Asal Mula Dan Perkembangan Sosiologi Politik

ASAL MULA DAN PERKEMBANGAN SOSIOLOGI POLITIKAsal mula suatu disiplin ilmu, subyek atau bidang studi sering tidak terang dan menonjolkan individu tertentu sebagai bapak pendiri dari suatu bentuk ilmu pengetahuan merupakan proses yang sangat berabahaya.

Sumbangan Marx sangat besar dan bervariasi dan dengan sendirinya tidak hanya terbatas pada sosiologi politik saja. Banyak kupasan kecaman dipersamakan atau diperbandingkan dengan teori-teori Marx, beberapa diantaranya didasarkan pada validitas umum, sedang yang lain pada nilai-nilai prediktifnya. Demikian pula kegagalan dari sejumlah ramalannya terutama kegagalan mengantisipasi kemampuan adaptif dari sistem kapitalisme.menyebabkan teori Marx diragukan orang.

PENDEKATAN DAN METODE
Dalam memakai istilah pendekatan yang dimaksudkan ialah orientasi khusus atau titik pandang tertentu. Pendekatan lainnya meliputi penggunaan dari data-data komparatif dengan studi-studi mengenai gejala-gejala politik dari suatu masyarakat tertentu dipakai atau dipelajari untk menyoroti fenomena yang sama atau fenomena yang kontras dari masyarakat lain. Nilai kedua pendekatan tersebut tidak dipertanyakan ibarat biasanya, namun orientasi lainnya terang jadi target banyak kecaman. Kontras dengan pendekatan institusional, pendekatan behavioral berusaha keras untuk menyingkirkan hal-hal yang dianggap keliru yang terdapat pada pendekatan-pendekatan lainnya. Pengamatan khusus sedemikian tadi bisa lebih baik diterapkan pada metode-metode yang dilakukan pada studi sosiologi politik.

Akhirnya banyak pula diusahakan penggunaan teori-teori dan model kedua-duanya diharapkan untuk memperoleh garis-garis pedoman bagi penelitian dan untuk menyajikan penjelasan-penjelasan mengenai tanda-tanda yang tengah dipelajari. Salah satu tipe yang menarik dari perhatian bagi sosiolog politik ialah apa yang telah kita kenal sebagai teori system yang menunjukkan argumentsi bshwa semua tanda-tanda sosial merupakan pecahan dari contoh tingkah laris konsisten internal dan reguler dan sanggup dilihat serta dibedakan.

SKEMA KONSEPSUAL
Skema konsepsi politik kita landaskan pada empat konsep, yaitu sosialisasi politik, partisipasi politik, penerimaan / pengrekrutan politik dan komunikasi politik. Sosilalisasi politik ialah proses imbas seorang individu bisa mengenali sistem politik, yang kemudian menentukan sifat persepsi mengenai poitik serta reaksinya terhadap tanda-tanda politik. Partisipasi politik ialah keterlibatan individu hingga pada majemuk tingkatan di dalam sistem politik. Pengrekrutan politik ialah proses proses dimana individu menjamin atau mendaftarkan diri untuk menduduki suatu jabatan. Komunikasi politik ialah proses dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu pecahan sistem politik kepada pecahan lainnya. Dengan sengaja dan hati-hati kita telah mengkonsentrasikan diri pada proses-proses politik, yaitu dengan memformulasikan keempat konsep tadi, namun tidak bermaksud untuk mengeluarkan institusi-institusi politik dan sosialnya.

Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan balasan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik dalam beberapa hal merupakan konsep kunci sosiologi politik. 

Tiga definisi awal mengenai sosialisasi :
  1. Pola-pola mengenai agresi sosial, atau aspek-aspek tingkah laris yang menanamkan pada individu keterampilan-keterampilan, motif-motif dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peran-peran yang kini atau tengah diantisipasikan sepanjang kehidupan insan normal, sejauh peranan-peranan gres masih harus terus dipelajari.
  2. Segenap proses yang mana individu yang dilahirkan dengan berbagai jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk menyebarkan tingkah laris aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan bisa diterimakan olehnya sesuai dengan standar-standar dari kelompoknya.
  3. Komunikasi dengan dan dipelajari dari insan lainnya dengan siapa individu itu secara sedikit demi sedikit memasuki beberapa jenis relasi-relasi umum.
Kita sanggup merumuskan suatu definisi mengenai sosialisasi politik berdasarkan kesinambungan sistematis maupun perubahan sistematis ialah sebagai berikut :
  1. Cara-cara berguru seseorang terhadap pola-pola sosial yang berkaitan dengan posisi-posisi kemasyarakatan ibarat yang diketengahkan melalui majemuk masyarakat.
  2. Proses yang mana sikap-sikap dan nilai-nilai politik ditanamkan kepada bawah umur hingga mereka cukup umur direkrut ke dalam peranan-peranan tertentu.
Kedua definisi tersebut ada mempunyai kekurangan alasannya dari masalah-masalah yang telah dikatakan, belumlah terkandung cara memperhitungkan perubahan sistematik, demikian juga mereka kurang terang membedakan antara berguru yang disengaja dengan berguru yang tidak direncanakan. 

David Easton dan Jack Dennis dalam pembuatan dalih untuk suatu definisi netral mengenai sosialisasi politik, menyajikan suatu definisi yang efektif dan pendek.

Mereka berdua mendefinisikan sosialisasi politik secara sederhana sebagai berikut :
  • Suatu proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah lakunya.
  • Bagaimana orientasi dan tingkah laris politik itu diperoleh serta alhasil tetap merupakan materi permasalahan penyelidikan. 
Sosialisasi diartikan sebagai suatu proses yang terusberkesinambungan sepanjang hidup dan mensugesti anak, para remaja dan orang dewasa. Perkembangan yang temporal ternyata tidak berkesinambungan dalam pengertian bahwa individu secara teratur dan sistematis mengalami pengalaman-pengalaman yang penting.dan relevan dengan tingkah laris politiknya, sekalipun dalam sistem politik tadi isyarat politik yang sistematis dan regular merupakan pecahan penting dari sosialisasi politik.

Demikian pula, untuk mendapatkan unsur-unsur sosialisasi politik, namun tidak ditegaskan bahwa hal-hal tersebut tadi diperoleh dengan cara yang khusus, juga tidak mengandung arti yang sama.

PERKEMBANGAN SOSIALISASI POLITIK
Masa kanak-kanak dan masa remaja. Bagaimana caranya bawah umur secara berangsur-angsur menyadari satu lingkungan yang lebih besar? Bagaimana caranya mereka itu semakin bertambah tanggap dalam mereaksi situasi-situasi khusus dan bagaimana seluruh pandangan mereka menjadi semakin berpautan dan semakin total, sedangkan sebelum itu masih bersifat terpotong-potong dan terbatas? Kelompok Estvans mengambil kesimpulan sebagi berikut :

Anak pria dan perempuan memasuki sekolah dengan mempunyai sedikit saja konsepsi mengenai pemerintahan, hanya seperempat pecahan dari mereka bisa mencapai pengenalan parsial atau struktural dari insiden tersebut. Selanjutnya kesimpulan umum dari kelompok Estvan juga mempunyai relevansi dengan sosialisasi politik. Tanggapan bawah umur mengenai situasi ternyata sangat individual sifatnya. Sebagai hasil riset survei ke dalam sosialisasi politik, David Easton dan Robert Hess mengemukakan bahwa di Amerika Serikat berguru politik dimulai dari usia tiga tahun dan menjadi mantap pada usia tujuh tahun.

Easton dan Dennis mengutarakan empat tahap dalam sosialisai politik diri pada bawah umur :
  1. Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, ibarat orangtua anak, presiden dan polisi
  2. Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan eksternal, yaitu antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah.
  3. Pengenalan mengenai institusi-institusi politik dan mereka yang terlibat dalam acara yang diasosiasikan dengan institusi-institusi ini sehingga citra yang diidealisir mengenai pribadi-pribadi khusus ibarat presiden atau seseorang anggota kongres telah dialihkan kepada kepresidenan dan kongres.
Gambaran yang diberikan Easton dan Dennis mengenai sosialisai politik selama masa kanak-kanak itu cukup terang namun demikian ibarat yang mereka kemukakan sendiri, citra tersebut merupakan citra yang tidak lengkap dan masih terdapat banyak kekosongan.

Robert Lane mensugesti bahwa terdapat tiga kepercayaan politik yang sanggup diletakkan di dalam keluarga :
  1. Dengan indoktrinasi terbuka (overt) dan indoktrinasi tertutup (Covert)
  2. Dengan jalan menempatkan anak dalam satu konteks social khusus 
SOSIALISASI POLITIK DAN PERUBAHAN 
Sifat sosialisasi politik yang bervariasai berdasarkan waktu serta yang selalu menyesuaikan dengan lingkungan yang memberinya kontribusi, berkaitan dengan sifat dari pemerintahan dan derajat serta sifat dari perubahan. Semakin stabil pemerintahan, semakin terperinci agensi-agensi utama dari sosialisasi politik. Kebalikanya, semakin besar derajat perubahan didalam satu pemerintahan non totaliter, akan semakin tersebarlah agensi-agensi utama dari sosialisasi politik. Semakin totaliter sifat perubahan politik, semakin kecil junlah agensi-agensi utama dari sosialisasi poliotik itu. Semakin homogen suatu masyarakat dan semakin usang ia bertahan berdasarkan waktu, semakin memungkinkan proses sosialisasinya menjadi didefinisikan secara terang dan relatif dipersatukan dan sepertinya berlangsung dampak yang sama dalam masyarakat-masayarakat yang berusaha terang-terangan untuk mengontrol proses sosialisanya. 

Dalam The Civic Culture, Almond dan Verba mengemukakan hasil survei silang nasional mengenai kebudayaan politik. Suatu faktor kunci didalam konsep mengenai kebudayaan politik ialah legitimasi sejauh mana suatu sistem politik sanggup diterima oleh masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Weber, landasan legitimasi bisa bervariasi. Persetujuan sanggup muncul mengenai dasar kerangka politik, akan tetapi didalam kerangka tersebut konflik sanggup berkelanjutan baik mengenai sarana-sarana maupun mengenai tujuan-tujuannya. Apabila konflik mengenai sarana dan tujuan tadi menjadi ekstensife sifatnya, maka hal itu sanggup merusak setiap persetujuan mengenai kerangka politik. Penting untuk dipahami bahwa legitimasi itu sanggup meluas hingga pada banyak aspek dari sistem politik, atau justru sanggup dibatasi pada beberapa hal. Dalam setiap duduk kasus baik pada mereka yang mencari kekuasaan dan mereka yang menentukan diantara para tentangan untuk mendapatkan jabatan, biasanya sudah bersiap untuk memenuhi hasil-hasil keputusan pemilihan. Demikian pula hak presiden atau kongres untuk melakukan kekuasaan mereka, tidak dipertanyakan akan tetapi penggunaan untuk apa kekuasaan ini dilaksanakan berkali-kali justru mengalami kritik. Betapapun juga kritisme terhadap sistem politik dinegara-negara lainnya bisa bersifat lebih mendasar, mungkin hingga menyangkal legitimasi sistemnya atau justru di tekannya lebih hebat.

SOSIALISASI POLITIK DALAM MASYARAKAT BERKEMBANG 
Vine mengemukakan bahwa ada 3 faktor penting dalam sosialisai ditengah masyarakat-masyarakat berkembang : 
  1. Pertumbuhan penduduk dinegara-negara berkembang sanggup melampaui kapasitas mereka untuk “memodernisir” keluarga tradisional lewat industrialisasi dan pendidikan. 
  2. Sering terdapat perbedaan yang besar dalam pendidikan dan nilai-nilai tradisional anatara jenis-jenis kelamin, sehingga kaum perempuan lebih erat terikat pada yang disebut belaknagan ini, namun si ibu sanggup memainkan satu peranan penting pada ketika sosialisasi dini dari anak. 
  3. Adalah mungkin bahwa imbas urbanisasi yang selalu dianggap sebagai satu kekuatan perkasa untuk menyumbangkan nilai-nilai tradisional, paling sedikitnya secara parsial juga terimbangi oleh peralihan dari nilai-nilai kedalam daerah-daerah perkotaan, khusunya dengan pembentukan komunitas-komunitas kesukuan dan etnis didaerah-daerah ini. 
Bukti yang disajikan mengenai sosialisai politik, mengsugestikan bahwa beberapa proses sedemikian itu memang perlu, bahwa mungkin tidak bisa dihindari. Tidak ada pemutusan korelasi dengan masa kemudian yang lebih sempurna. Suatu elemen kesinambungan akan tetap ada, sekalipun telah menghasilkan perubahan-perubahan yang mendasar dan bisa menjangkau masa jauh. Dalam uasahanya untuk melupakan masa lampaunya, betapapun berbedanya masa depan itu dengan masa yang telah lewat, masayarakat itu akan tetap dipengaruhi oleh masa lalunya. Oleh alasannya itu sosialisasi politik terang erat sekali terlibat dalam proses perubahan.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel