Paradigma Dalam Metode Penelitian Kualitatif

Kedudukan Paradigma Dalam Metode Penelitian Kualitatif 
Ilmu pengetahuan merupakan suatu cabang studi yang berkaitan dengan inovasi dan pengorganisasian fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan metoda-metoda. Dari sini sanggup dipahami bahwa untuk dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan, maka cabang studi itu haruslah mempunyai unsur-unsur inovasi dan pengorganisasian, yang mencakup pengorganisasian fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan, prinsip-prinsip serta metoda-metoda. Oleh Moleong prinsip-prinsip ini disebut sebagai aksioma-aksioma, yang menjadi dasar bagi para ilmuan dan peneliti di dalam mencari kebenaran melalui aktivitas penelitian. 

Dasar-dasar untuk melaksanakan kebenaran itu biasa disebut sebagai paradigma, yang oleh Bogdan dan Biklen dinyatakan sebagai kumpulan longgar dari sejumlah perkiraan yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Ada aneka macam macam paradigma yang mendasari aktivitas penelitian ilmu-ilmu sosial. Paradigma-paradigma yang bermacam-macam tersebut tidak terlepas dari adanya dua tradisi intelektual Logico Empiricism dan Hermeneutika. 

Logico Empiricism, merupakan tradisi intelektual yang mendasarkan diri pada sesuatu yang nyata atau faktual dan yang serba pasti. Sedangkan Hermeneutika, merupakan tradisi intelektual yang mendasarkan diri pada sesuatu yang berada di balik sesuatu yang faktual, yang nyata atau yang terlihat. 

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut, tidak selalu sanggup dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut. 

Pilihan terhadap tradisi mana yang akan ditempuh peneliti sangat ditentukan oleh tujuan dan jenis data yang akan ditelitinya. Oleh alasannya ialah itu pemahaman terhadap paradigma ilmu pengetahuan sangatlah perlu dilakukan oleh para peneliti. Bagi aktivitas penelitian, paradigma tersebut berkedudukan sebagai landasan berpijak atau fondasi dalam melaksanakan proses penelitian selengkapnya. 

Ragam Paradigma Dalam Metode Penelitian 
Dalam rangka melaksanakan pengumpulan fakta-fakta para ilmuwan atau peneliti terlebih dahulu akan menentukan landasan atau fondasi bagi langkah-langkah penelitiannya. Landasan atau fondasi tersebut akan dijadikan sebagai prinsip-prinsip atau asumsi-asumsi dasar maupun aksioma, yang dalam bahasanya Moleong disebut sebagai paradigma. 

Menurut Bogdan dan Biklen paradigma dinyatakan sebagai kumpulan longgar dari sejumlah perkiraan yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. 

Paradigma didalam ilmu pengetahuan sosial mempunyai ragam yang demikian banyak, baik yang berlandaskan pada pedoman pemikiran Logico Empiricism maupun Hermeneutic. Masing-masing paradigma tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh alasannya ialah itu para peneliti harus mempunyai pemahaman yang cukup terhadap dasar pemikiran paradigma-paradigma yang ada sehingga sebelum melaksanakan aktivitas penelitiannya, para peneliti sanggup menentukan paradigma sebagai landasan penelitiannya secara tepat. 

Menurut Meta Spencer paradigma di dalam ilmu sosial mencakup (1) perspektif evolusionisme, (2) interaksionisme simbolik, (3) model konflik, dan (4) struktural fungsional. Menurut George Ritzer paradigma di dalam ilmu sosial terdiri atas (1) fakta sosial, (2) definisi sosial, dan (3) sikap sosial. 

Perbedaan dan keragaman paradigma dan atau teori yang berkembang di dalam ilmu pengetahuan sosial, menuntut para peneliti untuk mencermatinya di dalam rangka menentukan paradigma yang sempurna bagi permasalahan dan tujuan penelitiannya. 

PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN 
Pengertian dan Fungsi Perumusan Masalah 
Perumusan persoalan merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam aktivitas penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu aktivitas penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. 

Perumusan persoalan atau research questions atau disebut juga sebagai research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat. 

Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan persoalan di dalam aktivitas penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa aktivitas melaksanakan perumusan masalah, merupakan aktivitas separuh dari penelitian itu sendiri. 

Perumusan persoalan penelitian sanggup dibedakan dalam dua sifat, mencakup perumusan persoalan deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar fenomena, dan perumusan persoalan eksplanatoris, apabila rumusannya memperlihatkan adanya korelasi atau efek antara dua atau lebih fenomena. 

Perumusan persoalan mempunyai fungsi sebagai berikut yaitu Fungsi pertama ialah sebagai pendorong suatu aktivitas penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab aktivitas penelitian itu menjadi ada dan sanggup dilakukan. Fungsi kedua, ialah sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan persoalan ini tidak berharga mati, akan tetapi sanggup berkembang dan berubah sehabis peneliti hingga di lapangan. Fungsi ketiga dari perumusan masalah, ialah sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan menentukan data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu sanggup dilakukan peneliti, alasannya ialah melalui perumusan persoalan peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi aktivitas penelitiannya. Sedangkan fungsi keempat dari suatu perumusan persoalan ialah dengan adanya perumusan persoalan penelitian, maka para peneliti menjadi sanggup dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian. 

Kriteria-kriteria Perumusan Masalah 
Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diperlukan sanggup dipenuhi dalam perumusan persoalan penelitian yaitu kriteria pertama dari suatu perumusan persoalan ialah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan balasan deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan balasan eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena atau tanda-tanda di dalam kehidupan manusaia. 

Kriteria Kedua dari suatu persoalan penelitian ialah bermanfaat atau bekerjasama dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diperlukan akan sanggup mengatakan proteksi teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori gres maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada. 

Kriteria ketiga, ialah bahwa suatu perumusan persoalan yang baik, juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya memperlihatkan implikasi kebijakan yang relevan pula, dan sanggup diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan persoalan bagi kehidupan manusia. 

Berkenaan dengan penempatan rumusan persoalan penelitian, didapati beberapa variasi, antara lain (1) Ada yang menempatkannya di penggalan paling awal dari suatu sistematika peneliti, (2) Ada yang menempatkan sehabis latar belakang atau tolong-menolong dengan latar belakang penelitian dan (3) Ada pula yang menempatkannya sehabis tujuan penelitian. 

Di manapun rumusan persoalan penelitian ditempatkan, bekerjsama tidak terlalu penting dan tidak akan mengganggu aktivitas penelitian yang bersangkutan, alasannya ialah yang penting ialah bagaimana aktivitas penelitian itu dilakukan dengan memperhatikan rumusan persoalan sebagai pengarah dari aktivitas penelitiannya. Artinya, aktivitas penelitian yang dilakukan oleh siapapun, hendaknya mempunyai sifat yang konsisten dengan judul dan perumusan persoalan yang ada. Kesimpulan yang didapat dari suatu aktivitas penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul dan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. 

Sumber;
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4590033009607805970#editor/target=post;postID=4071806217403857311

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel