Dampak Yang Ditimbulkan Pariwisata
Saturday, November 28, 2020
Edit
DAMPAK YANG DITIMBULKAN PARIWISATA
Banyak sekali manfaat yang sanggup diberikan oleh pengembangan sektor industri pariwisata. Menurut buku Pegangan Penatar dan Penyuluh Kepariwisataan Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, sedikitnya manfaat dan imbas negatif yang ditimbulkan tersebut sanggup ditinjau dari empat aspek:
Pariwisata menawarkan manfaat bagi setiap manusia, lantaran pariwisata sanggup melepas penat dalam aktifitas sehari-hari. Oleh lantaran itu para insan membutuhkan dunia pariwisata lantaran pariwisata sanggup menyegarkan pikiran. Pariwisata menawarkan manfaat dibeberapa aspek, antara lain:
1). Aspek ekonomi
Manfaat pariwisata dari segi ekonomi yaitu pariwisata menghasilakan devisa yang besar bagi Negara sehingga meningkatkan perekonomian negara. Devisa yang diterima secara berturut-turut pada tahun 1996, 1997, 1998, 1999, dan 2000 yaitu sebesar 6,307.69; 5,321.46; 4,331.09; 4,710.22; dan 5,748.80 juta dollar AS (Santosa, 2001). Pada tahun 2002 dan 2003, meskipun mengalami peristiwa Kuta (Bom Bali), nilai devisa juga masih tetap tinggi, yaitu US$ 4.496 Milyard tahun 2002 dan US$ 4.307 Milyard tahun 2003. Kontribusi pariwisata memperlihatkan ekspresi dominan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1985 penukaran valuta asing senilai 95,105 juta dollar AS. Angka ini mengalami kenaikan, menjadi 456,105 juta dollar AS pada tahun 1990, dan pada tahun1997 (sesaat sebelum krismon) menjadi 1.380,454 juta dollar AS. Selanjutnya, lantaran nilai tukar dollar yang melonjak, penukaran valuta asing hanya mencapai nilai 865,078 juta dollar AS pada tahun 2000. Erawan (1999) menemukan bahwa pada tahun1998, imbas pengeluaran wisatawan terhadap pendapatan masyarakat mencapai 45,3%, sedangkan imbas dari investasi di sektor pariwisata yaitu 6,3%. Ini berarti bahwa secara keseluruhan, industri pariwisata menyumbang sebesar 51,6% terhadap pendapatan masyarakat Bali. Dilihat dari kesempatan kerja, pada tahun 1998 sebesar 38,0% dari seluruh kesempatan kerja yang ada di Bali dikontribusikan untuk pariwisata. Erawan lebih lanjut menyampaikan bahwa imbas pengeluaran wisatawan terhadap perekonomian di Bali terdistribusikan ke banyak sekali sektor, bukan saja hotel dan restoran. Distribusi juga terserap ke sektor pertanian (17,93%), sektor industri dan kerajinan (22,73%), sektor pengangkutan dan komunikasi (12,62%), sektor jasa-jasa (12,59%), dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan data mengenai distribusi pengeluaran wisatawan. Data memperlihatkan bahwa selama di Bali, pengeluaran wisatawan yang terserap ke dalam ‘perekonomian rakyat’ cukup tinggi. Selain menghasilkan devisa pariwisata juga menawarkan imbas ekonomi secara pribadi bagi masyarakat sekitar,seperti contohnya yaitu tiket masuk suatu daerah obyek wisata.
