Pengertian Ilmu Lingkungan

ILMU LINGKUNGAN 
Ilmu lingkungan yaitu ekologi yang menerapkan aneka macam azas dan konsepnya kepada persoalan yang lebih luas,yang menyangkut pula relasi insan dengan lingkungannya. Ilmu Lingkungan yaitu ekologi terapan. Ilmu lingkungan ini mengintegrasikan aneka macam ilmu yang mempelajari relasi timbal balik anatara jasad hidup (termasuk manusia) dengan dengan lingkungannya.

Ilmu lingkungan (environmental science atau envirology) yaitu ilmu yang mempelajari wacana lingkungan hidup. Ilmu Lingkungan yaitu suatu studi yang sistematis mengenai lingkungan hidup dan kedudukan insan yang pantas di dalamnya. Perbedaan utama ilmu lingkungan dan ekologi yaitu dengan adanya misi untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid), baru, dan menyeluruh wacana alam sekitar, dan dampak perlakuan insan terhadap alam. Misi tersebut yaitu untuk menjadikan kesadaran, penghargaan, tanggung jawab, dan keberpihakan terhadap insan dan lingkungan hidup secara menyeluruh.

Ilmu lingkungan merupakan perpaduan konsep dan asas aneka macam ilmu (terutama ekologi, ilmu lainnya: biologi, biokimia, hidrologi, oceanografi, meteorologi, ilmu tanah, geografi, demografi, ekonomi dan sebagainya), yang bertujuan untuk mempelajari dan memecahkan persoalan yang menyangkut relasi antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ilmu lingkungan merupakan klasifikasi atau terapan dari ekologi.

Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan aneka macam ilmu yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini sanggup dikatakan sebagai suatu poros, tempat aneka macam asas dan konsep aneka macam ilmu yang saling terkait satu sama lain untuk mengatasi persoalan relasi antara jasad hidup dengan lingkungannya.

Asas di dalam suatu ilmu intinya merupakan penyamarataan kesimpulan secara umum, yang kemudian dipakai sebagai landasan untuk menguraikan tanda-tanda (fenomena) dan situasi yang lebih spesifik. Asas sanggup terjadi melalui suatu penggunaan dan pengujian metodologi secara terus menerus dan matang, sehingga diakui kebenarannya oleh ilmuwan secara meluas. Tetapi ada pula asas yang hanya diakui oleh segolongan ilmuwan tertentu saja, lantaran asas ini hanya merupakan penyamarataan secara empiris saja dan hanya benar pada situasi dan kondisi yang lebih terbatas, sehingga terkadang asas ini menjadi materi pertentangan. Namun demikian sebaliknya apabila suatu asas sudah diuji berkali-kali dan kesudahannya terus sanggup dipertahankan, maka asas ini sanggup berubah statusnya menjadi hukum. Begitu pula apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan ilmiah seorang peneliti, biasa disebut hipotesis Hipotesis ini sanggup menjadi asas apabila diuji secara terus menerus sehingga memperoleh kesimpulan adanya kebenaran yang sanggup diterapkan secara umum. Untuk mendapat asas gres dengan cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksi dan kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika. Disini metode pengumpulan data melalui beberapa percobaaan yang relatif terbatas untuk menciptakan kesimpulan yang menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu dengan cara deduksi dengan memakai kesimpulan umum untuk mengambarkan insiden yang spesifik. Asas gres juga sanggup diperoleh dengan cara simulasi komputer dan penggunaan model matematika untuk mendapat semacam tiruan keadaan di alam (mimik). Cara lain juga sanggup diperoleh dengan metode perbandingan contohnya dengan membandingkan antara tempat yang satu dengan yang lainnya. Cara-cara untuk mendapat asas tersebut sanggup dikombinasikan satu dengan yang lainnya.

Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang dipakai sebagai landasan yang kokoh dan kuat untuk mendapat hasil, teori dan model ibarat pada ilmu lingkungan. Untuk menyajikan asas dasar ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka teorinya terlebih dahulu, kemudian sehabis dipahami contoh dan organisasi pemikirannya gres dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga asas-asas disini sebetulnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan tidak sanggup dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya).

ASAS-ASAS ILMU LINGKUNGAN
ASAS 1: (HUKUM THERMODINAMIKA I)
Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem sanggup dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi sanggup diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak sanggup hilang, dihancurkan atau diciptakan.

