Program Training Pendidikan Menengah
Thursday, April 11, 2019
Edit
Program Pembinaan Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah bertujuan untuk menyiapkan penerima didik menjadi anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan dan mengadakan kekerabatan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta sanggup berbagi kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta untuk berbagi diri sejalan dengan perkembangan iptek. Pendidikan menengah terdiri dari Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta Madrasah Aliyah (MA). Sesuai dengan UUSPN, mulai tahun anutan 1994195 nama Sekolah Menengan Atas secara resmi telah berkembang menjadi SMU. Sementara, itu istilah sekolah menengah kejuruan tingkat atas telah resmi pula berkembang menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Pada tahun 1997/98 jumlah murid gres pendidikan menengah (SMU dan SMK), tidak termasuk madrasah aliyah (MA) tercatat 1,851 juta orang. Angka partisipasi bergairah (APK) SLTA tidak termasuk madrasah aliyah (MA) pada tahun 1997/98 ialah 36,7 persen atau kalau dibandingkan dengan tahun 1993/94 meningkat sebesar 6,4 persen (Tabel XVIII-4). Bila jumlah murid MA diperhitungkan maka APK pendidikan menengah mencapai 40,3 persen. Dengan demikian hingga dengan tahun keempat Repelita VI APK pendidikan menengah telah melampaui sasaran tahun keempat Repelita VI yaitu sebesar 37,7 persen.
a) Pembinaan Sekolah Menengah Umum (SMU)
Dalam rangka meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, daya tampung SMU terus ditingkatkan. Dalam kurun waktu lima tahun dari 1993/94 hingga dengan 1997/98 telah dilakukan pembangunan sebanyak 367 UGB yaitu 83 UGB pada tahun 1993/94 dan 284 UGB selama 4 tahun Repelita VI, serta 4.394 RKB yaitu 895 RKB pada tahun 1993/94 dan 3.499 RKB selama 4 tahun Repelita VI. Di samping itu dalam rangka meningkatkan mutu telah dibangun pula 577 ruang laboratorium IPA dan 452 ruang perpustakaan (Tabel XVIII-5).
Dengan bertambahnya daya tampung SMU, jumlah murid gres kelas I SMU pada tahun 1997/98 meningkat menjadi 1.129,4 ribu orang, dari 835,8 ribu orang pada tahun 1993/94 sehingga jumlah murid SMU pada tahun 1997/98 menjadi 2.995,9 ribu orang atau meningkat sekitar 606,4 ribu orang dari tahun 1993/94 sebesar 2.389,5 ribu orang. APK SMU, atau rasio jumlah murid SMU terhadap jumlah penduduk usia 16-18 tahun pada tahun 1997/98 mencapai 22,4 persen (Tabel XVIII-4), yang berarti telah melampaui sasaran tahun keempat Repelita VI sebesar 20,8 persen dan bahkan melampaui sasaran final Repelita VI yaitu 22,3 persen.
Program Pembinaan Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Luar Sekolah
Program Pembinaan Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Luar Sekolah
Upaya peningkatan ekspansi kesempatan berguru di SMU tersebut diiringi pula dengan upaya peningkatan mutu pendidikannya. Untuk itu selama lima tahun pembangunan hingga dengan tahun 1997/98 telah dilakukan pengadaan sebanyak 36,6 juta eksemplar buku pelajaran pokok, sehingga menurut perencanaan kebutuhan buku pelajaran SMU dalam Repelita VI sesuai kurikulum 1994 sudah hampir terpenuhi. Di samping itu diadakan pula 1,3 juta buku perpustakaan, sekitar 10 ribu perangkat alat peraga matematika, 3.754 paket alat laboratorium 1PS, serta 6,3 ribu perangkat peralatan kesenian dan olahraga.
Dalam upaya meningkatkan budaya iptek di kalangan siswa SMU, kegiatan training penelitian terus ditingkatkan. Upaya ini didukung oleh banyak sekali lomba karya ilmiah dari tingkai sekolah hingga tingkat nasional. Sejalan dengan itu, dilakukan pula banyak sekali kegiatan ekstrakurikuler untuk berbagi jiwa kepemimpinan dan kreativitas penerima didik, menyerupai melalui kegiatan perjuangan kesehatan sekolah, palang merah remaja, dan pramuka.
