Pengertian Penelitian / Research

A. PENGERTIAN PENELITIAN / RESEARCH
Penelitian (research) yaitu proses inovasi solusi secara sistematis, logis dan obyektif terhadap suatu masalah spesifik berdasarkan data yang dikumpulkan untuk itu. 

Masalah penelitian harus spesifik, oleh lantaran itu terdapat pembidangan masalah dalam penelitian (termasuk penelitian akuntansi). (contoh pembidangan masalah akuntansi pada lampiaran 1). 

Metodologi penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. 

Cara ilmiah berarti kegiatan itu dilandasi oleh metode keilmuan. 

Metode keilmuan: merupakan adonan antara pendekatan rasional dan empiris. Pendekatan rasional memperlihatkan kerangka berpikir yang koheren dan logis. Sedangkan pendekatan empiris memperlihatkan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran.

Untuk memperoleh bacaan hasil penelitian sanggup diperoleh dengan menelusuri sumber –sumber informasi/bacaan diantaranya:
  1. Media Elektronik (contoh beberapa web lampiran 12 &13)
  2. Majalah/Jurnal Ilmiah (JRAI, Bunga Rampai Kajian teori keuangan)
Karakterisitik penelitian ilmiah (Sekaran, 2000):
  1. Purposiveness (memiliki tujuan yang jelas)
  2. Rigor ( Menggunakan landasan teori dan pengujian Data yang relevan)
  3. Testability (Mengembangkan hipotesis yang sanggup diuji dari telaah atau berdasarkan Pengungkapan data)
  4. Replicability ( meiliki kemampuan untuk dirplikasi/diuji ulang)
  5. Precision & Confidence(Memiliki dataakurat sehingga alhasil sanggup dipercaya)
  6. Objectivity (Menarik kesimpulansecara objective)
  7. Generalizability (Temuan penelitian sanggup digeneralisasii)
  8. Parsimony(Menjelaskan fenomena atau masalah yang diteliti secara sederhana tapi jelas).
A. JENIS PENELITIAN / RESEARCH 
Jenis penelitian sanggup dikelopokkan berdasarkan (Husey dan Hussey , 1997):
  • Tujuan
  • Proses
  • Logika Penelitian 
  • Hasil penelitian yang diharapkan dari penelititan tersebut
1. Berdasarkan tujuan penelitian sanggup dibedakan menjadi:
  • Penelitian eksploratif
  • Penelitian deskriptif
  • Penelitian analiitik
  • Penelitian prediktif
2. Berdasarkan Proses penelitian sanggup dibedakan menjadi:
  • Kuantitatif
  • Kualitatif
3. Berdasarkan Logika penelitian sanggup dibedakan menjadi:
  • Penelititan induktif (Penelitian yang dalam hal ini teori disusun dari observasi realitas empirik)
  • Penelititan deduktif (Penelitian dalam hal ini struktur konseptual/teoritik disusun kemudian diuji secara empirik)
1. Berdasarkan Hasil penelitian yang diharapkan dari penelititan tersebut, penelitian sanggup dibedakan menjadi:
  • Penelitian dasar
  • Peneilian terapan
1. Penelitian dasar yaitu penelitian yang bertujuan untuk menambah pengetahuan atau pemahaman perihal suatu masalah tertentu dan untuk membangun teori berdasarkan hasil penelitian tersebut tanpa mempedulikan apakah hasil penelitian tersebut akan berkhasiat untuk memecahkan masalah mudah atau tidak. 

Contoh penelitian dasar:
a. Masalah akuntansi manajemen
Masalah  Apakah sistem informasi internal yang memperlihatkan informasi mengenai anjuran anggaran bawahan, tingkat anggaran, dan kinerja sesungguhnya rekan sekerja kuat terhadap kinerja bawahan?(Fisher et al, 2002)

b. Masalah akuntansi keuangan 
Masalah: Apakah pengumuman dividen akan kuat secara negatif terhadap harga saham pada waktu exdividend day? (Pujiono, 2002)

2. Penelitian terapan yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menerapkan hasil inovasi guna memecahkan masalah tertentu yang sedang dialami suatu organisasi.

Contoh penelitian terapan:
1. Masalah akuntansi manajemen
Masalah : Apakah teknik analisis biaya diferensial bisa digunakan untuk penilaian acara promosi kesehatan di tempat kerja pada perusahaan Kimberly-Clark? (Smith, 1988)

2. Masalah akuntansi keuangan 
Masalah: apakah pemberian kredit meningkatkan rentabilitas ekonomi? (Syamsudin, 1997)
Tugas:
  1. Cari 1 hasil penelitian akuntansi yang paling anda sukai dari majalah ilmiah atau bacaan lain dan tuliskan secara urut mulai dari judul, penulis, waktu penerbitan, nama majalah, forum penerbit, volume dan nomor majalah! 
  2. Tuliskan komponen – komponen (urutan) dalam artikel tersebut berdasarkan pengetahuan anda!
  3. Identifikasikan artikel penelititan yang anda pilih (1) apakah merupakan basic research atau applied research
Kriteria Riset Ilmiah sanggup dibedakan menjadi (riset metode ilmiah/saintifik) dan Non Ilmiah (riset metode naturalis)

Riset metode ilmiah memakai pendekatan deduksi dalam proses pengambilan keputusan, sedangkan riset metode naturalis menggunkan pendekatan induksi.

Hal penting dalam riset metode ilmiah, (Cooper dan Schindler 2001,2003
  1. observasi eksklusif terhadap fenomena
  2. variabel, metode dan mekanisme riset didefinisikan dng jelas
  3. hipotesis diuji secara empiris
  4. mempunyai kemampuan mengalahkan hipotesis saingan
  5. justifikasi kesimpulan secara statistik mempuyai proses mebetulkan dirinya sendiri.
Langkah –langkah riset metode ilmiah
Riset metode ilmiah merupakan riset yang terstruktur dengan langkah yang terperinci dan sistematik 
  1. mengidentifikasikan gosip atau topik dari riset (bab 1)
  2. menjual ilham atau gosip tersebut dengan cara menjustifikasi bahwa gosip tersebut menarik dan penting untuk diteliti (bab1)
  3. Menentukan tujuan dan bantuan dari riset (bab 1) 
  4. Mengembangkan hipotesis. 
  5. Untuk menyebarkan dibutuhkan teori dan hasil riset sebelumnya (bab 2) Merancang riset (bab 3)
  6. Mengumpulkan data (bab 3)
  7. Menganalisis data dan menguji hpotesis (bab 4)
  8. Membuat ringkasan (bab 5)
  9. Menunjukan keterbatasan dan hambatan riset (bab 5)
10. Mengusulkan perbaikan riset berikutnya. (bab 5)

Desain riset (Cooper dan Schindler, 2001,2003):
  1. Penelitian eksploratori 
  2. Penelitian descriptive
  3. Penelitian explanatory/Hipotesis
  4. Penelitian prediksi (predictive)
METODE DAN RISET PENELITIAN
Salah satu komponen riset yaitu penggunaan metode ilmiah, sehingga metode riset sanggup dilaksanakan dengan relatif gampang dan terarah. Beberapa teks book menyebutkan bahwa metode ilmiah identik dengan desain ilmiah. ((Sevilla, 1988), (Emory, 1994), (Natsir, 1988)).

Metode Riset sanggup dibagi atas (Umar, 2001):
  1. Penelitian Dasar atau Murni
  2. Penelitian Terapan atau Pengembangan
Metode Penelitian diantaranya (Umar, 2001):
1. Metode Sejarah
  • Riset sejarah menghendaki data bersumber dari data primer yaitu dokumen dan peninggalan. Sumber data sekunder digunakan apabila data primer tidak ditemukan
  • Pusat perhatian peneliti sejarah dalam membuat laporan penelitian diarahkan pada masalah mekanis dokumentasi, masalah logis pemilihan data penyusunan topik dan masalah filosopfi penafsiran.
  • Tugas penulisan data sejarah diarahkan pada beberapa aspek ibarat penguasaan bahan, pembuatan bagan, seni, narasi, dramatisasi dan lain-lain.
2. Metode Deskriptif
  • Metode deskriptif bertujuan untuk mengggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada ketika riset dilakukan dan mengusut sebab-sebab dari suatu tanda-tanda tertentu. 
  • Metode ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada waktu berlangsungnya proses riset (Gay, 1976)
Jenis metode deskriptif (Cnsule, 1988):
  • Studi Kasus 
  • Survey
  • Riset Pengembangan :Terdiri dari metode longitudinal dan metode cross sectional.
  • d. Riset Lanjutan (Follow-up study)
  • Riset Dokumen (Content Analysis)
  • Riset kecenderungan (Trend Analysis)
  • Riset Korelasi (Correlational study)
3. Metode Eksperimen
  1. Sudjana, 1980 mengemukakan bahwa prinsip dasar dalam desain ini yaitu replikasi, randomisasi dan kontrol lokal. 
  2. Konsep eksperimentasi berdasarkan Ary (1972) sanggup disederhanakan menjadi 3:
  • Variabel bebas yaitu variabel yang dimanipulasi 
  • Semua variabel, kecuali variabel terikat yaitu konstan
  • Pengaruh pemanipulasian variabel bebas atas variabel terikat sanggup diamamti atau diukur. 
4. Metode Kausal-Komparative (Ex Post Facto)
  • Gay, 1976 memberikan bahwa penelitian ini berjalan dengan cara menentukan akhir kemudian menemukan sebab. 
  • Kerlinger, 1976 beropini bahwa penelitian ini merupakan pencarian empirik yang sistematik dimana peneliti tidak sanggup mengontrol variabel bebasnya lantaran insiden telah terjadi atau lantaran sifatnya tidak sanggup dimanipulasi. 
  • Pendekatan Ex post facto “setelah kejadian” pada awalnya mengamati akhir dan kemudian mencoba menentukan sebab, sedangkan dalam penelitian eksperimen pada mulanya membuat sebab, secara sengaja membuat kelompok berbeda dan kemudian mengamati akhir perbedaan itu pada variabel terikat. 
5. Metode Partisipatoris
  • Prinsip metode ini diantaranya: mempunyai implikasi ideologi, memperlihatkan manfaat eksklusif kepada masyarakat, melibatkan semua partisipan yang terlibat dalam riset. 
  • Desain Riset Desin riset merupakan semua proses yang dibutuhkan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelititan yang ciri-cirinya yaitu (umar, 2001
a. Dsain dalam merencanakan penelitian
Pemilihan desain biasanya dimulai ketika peneliti sudah merumuskan hipotesisnya. Desain untuk perencanaan penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan penelitian sehingga sanggup diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesis maupun dalam membuat kesimpulan. 

b. Desain dalam melaksanakan penelitian 
Suchman, yang dikutib Natsir (1988), desain dalam pelaksanaan penelitian dibagi atas 4 macam yaitu:
  • Desain sampel
  • Desain instrumen 
  • Desain analisis
  • Desain administrasi
Jenis Desain Riset, berdasarkan Selltiz, et al (1964), dikutip dalam Umar (2001), 
  • Desain Eksploratori
  • Desain Deskriptif
  • Desain Kausal
Etika dalam Penelitian
Etika memperlihatkan batasan perihal apa yang boleh dan apa yang dilarang dilakukan, apa yang dianggap bermoral dan apa yang tidak. 

Hal yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti (Neuman, 2003, Mason, 1996):
  1. Plagiarisme : tindakan mengutip ilham orang lain tanpa mengakui/menyebutkan sumbernya. Merupakan dosa terbesar dalam dunia akademik
  2. Manipulasi penelitian : Meliputi tindakan peneliti yang memalsukan, mengarang, atau membuat data sendiri sesuai dengan impian penelitti. Atau melaporkan desain studi yang tidak sesuai dengan kenyataan ybs. 
  3. Identitas Pribadi dari Pelaku/Objek Penelitian : Identitas pribadi pelaku pada objek yang diteliti perlu dirahasiakan demi melindungi karier, pergaulan, privasi maupun status sosial ybs.
  4. Akses ke Objek penelitian: Jika objek yang diteliti menyangkut properti pribadi, maka izin dari pemilik properti dibutuhkan demi menghormati hak milik orang lain. Dalam hal ini ada 2 jenis penelitian yakni covert study dan Overt study. Covert study yaitu penelitian yang dilakukan dengan merahasiakan status peneliti dan acara penelitian itu sendiri terhadap pelaku/objek penelitian dengan tujuan memperoleh data yang lebih ilmiah. Overt study penelitian yang dilakukan dengan atas sepengatahuan pelaku/objek yang diteliti. 
  5. Independensi Penelitian. Peneliti harus menjaga independensinya sebagai wujud pertanggungjawaban profesionalnya. 
  6. Pelecehan terhadap Pelaku dari Objek Penelitian. Peneliti harus sanggup menghindari pelecehan, baik disengaja maupun tidak terhadap pelaku dari objek yang diteliti. 

DEDUKSI DAN INDUKSI
Hasil penelitian harus dijelaskan dengan argumen yang sanggup diterima. Argumen memungkinkan periset untuk menjelaskan, mengintepretasikan, mempertahankan, menentang dan mencari arti lebih lanjut (Cooper dan Schindler, 2003). 

Dua bentuk proses argumentasi yang digunakan dalam riset yaitu deduksi dan induksi. 

Pendekatan saintifik memakai struktur teori untuk membentuk hipotesis dan kemudian memakai fakta atau data empiris untuk menguji hipotesis dan untuk mendapatkan kesimpulan atau konsklusi. Proses mengambil kesimpulan melalui pengujian hipotesis dengan memakai data empiris disebut sebagai proses deduksi dan metodenya disebut dengan metode deduktif serta riset yang menguji hipotesis disebut riset deduktif. 

Deduksi yaitu proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisis data. Urutan proses riset dari pendekatan deduktif adalah: 
  • membangun hipotesis berbasis struktur teori
  • mengumpulkan fakta atau data empiris 
  • menggunakan data untuk menguji hipotesis
  • mengambil kesimpulan (memeberikan argumen).
Pendekatan naturalis memakai data untuk mengambil kesimpulan tanpa memakai hipotesis (let the data speak for themselves). Pada pendekatan ini jika hipotesis harus digunakan, umumnya hipotesis dibuat dari data yang diobservasi dan dikumpulkan terlebih dahulu. Proses pembentukan hipotesis berdasarkan data yang ada dan pengambilan keputusan ibarat ini disebut proses induksi dan metodenya disebut metode induktif serta riset disebut riset induktif. 

Pendekatan induksi didefinisikan sebagai proses mengambil kesimpulan (atau pembentukan hipotesis) yang didasarkan pada satu atau lebih fakta atau bukti-bukti.

TOPOLOGI DATA
Menurut Webster’s New World Dictionary, data yaitu things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap diketahui artinya sesuatu yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti), dengan demikian data dianggap mempunyai dua arti:
  1. suatu pernyataan (statement) perihal sesuatu yang sudah terjadi akan tetapi belum diketahui (belum dilaporkan), sering disebut sebagai hipotesis.
  2. suatu pernyataan perihal sesuatu yang belum terjadi, bisa terjadi bisa juga tidak disebut ramalan (forecasting). 
Contoh : 
  • Seseorang ditanya berapa umurnya, dan menjawab umurnya 40 th à data.
  • Kepala BULOG menganggap bahwa persediaan beras cukup à data 
Karena anggapan atau perkiraan sanggup benar sanggup juga salah, maka apabila akan dipergunakan untuk membuat keputusan, anggapan yang berupa hipotesa harus diuji terlebih dahulu dengan jalan mengumpulkan data serta memakai criteria tertentu. 

Suatu riset sering dilakukan untuk menguji hipotesis atau anggapan yang mungkin benar mungkin juga tidak. Angapan yang salah akan menghasilkan keputusan yang salah. 

Data sanggup memperlihatkan citra perihal suatu keadaan atau persoalan. Data penduduk memperlihatkan citra perihal suatu keadaan atau masalah penduduk contohnya perihal jumlahnya, perkembangannya, pendidikannya, penyebarannya berdasarkan daerah, pendapatan yang menggambarkan standart hidup.

Data merupakan alat bagi pengambil keputusan untuk dasar pembuatan keputusan atau pemecahan persoalan. Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang baik (jujur, pintar dan berani membuat keputusan yang obyektif), dimana keputusan tersebut didasarkan atas data yang baik.

Data yang baik ialah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan meliputi ruang lingkup yang luas atau bisa memperlihatkan citra perihal suatu masalah secara menyeluruh. 

Data berkhasiat untuk:
  • mengetahui atau memperoleh citra perihal sesuatu keadaan atau persoalan
  • membuat keputusan atau memecahkan persoalan.
Apa hubungan antara data dan riset?
Riset intinya yaitu perjuangan mencari data yang akan dipergunakan untuk mengetahui sesuatu atau untuk menguji suatu hipotesa, serta untuk memecahkan suatu masalah tertentu. 

Data yaitu materi baku riset
Data sanggup terbagi menjadi beberapa tingkatan yakni data mentah, data diolah dan data hasil analisa. Data hasil analisa mempunyai peringkat paling tinggi Karena eksklusif sanggup digunakan untuk membuat keputusan. 

Menurut sifatnya data terbagi menjadi : 
  1. data kualitatif : yaitu data yang tidak berbentuk angka, misalnya: Jakarta Fair sepi, keamanan mantap, harga stabil, karyawan bersemangat, penjualan menurun dll
  2. data kuantitatif : yaitu data yang berbentuk angka,
contohnya hara beras Rp 3000/kg, karyawan yang tidak bersemangat hanya 10%, rata-rata gaji/upah karyawan Rp 1.500.000/bulan, produksi padi mencapai 20 juta ton/bulan.

Menurut sumber, data terbagi menjadi:
  1. data internal yaitu data dari dalam suatu organisasi yang menggambarkan keadaan organisasi tersebut. Misalnya : jumlah karyawan, jumlah modal, jumlah produksi, kebutuhan materi mentahnya dll.
  2. data external yaitu data dari luar suatu organisasi yang sanggup menggambarkan factor-faktor yang mungkin menghipnotis hasil kerja suatu organisasi.
Misalnya daya beli masyarakat menghipnotis penjualan perusahaan, derma luar negri akan menghipnotis hasil pembangunan suatu negara dll.

Menurut cara memperolehnya data terbagi menjadi:
  1. data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu organisasi eksklusif melalui objeknya.Misalnya Uniliver ingin mengetahui konsumsi margarine blue grup musik eksklusif menghubungi rumah tangga, BPS untuk memperoleh data harga eksklusif menghubungi pasar dll
  2. data sekunder : yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah berupa publikasi. Data sudah dikumpulkan oleh pihak/instansi lain. Misalnya suatu perusahaan (departemen) ingin mengetahui data penduduk, pendapatan nasional, Indeks harga Konsumen dari BPS, data perbankan dari BI, dll
Menurut waktu pengumpulannya, data terbagi menjadi:
1. Data cross section ialah data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu (at appoint of time) untuk menggambarkan keadaan & kegiatan pada waktu tersebut. 

Analisa yang didasarkan atas data cross section disebut analisa cross section yang sifatnya statis, oleh Karena itu tidak memperhitungkan perubahan–perubahan yang terjadi, yang disebabkan oleh perubahan waktu

2. Data terencana (time series data) yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk melihat perkembangan suatu kejadian/kegiatan selama periode tersebut.

Misalnya perkembangan uang beredar, perkembangan harga 9 macam materi pokok , perkembangan penduduk dll.

Menurut kondisi hubungan/ketergantungan dengan variabel lain, data dikelompokkan menjadi 
  1. data/variabel terikat : data/variabel yang tergantung pada data variabel lain.
  2. data/variabel bebas: data/variabel yang tidak tergantung pada variabel lain.
Misalanya yaitu data hasil penjualan suatu produk tergantung oleh harga, promosi, distribusi dan produk itu sendiri. Data hasil penjualan merupakan variabel terikat sedangkan variabel harga, prpmosi, distribusi dan produk itu sendiri yaitu variabel bebas.

Data sanggup dipisahkan berdasarkan Skala. Skala merupakan suatu mekanisme pemberian angka atau symbol lain kepada sejumlah ciri suatu obyek biar sanggup menyatakan karakteristik angka pada ciri tersebut. Berdasarkan skala data sanggup dipisahkan menjadi:

1. Skala Nominal 
Skala yang paling sederhana di mana angka yang diberikan kepada suatu kategori tidak menggambarkan kedudukan kategori tersebut terhadap kategori lainnya tetapi hanya sekadar isyarat atau label. 
Contoh : Jenis kelamin : 1 = laki-laki dan 2 = wanita
Status : 1 = menikah dan 2 = tidak menikah

2. Skala Ordinal 
Skala ini mengurutkan data dari tingkat paling rendah ke tingkat paling tinggi atau sebaliknya dengan interval yang tidak harus sama.

1. Skala Interval 
Skala ini mengurutkan obyek berdasarkan suatu atribut yang memperlihatkan informasi perihal interval antara satu obyek dengan obyek lainnya yaitu sama.

Contoh: nilai prestasi yang telah ditransfer dalam bentuk aksara A, B, C, D dan E selanjutnya diberi bobot masing-masing 4, 3, 2, 1 dan 0 sehingga interval A dan C sama dengan interval C dan E atau interval A dan B sama dengan interval D dan E. Tetapi ada ciri lain yaitu tidak adanya titik 0. Misalkan jika bobot A = 4 diubah menjadi A = 0 bukan berarti bahwa nilai prestasi B, C, D dan E juga menjadi 0, tetapi sanggup bermetamorfosis berturut-turut –1, -2,-3 dan –4. 

Jika jarak interval pada skala ini tidak diperhatikan, skala ini bertindak sebagai skala ordinal. Jasi skala interval sanggup bertindak sebagai skala ordinal dan skala nominal. 

2. Skala Ratio
Skala ini meliputi ketiga skala yang disebutkan di atas ditambah dengan sifat lain yaitu bahwa ukuran ini mempunyai nilai nol. Karena adanya titik 0 inilah maka ukuran rasio sanggup dibuat dalam perkalian maupun pembagian. Angka pada skala ini merupakan ukuran yang bersama-sama dari obyek yang diukur. 

Contoh Agus Salim dan Budi Wasito yaitu dua orang karyawan PT Maju yang masing-masing bergaji Rp 2000.000 dan Rp 5.000.000. Hitungan ukuran rasionya ; honor Budi Wasito yaitu 2,5 kalilipat honor Agus Salim. Gaji ini mempunyai titik nol (misalnya perusahaan tidak menggaji pegawainya lantaran bangkrut, artinya kedua karywan bergaji Rp 0).

TEKNIK SAMPLING (teknik pengambilan sampel)
Populasi à kelompok keseluruhan orang, insiden atau sesuatu yang ingin diselidiki oleh peneliti.
Populasi sasaran 
Tujuan utama penarikan sampel yaitu untuk memperoleh informasi perihal populasi. Oleh lantaran itu semenjak awal perlu mengidentifikasi populasi secara tepat dan akurat. 
Contoh : 
  • populasi target untuk penelitian persepsi akuntan yaitu para akuntan. 
  • Populasi target untuk calon mahasiswa potensial yaitu siswa SMU dll
Elemen à suatu anggota tunggal dari populasi. 
Jika terdapat 200 penumpang pesawat dalam suatu penerbangan, maka setiap penumpang pesawat tersebut merupakan elemen dari populasi.

Sampel à beberapa anggota atau suatu cuilan (subset) dari populasi. Hal ini meliputi sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Sehingga sebagaian elemen dari populasi merupakan sampel.

Sampel (contoh) à penting dalam penelitianà berkaitan dengan dapat dipercaya dan mutu penelitian serta biaya penelitian yang harus di bayar. 

Mengapa dalam penelitian digunakan sampel (contoh) dan apakah sampel sanggup dikatakan mewakili seluruh populasi?

Alasan diperlukannya sampel dalam penelitian : 
· Seluruh Populasi à Teknik sensus membutuhkan biaya yang sangat besar/mahal (tenaga pencacah dan waktu yang lama).
· Teknik sensus tidak luwes dan tidak mudah untuk pengambilan keputusan terbatas. 
Sampel sanggup mewakili seluruh populasi, apabila:
· Sampel harus mengandung dua criteria yaitu cermat (accuracy) dan tepat (precission). 
Kriteria cermat dimaksudkan biar sampel yang diambil tidak akan bias sehingga sampel sanggup memperlihatkan reaksi yang tidak berlebih atau kurang tetapi memperlihatkan reaksi wajar. 

Kriteria tepat mengandung arti sampel yang diambil sanggup mewakili dengan masuk akal keseluruhan populasi tersebut. Oleh lantaran itu aspek ketepatan ini mengandung pengukuran standard yang sanggup ditoleransi terhadap kemungkinan kesalahan pengambil sampel.

· Menggunakan teknik pengambilan sampel (teknik sampling) yang sesuai dengan taktik penelitian yang dilakukan. 

Sampling à yaitu proses menentukan suatu jumlah unsur populasi yang mencukupi dari populasi, sehingga dengan mempelajari sampel dan memahami karakteristiknya memungkinkan untuk untuk menggeneralisasikan karakteristik tersebut pada seluruh anggota populasi.

Kategori Sampling à Probability Sampling dan Non probability sampling 
  • Probability sampling yaitu proses pengambilan sampel yang menjamin adanya peluang bahwa setiap unsure populasi dipilih sebagai anggota sampel. 
  • Sampling Probability meliputi sample random sampling, systematic sampling, stratified random sampling, cluster sampling, area sampling dan duble sampling
  • Non Probability Sampling yaitu proses pengambilan sampel yang tidak menjamin adanya peluang bahwa setiap unsure poppulasi dipilih sebagai anggota sampel
  • Sampling Non Probability meliputi canvebience sampling, judgement sampling, quota sampling dan snowball sampling.
Ukuran sampel à 
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel selain metode pengambilan sampel di atas yaitu tingkat ketepatan (precision) dan tingkat kepercayaan (confidence) sampel. 

Ketepatan (precision) mengacu pada seberapa bersahabat estimasi peneliti berdasarkan sampel yang terpilih terhadap karakteristik yang sebenarmya dari populasi. 

Confidence level : derajat kepercayaan atau ketelitian pengambilan sebuah sampel. Confidence level 95%-99%. Semakin tinggi Condidence level semakin sanggup mengemban amanah data tersebut. (100 - CL = 1%-5%) yaitu persen kelonggaran ketidaktelitian lantaran kesalahan pengambilan sampel yang masih sanggup ditolelir. 

Ukuran sampel sanggup pula ditentukan dengan memakai rumus slovin (1960) yang dikutip sevilla (1994) sbb:

misalnya:
Jumlah elemen dalam populasi yaitu 8000. apabila Confidence level 98% berapa sampel yang harus diambil = 1905. Apabila CL diturunkan menjadi 95% berapa jumlah sampelnya = 380.9 dst.

Semakin tinggi CL semakin besar sampelnya, semakin rendah CL semakin sedikit sampelnya.

Dalam menentukan ukuran/jumlah sampel juga perlu memperhatikan pedoman kasar yang dikemukakan oleh Roscoe dalam Sekaran (2000), yaitu:
  1. Jumlah sampel yang paling sesuai untuk hampir semua penelitian yaitu 30 < n < 500
  2. Apabila sampel dibagi ke dalam beberapa subsampel (laki-laki/perempuan, senior/yunior) jumlah sampel minimum untuk tiap kategori yaitu 30
  3. Dalam penelitian multivariate(multiple regression analysis) jumlah sampel harus beberapa kali (sekitar 10 kali atau lebih) lipat dari jumlah variabel dalam penelitian. 
  4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana dengan pengendalian ekperimental yang ketat, penelitian yang baik sanggup dilakukan dengan memakai sampel sekitar 10 hingga 20. 
Kekeliruan sampling
Terjadinya kekeliruan pada ketika menelaah sampel, contohnya dalam menentukan jumlah sampel yang harus diambil

 Kekeliruan Tak sampling
Kekeliruan jenis ini sering timbul dalam suatu riset antara lain lantaran populasi yang tidak jelas, pertanyaan-pertanyaan yang tidak tepat dan obyek yang diteliti ternyata tidak seluruhnya didapat. 

Ukuran minimum sampel yang sanggup diterima berdasarkan desain/metode penelitian yang digunakan (Gay, 1976):
  • Deskriptif, minimal 10 % dari populasi. Untuk populasi yang relatif kecil minimal minimal 20%.
  • Desain deskriptif-korelasional, minimal 30 subjek
  • Metode ex post facto, minimal 15 subyek per kelompok
  • Metode eksperimental, minimal 15 subyek

Penggunakan kaidah di atas sebaiknya diubahsuaikan dengan kondisi populasi dan keadaan lain yang berkaitan.

METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA 
A. Kerangka Teoritik dan Pengukuran Construct (Variabel) 
Bagaimana variabel diukur ?? 
Berbagai obyek sanggup diukur dengan gampang : 
Misalnya : 
  • Berapa tinggi tubuh saudara? 
  • Berapa usang saudara telah bekerja? 
  • Apa jabatan saudara ? 
  • Berapa usia saudara ? 
Jawaban pertanyaan diatas : mempunyai alat pengukuran yang sesuai dan obyektif. 

Bagaiman apabila pertanyaan : 
  • Bagaimana perasaan (feelings) anda sesudah mengikuti kegiatan ini ? 
  • Bagaimana sikap (attitudes) mahasiswa gunadarma terhadap perubahan proses pembelajaran? 
  • Bagaimana persepsi (perceptions) mahasiswa terhadap pengajarnya? 
Pertanyaan diatas sukar untuk dijawab dan diukur lantaran bersifat abstrak. 
Salah satu cara yang dilakukan yaitu mengurangi karakteristik yang ajaib dari konsep-konsep ibarat motivasi, keterlibatan (involvement), kepuasan (Satisfactions), sikap konsumen (consumer behavior) dll. 

Misalnya : 
Konsep kecenderungan sikap konsumen dalam pembelian bersifat abstrak. Tetapi kita sanggup menduga kecenderungan sikap tersebut dari apa yang akan dilakukan konsumen. 

Misalnya : 
  • Apakah konsumen tersebut menyampaikan hal-hal positif mengenai produk atau brand kepada orang lain ? 
  • Apakah konsumen merekomendasikan produk/merk tersebut kepada orang yang meminta pendapatnya? 
  • Apakah mendorong teman-temannya atau kenalannya untuk membeli produk tersebut? 
  • Apakah akan tetap menentukan produk tersebut apabila harganya dinaikkan? 
Dengan demikian kita sanggup mengukur kecenderungan pembelian konsumen melalui indikator-indikator tersebut walaupun contruct kecenderungan sikap konsumen tersebut bersifat abstrak. 

Pengertian Pengukuran variabel 
Pengukuran variabel (jika dipahami dari sisi variabel) yaitu proses menghubungkan konsep dengan fakta empirik (realitas). Jika dipahami dari sisi fakta, pengukuran variabel yaitu pemberian bilangan atau simbol pada insiden empirik berdasarkan hukum yang ditetapkan. 
Misalnya 
Aturan : ‘P’ untuk laki-laki dan ‘W’ untuk Wanita 
Aturan : Beri ’5’ untuk sangat setuju 
Beri ‘4’ untuk setuju 
Beri ‘3’ untuk netral 
Beri ‘4’ untuk tidak setuju 
Beri ‘4’ untuk sangat tidak setuju 

Pengukuran variabel lebih berkhasiat untuk variabel yang bersifat ajaib ibarat sikap, motivasi, kinerja dll. 

Untuk variabel ibarat ini pengukuran tidak sanggup secara eksklusif terhadap variabelnya, melainkan secara tidak eksklusif melalui indikan atau proksi-nya yang bisa diamati. Indikan atau proksi inilah yang dinamakan sebagai ‘fakta atau realitas’. 
Contoh : 
  • Untuk membedakan perusahaan yang melaksanakan perataan keuntungan dan yang tidak melaksanakan perataan laba, digunakan proksi ”Indeks Eckel (1981)”, dikutip assih dan Gudono. 
  • Kalau ingin mengetahui partisipasi penyusunan anggaran oleh manajer diperlakukan pengukuran secara tidak langasung melalui indikan-indikan: 
  1. Seberapa banyak keterlibatan manajer dalam penyusunan unsur-unsur anggaran 
  2. Kepuasan terhadap finalisasi anggaran 
  3. Seberapa penting pendapat manajer dalam penyusunan anggaran (Kren, 1992) 
Pengukuran yang baik yaitu pengukuran yang bisa menghasilkan isomorphism yaitu terjadi kesamaan antara realitas atau fakta yang diteliti dengan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran. 

Sebagai contoh: 
Pengukuran variabel partisipasi penyusunan anggaran di atas terhadap 4 orang manajer digunakan instrumen berskala 7 (1,2,...7). Sedangkan nilai partisipasi sesungguhnya yaitu 1, 3, 6 dan 8. Pengukuran ini tidak menghasilkan isomorphism, lantaran terdapat nilai 8 yang tidak ada dalam instrumen pengukur. 

Proses pengukuran di atas yaitu melalui tahap-tahap mendefinisikan konsep secara konstitutif dan operasional. 

Definisi konsep terutama dibutuhkan untuk pengukuran variabel yang ajaib atau yang tidak gampang terhubung dengan fakta. 

Definisi konsep meliputi definisi konstitutif dan operasional (Kerlinger, 1975). 
  • Definisi konstitutif yaitu mendefinisikan konsep dengan konstruk lain. 
  • Definisi operasional yaitu memperlihatkan pengertian terhadap konstruk atau variabel dengan memspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang dperlukan peneliti untuk mengukur atau memanipulasinya. 
à terdapat dua definisi operasional sanggup diketahui adanya dua macam definisi yakni : definisi operasional pengukuran dan definisi opersional eksperimental.

Contoh : 
Definisi konstitutif partisipaisi: 
Partisipasi dalam penyusunan anggaran yaitu seberapa jauh keterlibatan manajer di dalam menyusun aanggarannya sendiri (Milani, 1975). 

Definisi operasional partisipasi: 
Partisipasi penyusunan anggaran diukur dengan pemeringkatan diri (self-rating) manajer pada skala pengukur tujuh point terhadap 6 unsur partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran, revisi anggaran, diskusi dengan atasan atas inisiatif manajer, diskusi dengan atasan atas inisiatif atasan manajer, penyusunan anggaran final dan bantuan manajer (Milani , 1975) 

Definisi Operasional Eksperimental: 
Definisi information asymetry oleh fisher et al (2002) 
Fisher et al mendefinisikan variabel tersebut sebagai tahu tidaknya subyek eksperimen (bertindak sebagai bawahan) atas anjuran dan tanggapan anjuran anggaran bawahan lain, tanggapan anggaran supervisor (subyek ekspermen lain) kepada bawahan lain, dan jumlah anggaran final bawahan lain dan kinerja selama sesi negosiasi. 

Fisher et al menguraikan rincian tindakan dalam memanipulasi variabel tersebut dengan membagi subyek eksperimen ke dalam subyek yang mempunyai information asymetry rendah dan subyek yang mempunyai information asymetry tinggi. 

Tingkat ukuran variabel 
Terdapat 4 tingkat ukuran yaitu: 
  • Ukuran Nominal 
  • Ukuran Ordinal 
  • Ukuran Interval 
  • Ukuran Ratio 
B. Instrumen Pengukur Variabel 
Apakah instrumen pengukur variabel ? 
Sebagian besar langkah dalam proses penelitian dilakukan dengan mengumpulkan informasi baik secara eksklusif (data primer) maupun tidak eksklusif (sekunder, tertier). 

Mekanisme pengumpulan informasi dalam penelitian sosial dilakukan secara eksklusif dengan aneka macam cara yang antara lain melalui teknik wawancara (baik secara eksklusif maupun telepon), survey pengamatan dan angket. 

Teknik wawancara dilakukan dengan mendatangi secara eksklusif para responden untuk dimintai keterangan mengenai sesuatu yang diketahuinya (bisa mengenai suatu kejadian, fakta, maupun pendapat si responden). 

Teknik survey dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Kemudian responden didatangi oleh pencacah untuk menanyakan informasi yang diminta serta dicatat dalam daftar kuesioner yang telah disiapkan. 

Teknik angket dilakukan dengan meminta informasi dari responden mengenai sesuatu masalah dengan sukarela. (Perbedaan antara teknik angket dan survey terletak pada penentuan responden yang memang tidak akan sama). 

Apapun teknik pengumpulan informasi yang dipilih, penelitian sosial yang melibatkan banyak orang membutuhkan instrumen penelitian yang akan digunakan dalam pengumpulan informasi dari responden. 

Instrumen penelitian yaitu segala peralatan yang dipergunakan untuk memperoleh, mengolah dan mengintepretasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. 

Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak akan bisa digunakan pada penelitian yang lain, lantaran setiap penelitian mempunyai ke-khas-an penelitian tersendiri. 

Kegunaan instrumen penelitian: 

  • Sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden, 2). Sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara 
  • Sebagai alat penilaian performance pekerjaan staff peneliti. 
Instrumen pengukur variabel (instrumen) biasanya digunakan dalam aneka macam desain penelitian, kecuali dalam event studi, content analysis dan sosiometri, lantaran ukuran variabel sudah berfungsi sebagai instrumen. 

Instrumen secara garis besar bisa dibedakan ke dalam test dan skala (kerlinger, 1973). 
  • Test yaitu suatu mekanisme sistematis pengujian individu dengan pemberian seperangkat rancangan stimuli dan pemberian bilangan atau seperangkat bilangan terhadap respon yang timbul dari stimuli tersebut. (contoh: projective test, intelegence test, aptitude test dll). 
  • Skala yaitu seperangkat simbol atau bilangan yan dirancang sedemikian sehingga dengan simbol atau bilangan tersebut dapa diberikan berdasarkan suatu hukum kepada individu atau perilakunya yang sedang diukur. 
à dilihat dari sisi cara subyek penelitian atau responden menjawab, skala sanggup digolongkan ke dalam skala penilaian, skala pemeringkatan 

C. Kriteria Instrumen yang baik
Kekuatan penelitian bisa diketahui dari validitas baik internal maupun eksternalnya. 

Validitas internal yaitu keyakinan terhadap hubungan alasannya yaitu akhir atau dampak dalam desain penelitian yang dilakukan. 

Validitas Eksternal yaitu berkenaan dengan kemampuan digeneralisasinya hasil penelitian pada lingkungan, orang, atau insiden lain. 

Ancaman yang menghipnotis validitas internal yaitu history effects, maturity effect, testing effect, instrumentation effects, selection effects, statistical regression, dan mortality. Ancaman yang menghipnotis validitas eksternal yaitu perbedaan situasi lingkungan penelitian, dan perbedaan subyek penelitian.

1. Kriteria instrumen yang baik (Sevilla 1988), 
Reliabilitas 
yaitu derajat ketepatan, ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Reliabilitas memperlihatkan konsistensi dan stabilitas suatu skor dari suatu instrumen pengukur. 

Validitas 
Adalah ketepatan alat ukur penelitian perihal isi atau arti bersama-sama yang diukur. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mempunyai kemampuan mengukur apa yang seharusnya diukur.

Adalah sebagai kemampuan suatu instrumen untuk melaksanakan diskriminasi yang dibutuhkan untuk masalah penelitian. (biasanya terpenuhi bila derajat validitas dan reliabilitas instrumen tinggi)

Obyektivitas
Adalah derajat pengukuran instrumen bebas dari pendapat penilaian subyektif, bebas dari bias, dan perasaan orang-orang yang memakai tes.

Fisibilitas
Berkaitan dengan aspek-aspek ketrampilan, penggunaan sumberdaya, dan waktu. 
1. Langkah penyusunan instrumen (Suharsimi, 1993)
  • Tentukan variabel yang terpakai dalam penelitian (terlihat dari judul).
  • Variabel tersebut dicarikan jabarannya dalam bentuk sub variabel yang diketahui dari teori atau penelitian terdahulu.
Misalnya : variabel kepuasan kerja. Menurut teori atau pendapat para hebat kepuasan kerja seorang karyawan ditentukan oleh lima sub variabel yaitu: kepuasan terhadap mutu pekerjaan, promosi, kepenyeliaan, hubungan dengan rekan sekerja dan gaji.
  • Sub variael dicarikan jabarannya dalam bentuk indikator-indikator jika ada.
  • Misalnya : sub variabel gaji. Indikatornya yaitu honor pokok, tunjangan dan insentif
  • Indikator dicarikan jabarannya dalam bentuk sub indikator jika ada.
  • Misalnya : untuk indikator insentif sub indikator: insentif finansial dan non finansial.
  • Apabila jika sub indikator masih sanggup dibagi lagi menjadi komponen terkecil, maka komponen ini dijadikan sebagai butir-butir pertanyaan dan sebaiknya tersusun berdasarkan hierarki biar gampang digunakan dalam analisis berikutnya
  • Seluruh butir pertanyaan yang telah selesai ditentukan, pada gilirannya akan ditempatkan pada lembaran instrumen ibarat angket (kuesioner).
2. Metode /Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan jembatan yang menghubungkan peneliti dengan dunia sosial yang ditelitinya. Melalui metode yang dipilih, peneliti sanggup mengumpulkan aneka macam data yang dibutuhkan guna menjawab research questions yang ada. 

Jenis data dilihat dari cara memperolehnya:

A. Data Primer 
Merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan ibarat hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti.
  • Data primer umumnya berupa : 
  • Karakteristik demografi atau sosioekonomi
  • Sikap atau pendapat
  • Kesadaran atau pengetahuan 
  • Minat 
  • Motivasi 
  • Perilaku
B. Data Sekunder 
Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain contohnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. 

Data sekunder terdiri dari;
  1. Data sekunder internal suatu organisasi (terutama untuk penelitian terapan atau studi kasus).
  2. Data sekunder eksternal yang dipublikasikan
Metode pengumpulan data yang sanggup dilakukan peneliti:( Efferin, 2004)
  • Wawancara (interview)
  • Kuesioner (questionnaire)
  • Dokumentasi (documentations)
  • Observasi (observation)

3.1. Wawancara (interview)
Wawancara sanggup dilakukan dengan seorang atau sekelompok orang dan pastikan bahwa mereka yaitu orang atau sekelompok orang yang kompeten, 

Jenis wawancara : 
- Structured interview 
Peneliti telah menyiapkan daftar pertanyaan sehingga balasan object telah terstruktur dan diatur sistematis. 

Cocok untuk wawancara terhadap responden yan banyak jumlahnya serta peneliti dan responden mempunyai waktu sangat terbatas. 

Yang menjadi pertanyaan (yang ingin diketahui peneliti) bersifat teknis semata, sehingga tidak dibutuhkan adanya pemeriksaan secara lebih mendalam. 

- Unstructured interview
Wawancara dilakukan peneliti tanpa mempersiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu. 

Cocok apabila responden jumlahnya tidak banyak. 
Materi yang ingin diketahui peneliti yaitu materi yang memerlukan pendapat pribadi, atau sesuatu yang memelukan penjelasan dan pemeriksaan lebih jauh, sehingga peneliti memerlukan aneka macam pertanyaan pendahuluan (preliminary questions) terhadap setiap responden yang bentuknya antara satu responden dengan yang lainnya berbeda. 

Fungsi preliminary questions yaitu untuk membuka komunikasi (ice breaking) serta mempersiapkan responden terhadap pertanyaan utama yang akan dilakukan sesudah peneliti mendapatkan respon dari preliminary questions.

Meskipun tidak mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan, peneliti harus tetap mempersiapkan kerangka tujuan interview yang hendak dicapai. 

-- Semi-structured interview
Teknik ini merupakan adonan dari dua teknik di atas. Peneliti mempersiapkan daftar pertanyaan sebelumnya, namun dalam pelaksanaan wawancara peneliti memperlihatkan kebebasan kepada responden untuk memperlihatkan opini atau pendapat di luar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. 

Cocok bagi peneliti yang respondennya merupakan seorang atau sekelompok orang yang mempunyai keahlian disuatu bidang tertentu. Atau peneliti juga mempunyai impian untuk menggali atau melaksanakan pemeriksaan legih jauh mengenai topik penelitian dari hasil balasan responden. 

3.2 Questionaire
Merupakan teknik yang paling sederhana. Peneliti perlu memperhatikan hal -hal : berupaya sedapat mungkin mempersingkat questionnaire (menanyakan hal yang penting), kmenggunakan kalimat yang sesuai dengan situasi dan kondisi responden.

3.3 Documentation
Dokumentation yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan cara melaksanakan analisis terhadap semua catatan dan dokumen yang dimiliki oleh organisasi terpilih sebagai objek penelititan, atau data dari individu sebagai objek penelititan. 

Perlu diperhatikan kemampuan peneliti untuk memilah data yang relevan, biar terhindar dari masalah informations overload, yaitu akhir terlalu banyaknya informasi yang terkumpul sehingga tidak mengakibatkan nilai tambah, bahkan menjadi beban, atau sebaliknya menjadikan lack of onformation kondisi dimana ketercukupan data tidak sanggup diraih. 

3.4 Observation
Adalah metode pengumpulan data dengan cara melaksanakan pengamatan terhadap objek penelitian. Teknik ini mengharuskan peneliti melaksanakan pengamatan secara eksklusif terhadap object penelitian, tanpa berusaha melaksanakan intervensi terhadap keadaan dan insiden yang sedang berlaku pada objek. 

Metode pengumpulan data (Umar, 2001):
  • Metode pengamatan
  • Metode Metode test
  • Metode Pertanyaan 
Kriteria pertanyaan yang efektif berdasarkan fox yang dikutip Sevilla (1988) terdiri atas:
  • Kejelasan bahasa yang digunakan
  • Ketegasan isi dan periode waktu
  • Bertujuan tunggal
  • Bebas dari asumsi
  • Bebas dari saran
  • Kesempurnaan dan konsistensi tata bahasa
4. Teknik membuat skala 
Skala likert
Skala likert berafiliasi dengan pernyataan perihal sikap seseorang terhadap sesuatu, contohnya oke - tidak setuju, bahagia - tidak senang, dan baik - tidak baik. Responden diminta mengisi pernyataan dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu bisa 3,5,7 (agar sanggup menampung kategori yang netral) atau memasukkan kategori “tidak tahu”. 

Langkah-langkah penyusunan skala likert:
  • Kumpulkan sejumlah pernyataan yang sesuai dengan sikap yang akan diukur dan sanggup diidentifikasikan dengan terperinci (positif atau tidak positif).
  • Berikan pernyataan-pernyataan di atas kepada sekelompok responden untuk diisi dengan benar.
  • Respons dari tiap pernyataan dihitung dengan cara menjumlahkan angka-angka dari setiap pernyataan sedemikian rupa sehingga respon yang berada pada posisi yang sama akan mendapatkan secara konsisiten nilai angka yang selalu sama
  • Selanjutnya, mencari pernyataan-pernyataan yang tidak sanggup digunakan dalam penelitian, patokannya yaitu : Pernyataan yang tidak diisi lengkap oleh responden dan pernyataan responden yang secara total tidak memperlihatkan hubungan yang substansial dengan nilai totalnya.
  • Pernyataan – pernyataan hasil saringan tamat akan membentuk skala likert yang sanggup digunakan untuk mengukur skala sikap serta menjadi kuesioner gres untuk pengumpulan data berikutnya. 
Skala Guttman
Skala Guttman hanya mengukur satu dimensi dari suatu variabel yang mempunyai beberapa dimensi, selain itu skala inipun merupakan bentuk skala yang kumulatif.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel