Pengertian Partisipasi Politik Dan Bentuk-Bentuknya
Saturday, September 5, 2020
Edit
PARTISIPASI POLITIK
Partisipasi politik sanggup kita tinjau dari empat sudut pandang :
- Apa yang disebut bentuk partisipasi politik?
- Berapa luas partisipasi politik tersebut?
- Siapakah yang berpartisipasi?
- Mengapa mereka berpartisipasi?
BENTUK-BENTUK PARTISIPASI POLITIK
Ada sedikit kesulitan dalam penyajian banyak sekali bentuk partisipasi politik, terlepas dari tipe sistem politik yang bersangkutan, yaitu segera muncul dalam ingatan peranan para politisi professional, para pemberi suara, akativis-aktivis partai dan para demonstran pentingn untuk menempatkan posisi bantu-membantu dari acara politik dan melihat apakah terdapat semacam kekerabatan hierarkis yang paling sederhana dan paling berarti yaitu hierarki yang didasarkan atas taraf atau luasnya partisipasi.
Hierarki yang dinyatakan pada gambar dibawah dimaksudkan untuk meliputi seluruh jajaran partisipasi politik dan untuk sanggup diterapkan pada semua tipe sistem politik. Arti banyak sekali tingkat ini tentunya mungkin berbeda dari satu sistem poltik dengan yang lain dan tingkatan-tingkatan khusus menjadikan tanggapan besar pada suatu sistem dan tanggapan kecil atau tanpa mempunyai tanggapan apapun pada sistem lainnya.
Adalah penting juga untuk kita sadari bahwa partisipasi politik pada satu tingkatan hierarki tidak merupakan prasyarat bagi partisipasi pada suatu tingkat yang lebih tinggi, walaupun mungkin hal ini berlaku bagi tipe-tipe partisipasi tertentu.
Pada tingkat hierarki terdapat orang-orang yang menduduki banyak sekali macam jabatan dalam sistem politik, baik pemegang-pemegang jabatan politik maupun anggota-anggota birokrasi pada banyak sekali tingkatan. Mereka itu dibedakan dari parisipasi-partisipasi politik lainnya, dalam hal bahwa pada banyak sekali taraf mereka berkepentingan dengan pelaksanaan kekuasaan politik yang formal. Hal ini tidak menghapus pelaksanaan kekuasaan yang sesungguhnya, maupun pelaksanaan imbas oleh individu-individu atau kelompok-kelompok lain dalam sistem politik.
Dibawah para pemegang atau pencari jabatan didalam sistem politik, terdapat mereka yang menjadi anggota banyak sekali tipe organisasi politik. Hal ini meliputi semua tipe partai politik dan kepentingan. Perbedaan dasar antara kedua kelompok politik terdapat pada sikap-sikap mereka. Kelompok kepentingan yaitu organisai yang berusaha memajukan, mempertahankan atau mewakili sikap-sikap yang terbatas atau khas, sementara partai politik berusaha untuk memajukan, mempertahankan atau mewakili spectrum yang lebih luas dari sikap. Dalam beberapa hal tujuan dibatasi secara khusus, abolisi eksekusi mati atau oposisi terhadap pembangunan suatu lapangan udara dan kelompok kepentingan berhenti beroperasi begitu tujuan tercapai.
Partai-partai politik menyerupai kelompok kepentingan sanggup menikmati dukungan yang menyebar atau yang khusus, akan tetapi berbeda dengan kelompok kepentingan mereka yang lebih banyak menampilkan sikap-sikap difus daripada sikap-sikap yang khusus. Beberapa partai politik mempunyai baris dukungan yang luas, sedang yang lainnya mempunyai baris dukungan yang sempit.