Asas ini yaitu sebetulnya serupa dengan hokum Thermodinamika I, yang sangat mendasar dalam fisika. Asas ini dikenal sebagai aturan konservasi energi dalam persamaan matematika.
Contoh:
Banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam bentuk kuliner diubah oleh jasad hidup menjadi energi untuk tumbuh, berbiak, menjalankan proses metabolisme, dan yang terbuang sebagai panas.

Pemisahan energi yang masuk jadi dua komponen.
Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa materi.

Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa tenaga atau panas.

Asas 1 ini disebut juga dengan aturan konservasi energi, dalam ilmu fisika sering disebut sebagai aturan termodinamika pertama. Asas ini mengambarkan bahwa energi sanggup diubah, dan energi yang memasuki jasad hidup, populasi ataupun ekosistem dianggap sebagai energi yang tersimpan ataupun yang terlepaskan, sehingga sanggup dikatakan bahwa sistem kehidupan sebagai pengubah energi. Dengan demikian dalam sistem kehidupan sanggup ditemukan aneka macam taktik untuk mentransformasi energi, maka dibutuhkan “pembukuan masukan dan keluaran kalori dalam sistem kehidupan” Contohnya kuliner yang dimakan oleh hewan.

Dari gambar di atas sanggup terlihat bahwa ternyata energi ada yang sanggup dimanfaatkan dan ada pula yang terbuang dan hal ini spesifik untuk masing-masing spesies binatang tergantung bagaimana kemampuan dan taktik binatang tersebut untuk melawan alam lingkungannya. Keberhasilan dalam melawan lingkungan sanggup diukur dengan peningkatan jumlah populasinya. 

ASAS 2
Tak ada system pengubahan energi yang betul- betul efisien.
Pengertian:
Asas ini tak lain yaitu hokum Thermodinamika II, Ini berarti energi yang tak pernah hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat.

Asas ini sama dengan aturan termodinamika kedua dalam ilmu fisika. Hal ini berarti meskipun energi itu tidak pernah hilang, namun demikian energi tersebut akan diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.

Dalam sistem biologi, energi yang dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi maupun ekosistem kurang efisien, lantaran masukan energi sanggup dipindahkan dan dipakai oleh organisme hidup yang lain. Contohnya pada piramida makanan, tingkatan konsumen yang paling bawah mendapat asupan energi yang banyak, sebaliknya konsumen paling atas hanya mendapat sedikit, disamping itu pada setiap tingkatanpun energi tidak dimanfaatkan secara efisien (banyak terbuang). 

Energi yang sanggup dimanfaatkan oleh kita ibarat tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu termasuk kategori sumber alam, namun demikian apakah sumber alam ini sanggup diukur keuntungannya dan apa batasan sumber alam tersebut?. 

Sumber alam yaitu segala sesuatu yang diharapkan oleh organisme hidup, populasi, atau ekosistem yang pengadaannya hingga ke tingkat optimum atau mencukupi, sehingga akan meningkatkan daya pengubahan energi.

ASAS 3
Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman, termasuk kategori sumberdaya alam.
Pengertian:
Pengubahan energi oleh system biologi harus Berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan energi di lingkungannya. Pengaruh ruang secara asas yaitu beranalogi dengan materi dan energi sebagai sumber alam.

Contoh:
Ruang yang sempit: dpt mengganggu proses pembiakan organisme dg kepadatan tinggi. 
Ruang yang terlaluluas: jarak antar individu dalam populasi semakin jauh, kesempatan bertemu antara jantan dan betina semakin kecil sehingga pembiakan akan terganggu.

Jauh dekatnya jarak sumber kuliner akan kuat terhadap perkembangan populasi.

Waktu sebagai sumber alam tidak merupakan besaran yang bangun sendiri. Misal binatang mamalia dipadang pasir, pada demam isu kering datang persediaan air habis di lingkungannya, maka harus berpindah kelokasi yang ada sumber airnya. Berhasil atau tidaknya binatang bermigrasi tergantung pada adanya cukup waktu dan energi untuk menempuh jarak lokasi sumber air.

Keaneka-ragaman juga merupakan sumberdaya alam. Semakin bermacam-macam jenis kuliner suatu spesies semakin kurang bahayanya apabila menghadapi perubahan lingkungan yang sanggup memusnahkan sumber makanannya.

