Dampak Perkembangan Teknologi Komputer

DAMPAK PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMPUTER 
Kemajuan teknologi internet sudah membawa kita ke zaman dimana pengaksesan informasi sanggup dilakukan dengan mudah, bahkan sekarang tidak lagi terbatas pada penggunaan sambungan kabel dari komputer ke line telefon. Teknologi nirkabel jaringan lokal yang dikenal dengan istilah kerennya, wi-fi (Wireless Fidelity) itu juga sekarang semakin berkembang di banyak lokasi umum. 

Dampaknya memang secara sekilas sangat positif, namun sebuah teknologi agaknya selalu punya ekses ke banyak aspek kehidupan diantaranya dipandang dari segi kesehatan. 

Bila sebelumnya banyak yang membahas radiasi elektromagnetik dari banyak perangkat berbasis elektronik mulai dari komputer, ponsel bahkan alat-alat rumah tangga lainnya, belakangan ini yang mulai marak yaitu dampak wi-fi ini terhadap radiasi yang ditimbulkannya bagi kesehatan, dan sama menyerupai teknologi sebelumnya, tentu masih banyak penelitian lanjutan yang dibutuhkan untuk memastikan hal tersebut, dan banyak pula cara untuk sanggup berdamai demi mendapat manfaat maksimal dari teknologi itu tanpa harus mengorbankan sisi kesehatan kita. 

Efek Radiasi Elektromagnetik Terhadap Kesehatan, paparan cahaya yang intens termasuk yang ditimbulkan oleh sebuah radiasi elektromagnetik, dalam badan insan akan kuat paling banyak pada pembentukan hormon melatonin yang diproduksi kelenjar pineal di dalam otak, yang memang bersifat sensitif terhadap rangsang cahaya. 

Ketidakstabilan melatonin ini sanggup berdampak pada kelesuan, gangguan tidur, emosi, depresi hingga denyut jantung yang abnormal. Kehidupan kita sehari-hari belum sanggup dilepaskan dari medan elektromagnetik yang dihasilkan dari sumber daya listrik menyerupai pembangkit dan jaringan transmisi-distribusinya, termasuk juga perangkat elektronik rumah tangga mulai dari lampu, penyejuk, multimedia dan peralatan masak elektrik. 

Pengaruh ini biasanya berbanding lurus dengan tegangan yang dihasilkannya, dan tak jarang pula bersifat paparan lewat kontak berulang yang usang di sekitar perangkat-perangkat atau radiasi elektromagnetik lainnya. 

Walau begitu, sebuah penelitian dari Perancis yang dimuat dalam sebuah jurnal kesehatan resmi menyebutkan kecil sekali kemungkinan adanya gangguan kesehatan atas radiasi dari alat-alat tersebut alasannya yaitu rata-rata intensitasnya masih berada di ambang yang cukup rendah. 

Radiasi Elektromagnetik Wi-Fi 
Publikasi perihal dampak negatif wi-fi sehubungan dengan radiasi elektromagnetik yang ditimbulkannya ini awalnya tiba dari sebuah masalah yang dialami seorang perempuan di London, yang tiba ke institusi kesehatan dengan keluhan nyeri di bab kepala, telinga, tenggorokan dan beberapa bab badan lain jikalau berada bersahabat dengan peralatan elektronik atau menara pemancar. 

Perangkat elektronik, memang mempunyai radiasi elektromagnetik dimana dalam jumlah besar sanggup menjadikan gangguan fisiologis hingga memicu pertumbuhan sel-sel absurd menyerupai kanker, namun intensitasnya berbeda-beda dan ada patokan batas kondusif yang dianggap tidak hingga membahayakan kesehatan. 

Atas keluhan ini berikut anjuran dokter yang mendiagnosanya sebagai suatu keadaan elektrosensitif, perempuan tadi melindungi rumahnya dengan perangkat khusus antiradiasi untuk meminimalkan gelombang elektromagnetik dari teknologi wi-fi di sekitar daerah tinggalnya.
Beberapa publikasi lanjutan perihal dampak radiasi wi-fi ini kemudian dilansir di Swedia eksklusif dari pemerintahnya serta di Norwegia lewat pernyataan perdana menterinya sendiri. 