Partisipasi dalam partai politik dan kelompok-kelompok kepentingan sanggup mengambil bentuk yang aktif atau bentuk yang pasif. Karena banyak sekali macam alasan, individu mungkin tidak termasuk dalam suatu organisasi politik tetapi mereka sanggup dibujuk untuk berpartisipasi dalam suatu bentuk rapat umum atau demonstrasi. Bentuk partisipasi ini sanggup impulsif sifatnya, akan tetapi jauh lebih besar kemungkinan partisipasi tersebut telah diorganisir oleh partai-partai politik sebagai potongan dari kegiatan politik mereka.
Kegiatan pemberian bunyi sanggup dianggap sebagai bentuk partisipasi politik aktif yang paling kecil, lantaran hal itu menuntut suatu keterlibatan minimal yang akan berhenti jika pemberian bunyi telah terlaksana. Dalam mempertimbangkan partisipasi politik, bagaimana pun juga terbatasnya insiden tersebut harus pula ada perhatian terhadap mereka yang tidak berpartisipasi sama sekali dalam proses politik. Apakah hal ini disebabkan oleh pilihan atau lantaran faktor diluar kontrol individu, masih harus di lihat, akan tetapi bagaimana pun juga individu sedemikian itu sanggup dinyatakan sebagai orang-orang apatis secara total.
Dengan berhati-hati dan sengaja telah dikeluarkan dua hal dari hierarki, keasingan dan kekerasan. Hal ini disebabkan Karena kedua-duanya tidak sanggup dipertimbagkan didalam pengertian hierarkis. Demikian juga kekerasan sanggup memanifestasikan diri dalam banyak sekali tingkatan pada suatu hierarki, tidak hanya dalam bentuk demonstrasi atau kerusuhan saja akan tetapi juga melalui banyak sekali organisasi politik.
LUASNYA PARTISIPASI POLITIK
Dalam masyarakat primitif dimana politik cenderung bersahabat terintegrasi dengan kegiatan masyarakat pada umumnya, partisipasi condong tinggi dan mungkin sulit untuk membedakannya dari kegiatan yang lain. Adalah bermanfaat untuk mempertimbangkan partisipasi politik dalam arti hierarkis, akan tetapi harus pula diingat beberapa tingkatan partisipasi mungkin tidak terdapat dalam beberapa sistem politik. Tidak semua sistem politik mempunyai bentuk pemilihan, beberapa sistem sangat membatasi dan melarang rapat-rapat umum serta demonstrasi, sedangkan lainnya melarang pembentukan partai politik dan tipe lain dari organisasi politik atau non politik
Tujuan voting mungkin untuk menentukan ( secara pribadi ataupun tidak pribadi ) suatu pemerintahan atau banyak sekali pejabat, atau anggota tubuh legislative menyetujui tidaknya mengenai usul-usul tertentu dengan jalan referendum atau plebisit. Arti voting juga berbeda sesuai dengan tujuan pemilihan. Faktor-faktor lain, menyerupai luasnya hak bunyi juga sanggup mensugesti pentingnya arti voting. Dalam beberapa sistem politik voting sanggup memainkan peranan yang sangat besar, menyerupai menentukan partai mana atau orang mana yang akan memegang kekuasaaan politik untuk suatu masa tertentu. Akan tetapi dalam sistem voting lain, voting mungkin merupakan insiden yang sedikit lebih besar daripada suatu upacara ritual dengan orang-orang yang berkuasa dan berusaha mendapat legitimasi bagi pemerintahannya. Akan tetapi apapun juga tujuan voting tersebut sedikit mencurigai kalau hal itu sangat berbeda pada suatu sistem politik dengan sistem politik lainnya.
Keanggotaan partai politik memperlihatkan pola yang mempunyai kegunaan dari problema pertama. Maurice Duverger telah memperlihatkan dengan terang bagaimana partai politik sanggup melandaskan diri pada beberapa tipe keanggotaan. Adalah penting sekali untuk memperhitungkan lingkungan tertentu yang mana banyak sekali organisasi harus bekerja. Betapa pun juga perlu untuk memperhitungkan hingga mana keanggotaan organisasi sukarela bersifat aktif atau pasif.
SIAPA YANG BERPARTISIPASI DAN MENGAPA
Sejauh ini kita hanya menyinggung masalah apati, tetapi dalam menyidik sebab-sebab untuk berpartisipasi dihentikan tidak kita harus bertanya mengapa beberapa orang mengihindari semua bentuk partisipasi politik, atau hanya berpartisipasi pada tingkat yang paling rendah saja. Semua ini menjadi semakin penting sehubungan dengan fakta bahwa mereka yang benar-benar berpartisipasi dalam bnetuk yang paling banyak dalam acara politik, merupakan minoritas dari anggota masyarakat. Macam-macam istilah diterapkan pada mereka yang tidak turut serta dan mereka dilukiskan secara berbeda-beda sebagai apatis, sinis, alienasi dan anomi.
Sejauh ini partisipasi politik, sifat yang paling penting dari seseorang yang paling apatis yaitu kepasifannya atau tidak adanya kegiatan politik namun demikian yaitu penting untuk dipertimbangkan, apakah apati harus dibatasi pada mereka yang menjauhkan diri dari semua tipe partisipasi poltik, atau apakah istilah tersebut harus diterapkan secara luas terhadap mereka yang menjauhkan diri dari partisipasi yang aktif.
Morris Rosenberg, mengsugestikan tiga alasan pokok untuk pertanda apati politik. Kesimpulannya didasarkan pada satu seri wawancara tidak berstruktur yang mendalam. Alasan pertama yaitu konsekwensi yang ditanggung dari acara politik. Hal ini sanggup mengambil beberapa bentuk individu yang merasa bahwa acara politik merupakan bahaya terhadap banyak sekali aspek kehidupannya. Alasan Rosenberg kedua yaitu individu sanggup menganggap acara politik sebagai sia-sia saja. Sinisme, menyerupai halnya apati meliputi kepasifan dan ketidak aktifan relatif, merupakan suatu perilaku yang sanggup diterapkan baik pada acara maupun ketidak aktifan. Robert Agger dan rekanan mendefinisikan sinisme sebagai kecurigaan yang jelek dari sifat insan dan dengan pemberian suatu alat skala perilaku yang dibentuk untuk mengukur derajat terhadap para responden mereka bersikap sinis, baik secara pribadi maupun secara politis.
Maka sinisme merupakan perasaan yang menghayati tindakan dan motif orang lain dengan rasa kecurigaan, bahwa pesimisme yaitu lebih realistis daripada optimisme dan bahwa individu harus memperhatikan kepentingan sendiri, lantaran masyarakat itu intinya bersifat egosentris. Secara politisme menampilkan diri dalam banyak sekali cara. Seseorang yang sinis luar biasa mungkin saja merasa bahwa partisipasi politik dalam bentuk apapun juga yaitu sia-sia dan tidak berguna, dengan demikian beliau mengikuti barisan orang yang apatis secara total. Akan tetapi bagi orang lain sinisme mereka hanya membatasi partisipasi atau hanya dianggap sebagai satu-satunya cara realistis untuk melihat persoalan. Karena itu sinisme tidak sanggup menghindari partisipasi pada semua tingkat hierarki, walaupun sinisme itu mingkin memperlihatkan suatu klarifikasi mengenai non partisipasi oleh orang-orang tertentu pada tingkat khusus.
Dalam setiap kasus, Templeton menemukan bahwa apara responden yanmg mempunyai score anomi tinggi mempunyai tingkat lebih rendah pada minat pengetahuan dan partisipasi polotik daripada mereka dengan score anomi rendah. Ada sedikit keraguan bahwa apati sanggup diterangkan dengan sinisme, alienasi atau anomi. Namun sangat diragukan apakah secara tunggal atau secara kolektif kata-kata tersebut memeberikan klarifikasi yang lengkap. Tingkah laris politik menyerupai dikemukakan oleh proses sosialisai politik, merupakan potongan integral dari tingakah laris sosial.
Akan tetapi penting untuk membedakan dengan terang antara apati, sinisme, alienasi dan anomi. Didefinisikan secara sederhana apati yaitu tidak ada atau kurangnya minat, sinisme yaitu suatu perilaku tidak bahagia dan kecewa, sedangkan alienasi dan anomi keduanya menyangkut perasaaan kerenggangan atau keterpisahan dari masyarakat, tetapi alienasi mempunyai ciri permusuhan, anomi dicirikan dengan kebingungan. Fakta yang terdapat mengemukakan, bahwa mereka yang apatis secara total, paling tidak yaitu sinis dan lebih sering terasing atau bersifat anomis. Karena itu yaitu penting untuk menghubungkan alienasi dengan ungkapan permusuhan yang ekstrim, termasuk penggunaan kekerasan. Ditengah masyarakat yang alienasi bersifat luas dan sistem politiknya hanya mempunyai legitimasi yang terbatas sebagai benstuk permusuhan terhadap sistem politik khususnya dan sistem sosial pada umumnya.
Penggunaan kekerasan untuk tujuan politik sanggup dianggap sebagai suatu manivestasi alienasi politik. Rasa permusuhan terhadap suatu rezim tertentu atau bahkan terhadap suatu sistem sosial tertentu tidak perlu mengambil satu bentuk kekerasan. Sejak penggunaan kekerasan untuk tujuan politik sanggup dianggap sebagai manivestasi daripada alienasi politik, yaitu menyesatkan untuk mengasosiasikan hal terakhir itu semata-mata dengan ketidak aktifan politik. Jelas bahwa bayak dari mereka yang aktif secara politis pada beberapa tingkat tertentu sanggup bersikap sinis terhadap tanda-tanda politik dan bersikap apatis tehadap tipe partisipasi lainnya.
Sejumlah studi electoral di banyak sekali negara memperlihatkan bahwa hasil voting ternyata banyak sekali berbeda dari kelompok pemilih yang satu dengan yang lain, dan penelitian ini telah di ikhtisarkan oleh S.M. Lipset. Semakin peka atau terbuka seseorang terhadap perang sang politik lewat kontak pribadi dan organisatoris dan lewat media massa, maka besar kemungkinan beliau turut serta dalam kegiatan politik. Jelas bahwa keterbukaan atau kepekaan ini kiranya berbeda dari satu orang dengan orang lainnya, dan bagaimana pun juga hal ini merupakan potongan dari proses sosialisai politik.
Karakteristik sosial seseorang menyerupai status sosio ekonomisnya, kelompok ras atau etnis, usia, seks dan agamanya baik ia hidup didaerah pedesaan atau dikota, maupun ia termasuk dalam organisasi sukarela tertentu dan sebagainya, semua memepengaruhi partisispasi polotiknya. Walaupun penerimaan rangsangan politik dan sifat dari karakteristik pribadi maupun karakteristik sosial seseoran itu penting dalam mensugesti luasnya acara politik, tetapi penting juga untuk memeprhitungkan lingkungan atau keadaan politiknya.
Demikian pula syarat legal bagi suatu sistem pemilihan sanggup mensugesti partisipasi politik. Faktor lain menyerupai sifat dari sistem partai juga penting. Perbedaan regional juga menyajikan tipe dari factor lingkungan lainnya yang sering menjadi dasar munculnya keaneka ragaman dalam tingkah laris electoral dan bentuk-bentuk lain dari partisipasi politik. Betapapun juga diluar contoh-contoh khusus, perbedaan yang benar-benar penting dalam lingkungan politik yaitu hal-hal yang memadai suatu sistem olitik yang menjadi potongan dari suatu tipe atau kelompok tertentu.
Ada cukup alasan untuk percaya, bahwa cirri-ciri pribadi karakterisik sosial seseorang yaitu penting dalam semua tipe sistem politik, walaupun cirri-ciri khusus yang penting ternyata berbeda dari satu sistem ke sistem lain.