2). Aspek social budaya
Manfaat lain yang muncul dari industri pariwisata ini antara lain sanggup terlihat pula dari segi budaya. Dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata maka akan membawa pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi pengunjung wisata (turis) dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut berada. Dari interaksi inilah para wisatawan sanggup mengenal dan menghargai budaya masyarakat setempat dan juga memahami latar belakang kebudayaan lokal yang dianut oleh masyarakat tersebut. Bali merupakan salah satu pola positif daerah wisata yang berkembang amat pesat di Indonesia. Banyaknya turis-turis yang berkunjung ke Bali, baik turis domestik maupun internasional telah membawa imbas yang cukup besar bagi perkembangan daerah itu sendiri. Sedangkan dari segi sosial budaya, Bali merupakan sarana yang sempurna bagi pengenalan dan promosi kebudayaan Indonesia kepada dunia internasional.
3). Aspek lingkungan hidup
Pariwisata juga mendatangkan manfaat bagi lingkungan hidup lantaran sebuah objek wisata apabila ingin banyak mendapat kunjungan dari wisataan haruslah terjaga kebersiahannya sehingga kita menjadi terbiasa untuk merawat dan menjaga lingkungan kita semoga selalu terjaga kebersihannya. Pembangunan pariwisata tidak menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan dan penurunan kualitas tanah atau lahan pertaninan baik lahan perladangan maupun persawahan. Kelestarian hutannya masih tetap terjaga dengan baik. Masyarakat secara bahu-membahu dan setuju untuk melestarikan hutannnya dan tanpa harus ketergantungan terhadap hutan tersebut. Pada dasarnya masyarakat lokal telah sadar terhadap perlunya pelestarian hutan, lantaran daerah hutan yang dimaksud merupakan daerah resapan air yang sanggup dipergunakan untuk kepentingan hidupnya maupun mahluk hidup yang lainnya serta untuk keperluan persawahan.
4). Aspek nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan
Manfaat pariwisata yang kita sanggup dari segi nilai pergaulan yaitu kita menjadi lebih banyak mempunyai teman dari banyak sekali Negara dan kita sanggup mengetahui kebiasaan orang yang dari masing-masing Negara tersebut sehingga kita sanggup mempelajari bagaimana kebiasaan yang baik di masing-masing nagara.Selain itu kita juga mendapat manfaat ilmu pengetahuan dari pariwisata lantaran dengan mempelajari pariwisata kita juga sanggup tahu dimana letak dan keunggualn sebuah objek wisata sehingga kita sanggup mempelajari mengapa sebuah objek wisata tersebut sanggup maju dan sanggup menerapkan di daerah objek wisata daerah kita yang belum berkembang dengan baik.
5). Aspek peluang dan kesempatan kerja
Pariwisata juga membuat kesempatan kerja.Sarana-sarana pariwisata ibarat hotel dan perjalanan yaitu perjuangan yang ”padat karya”. Menurut perbandingan jauh lebih banyak untuk hotel dan restoran daripada untuk usaha-usaha lainnya. Untuk setiap tempat tidur dibutuhkan kira-kira 2 corang tenaga. Di Amerika Serikat untuk tempat tidur diharapkan 279 tenaga kerja. Sudah tentu angka itu berbeda-beda berdasarkan negaranya . Di Indonesia untuk setiap kamar dibutuhkan kira-kira 2 orang tenga kerja.
Itu semua mengenai tenga kerja yang pribadi bekerjasama dengan pariwisata. Di samping itu, pariwisata juga membuat menciptakan peluang kerja yang tidak bekerjasama pribadi dengan pariwisata. Yang terpenting di bidang kontruksi bangunan dan jalan.Banyak bangunan yang didirikan untuk hotel,restoran,toko artshop,dll.Wisatawan-wistawan juga memerlukan makan dan minum,ini semua secara tidak pribadi membuat lapangan kerja di bidang pertanian.Jadi, pariwisata mempunyai banyak manfaat dari segi peluang dan kesempatan kerja.
PERAN PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN
Dewasa ini maupun pada masa yang akan datang, kebutuhan untuk berwisata akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia, serta perkembangan penduduk dunia yang semakin membutuhkan refressing akhir dari semakin tingginya kesibukan kerja. Menurut Fandeli (1995:50-51) faktor yang mendorong insan berwisata adalah: 1) harapan untuk melepaskan diri tekanan hidup sehari-hari di kota, harapan untuk mengubah suasana dan memanfaatkan waktu senggang; 2) kemajuan pembangunan dalam bidang komunikasi dan transportasi; 3) harapan untuk melihat dan memperoleh pengalaman-pengalaman gres mengenai masyarakat dan tempat lain; 4) meningkatnya pendapatan yang sanggup memungkinan seseorang sanggup dengan bebas melaksanakan perjalanan yang jauh dari tempat tinggalnya.
Pariwisata berperan sanggup membawa imbas pada kehidupan masyarakat, hali ini sanggup diketahui dengan lima, yaitu :
- Pariwisata menyumbang kepada neraca pembayaran. Neraca pembayaran merupakan parbandingan antara semua mata anggaran yang diterima oleh negara dari negara-negara asing sebagai pemasukan dan semua anggaran yang harus dibayar kepada negara-negara asing sebagai pengeluaran. (yoeti, 1996:22)
- Pariwisata mengakibatkan pembangunan daerah non industri. Daerah-daerah dimana terjadi atraksi wisata ialah daerah terpencil, boleh dikatakan pembangunan didaerah tersebut belum maksimal. Hal itu sanggup dikembangkan menjadi daerah wisata dan terjadilah pembangunan, ibarat dibangunnya hotel, tempat makan, toko-toko, dan sebagainya
- Pariwisata membuat lapangan kerja. Industri pariwisata dengan produknya yaitu merupakan perjuangan yang padat karya. Seperti hotel yang membutuhkan tenaga kerja dalam pengoprasiannya. Wisatawan memerlukan makan dan minum, secar tidak pribadi membuat lapangan kerja pada sektor pertanian. Banyak tenaga kerja di sektor pariwisata yang membutuhkan pendidikan dan latihan khusus, sehingga menimbulkan lapangan kerja di bidang pendidikan, dan seterusnya.
- Dampak pergandaan. Uang gres yang masuk ke dalam suatu perekonomian dalam bentuk apapun, investasi, pemberian, atau pembelanjaanpemerintah, kiriman uang dari pekerja di luar negeri, atau pengeluaran wisatawan mendorong perekonomian, bukan hanya sekali tetapi berkali-kali, lantaran ia dibelanjakan kembali.
Faktor-faktor pendorong pengembangan pariwisata di Indonesia berdasarkan Spilane (1987:57), yaitu : 1) berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber devisa negara jika dibanding dengan waktu lalu; 2) merosotnya nilai eksport pada sektror nonmigas; 3) adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara konsisten; 4) besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi pengembangan pariwisata.
Sehubungan perekonomian negara, sektor pariwisata terbukti telah menawarkan bantuan yang cukup pada perolehan devisa. Hal ini sanggup dilihat dari perolehan devisa negara pada tahun 1995, pariwisata menempati urutan ketiga sehabis migas dan tekstil, dengan devisa sebesar 5.228,4 juta dollar AS. Sebelumnya tahun 1994 berada pada posisi keempat sehabis migas, tekstil dan kayu olahan, dengan devisa sebesar 4.785,1 juta dollar AS (Kedaulatan Rakyat, 21 Agustus 1998). Ditambahkan pula bahwa terhadap GDP Indonesia, sektor pariwisata juga memainkan peranan yang penting. Hasil studi World Travel and Tourism Council (WTTC) menyimpulkan bahwa pertumbuhan bantuan pariwisata terhadap GDP rata-rata sebesar 8% dan merupakan yang tercepat di dunia.
Data dari BPS (1999) menandakan bahwa luas lautan Indonesia 7,9 juta km² atau 81% dari luas keseluruhan, dan luas daratannya 1,9 juta km². Daratan mempunyai ratusan gunung dan sungai, hutannya seluas 99,5 juta ha yang terdiri dari 29,7 juta ha hutan lindung dan 29,6 juta ha hutan produksi, serta ratusan bahkan ribuan jenis tumbuhan dan faunanya. Unsur-unsur ini merupakan potensi yang sanggup dikembangkan bagi kegiatan pariwisata.
Indonesia mempunyai banyak potensi di daerah-daerah yang belum dikembangkan atau dijadikan daerah tujuan wisata (DTW). Sekitar 212 obyek wisata, berupa peninggalan bersejarah, gunung, air tejun, danau, hutan, dan lain-lain yang ada di Sumatera Selatan yang belum dikelola (Suara Pembaruan, 11-12-1999:12). Daerah Lampung yang kaya dengan peninggalan-peninggalan bersejarah, gunung-gunung, pantai-pantai dan banyak sekali keindahan alam yang terukir pada beberapa lokasi, belum dijadikan obyek wisata secara optimal (Suara Pembaruan, 22-12-1999:10). NTT yang kaya akan obyek wisata maritim juga belum dikembangkan (Suara Pembaruan, 27 Juli 1999:10), dan masih banyak obyek wisata lainnya yang belum dimanfaatkan sebagai DTW guna mendatangkan laba secara sosial ekonomi.
Sumberdaya alam hayati, ibarat Taman Nasional Tanjung Puting (Kaltim), Taman Nasional Ujung Kulon (Jabar), Taman Nasional Komodo (NTT) dan banyak sekali sumberdaya alam hayati lainnya, merupakan potensi bagi sasaran kunjungan pariwisata (Suara Pembaharuan, 17 Sept. 1999:8).
Selain itu, Indonesia dengan keragaman suku, agama dan ras (SARA) yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, berupa tari-tarian dan upacara-upacara adat juga merupakan hal yang sangat potensial bagi pengembangan pariwisata.
Memang diakui bahwa dengan keragaman SARA tersebut juga mengandung potensi konflik yang seringkali sanggup menimbulkan kerusuhan sosial. Karena itu dalam rangka pengembangan pariwisata, selain terdapat sejumlah potensi yang sanggup diandalkan, juga terdapat sejumlah hal yang sanggup menjadi kendala.
Adapun kendala-kendala yang akan dihadapi dalam pengembangan pariwisata, antara lain adalah:
Pertama, sering timbulnya konflik dan kerusuhan sosial serta situasi dan konsisi politik yang masih memanas, berakibat pada kurang terjaminnya keamanan bagi para wisatawan. Menurut Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya, Marzuki Usman bahwa akhir banyak sekali kerusuhan yang sering terjadi selama tahun 1998, terjadi penurunan jumlah wisatawan asing yang tiba ke Indonesia sekitar 16,35% dibanding tahun 1997, yaitu pada tahun 1997 wisatawan asing yang tiba sejumlah 5,1 juta orang, pada tahun 1998 hanya 4,3 juta orang (Kompas, 28 April 1999:3). Disebutkan pula bahwa banyak distributor perjalanan yang membatalkan perjalanan wisatanya ke Indoesia lantaran alasan keamanan. Melihat akan adanya penurunan tersebut, sanggup dibayangkan berapa besar kerugian yang dialami, apalagi bila dikaitkan dengan biaya-biaya promosi yang telah dikeluarkan.
Kedua, rendahnya mutu pelayanan dari para penyelenggara pariwisata, persaingan yang tidak sehat di antara para penyelenggara pariwisata serta kurangnya pemahaman terhadap pentingnya pelindungan konsumen yang sangat ditekankan di Eropa, Amerika dan Australia, merupakan hambatan yang sangat menghambat pariwisata di Indonesia (Suara Pembaruan, 17 Sept. 1999:8)
Ketiga, rendahnya kesadaran masyarakat wacana pentingnya pengembangan pariwisata merupakan kendala. Sebab banyak rencana pengembangan yang gagal lantaran kurang mendapat tunjangan dari masyarakat akhir rendahnya kesadaran tersebut. Hal ini sanggup dilihat pada pola kasus pengembangan pariwisata di Sungai Barito, Banjarmasin dengan Program Pasar Apung (PPA). Dalam pelaksanaan PPA masyarakat diberi dana untuk pengecetan sampan-sampan miliknya, tetapi dana tersebut tidak dipakai untuk mengecet sampannya tetapi untuk hal yang lain (Kompas, 23 Januari 1999).
Keempat, kurangnya modal dan rendahya sumberdaya manusia, terutama tenaga yang terampil dan profesional dalam hal manajerial di bidang pariwisata merupakan hambatan yang seringkali muncul terutama pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (Suara Pembaruan, 5 Peb. 1999:10). Sumberdaya insan merupakan komponen utama dan penentu,terutama dalam menjalankan pekerjaan pada jajaran frontlinters, yakni mereka yang bertugas menawarkan pelayanan pribadi kapada para wisatwan (Suara Karya, 25 Pebruari 1998:8).
Kelima, sistem transportasi yang belum memadai seringkali menjadi hambatan dalam pariwisata yang perlu ditinjau kembali, untuk meningkatkan pelayannya dari segi kualitas maupun kuantitasnya (Suara Pembaruan, 17 Sept. 1999:8).
Keenam, pengelolaan pariwisata yang bersifat topdown merupakan salah satu hambatan yang banyak menghambat pariwisata, terutama pada masa Orde Baru yang terlalu diktatorial dan sentralistis (Kompas, 23 Januari 1999:2). Selama ini, banyak DTW yang tidak dikembangkan lantaran banyak sekali keterbatasan dari pemerintah pusat, sementara itu pihak swasta dan pemerintah daerah harus menunggu petunjuk dari pemerintah pusat.
UPAYA MEMAKSIMALKAN PERAN PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN
Situasi dan kondisi sosio-ekonomi Indonesia ketika ini, yang memperlihatkan bahwa semakin berkurangnya lahan pertanian dan lapangan pekerjaan lainnya serta semakin rusaknya lingkungan akhir kegiatan manufaktur dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya yang mengeksploitasi sumberdaya alam, maka pariwisata perlu dikembangkan sebagai salah satu sumber produksi andalan. Sektor pariwisata selain sanggup meningkatkan pertumbuhan ekonomi, juga merangsang pelestarian lingkungan hidup. Hal ini sanggup dimengerti lantaran pengembangan pariwisata tidak sanggup dipisahkan dari lingkungan hidup sebagai salah satu sasaran atau obyek wisata.
Dari laporan dan analisis World Tourism Organization (WTO) diperoleh bahwa sumbangan pariwisata amat berarti bagi penciptaan lapangan kerja. Disebutkan bahwa dari setiap sembilan kesempatan kerja yang tersedia secara global ketika ini, satu diantaranya berasal dari sektor pariwisata. Diduga pula bahwa daya serap tenaga kerja pada sektor pariwisata lebih besar di negara-negara berkembang (Suara Pembaruan, 28 Pebruari 1998). Selain itu, pariwisata sanggup membuka pasar gres bagi produksi pertanian dan hasil kerajinan rumah tangga yang masih tradisonal maupun usaha-usaha jasa ibarat tukang pijit, penginapan, transportasi dan guide yang dengan sendirinya membuka peluang kerja gres bagi para pencari kerja yang terus meningkat setiap tahun, serta meningkatkan output negara.
Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dalam penataan ruang yang bertujuan untuk meningkatkan Dalam mendukung pengembangan pariwisata, kebijakan penataan ruang mencakup hal-hal sebagai berikut :
- Pengembangan wilayah dengan pendekatan pengembangan ekosistem, yaitu penatan ruang dilakukan dengan pendekatan secara terpadu dan terkoordinasi,berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
- Peningkatan keterkaitan fungsi pengembangan kegiatan pariwisata yang baik dengan sektor lainnya untuk menawarkan nilai efisiensi yang tinggi dan percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah
- Pengembangan pariwisata harus dikaitkan dengan pengembangan ekonomi nasional, wilayah dan lokal. Pada tingkat nasional sektor pariwisata harus berperan sebagai prime mover dan secara interaktif terkaitdengan pengembangan sektor-sektor lainnya.
- Pengembangan pariwisata harus diupayakan sanggup melibatkan seluruh stakeholder. Dalam konteks ini kiprah masyarakat terlibat dimulai sektor hulu (memberikan kegiatan produksi yang ekstraktif) hingga dengan kegiatan hilir (kegiatan produksi jasa).
Agar suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik, disamping harus ada objek dan atraksi wisata, suatu datya tarik wisata harus mempunyai 3 syarat daya tarik yaitu:
- ada sesuatu yang sanggup dilihat (something to see)
- ada sesuatu yang sanggup dikerjakan (something to do)
- ada sesuatu yang sanggup dibeli (something to buy)
Ketiga syarat tersebut merupakan unsur-unsur untuk mempublikasikan pariwisata. Seorang wisatawan yang tiba kesuatu daya tarik wisata dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) dan kepuasan (satisfactions). Manfaat dan kepuasan tersebut sanggup diperoleh apabila suatu daya tarik wisata mempunyai daya tarik. daya tarik suatu daya tarik wisata dengan istilah attractive spontanee, yaitu segala sesuatu yang terdapat didaerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik semoga orang-orang mau tiba berkunjung ketempat tersebut.
Hal-hal yang sanggup menarik orang untuk berkunjung ke suatu daya tarik wisata antara lain sanggup dirinci sebagai berikut.
a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta (natural)
- Iklim: Cuaca cerah (clean air), kering (dry), banyak cahaya matahari (sunny day), panas (hot), sejuk (mild), hujan (wet), dan sebagainya.
- Bentuk tanah dan pemandangan (land configuration and landscape)
- Tanah yang datar (plains), gunung berapi (vocanos), lembah pegunungan (scenic mountain), danau (lakes), pantai (beaches), sungai (river), air terjun(water-fall), pemandangan yang menarik (panoramic views)
- Hutan belukar (the sylvan elements), contohnya hutan yang luas (large forest), banyak pepohonan (tress).
- Fauna dan flora, ibarat tanaman-tanaman yang gila (uncommon vegetation), burung-burung (birds), ikan (fish), hewan buas (wild life), cagar alam (national parks), daerah perburuan (huntingand photographic safari), dan sebagainya.
- Pusat-pusat kesehatan (health center):Sumber air mineral (natural spring of mineral water), mandi lumpur (mud-baths), dan sumber air panas (hot spring).
b. Hasil ciptaan insan (man made supply)
Benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan (historical, cultural and religious):
- Momentum bersejarah dan sisa peradaban masa lalu
- Museum, art galery, perpustakaan kesenian rakyat, dan handicraft.
- Acara tradisional, pamderan, festival, upacara naik haji, upacara perkawinan, dan khitanan.
- Rumah-rumah ibadah, ibarat masjid, gereja, kuil, candi maupun pura.
c. Tata cara hidup masyarakat (the way of life)
Kebiasaan hidup, adat istiadat dan tata cara masyarakat merupakan daya tarik bagi wisatawan. Sebagai contoh:
- Pembakaran jenazah (ngaben) di Bali.
- Upacara pemakaman jenazah di Tanah Toraja.
- Upacara Batagak Penghuku di Minangkabau.
- Upacara khitanan di daerah Parahiyangan.
- Tea ceremony di Jepang.
- Upacara waisak di candi mendut dan brobudur.
SUMBER;
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4590033009607805970#editor/target=post;postID=432826348931277527