleh faktor pencahayaan, komposisi, camera angle atau sudut pengambilan, focusing atau ketajaman, framing, proses pembuatan, ketepatan pembidikan.
Perbedaan foto jurnalistik dengan bidang foto yang lain yakni kriterianya yaitu relevansi, informatif, otentik, aktual, faktual, atraktif, misi dan gemanya. Foto jurnalistik bisa bercerita sendiri atau menguatkan informasi lain, misal etno fotografi.