Materi dan energi sudah terang termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang dimanfaatkan oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb. sanggup dianalogkan dengan materi dan energi, lantaran dibutuhkan, sehingga secara asas termasuk katagori sumber alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun tidak sanggup bangun sendiri, namun termasuk kategori sumber alam, lantaran berapa waktu yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk mendapat makanan. Keanekaragaman juga termasuk ke dalam kategori sumber alam, lantaran apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies saja akan gampang terancam punah, namun apabila makanannya beranekaragam ia akan bisa “survive”. 

Asas 3 ini memiliki implikasi yang penting bagi kehidupan insan untuk mencapai kesejahteraannya

ASAS 4:
Untuk semua kategori sumber daya alam, kalau pengadaannya sudah mencapai optimum, efek unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumberalam itu hingga ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada efek yang menguntungkan lagi.

Untuk semua kategori sumberalam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang melampui batas maksimum, bahkan akan kuat merusak lantaran kesan peracunan. Ini yaitu asas penjenuhan. 

Untuk banyak tanda-tanda sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumberalam yang sudah mendekati batas maksimum.

Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan sumberalam memiliki batas optimum, yang berarti pula batas maksimum, maupun batas minimum pengadaan sumberalam akan mengurangi daya aktivitas sistem biologi.

Contoh:
Pada keadaan lingkungan yang sudah stabil, populasi binatang atau tumbuhannya cenderung naik-turun (bukan naik terus atau turun terus). Maksudnya yaitu akan terjadi pengintensifan usaha hidup, bila persediaan sumberalam berkurang. 

Tetapi sebaliknya, akan terdapat ketenangan kalau sumberalam bertambah.

Untuk semua kategori sumberdaya alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan kuat merusak lantaran kesan peracunan. Ini yaitu asas penjenuhan. Untuk banyak tanda-tanda sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.

Pada asas ini memiliki arti bahwa pengadaan sumber alam memiliki batas optimum, yang berarti bahwa batas maksimum maupun minimum sumber alam akan mengurangi daya aktivitas sistem biologi. Dari sini sanggup ditarik suatu arti yang penting, yaitu lantaran adanya ukuran optimum pengadaan sumber alam untuk populasi, maka naik turunnya jumlah individu populasi itu tergantung pada pengadaan sumber alam pada jumlah tertentu.

ASAS 5:
Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak sanggup menjadikan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam yang sanggup menjadikan rangsangan untuk sanggup dipakai lebih lanjut. 

Contoh:
Suatu jenis binatang sedang mencari aneka macam sumber makanan. Kemudian didapatkan suatu jenis tumbuhan yang melimpah di alam, maka binatang tersebut akan memusatkan perhatiannya kepada penggunaan jenis kuliner tersebut. Dengan demikian, kenaikan sumberalam (makanan) merangsang kenaikan pendayagunaan. 

ASAS 6:
Individu dan spesies yang memiliki lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya.

Pengertian:
Asas ini yaitu pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup terdapat perbedaan sifat keturunan Dalam hal tingkat pembiasaan terhadap faktor lingkungan fisik atau biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya sehingga timbul persaingan. Jasad hidup yang kurang bisa menyesuaikan diri akan kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula bahwa jasad hidup yang adaptif akan bisa menghasilkan banyak keturunan daripada yang non-adaptif. 

Pada asas ini berlaku “seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang bisa menyesuaikan diri baik dengan faktor biotik maupun abiotik, ia akan berhasil daripada yang tidak sanggup menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan bisa menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif, Sehingga individu-individu yang adaptif ini memiliki kesan lebih banyak merusak

ASAS 7 :
Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebihtinggi di alam yang “mudah diramal”.

Pengertian : 
“Mudah diramal” : : adanya keteraturan yang niscaya pada contoh faktor lingkungan pada suatu periode yang relatif . lama. Terdapat fluktuasi turun-naiknya kondisi lingkungan di semua habitat, tetapi gampang dan sukarnya untuk diramal berbeda dari satu habitat ke habitat lain. 

Dengan mengetahui keadaan optimum pada faktor lingkungan bagi kehidupan suatu spesies, maka perlu diketahui berapa usang keadaan tersebut sanggup bertahan.

Pada asas ini arti kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang niscaya pada contoh faktor lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi turun-naiknya kondisi lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan sukar-mudahnya untuk diramal berbeda untuk semua habitat. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies yang berbeda-beda kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa, maka akan terjadi perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa hingga pada batas yang membahayakan individu-individu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan lingkungan yang memiliki jumlah spesies yang banyak, dan mereka sanggup melaksanakan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara evolusi). Sedangkan lingkungan yang tidak stabil yaitu lingkungan yang dihuni oleh spesies yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas fauna dasar maritim memiliki keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang sudah stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (!969) sebagai efek lingkungan yang gampang diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin usang keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman spesies yang muncul disitu sebagai tanggapan berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou (1969) keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi, tetap juga akan menjadikan keanekaragaman contoh penyebaran kesatuan populasi

ASAS 8 :
Sebuah habitat sanggup jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada bagaimana niche dalam lingkungan hidup itu sanggup memisahkan takson tersebut.

Pengertian:
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan lingkungannya yang khas (niche), tiap spesies memiliki niche tertentu. Spesies sanggup hidup berdampingan dengan spesies lain tanpa persaiangan, lantaran masing-masing memiliki keperluan dan fungsi yang berbeda di alam.

Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies memiliki nicia tertentu, sehingga spesies-spesies tersebut sanggup berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi, lantaran satu sama lain memiliki kepentingan dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila ada kelompok taksonomi yang terdiri atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka terang bahwa lingkungan tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.

ASAS 9 :
Keanekaragaman komunitas sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas.

T = K x (B/P) ; D ≈ T
T = waktu rata-rata penggunaan energi
K = koefisien tetapan 
B = biomassa
P = produktivitas
D = keanekaragaman

Pengertian:
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan pemikiran energidalam sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem biologi dalam suatu komunitas.

Pada asas ini berdasarkan Morowitz (1968) bahwa adanya relasi antara biomassa, pemikiran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.

ASAS 10 :
Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.

Pengertian:
Sistem biologi menjalani evolusi yang Mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya keaneka-ragaman. 

Dalam asas ini sanggup disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih sanggup meningkat dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi itu sanggup dipakai untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas ini benar, maka sanggup diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah berkembang lanjut pada proses suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang masih muda. Pada kenyataan di alam memang demikian, alasannya yaitu spesies bertambah, dan ditemukan pula flora berkayu sehingga diperoleh stratifikasi.

Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas sanggup dibentuk tetap muda dengan jalan memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan pertanian dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk kuliner hewan.

ASAS 11 :
Sistem yang sudah mantap (dewasa) akan mengekploitasi yang belum mantap (belum dewasa).
Pengertian:
Ekosistem, populasi atau tingkat kuliner yang sudah cendekia balig cukup akal memindahkan energi, biomasa, dan keanekaragaman dari tingkat organisasi yang belum dewasa. 

Dengan kata lain, energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks. (Dari subsistem yang rendah keanekara-gamannya subsistem yang tinggi keanekaragamannya).

Arti dari asas ini yaitu pada ekosistem, populasi yang sudah cendekia balig cukup akal memindahkan energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya

ASAS 12 :
Kesempurnaan pembiasaan suatu sifat atau moral bergantung pada kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan.
Pengertian:
Populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem yang sudah mantap. 

Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan fisiko kimia yang cukup lama, tak perlu berevolusi untuk meningkatkan kemampuannya menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak stabil.

Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi) berlaku, tetapi keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka dalam perjalanan waktu sanggup diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat pembiasaan terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan ) yang sudah stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata tidak diperlukan. Yang berkembang justru pembiasaan peka dari sikap dan biokimia lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang sukar ditebak perubahan faktor alamnya cenderung memelihara daya plastis anggota populasi. Sedangkan evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam secara biologi cenderung memakai kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam perubahan.

Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah taktik evolusi yang terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.

ASAS 13 :
Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian sanggup menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.

Asas ini merupakan klasifikasi dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap, jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap memiliki umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada relasi antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi. 

ASAS 14 :
Derajat contoh keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.

Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi pada rantai kuliner dalam ekosistem yang belum mantap, menjadikan derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi.

Ciri-Ciri Lingkungan/ Komunitas yang Mantap:
• Jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat (banyak)
• Lingkungan fisik mantap (mudah“diramal”)
• Sistem control umpan balik (feedback) komunitas sangat kompleks
• Efisiensi penggunaan energi

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel