Jenis-Jenis Loyalitas Berdasarkan Ahli

2.1.6.8 Jenis-jenis Loyalitas
Menurut Griffin (2005:22), menyatakan bahwa jenis loyalitas sanggup dibagi menjadi:
1. Tanpa loyalitas
Beberapa konsumen tidak berbagi loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu. Tanpa loyalitas ditandai dengan keterikatannya yang rendah dikombinasikan dengan tingkat pembelian yang rendah pula. Secara umum, perusahaan harus menghindari membidik para pembeli jenis ini alasannya yaitu mereka tidak akan menjadi konsumen yang loyal.
2. Loyalitas yang lemah
Ditandai dengan keterikatan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah. Konsumen ini membeli alasannya yaitu kebiasaan. Dengan kata lain, faktor nonsikap dan faktor situasi merupakan alasan utama membeli. Loyalitas jenis ini paling umum terjadi pada produk yang sering dibeli.
3. Loyalitas tersembunyi
Tingkat keterikatan yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah memperlihatkan loyalitas tersembunyi. Bila konsumen mempunyai loyalitas tersembunyi, imbas situasi dan bukan imbas perilaku yang memilih pembelian berulang.
4. Loyalitas premium
Loyalitas premium, jenis loyalitas yang paling sanggup ditingkatkan, terjadi jikalau ada keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian ulang yang juga tinggi. Ini merupakan jenis loyalitas yang lebih disukai untuk semua konsumen di setiap perusahaan.

2.1.7 Hubungan Antar Variabel
Hubungan yang ada antara variabel yang diteliti sanggup dijabarkan sebagai berikut
2.1.7.1 Hubungan Service Quality Dengan Brand Image
Hubungan antara service quality dan merk image tidak kuat terhadap perusahaan. Menurut Malik, et al. (2011) hanya empathy, responsiveness, dan reliability yang mempunyai imbas terhadap pembangunan merk image, sedangkan assurance dan tangibles tidak memperlihatkan bantuan apa-apa yang signifikan dalam memelihara merk image. Kaprikornus dalam membangun konsepsi merk image dan memperkuat kesadaran merek. Yang harus dilakukan yaitu memperhatikan faktor yang sanggup dipercaya dan membangun relasi konsumen, meningkatkan prestasi karyawan, membuat keunggulan inti, meningkatkan faktor respon, dan meningkatkan efisiensi kerja untuk faktor tenggang rasa dan menambahkan nilai tambah dan memperluas merk awareness.

Dan berdasarkan Momeni, et al. (2013) pada jurnalnya “Factors Influencing Brand Image in Banking Industry of Iran” menyatakan bahwa service quality yang diterapkannya di industri perbankan tidak mempunyai relasi dengan merk image dan mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui relasi antara service quality dan merk image di industri yang lain alasannya yaitu dalam penerapan service quality di industri perbankan tidak mempunyai pengaruh.

2.1.7.2 Hubungan Brand Image Dengan Customer Loyalty
Menurut Juthamard Sirapracha dan Gerard Tocquer (2012) penelitian ini memperluas penelitian jasa sekarang dengan mengeksplorasi relasi antara pengalaman konsumen, gambaran merek, dan loyalitas konsumen. Dengan kata lain, penelitian ini memperlihatkan bahwa persepsi konsumen dari interaksi mereka dengan perusahaan jasa dipengaruhi oleh pengalaman layanan disampaikan. Penelitian ini mempunyai beberapa implikasi manajerial juga. Para pemasar dari penyedia layanan sanggup memakai hasil penelitian untuk meningkatkan ekuitas merek mereka melalui pengiriman pengalaman konsumen yang menarik dalam banyak aspek.

Dengan berfokus pada pengalaman konsumen, merek layanan mempunyai pandangan holistik apa yang mereka berikan untuk konsumen. Oleh alasannya yaitu itu, semua fungsi manajerial dan departemen harus selaras untuk memperlihatkan pengalaman konsumen yang menarik secara keseluruhan melalui interaksi dengan konsumen. Dan dampak dari kedua pengalaman konsumen dan komunikasi pemasaran pada relasi pengetahuan merek dan merek. Perbandingan ini akan membantu memperlihatkan bahwa merek layanan membutuhkan benar-benar pendekatan yang berbeda

2.1.7.3 Hubungan Service Quality Dengan Customer Loyalty
Menurut Kheng, et al (2010) Meskipun layanan konsumen telah dievaluasi lama, tetapi masih satu studi yang bank harus terus melaksanakan dalam rangka memenuhi. Teknologi gres harus dimasukkan sebagai faktor untuk mengukur service quality dalam penelitian selanjutnya. Penelitian dan kuesioner terkait juga harus diakomodasi dengan persyaratan konsumen baru. Sebuah pemahaman yang lebih terang untuk urutan relasi antara service quality dan customer loyalty, sanggup membantu untuk memastikan sasaran yang lebih baik dari konsumen yang memakai sumber daya pemasaran yang terbatas.

Sedangkan berdasarkan Al-Rousan, et al. (2010) Dalam penelitian ini, skala untuk mengukur service quality diusulkan melalui faktor analisis eksploratori dimana mempunyai pengetahuan wacana faktor tersebut niscaya akan membantu manajer memenuhi tantangan untuk meningkatkan service quality. Penelitian ini juga mengidentifikasi lima dimensi kualitas pelayanan pariwisata, yaitu tangibility, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy, yang semuanya memperlihatkan bahwa faktor yang paling penting dalam memprediksi jasa yaitu tangibility, diikuti oleh empathy, reliability, dan responsiveness. Sedangkan pemantauan customer loyalty menjadi fokus penting untuk semua manajer. Kegagalan untuk mengenali kekuatan kepuasan konsumen, khususnya emosi mereka, sanggup menghancurkan kekuatan retensi dan loyalitas konsumen. Oleh alasannya yaitu itu, tantangan terbesar tidak hanya terletak untuk menarik konsumen namun secara khusus berfokus dengan mengidentifikasi kepuasan konsumen secara individual.

SUMBER;

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel