Pengertian Pariwisata
Friday, November 27, 2020
Edit
A. PENGERTIAN PARIWISATA
Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari dua suku kata Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Dan kata wisata yang berarti perjalanan, bepergian yang bersinonim dengan kata travel dalam bahasa Inggris, maka sanggup di artikan bahwa pariwisata yaitu perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari satu tempat ke tempat lain (Yoeti 1996:112)
Menurut UU No.9 tahun 1990 Bab 1 Pasal 1: Wisata yaitu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Pariwisata yaitu segala sesuatu yang berafiliasi dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Kepariwisataan yaitu segala sesuatu yang berafiliasi dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut Kepariwisataan.
- Menurut James J. Spillance Pariwisata yaitu perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok sebagai perjuangan mencari keseimbangan, keserasian dalam dimensi sosial budaya dan ilmu.
- Menurut Mc. Intosh dan Goelder Pariwisata yaitu ilmu atau seni dan bisnis yang sanggup menarik dan menghimpun pengunjung, termasuk didalamnya bebagai akomoditasi dan catering yang dibutuhkan dan diminati oleh pengunjung.
- Menurut Gluckmann Keseluruhan kekerabatan antar insan yang hanya berada sementara waktu dalam suatu tempat dengan insan yang tinggal di tempat itu
- Menurut Oka A Yoeti Suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan mencari nafkah ditempat yang dikunjunginya tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya memenuhi impian yang beragam.
B. HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN PARIWISATA
1. Jenis-Jenis Pariwisata
Jenis-jenis pariwisata berdasarkan James J. Spillane (1987:29-31) berdasarkan motif tujuan perjalanan sanggup dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu :
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak ingintahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru,
menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapat ketenangan.
2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)
Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kembali kesejukan jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menyampaikan kenikmatan yang diharapkan menyerupai tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.
3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)
Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, menyerupai impian untuk berguru di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.
4. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism)
Pariwisata ini sanggup dibagi lagi menjadi dua kategori:
- Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar menyerupai Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lainlain yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya.
- Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri menyerupai pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.
5. Pariwisata untuk urusan perjuangan dagang (Business Tourism)
Menurut para hebat teori, perjalanan pariwisata ini yaitu bentuk profesional travel atau perjalanan lantaran ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak menyampaikan kepada seseorang untuk menentukan tujuan maupun waktu perjalanan.
6. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)
Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara lantaran ketika diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak akseptor yang hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi. Negara yang sering mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan-bangunan yang menunjang diadakannya pariwisata konvensi.
2. Bentuk Pariwisata
Ada banyak sekali macam bentuk perjalanan wisata berdasarkan Gamal Suwantoro (2004:14-17) bila ditinjau dari banyak sekali macam segi, yaitu:
1. Dan segi jumlahnya wisata dibedakan atas:
- Individual tour (wisatawan perseorangan) yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh satu orang atau pasangan suami istri.
- Family group tour (wisata keluarga) yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai kekerabatan kekerabatan.
- Group tour (wisata rombongan) yaitu perjalanan wisata yang dilakukan bersama-sama dan dipimpin oleh seseorang. .
2. Dari segi kepengaturannya wisata dibedakan atas:
- Pre-arranged tour (wisata berencana) yaitu suatu perjalanan wisata yang telah diatur pada jauh hari sebelumnya.
- Package tour (wisata paket atau paket wisata) yaitu suatu produk perjalanan wisata yang dijual oleh suatu perusahaan biro perjalanan.
- Coach tour (wisata terpimpin) yaitu paket perjalanan ekskursi yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang pemandu wisata.
- Special arranged tour (wisata khusus) yaitu suatu perjalanan wisata yang disusun secara khusus guna memenuhi ajakan wisatawan atau lebih sesuai dengan kepentingan wisatawan.
- Optional tour (wisata tambahan) yaitu suatu perjalanan wisata pelengkap diluar pengaturan yang telah disusun atas ajakan pelanggan.
3. Dari segi maksud dan tujuannya wisata dibedakan atas:
- Holiday tour (wisata liburan) yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang bahagia dan menghibur diri.
- Familiarization tour (wisata pengenalan) yaitu suatu perjalanan yang dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan pekerjaan.
- Educational tour (wisata pendidikan) yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk menyampaikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjungi.
- Scientific tour (wisata pengetahuan) yaitu perjalanan wisata yang tujuan pokoknya yaitu untuk memperoleh pengetahuan atau penyelidikan terhadap suatu bidang ilmu pengetahuan.
- Pileimage tour (wisata keagamaan) yaitu perjalanan wisata yang dimaksudkan guna melaksanakan ibadah keagamaan.
- Special mission tour (wisata kegiatan khusus) yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk mengisi kekosongan khusus.
- Hunting tour (wisata perburuan) yaitu kunjungan wisata untuk menyelenggarakan perburuan hewan yang diijinkan sebagai hiburan.
4. Dan segi penyelenggaraannya wisata dibedakan atas:
- Excursion (ekskursi) yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek.
- Safari tour yaitu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara khusus dengan perlengkapan khusus yang tujuan maupun objeknya bukan merupakan objek kunjungan wisata pada umumnya.
- Cruize tour yaitu perjalanan wisata dengan memakai kapal pesia mengunjungii objek wisata laut dan objek wisata di darat tetapi memakai kapal pesiar.
- Youth tour (wisata remaja) yaitu kunjungan wisata yang khusus diperuntukkan bagi para cukup umur berdasarkan umur yang ditetapkan.
- Marine tour (wisata bahari) yaitu suatu kunjungan ke objek wisata khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck-diving (menyelam) dengan perlengkapan selam lengkap.
3. Industri Pariwisata
Menurut James J. Spillane (1987) terdapat lima unsur industri pariwisata yang sangat penting, yaitu :
- Attractions (daya tarik) Attractions sanggup digolongkan menjadi dua yaitu site attractions dan event attractions. Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang tetap menyerupai kebun binatang, keraton dan museum. Sedangkan event attractions yaitu atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya sanggup dipindah dengan gampang menyerupai festival, pameran atau pertunjukan kesenian daerah.
- Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan) Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik disuatu lokasi lantaran fasilitas hares terletak dengan pasarnya. Selama tinggal ditempat tujuan wisata wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh lantaran itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan. Selain itu ada kebutuhan akansupport industries menyerupai toko souvenir, basuh pakaian, pemandu, dan fasilitas rekreasi.
- Infrastucture (infrastruktur) Daya tarik dan fasilitas tidak sanggup dicapai dengan gampang kalau belum ada infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur perlu untuk mendorong perkembangan pariwisata. Infrastruktur dan suatu daerah bersama-sama dinikmati baik oleh wisatwan maupun masyarakat yang juga tinggal di daerah wisata, maka penduduk akan mendapat keuntungan. Pemenuhan atau penciptaan infrastruktur yaitu suatu cara untuk membuat suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata.
- Transportations (transportasi Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi atau, pengangkutan sangat dibutuhkan karean sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan wisata. Transportasi baik darat, udara maupun laut merupakan suatu unsur utama pribadi yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala pariwisata.
- Hospitality (keramahtamahan) Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan citra perihal tempat tujuan wisata yang akan didatangi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan proteksi harus disediakan dan juga keuletan serta kerarnahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa kondusif dan nyaman selama perjalanan wisata.
4. Wisatawan
Adapun pengertian wisatawan antara lain:
- Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan bahwa wisatawan yaitu orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapat sesuatu yang lain.
- Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009:17) membagi wisatawan kedalam tiga pecahan yaitu:
- Pengunjung yaitu setiap orang yang berafiliasi ke suatu Negara lain dimana ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh Negara yang dikunjunginya.
- Wisatawan yaitu setiap orang yang bertempat tinggal di suatu Negara tanpa tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung kesuatu tempat pada Negara yang sama untuk waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya sanggup diklasifikasikan sebagai berikut:Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olahraga. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.
- Darmawisata atau excursionist yaitu pengunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi, termasuk orang yang berkeliling dengan kapal pesiar.
- Menurut Komisi Liga Bangsa–bangsa 1937 (dalam Irawan, 2010:12), “…wisatawan yaitu orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa.”
- Di dalam Instruksi Presiden RI No. 9, 1969, pecahan 1 pasal 1 (dalam Irawan, 2010:13) dijelaskan bahwa “…wisatawan ialah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggal untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”.
Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar ingin melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Kaprikornus bisa juga dikatakan wisatawan yaitu seseorang yang melaksanakan perjalanan dari suatu tempat lain yang yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor (Kusumaningrum, 2009: 17).
C. DAMPAK YANG DITIMBULKAN PARIWISATA
Banyak sekali manfaat yang sanggup diberikan oleh pengembangan sektor industri pariwisata. Menurut buku Pegangan Penatar dan Penyuluh Kepariwisataan Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, sedikitnya manfaat dan efek negatif yang ditimbulkan tersebut sanggup ditinjau dari empat aspek:
Pariwisata menyampaikan manfaat bagi setiap manusia, lantaran pariwisata sanggup melepas penat dalam aktifitas sehari-hari. Oleh alasannya yaitu itu para insan membutuhkan dunia pariwisata lantaran pariwisata sanggup menyegarkan pikiran. Pariwisata menyampaikan manfaat dibeberapa aspek, antara lain:
1). Aspek ekonomi
Manfaat pariwisata dari segi ekonomi yaitu pariwisata menghasilakan devisa yang besar bagi Negara sehingga meningkatkan perekonomian negara. Devisa yang diterima secara berturut-turut pada tahun 1996, 1997, 1998, 1999, dan 2000 yaitu sebesar 6,307.69; 5,321.46; 4,331.09; 4,710.22; dan 5,748.80 juta dollar AS (Santosa, 2001). Pada tahun 2002 dan 2003, meskipun mengalami bencana Kuta (Bom Bali), nilai devisa juga masih tetap tinggi, yaitu US$ 4.496 Milyard tahun 2002 dan US$ 4.307 Milyard tahun 2003. Kontribusi pariwisata memperlihatkan animo yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1985 penukaran valuta asing senilai 95,105 juta dollar AS. Angka ini mengalami kenaikan, menjadi 456,105 juta dollar AS pada tahun 1990, dan pada tahun1997 (sesaat sebelum krismon) menjadi 1.380,454 juta dollar AS. Selanjutnya, lantaran nilai tukar dollar yang melonjak, penukaran valuta asing hanya mencapai nilai 865,078 juta dollar AS pada tahun 2000. Erawan (1999) menemukan bahwa pada tahun1998, efek pengeluaran wisatawan terhadap pendapatan masyarakat mencapai 45,3%, sedangkan efek dari investasi di sektor pariwisata yaitu 6,3%. Ini berarti bahwa secara keseluruhan, industri pariwisata menyumbang sebesar 51,6% terhadap pendapatan masyarakat Bali. Dilihat dari kesempatan kerja, pada tahun 1998 sebesar 38,0% dari seluruh kesempatan kerja yang ada di Bali dikontribusikan untuk pariwisata. Erawan lebih lanjut menyampaikan bahwa efek pengeluaran wisatawan terhadap perekonomian di Bali terdistribusikan ke banyak sekali sektor, bukan saja hotel dan restoran. Distribusi juga terserap ke sektor pertanian (17,93%), sektor industri dan kerajinan (22,73%), sektor pengangkutan dan komunikasi (12,62%), sektor jasa-jasa (12,59%), dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan data mengenai distribusi pengeluaran wisatawan. Data memperlihatkan bahwa selama di Bali, pengeluaran wisatawan yang terserap ke dalam ‘perekonomian rakyat’ cukup tinggi. Selain menghasilkan devisa pariwisata juga menyampaikan efek ekonomi secara pribadi bagi masyarakat sekitar,seperti contohnya yaitu tiket masuk suatu tempat obyek wisata.
2). Aspek social budaya
Manfaat lain yang muncul dari industri pariwisata ini antara lain sanggup terlihat pula dari segi budaya. Dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata maka akan membawa pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi pengunjung wisata (turis) dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut berada. Dari interaksi inilah para wisatawan sanggup mengenal dan menghargai budaya masyarakat setempat dan juga memahami latar belakang kebudayaan lokal yang dianut oleh masyarakat tersebut. Bali merupakan salah satu pola kasatmata daerah wisata yang berkembang amat pesat di Indonesia. Banyaknya turis-turis yang berkunjung ke Bali, baik turis domestik maupun internasional telah membawa efek yang cukup besar bagi perkembangan daerah itu sendiri. Sedangkan dari segi sosial budaya, Bali merupakan sarana yang sempurna bagi pengenalan dan promosi kebudayaan Indonesia kepada dunia internasional.
3). Aspek lingkungan hidup
Pariwisata juga mendatangkan manfaat bagi lingkungan hidup lantaran sebuah objek wisata apabila ingin banyak mendapat kunjungan dari wisataan haruslah terjaga kebersiahannya sehingga kita menjadi terbiasa untuk merawat dan menjaga lingkungan kita biar selalu terjaga kebersihannya. Pembangunan pariwisata tidak menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan dan penurunan kualitas tanah atau lahan pertaninan baik lahan perladangan maupun persawahan. Kelestarian hutannya masih tetap terjaga dengan baik. Masyarakat secara bersama-sama dan setuju untuk melestarikan hutannnya dan tanpa harus ketergantungan terhadap hutan tersebut. Pada dasarnya masyarakat lokal telah sadar terhadap perlunya pelestarian hutan, lantaran tempat hutan yang dimaksud merupakan daerah resapan air yang bisa dipergunakan untuk kepentingan hidupnya maupun mahluk hidup yang lainnya serta untuk keperluan persawahan.
4). Aspek nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan
Manfaat pariwisata yang kita sanggup dari segi nilai pergaulan yaitu kita menjadi lebih banyak mempunyai teman dari banyak sekali Negara dan kita bisa mengetahui kebiasaan orang yang dari masing-masing Negara tersebut sehingga kita bisa mempelajari bagaimana kebiasaan yang baik di masing-masing nagara.Selain itu kita juga mendapat manfaat ilmu pengetahuan dari pariwisata lantaran dengan mempelajari pariwisata kita juga bisa tahu dimana letak dan keunggualn sebuah objek wisata sehingga kita bisa mempelajari mengapa sebuah objek wisata tersebut bisa maju dan bisa menerapkan di daerah objek wisata daerah kita yang belum berkembang dengan baik.
5). Aspek peluang dan kesempatan kerja
Pariwisata juga membuat kesempatan kerja.Sarana-sarana pariwisata menyerupai hotel dan perjalanan yaitu perjuangan yang ”padat karya”. Menurut perbandingan jauh lebih banyak untuk hotel dan restoran daripada untuk usaha-usaha lainnya. Untuk setiap tempat tidur dibutuhkan kira-kira 2 corang tenaga. Di Amerika Serikat untuk tempat tidur diharapkan 279 tenaga kerja. Sudah tentu angka itu berbeda-beda berdasarkan negaranya . Di Indonesia untuk setiap kamar dibutuhkan kira-kira 2 orang tenga kerja.
Itu semua mengenai tenga kerja yang pribadi berafiliasi dengan pariwisata. Di samping itu, pariwisata juga membuat menciptakan peluang kerja yang tidak berafiliasi pribadi dengan pariwisata. Yang terpenting di bidang kontruksi bangunan dan jalan.Banyak bangunan yang didirikan untuk hotel,restoran,toko artshop,dll.Wisatawan-wistawan juga memerlukan makan dan minum,ini semua secara tidak pribadi membuat lapangan kerja di bidang pertanian.Jadi, pariwisata mempunyai banyak manfaat dari segi peluang dan kesempatan kerja.
D. PERAN PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN
Dewasa ini maupun pada masa yang akan datang, kebutuhan untuk berwisata akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia, serta perkembangan penduduk dunia yang semakin membutuhkan refressing akhir dari semakin tingginya kesibukan kerja. Menurut Fandeli (1995:50-51) faktor yang mendorong insan berwisata adalah: 1) impian untuk melepaskan diri tekanan hidup sehari-hari di kota, impian untuk mengubah suasana dan memanfaatkan waktu senggang; 2) kemajuan pembangunan dalam bidang komunikasi dan transportasi; 3) impian untuk melihat dan memperoleh pengalaman-pengalaman gres mengenai masyarakat dan tempat lain; 4) meningkatnya pendapatan yang sanggup memungkinan seseorang sanggup dengan bebas melaksanakan perjalanan yang jauh dari tempat tinggalnya.
Pariwisata berperan sanggup membawa efek pada kehidupan masyarakat, hali ini sanggup diketahui dengan lima, yaitu :
- Pariwisata menyumbang kepada neraca pembayaran. Neraca pembayaran merupakan parbandingan antara semua mata anggaran yang diterima oleh negara dari negara-negara asing sebagai pemasukan dan semua anggaran yang harus dibayar kepada negara-negara asing sebagai pengeluaran. (yoeti, 1996:22)
- Pariwisata mengakibatkan pembangunan daerah non industri. Daerah-daerah dimana terjadi atraksi wisata ialah daerah terpencil, boleh dikatakan pembangunan didaerah tersebut belum maksimal. Hal itu sanggup dikembangkan menjadi tempat wisata dan terjadilah pembangunan, menyerupai dibangunnya hotel, tempat makan, toko-toko, dan sebagainya
- Pariwisata membuat lapangan kerja. Industri pariwisata dengan produknya yaitu merupakan perjuangan yang padat karya. Seperti hotel yang membutuhkan tenaga kerja dalam pengoprasiannya. Wisatawan memerlukan makan dan minum, secar tidak pribadi membuat lapangan kerja pada sektor pertanian. Banyak tenaga kerja di sektor pariwisata yang membutuhkan pendidikan dan latihan khusus, sehingga menimbulkan lapangan kerja di bidang pendidikan, dan seterusnya.
- Dampak pergandaan. Uang gres yang masuk ke dalam suatu perekonomian dalam bentuk apapun, investasi, pemberian, atau pembelanjaanpemerintah, kiriman uang dari pekerja di luar negeri, atau pengeluaran wisatawan mendorong perekonomian, bukan hanya sekali tetapi berkali-kali, lantaran ia dibelanjakan kembali.
Faktor-faktor pendorong pengembangan pariwisata di Indonesia berdasarkan Spilane (1987:57), yaitu : 1) berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber devisa negara jika dibanding dengan waktu lalu; 2) merosotnya nilai eksport pada sektror nonmigas; 3) adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara konsisten; 4) besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi pengembangan pariwisata.
Sehubungan perekonomian negara, sektor pariwisata terbukti telah menyampaikan bantuan yang cukup pada perolehan devisa. Hal ini sanggup dilihat dari perolehan devisa negara pada tahun 1995, pariwisata menempati urutan ketiga sesudah migas dan tekstil, dengan devisa sebesar 5.228,4 juta dollar AS. Sebelumnya tahun 1994 berada pada posisi keempat sesudah migas, tekstil dan kayu olahan, dengan devisa sebesar 4.785,1 juta dollar AS (Kedaulatan Rakyat, 21 Agustus 1998). Ditambahkan pula bahwa terhadap GDP Indonesia, sektor pariwisata juga memainkan peranan yang penting. Hasil studi World Travel and Tourism Council (WTTC) menyimpulkan bahwa pertumbuhan bantuan pariwisata terhadap GDP rata-rata sebesar 8% dan merupakan yang tercepat di dunia.
Data dari BPS (1999) menandakan bahwa luas lautan Indonesia 7,9 juta km² atau 81% dari luas keseluruhan, dan luas daratannya 1,9 juta km². Daratan mempunyai ratusan gunung dan sungai, hutannya seluas 99,5 juta ha yang terdiri dari 29,7 juta ha hutan lindung dan 29,6 juta ha hutan produksi, serta ratusan bahkan ribuan jenis tumbuhan dan faunanya. Unsur-unsur ini merupakan potensi yang sanggup dikembangkan bagi kegiatan pariwisata.
Indonesia mempunyai banyak potensi di daerah-daerah yang belum dikembangkan atau dijadikan daerah tujuan wisata (DTW). Sekitar 212 obyek wisata, berupa peninggalan bersejarah, gunung, air tejun, danau, hutan, dan lain-lain yang ada di Sumatera Selatan yang belum dikelola (Suara Pembaruan, 11-12-1999:12). Daerah Lampung yang kaya dengan peninggalan-peninggalan bersejarah, gunung-gunung, pantai-pantai dan banyak sekali keindahan alam yang terukir pada beberapa lokasi, belum dijadikan obyek wisata secara optimal (Suara Pembaruan, 22-12-1999:10). NTT yang kaya akan obyek wisata laut juga belum dikembangkan (Suara Pembaruan, 27 Juli 1999:10), dan masih banyak obyek wisata lainnya yang belum dimanfaatkan sebagai DTW guna mendatangkan laba secara sosial ekonomi.
Sumberdaya alam hayati, menyerupai Taman Nasional Tanjung Puting (Kaltim), Taman Nasional Ujung Kulon (Jabar), Taman Nasional Komodo (NTT) dan banyak sekali sumberdaya alam hayati lainnya, merupakan potensi bagi target kunjungan pariwisata (Suara Pembaharuan, 17 Sept. 1999:8).
Selain itu, Indonesia dengan keragaman suku, agama dan ras (SARA) yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, berupa tari-tarian dan upacara-upacara adat juga merupakan hal yang sangat potensial bagi pengembangan pariwisata.
Memang diakui bahwa dengan keragaman SARA tersebut juga mengandung potensi konflik yang seringkali sanggup menimbulkan kerusuhan sosial. Karena itu dalam rangka pengembangan pariwisata, selain terdapat sejumlah potensi yang sanggup diandalkan, juga terdapat sejumlah hal yang sanggup menjadi kendala.
Adapun kendala-kendala yang akan dihadapi dalam pengembangan pariwisata, antara lain adalah:
Pertama, sering timbulnya konflik dan kerusuhan sosial serta situasi dan konsisi politik yang masih memanas, berakibat pada kurang terjaminnya keamanan bagi para wisatawan. Menurut Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya, Marzuki Usman bahwa akhir banyak sekali kerusuhan yang sering terjadi selama tahun 1998, terjadi penurunan jumlah wisatawan asing yang tiba ke Indonesia sekitar 16,35% dibanding tahun 1997, yaitu pada tahun 1997 wisatawan asing yang tiba sejumlah 5,1 juta orang, pada tahun 1998 hanya 4,3 juta orang (Kompas, 28 April 1999:3). Disebutkan pula bahwa banyak biro perjalanan yang membatalkan perjalanan wisatanya ke Indoesia lantaran alasan keamanan. Melihat akan adanya penurunan tersebut, sanggup dibayangkan berapa besar kerugian yang dialami, apalagi bila dikaitkan dengan biaya-biaya promosi yang telah dikeluarkan.
Kedua, rendahnya mutu pelayanan dari para penyelenggara pariwisata, persaingan yang tidak sehat di antara para penyelenggara pariwisata serta kurangnya pemahaman terhadap pentingnya pelindungan konsumen yang sangat ditekankan di Eropa, Amerika dan Australia, merupakan hambatan yang sangat menghambat pariwisata di Indonesia (Suara Pembaruan, 17 Sept. 1999:8)
Ketiga, rendahnya kesadaran masyarakat perihal pentingnya pengembangan pariwisata merupakan kendala. Sebab banyak planning pengembangan yang gagal lantaran kurang mendapat proteksi dari masyarakat akhir rendahnya kesadaran tersebut. Hal ini sanggup dilihat pada pola masalah pengembangan pariwisata di Sungai Barito, Banjarmasin dengan Program Pasar Apung (PPA). Dalam pelaksanaan PPA masyarakat diberi dana untuk pengecetan sampan-sampan miliknya, tetapi dana tersebut tidak dipakai untuk mengecet sampannya tetapi untuk hal yang lain (Kompas, 23 Januari 1999).
Keempat, kurangnya modal dan rendahya sumberdaya manusia, terutama tenaga yang terampil dan profesional dalam hal manajerial di bidang pariwisata merupakan hambatan yang seringkali muncul terutama pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (Suara Pembaruan, 5 Peb. 1999:10). Sumberdaya insan merupakan komponen utama dan penentu,terutama dalam menjalankan pekerjaan pada jajaran frontlinters, yakni mereka yang bertugas menyampaikan pelayanan pribadi kapada para wisatwan (Suara Karya, 25 Pebruari 1998:8).
Kelima, sistem transportasi yang belum memadai seringkali menjadi hambatan dalam pariwisata yang perlu ditinjau kembali, untuk meningkatkan pelayannya dari segi kualitas maupun kuantitasnya (Suara Pembaruan, 17 Sept. 1999:8).
Keenam, pengelolaan pariwisata yang bersifat topdown merupakan salah satu hambatan yang banyak menghambat pariwisata, terutama pada masa Orde Baru yang terlalu sewenang-wenang dan sentralistis (Kompas, 23 Januari 1999:2). Selama ini, banyak DTW yang tidak dikembangkan lantaran banyak sekali keterbatasan dari pemerintah pusat, sementara itu pihak swasta dan pemerintah daerah harus menunggu petunjuk dari pemerintah pusat.
E. UPAYA MEMAKSIMALKAN PERAN PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN
Situasi dan kondisi sosio-ekonomi Indonesia ketika ini, yang memperlihatkan bahwa semakin berkurangnya lahan pertanian dan lapangan pekerjaan lainnya serta semakin rusaknya lingkungan akhir kegiatan manufaktur dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya yang mengeksploitasi sumberdaya alam, maka pariwisata perlu dikembangkan sebagai salah satu sumber produksi andalan. Sektor pariwisata selain sanggup meningkatkan pertumbuhan ekonomi, juga merangsang pelestarian lingkungan hidup. Hal ini sanggup dimengerti lantaran pengembangan pariwisata tidak sanggup dipisahkan dari lingkungan hidup sebagai salah satu target atau obyek wisata.
Dari laporan dan analisis World Tourism Organization (WTO) diperoleh bahwa sumbangan pariwisata amat berarti bagi penciptaan lapangan kerja. Disebutkan bahwa dari setiap sembilan kesempatan kerja yang tersedia secara global ketika ini, satu diantaranya berasal dari sektor pariwisata. Diduga pula bahwa daya serap tenaga kerja pada sektor pariwisata lebih besar di negara-negara berkembang (Suara Pembaruan, 28 Pebruari 1998). Selain itu, pariwisata sanggup membuka pasar gres bagi produksi pertanian dan hasil kerajinan rumah tangga yang masih tradisonal maupun usaha-usaha jasa menyerupai tukang pijit, penginapan, transportasi dan guide yang dengan sendirinya membuka peluang kerja gres bagi para pencari kerja yang terus meningkat setiap tahun, serta meningkatkan output negara.
Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dalam penataan ruang yang bertujuan untuk meningkatkan Dalam mendukung pengembangan pariwisata, kebijakan penataan ruang mencakup hal-hal sebagai berikut :
- Pengembangan wilayah dengan pendekatan pengembangan ekosistem, yaitu penatan ruang dilakukan dengan pendekatan secara terpadu dan terkoordinasi,berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
- Peningkatan keterkaitan fungsi pengembangan kegiatan pariwisata yang baik dengan sektor lainnya untuk menyampaikan nilai efisiensi yang tinggi dan percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah
- Pengembangan pariwisata harus dikaitkan dengan pengembangan ekonomi nasional, wilayah dan lokal. Pada tingkat nasional sektor pariwisata harus berperan sebagai prime mover dan secara interaktif terkaitdengan pengembangan sektor-sektor lainnya.
- Pengembangan pariwisata harus diupayakan sanggup melibatkan seluruh stakeholder. Dalam konteks ini kiprah masyarakat terlibat dimulai sektor hulu (memberikan kegiatan produksi yang ekstraktif) hingga dengan kegiatan hilir (kegiatan produksi jasa).
Agar suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik, disamping harus ada objek dan atraksi wisata, suatu datya tarik wisata harus mempunyai 3 syarat daya tarik yaitu:
- ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see)
- ada sesuatu yang sanggup dikerjakan (something to do)
- ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy)
Ketiga syarat tersebut merupakan unsur-unsur untuk mempublikasikan pariwisata. Seorang wisatawan yang tiba kesuatu daya tarik wisata dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) dan kepuasan (satisfactions). Manfaat dan kepuasan tersebut sanggup diperoleh apabila suatu daya tarik wisata mempunyai daya tarik. daya tarik suatu daya tarik wisata dengan istilah attractive spontanee, yaitu segala sesuatu yang terdapat didaerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik biar orang-orang mau tiba berkunjung ketempat tersebut.
Hal-hal yang sanggup menarik orang untuk berkunjung ke suatu daya tarik wisata antara lain sanggup dirinci sebagai berikut.
a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta (natural)
- Iklim: Cuaca cerah (clean air), kering (dry), banyak cahaya matahari (sunny day), panas (hot), sejuk (mild), hujan (wet), dan sebagainya.
- Bentuk tanah dan pemandangan (land configuration and landscape)
- Tanah yang datar (plains), gunung berapi (vocanos), lembah pegunungan (scenic mountain), danau (lakes), pantai (beaches), sungai (river), air terjun(water-fall), pemandangan yang menarik (panoramic views)
- Hutan belukar (the sylvan elements), contohnya hutan yang luas (large forest), banyak pepohonan (tress).
- Fauna dan flora, menyerupai tanaman-tanaman yang abnormal (uncommon vegetation), burung-burung (birds), ikan (fish), hewan buas (wild life), cagar alam (national parks), daerah perburuan (huntingand photographic safari), dan sebagainya.
- Pusat-pusat kesehatan (health center):Sumber air mineral (natural spring of mineral water), mandi lumpur (mud-baths), dan sumber air panas (hot spring).
b. Hasil ciptaan insan (man made supply)
Benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan (historical, cultural and religious):
- Momentum bersejarah dan sisa peradaban masa lalu
- Museum, art galery, perpustakaan kesenian rakyat, dan handicraft.
- Acara tradisional, pamderan, festival, upacara naik haji, upacara perkawinan, dan khitanan.
- Rumah-rumah ibadah, menyerupai masjid, gereja, kuil, candi maupun pura.
c. Tata cara hidup masyarakat (the way of life)
Kebiasaan hidup, adat istiadat dan tata cara masyarakat merupakan daya tarik bagi wisatawan. Sebagai contoh:
- Pembakaran mayit (ngaben) di Bali.
- Upacara pemakaman mayit di Tanah Toraja.
- Upacara Batagak Penghuku di Minangkabau.
- Upacara khitanan di daerah Parahiyangan.
- Tea ceremony di Jepang.
- Upacara waisak di candi mendut dan brobudur.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pariwisata yaitu suatu kegiatan yang secara pribadi menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa banyak sekali manfaat terhadap masyarakat setempat dan sekitarnya. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang bisa membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam banyak sekali aspeknya.Pariwisata mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat bahkan bagi Negara sekalipun,m anfaat pariwisata sanggup dilihat dari banyak sekali aspek/segi yaitu manfaat pariwisata dari segi ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan, serta peluang dan kesempatan kerja
Situasi dan kondisi sosio-ekonomi Indonesia ketika ini, yang memperlihatkan bahwa semakin berkurangnya lahan pertanian dan lapangan pekerjaan lainnya serta semakin rusaknya lingkungan akhir kegiatan manufaktur dan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya yang mengeksploitasi sumberdaya alam, maka pariwisata perlu dikembangkan sebagai salah satu sumber produksi andalan
Berdasarkan uraian perihal potensi, kelemahan, peluang, tantangan dan taktik yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pariwisata, maka sanggup dikatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sanggup menunjang pertumbuhan ekonomi. Wilayah daratan dan lautan yang luas dengan banyak sekali keragaman dan keunikannya merupakan potensi yang sanggup mengemban amanah bagi kemajuan pariwisata.
Berbagai peluang tercipta terutama turunnya nilai mata uang rupiah dan kecenderungan para wisatawan asing untuk mencari DTW yang masih tradisional dan alami, perlu dimanfaat sebaik-sebaiknya bagi pengembangan pariwisata. Sementara itu banyak sekali hambatan dan tantangan yang ada, terutama duduk kasus rendahnya SDM dan gangguan keamanan yang sering timbul, perlu disiasati dengan banyak sekali taktik biar hambatan dan tantangan tersebut tidak menghambat pengembangan pariwisata.
Pengembangan pariwisata selain mendatangkan laba secara pribadi bagi negara, juga diharapkan sanggup membuat lapangan kerja gres bagi sejumlah pencari kerja yang belum mempunyai kerja, juga diharapkan sanggup membuka pasar gres bagi banyak sekali produk lokal yang dimiliki masyarakat.
SARAN
Perlu ditetapkan banyak sekali peraturan yang berpihak pada peningkatan mutu pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan berpihak pada kepentingan pihak-pihak tertentu. Selain itu perlu diambil tindakan yang tegas bagi siapa saja yang melaksanakan pelanggaran terhadap hukum yang telah ditetapkan.
Pengelolaan pawisata harus melibat masyarakat setempat dengan tujuan diantaranya yaitu untuk membuka lapangan kerja, dan kegiatan promosi pariwisata yang dilakukan harus lebih bermacam-macam dan menarik
Menentukan DTW-DTW utama yang mempunyai keunggulan dan keunikan dibanding dengan DTW lain, terutama yang bersifat tradisional dan alami, alasannya yaitu ketika ini obyek wisata yang alami dan tradisional menjadi target utama para wisatawan asing.
Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan pemerintah daerah setempat, dengan sistem yang jujur, terbuka dan adil. Kerjasama ini penting untuk lancarnya pengelolaan secara profesional dengan mutu pelayanan yang memadahi. Selain itu kerjasama di antara penyelenggara juga perlu dibangun. Kerjasama di antara biro biro perjalanan, penyelenggara tempat wisata, pengusaha jasa kemudahan dan komponen-komponen terkait lainnya merupakan hal sangat penting bagi keamanan kelancaran dan kesuksusan pariwisata.
Perlu adanya pemerataan arus wisatawan bagi semua DTW yang ada di seluruh Indonesia. Dalam hal ini pemerintah juga harus menyampaikan perhatian yang sama kepada semua DTW. Perhatian terhadap DTW yang sudah berdikari hendaknya dikurangi dan menyampaikan perhatian yang lebih terhadap DTW yang memerlukan perhatian lebih.
Masyarakat sekitar DTW biar menyadari peran, fungsi dan manfaat pariwisata serta merangsang mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang yang tercipta bagi banyak sekali kegiatan yang sanggup menguntungkan secara ekonomi. Masyarakat diberikan kesempatan untuk memasarkan produk-produk lokal serta membantu mereka untuk meningkatkan keterampilan dan pengadaan modal bagi usaha-usaha yang mendatangkan keuntungan.
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik untuk menunjang kelancaran pariwisata. Pengadaan dan perbaikan jalan, telephone, angkutan, pusat perbelanjaan wisata dan fasilitas lain disekitar lokasi DTW sangat diperlukan.
Dengan memperhatikan beberapa saran ini kiranya sanggup membantu bagi penyelengaraan pariwisata yang sanggup menunjang pertumbuhan ekonomi. Tentunya saran-saran tersebut tidak berlaku untuk semua DTW, hal itu sangat tergantung pada kebutuhan DTW masing-masing yang mempunyai permasalahannya sendiri dari waktu ke waktu dan lingkungan yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
- Irawan, Koko. 2010. Potensi Objek Wisata Sebagai Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Labuhan Batu Utara. Kertas Karya. Program Pendidikan Non Gelar Pariwisata. Universitas Sumatera Utara.
- Kusumaningrum, Dian. 2009. Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Daya Tarik Wisata Di Kota Palembang. Tesis PS. Magister Kajian Pariwisata. Universitas Gadjah Mada.
- Marpaung, Fernando. 2009. Strategi Pengembangan Ekonomi Kawasan Sebagai Sebuah Tujuan Wisata. Tesis PS. Magister Kajian Pariwisata. Universitas Gadjah Mada.
- Mutaqqin, Hadi. 2013. Jenis-jenis pariwisata, (Online)
- https://sewakarya.blogspot.com//search?q=jenis-jenispariwisatajenis
- Mailizar, betty. 2013. Geografi pariwisata perihal daya tarik wilayah, (Online) (http://bettymailizar.blogspot.com/2013/10/geografi-pariwisata-tentang.htm