Konsep Wisata Religi Berdasarkan Agama Hindu
Thursday, November 26, 2020
Edit
KONSEP WISATA RELIGI MENURUT AGAMA HINDU Kini Pemerintah banyak mempromosikan banyak sekali produk andalan, baik dibidang Industri, pangan, kerajinan, seni, budaya, begitupun dengan wisatanya. Berbicara problem wisata masih sedikit wisatawan dunia memahami aneka ragam wisata yang ada di Indonesia. Umumnya mereka hanya mengenal Bali sebagai tujuan wisata utama. Sedangkan tempat atau tujuan wisata wisata lainnya nyaris untuk tidak menyebukan sepi dari kunjungan wisatawan. Hal ini terjadi mungkin alasannya ialah kurangnya promosi secara intensif ke dunia Internasional atau memang imbas perpolitikan Indonesia khususnya dari system pemerintahan sentralisasi ke desentralisasi yang lalu melahirkan otonomi daerah, banyak tempat enggan melaksanakan strategi-strategi untuk memperkuat bargaining position dalam menyebarkan wisata sebagai salah satu kebanggaan.
Berbicara problem Wisata Relegi terlebih dahulu patut dipahami apa bersama-sama wisata relegi itu? Jika ada Wisata relegi berarti ada bentuk wisata lainnya menyerupai wisata budaya, wisata kuliner dll. Kata Wisata berasal dari kata bahasa Sanskerta “ Vis” juga yang berarti menempatkan, masuk, pergi kedalam, duduk. Kata Vis juga berarti tempat tinggal, rumah (wisma) Dari akar kata Vis bermetamorfosis Vicata ( Bahasa Kawi/Jawa kuna yang berarti; berpergian untuk mencari hiburan. Demikian pula “Visit” bahasa Inggris yang berarti mengunjugi/kunjangan, nampaknya berasal dari akar kata “Vis” dalam Bahasa Sanskerta.
Dari segi etimologi kata “Wisata, “Pariwisata, “Visit “semuanya mengandung makna yang kurang lebih sama, yaitu pergi, berkunjung, berjalan berkeliling untuk bersenang - bahagia dan mencari hiburan. Bersenang bahagia dan hiburan menjadi kata kunci pengertian Wisata.
Wisata Religi berdasarkan Agama Hindu: Agama Hindu mengajarkan banyak cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, ada jalan yoga, meditasi, beryadnya, penguasaan ilmu pengetahuan, dll. Dari sekian banyak cara yang ada, salah satu yang paling gampang dan bisa dilakukan oleh setiap orang ialah dengan jalan melaksanakan Wisata Religi yang dalam Agama Hindu sering disebut dengan Tirta Yatra , Dharma Yatra, Vita Sagara.
Tirtha Yatra atau perjalanan suci, merupakan suatu kegiatan keagamaan untuk meningkatkan kehidupan spiritual (kerohanian) dengan cara mengunjungi tempat tempat suci lalu melaksanakan persembahyangan, melaksanakan meditasi dan japa. Dharma Yatra, perjalanan suci bagi Rohaniwan untuk membabarkan pemikiran dharma ketempat tempat yang dianggap suci, Vita Sagara melaksanakan perjalanan suci dalam bentuk mengarungi lautan / samudra.
Penjelasan perihal Tirtha Yatra, Dharma Yatra, Vita Sagara diuraikan secara terang didalam kitab Itihasa menyerupai Ramayana dan Mahabharata juga dalam kitab Purana dan Sarassamuscaya. Berikut ini klarifikasi perihal Tirtha yatra dalam Sarasamuscaya :
Akkrodanasca rajendra satya silo drdawratah,
atmopamasca bhutesu, sa tirthapalam asnute (SS.277)
artinya :Ada orang menyerupai ini prilakunya, tidak diliputi oleh kemarahan, benar-benar satya teguh pada brata, kasih sayang terhadap semua mahluk, orang yang demikian prilakunya, pahala Tirta Yatra kelak diperolehnya. Thirta Yatra maksudnya berlkeliling dengan niat suci mengunjungi tempat – tempat suci.
Sada daridrair api hi sakhyam praptum naradhipa,
tirthabhigamanam punyam yakner api wisiyate ( SS.279)
Artinya :Sebab keutamaan Thirta Yatra amat suci lebih utama dari melaksanakan yadnya, sanggup dilakukan oleh orang miskin.
Dari kutipan tersebut diatas, ThirtaYatra terang mempunyai kedudukan yang amat penting dalam pemikiran agama Hindu. Thirta Yatra lebih utama dari melaksanakan Yadnya (upacara) dan hal ini bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk orang orang miskin. Sebaliknya orang kaya kalau tidak pernah berpuasa, tidak pernah mandi ditempat suci, orang yang demikian disebut orang miskin ( SS 278) , miskin dibidang kegiatan rohani.
Tempat dan Persyaratan : Tempat– tempat dijadikan Thirta Yatra ialah tempat tempat suci yang ada petirtan terutama yang mempunyai nilai sejarah dan diyakini kesuciannya menyerupai Pura - Pura (Mandir India). Di Bali kita mengenal ada Pura-Pura yang tergolong Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan atau Kahyangan Jagat, menyerupai ; Pura Besakih, Pura Uluwatu, Pura Tanah Lot, Pura Lempuyang, Pura Tampak Siring, Pura Batur, Pura Pucak Penulisan, Pura Sakenan, dll. Demikian juga didaerah lainnya menyerupai Candi Prambanan, Candi Ceto, di Jawa Tengah, Gunung Bromo di Jawa Timur. Pura Gunung Salak di Bogor, di Lombok Pura Suranadi, Pura Narmada, Pura Lingsar. Di Jakarta Pura Rawamangun, Pura Kerta Bhumi Taman Mini, dll.
Selain tempat, persiapan lain yang tak kalah penting ialah kita harus tahu informasi mengenai kondisi tempat, cuaca/pemangku dan kondisi fisik, alasannya ialah berbeda dengan perjalanan wisata biasa yang lebih ditekankan kepada untuk bersenang bahagia sedangkan Thirta Yatra, Dharma Yatra, Vita Sagara ditujukan kearah hiburan spritual/spirit yang bertujuan menyerap vibrasi kesucian di tempat suci yang dikunjungi.
Manfaat dan Makna dari Thirta Yatra Adapun makna dan manfaat Thirta Yatra, Dharma Yatra dan Vita Sagara disebutkan antara lain :
Berbicara problem Wisata Relegi terlebih dahulu patut dipahami apa bersama-sama wisata relegi itu? Jika ada Wisata relegi berarti ada bentuk wisata lainnya menyerupai wisata budaya, wisata kuliner dll. Kata Wisata berasal dari kata bahasa Sanskerta “ Vis” juga yang berarti menempatkan, masuk, pergi kedalam, duduk. Kata Vis juga berarti tempat tinggal, rumah (wisma) Dari akar kata Vis bermetamorfosis Vicata ( Bahasa Kawi/Jawa kuna yang berarti; berpergian untuk mencari hiburan. Demikian pula “Visit” bahasa Inggris yang berarti mengunjugi/kunjangan, nampaknya berasal dari akar kata “Vis” dalam Bahasa Sanskerta.
Dari segi etimologi kata “Wisata, “Pariwisata, “Visit “semuanya mengandung makna yang kurang lebih sama, yaitu pergi, berkunjung, berjalan berkeliling untuk bersenang - bahagia dan mencari hiburan. Bersenang bahagia dan hiburan menjadi kata kunci pengertian Wisata.
Wisata Religi berdasarkan Agama Hindu: Agama Hindu mengajarkan banyak cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, ada jalan yoga, meditasi, beryadnya, penguasaan ilmu pengetahuan, dll. Dari sekian banyak cara yang ada, salah satu yang paling gampang dan bisa dilakukan oleh setiap orang ialah dengan jalan melaksanakan Wisata Religi yang dalam Agama Hindu sering disebut dengan Tirta Yatra , Dharma Yatra, Vita Sagara.
Tirtha Yatra atau perjalanan suci, merupakan suatu kegiatan keagamaan untuk meningkatkan kehidupan spiritual (kerohanian) dengan cara mengunjungi tempat tempat suci lalu melaksanakan persembahyangan, melaksanakan meditasi dan japa. Dharma Yatra, perjalanan suci bagi Rohaniwan untuk membabarkan pemikiran dharma ketempat tempat yang dianggap suci, Vita Sagara melaksanakan perjalanan suci dalam bentuk mengarungi lautan / samudra.
Penjelasan perihal Tirtha Yatra, Dharma Yatra, Vita Sagara diuraikan secara terang didalam kitab Itihasa menyerupai Ramayana dan Mahabharata juga dalam kitab Purana dan Sarassamuscaya. Berikut ini klarifikasi perihal Tirtha yatra dalam Sarasamuscaya :
Akkrodanasca rajendra satya silo drdawratah,
atmopamasca bhutesu, sa tirthapalam asnute (SS.277)
artinya :Ada orang menyerupai ini prilakunya, tidak diliputi oleh kemarahan, benar-benar satya teguh pada brata, kasih sayang terhadap semua mahluk, orang yang demikian prilakunya, pahala Tirta Yatra kelak diperolehnya. Thirta Yatra maksudnya berlkeliling dengan niat suci mengunjungi tempat – tempat suci.
Sada daridrair api hi sakhyam praptum naradhipa,
tirthabhigamanam punyam yakner api wisiyate ( SS.279)
Artinya :Sebab keutamaan Thirta Yatra amat suci lebih utama dari melaksanakan yadnya, sanggup dilakukan oleh orang miskin.
Dari kutipan tersebut diatas, ThirtaYatra terang mempunyai kedudukan yang amat penting dalam pemikiran agama Hindu. Thirta Yatra lebih utama dari melaksanakan Yadnya (upacara) dan hal ini bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk orang orang miskin. Sebaliknya orang kaya kalau tidak pernah berpuasa, tidak pernah mandi ditempat suci, orang yang demikian disebut orang miskin ( SS 278) , miskin dibidang kegiatan rohani.
Tempat dan Persyaratan : Tempat– tempat dijadikan Thirta Yatra ialah tempat tempat suci yang ada petirtan terutama yang mempunyai nilai sejarah dan diyakini kesuciannya menyerupai Pura - Pura (Mandir India). Di Bali kita mengenal ada Pura-Pura yang tergolong Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan atau Kahyangan Jagat, menyerupai ; Pura Besakih, Pura Uluwatu, Pura Tanah Lot, Pura Lempuyang, Pura Tampak Siring, Pura Batur, Pura Pucak Penulisan, Pura Sakenan, dll. Demikian juga didaerah lainnya menyerupai Candi Prambanan, Candi Ceto, di Jawa Tengah, Gunung Bromo di Jawa Timur. Pura Gunung Salak di Bogor, di Lombok Pura Suranadi, Pura Narmada, Pura Lingsar. Di Jakarta Pura Rawamangun, Pura Kerta Bhumi Taman Mini, dll.
Selain tempat, persiapan lain yang tak kalah penting ialah kita harus tahu informasi mengenai kondisi tempat, cuaca/pemangku dan kondisi fisik, alasannya ialah berbeda dengan perjalanan wisata biasa yang lebih ditekankan kepada untuk bersenang bahagia sedangkan Thirta Yatra, Dharma Yatra, Vita Sagara ditujukan kearah hiburan spritual/spirit yang bertujuan menyerap vibrasi kesucian di tempat suci yang dikunjungi.
Manfaat dan Makna dari Thirta Yatra Adapun makna dan manfaat Thirta Yatra, Dharma Yatra dan Vita Sagara disebutkan antara lain :
- Dengan Thirta Yatra kita sanggup meningkatkan Sradha. Kita tiba menuju tempat suci yang jauh melaksanakan bhakti, sembahyang, japa, meditasi dan pembacaan kitab suci dan Dharmagita.
- Dengan Thirta Yatra terjadilah proses penyegaran kembali terhadap mental dan fifik kita yang sebelumnya mungkin jenuh akhir rutinitas, melaksanakan pekerjaan sehari hari.
- Dengan Thirta Yatra memperluas cakrawala, kita mengagumi, betapa besar dan Maha Agung Ida Sang Hnyang Widhi sebagai Penacipta, meningkatkan kesucian sehingga kita sanggup lebih mendekatkan diri dengan Tuhan.
- Dengan membaca kitab suci, menyanyikan Dharmagita, japa, meditasi akan meningkatkan pemahaman kita terhadap nilai nilai yang terkandung dalam pemikiran agama Hindu.