Pengembangan SMU Plus yang dirintis pada final Repelita V dilanjutkan dalam Repelita VI. Sekolah ini dimaksudkan untuk menampung siswa yang mempunyai potensi tinggi.dari segi akademik maupun keterampilan. Sampai dengan tahun 1997/98 telah tercatat 105 SMU Plus tersebar di 27 propinsi, yang umumnya dibangun atas prakarsa pemerintah tempat dan masyarakat melalui yayasanyayasan. Dari jumlah tersebut 64 sekolah negeri, 25 sekolah swasta, 14 sekolah merupakan kolaborasi negeri dan swasta sedangkan 2 sekolah merupakan kerjasama antara swasta dengan swasta yang lain.
b) Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Pembinaan sekolah menengah kejuruan ditujukan untuk menyiapkan tenaga kerja terampil ditingkat menengah untuk bekerja di industri dan dunia perjuangan pada umumnya. Untuk itu dalam upaya meningkatkan daya tampung dan kesempatan berguru pada SMK, pada tahun 1997/98 dilakukan ekspansi dan rehabilitasi banyak sekali kemudahan pendidikan (Tabel XVIII-6). Jumlah Sekolah Menengah kejuruan negeri secara sedikit demi sedikit terus bertambah dan pada tahun 1997/98 telah ada 751 Sekolah Menengah kejuruan negeri terdiri dari 8 STM Pembangunan, 176 STM 3 Tahun, 49 STM Pertanian, 12 STM Khusus terdiri dari STM Penerbangan, STM Perkapalan, STM Grafika dan STM Kimia, 339 SMEA dan 167 Sekolah Menengah kejuruan lainnya yang tersebar di semua propinsi (Tabel XVIII-6).
Dengan meningkatnya daya tampung tersebut jumlah murid gres kelas I Sekolah Menengah kejuruan meningkat dari 506,3 ribu orang pada tahun 1993/94 menjadi 721,7 ribu orang pada tahun 1997/98. Sejalan dengan itu, jumlah murid Sekolah Menengah kejuruan secara keseluruhan juga meningkat dari 1.366,3 ribu menjadi 1.914,4 ribu orang pada tahun 1997/98 (Tabel XVIII-4). Dengan demikian pada tahun 1997/98 APK Sekolah Menengah kejuruan menjadi 14,3 persen atau meningkat sebesar 3,3 persen kalau dibandingkan dengan tahun 1993/94 yaitu sebesar 11 persen. Dengan demikian APK Sekolah Menengah kejuruan tersebut telah melampaui sasaran tahun keempat Repelita VI sebesar 13,3 persen dan hampir mencapai sasaran final Repelita VI sebesar 14,5 persen.
Penyelenggaraan Sekolah Menengah kejuruan tidak hanya dilakukan Pemerintah tetapi juga dilakukan oleh swasta yang pada umumnya mengatakan bidang studi nonteknik menyerupai ekonomi, bisnis, pariwisata dan sebagainya. Sehubungan dengan itu pengembangan pendidikan kejuruan oleh pemerintah diutamakan pada bidang-bidang teknik serta peningkatan mutu secara keseluruhan. Untuk lebih menjamin biar lulusan Sekolah Menengah kejuruan memenuhi standar yang sanggup diterima oleh dunia kerja, dikembangkan unit produksi dan sistem uji profesi, serta diperbanyak jam praktek dalam proses berguru mengajar. Unit produksi yang mulai dirintis semenjak tahun 1994/95, pada tahun 1997/98 dikembangkan di 726 sekolah. Di samping itu terus dikembangkan pula aktivitas pendidikan sistem ganda (dual system) yang juga dimulai pada tahun 1994/95. Program pendidikan sistem ganda bertujuan untuk lebih menyesuaikan aktivitas pendidikan Sekolah Menengah kejuruan dengan kebutuhan industri dan dunia perjuangan Iainnya serta perkembangan iptek. Sampai tahun 1997/98 aktivitas pendidikan sistem ganda telah diikuti oleh 2.693 Sekolah Menengah kejuruan termasuk Sekolah Menengah kejuruan swasta, 590 ribu siswa dan dan melibatkan sekitar 72,7 ribu industri (Tabel XVIII-6). Pada tahun 1998/99 aktivitas pendidikan sistem ganda akan dilanjutkan dengan menekankan kegiatan pada peningkatan mutu penyelenggaraan aktivitas tersebut.
Sejalan dengan meningkatnya daya tampung dan kesempatan berguru di SMK, mutu guru Sekolah Menengah kejuruan ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan kemampuan guru melalui diklat guru umum di Sekolah Menengah kejuruan dan diklat guru bidang studi kejuruan di sekolah (in house training) dan juga di industri (on the job training) serta training guru bidan mata pelajaran di PPPG Kejuruan. Sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan guru dan pengelola SMK, ditingkatkan pula pengadaan buku pelajaran, pengadaan peralatan praktik yang sesuai dengan kebutuhan aktivitas studi, serta peningkatan kemampuan manajerial kepala sekolah kejuruan.