Lagi-lagi, kemungkinan pemberitaan yang awalnya banyak beredar di dunia maya ini sempat dianggap sebagai hoax, suatu isu isu yang belum sanggup diyakini kebenarannya, namun adanya beberapa penelitian yang dilaporkan dari institusi resmi mungkin mulai menciptakan beberapa pihak bersangkutan mulai memikirkan hal ini. 

Sebagian laporan resmi tersebut menyebutkan tingginya intensitas radiasi elektromagnetik di beberapa situs lokasi wi-fi, namun tak sedikit juga yang melaporkan bahwa intensitas tadi masih berada di bawah ambang batas senilai dengan radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh beberapa perangkat yang kondusif menyerupai televisi maupun radio, begitupun, kesimpang-siuran ini terang menyebabkan suatu kekhawatiran bagi sebagian orang yang sangat perduli dengan kesehatannya, belum lagi ratifikasi sejumlah aktifis di luar negeri yang bergabung untuk mendesak pembatasan penggunaan wi-fi, yang bagi sebagian masyarakat lain sangat dibutuhkan itu. 

Beberapa kampus di negara-negara maju malah sudah ikut melarang penggunaan teknologi ini di sekitar lingkungan pendidikan mereka, meski belum ada kejelasan akan bahayanya. 

Benarkah Berbahaya? 
Banyaknya publikasi dari imbas radiasi elektromagnetik situs-situs umum penyedia wi-fi tadi turut juga memuat kekhawatiran mereka yang dialamatkan lebih ke penggunaan perangkat komputer dan juga usia penggunanya. Di luar duduk masalah kesensitifan masing-masing individu terhadap radiasi elektromagnetik ini, sebagian andal menyebutkan bahwa bawah umur jauh lebih sensitif dibandingkan dengan usia dewasa. 

Pihak Health Protection Agency, Inggris, yang baru-baru ini menciptakan publikasi resmi pada sebuah aktivitas BBC bahwa dampak negatif ini sama sekali belum sanggup dibuktikan dan pendapat ini didukung juga oleh sebuah institusi riset kesehatan telekomunikasi disana, dengan argument bahwa pemancar yang dipakai untuk teknologi ini bahwasanya berkekuatan sangat rendah dan tetap ada jarak dengan badan yang menciptakan radiasinya juga berlangsung dalam intensitas yang sangat rendah meski nilai yang mereka dapatkan berjumlah sekitar tiga kali lebih besar dari radiasi penggunaan ponsel biasa. 

Mereka menekankan lebih lanjut bahwa bukan radiasi wi-fi lah yang menjadi duduk masalah melainkan cara penggunaan komputer terutama laptop yang sering diletakkan di pangkuan hingga tak lagi mempunyai jarak dengan tubuh. 

Gelombang radio elektromagnetik yang dipakai untuk teknologi wi-fi, berdasarkan mereka lagi berada ratusan kali lebih rendah dibandingkan sebuah microwave dan ambang batas yang ditentukan para ahli, dan meski masih terdeteksi adanya thermal interaction berupa kenaikan level temperatur jaringan tubuh, namun nilainya masih jauh dari ambang batas yang sanggup menjadikan kerusakan. 

Pendapat ini diperkuat lagi oleh beberapa institusi lain yang rata-rata mendapat hasil jauh lebih rendah daripada sinyal ponsel saat dipakai untuk berbicara. 

Hasil yang mereka laporkan, berada selama setahun di sekitar lokasi wi-fi sebanding dengan penggunaan ponsel dalam keadaan bicara selama 20 menit. 

Bila kekhawatiran akan radiasi ponsel saja masih banyak diperdebatkan, maka wi-fi sama sekali mereka anggap belum pantas mengundang kekhawatiran tersebut. 

Begitupun, mereka juga tetap menganjurkan untuk memakai teknologi ini dalam batas masuk akal sekaligus memperhatikan penggunaan perangkat komputer yang juga mempunyai intensitas radiasi elektromagnetik yang berbeda-beda. 

Paling tidak, penggunaan dalam batasan masuk akal ini sanggup mencegah imbas jelek terhadap kesehatan yang bisajadi kepastiannya gres ditemukan dalam tahun-tahun mendatang. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel