Pengertian Pembelajaran Efektif
Thursday, February 17, 2022
Edit
Pembelajaran Efektif.
Dalam proses berguru mengajar supaya didapatkan suatu hasil yang maksimal maka diharapkan suatu teknik pembelajaran yang efisien dan afektif sehingga tidak mengahabiskan waktu yang usang dan bertele-tele yang kadang kesannya kurang memuaskan, apalagi untuk siswa didik yang mengikuti kegiatan akselerasi yang waktu belajarnya relatif lebih cepat dibanding dengan siswa didik yang duduk di kelas reguler . Menurut Daniel Muijs dan David Reynolds (2008 : 65 – 66) Suatu pengajaran klasikal supaya efektif maka harus jauh dari sekedar memberikan isi pelajaran dengan gaya ceramah kepada murid. Hampir semua peneliti setuju wacana pentingnya interaksi antara guru dan siswa.
Didalam studinya terhadap siswa sekolah dasar di Inggris ( Daniel Muijs , 1999) menemukan imbas - imbas positif dari seringnya menggunkaan tanya jawab , komunikasi dengan kelas dan memakai petanyaan dan pernyataan tingkat tinggi selain itu perlu pentingnya interaksi untuk pengajaran yang efektif.
Peneliti – peneliti di Amerika telah memperlihatkan pentingnya interaksi, di dalam penelitian – penelitian mereka sebelum studi – studi yang dilakukan di eropa. Rosenshine dan Furst ( 1973 ) menemukan penggunaan bermacam-macam pertanyaan sebagai sebuah faktor krusial di dalam penelitian mereka yang dimulai tahun 1960 hingga dengan 1970.
Karena pentingnya interaksi dan tanya jawab sebagai elemen yang paling luas diteliti dalam peneltian wacana mengajar. Oleh sebab itu perlu diketahui dalam tanya jawab yang efektif dan interaksi yang efektif dalam pembelajaran.
Tanya jawab sanggup dipakai untuk menyelidiki pemahaman siswa untuk memperlihatkan dasar pada pembelajaran siswa, untuk membantu siswa dalam mengklarifikasikan dan memverbalisasikan pikiran mereka, dan membantu siswa berbagi sense of mastery ( perasaan menguasai sesuatu ). Tanya jawab yang efektif sanggup terjadi jika penguasaan diri yang solid wacana taktik – taktik mana yang paling efektif.
Di dalam pembelajaran yang mengunakan pembelajaran eksklusif , banyak sekali pertanyaan perlu dilontarkan pada awal pelajaran , dikala topik dari pelajaran sebelumnya diulas. Agar tanya jawab efektif tercapai maka seorang pengajar perlu mencampur pertanyaan tingkat tinggi dan tingkat rendah meliputi produk dan proses serta pertanyaan terbuka dan tertutup , namun seorang pengajar harus memastikan bahwa ada cukup banyak pertanyaan proses tingkat tinggi dan terbuka.
Dalam tanya jawab yang efektif dalam pembelajaran eksklusif jika siswa menjawab benar diberikan respon positif namun impersonal dan jika seorang siswa memperlihatkan jaaban yang kurang sepenuhnya benar , maka pengajar poerlu memperlihatkan prompt kepadanya untuk menemukan tanggapan yang benar.
Bentuk interaksi lain yang efektif dalam pembelajaran yakni diskusi kelas, namun suatu diskusi supaya efektif perlu disiapkan dengan seksama. Pengajar perlu memperlihatkan pedoman yang terperinci kepada siswa wacana apa yang didiskusikan. Selama diskusi siswa perlu dipastikan untuk tetap pada tugasnya, dan guru perlu menuliskan poin – poin utama yang muncul selama diskusi. Setelah diskusi poin-poin utama ( produk diskusi ) ini sanggup dirangkum dan siswa diminta untuk meberikan komentar wacana seberapa baik diskusi itu tersebut berjalan ( proses diskusi ).
Agar pembelajaran afektif guru juga harus memastikan bahwa siswa – siswa yang pemalu yang mungkin kurang aktif untuk diberikan kesempatan dalam keterlibatannya dalam proses berguru mengajar.
Hasil berguru Matematika.
Penekanan pembelajaran matematika lebih diutamakan pada proses dengan tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses ini lebih ditekankan pada proses berguru matematika seseorang. Tujuan yang paling utama dalam pembelajaran matematika yakni mengatur jalan pikiran untuk memecahkan dilema bukan hanya menguasai konsep dan perhitungan walaupun sebagian besar berguru matematika yakni berguru konsep struktur ketrampilan menghitung dan menghubungkan konsep-konsep tersebut. Andi Hakim Nasution (1982:12 ) mengemukakan bahwa dengan menguasai matematika orang akan berguru menambah kepandaiannya.
Sementara itu Nana Sudjana (1995:22 ) mengemukakan bahwa hasil berguru matematika yakni kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa sesudah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Gagne ( 1977:47-48 ) mengelompokkan hasil berguru menjadi lima kepingan dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual taktik kognitif , informasi mulut , ketrampilan motorik dan sikap.
Gagne dan Briggs (1978:49-55) membuktikan bahwa hasil berguru yang berkaitan dengan lima kategori tersebut yakni :
- ketrampilan intelektual yakni kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep aktual dan terdefinisi kaidah serta prinsip,
- strategi kognitif yakni kemampuan untuk memecahkan masalah–masalah gres dengan jalan mengatur proses internal masing – masing individu dalam memperlihatkan, mengingat dan berfikir,
- informasi mulut yakni kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi –informasi yang relevan,
- ketrampilan motorik yakni kemampuan untuk melakukan dan mengkoordinasikan gerakan–gerakan yang bekerjasama dengan otot,
- sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk mendapatkan atau menolak menurut evaluasi terhadap obyek tersebut. Bloom (1976:201-207) membagi hasil berguru menjadi daerah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan- ketrampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan adaptasi diri yang memadai. Kawasan psikomotor yakni kemampuan–kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak. Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling sederhana hingga kepada yang paling kompleks, yaitu;
- pengetahuan yakni kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (
- pemahaman yakni kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal,
- penerapan yakni kemampuan mempergunakan hal – hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi–situasi gres dan nyata, (
- analisis yakni kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian–bagian sehingga struktur organisasinya sanggup dipahami,
- sintesis yakni kemampuan untuk memadukan bagian–bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti,
- penilaian yakni kemampuan memberi harga sesuatu hal menurut kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern atapun yang ditetapkan lebih dahulu.
Berdasarkan pandangan-pandangan dari para mahir tersebut diatas maka yang dimaksud dengan hasil berguru matematika dalam penelitian ini yakni hasil dari seorang siswa dalam mengikuti proses berguru mengajar matematika yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam menuntaskan suatu permasalahan matematika
Hasil Penelitan yang Relevan.
Sudah cukup banyak penelitian yang membahas wacana prestasi berguru matematika di Sekolah Menengan Atas namun masih sedikit peneliti yang meneliti berkaitan dengan bahan matematika pada suatu pokok bahasan. Sepengetahuan peneliti belum ada peneliti yang meneliti wacana penggunaan taktik pembelajaran aktif untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran bahan logaritma pada kelas kegiatan akselerasi.
Kerangka Pemikiran.
Dengan menerapkan taktik pembelajaran aktif maka seorang siswa akan selalu terlibat secara eksklusif dalam pembelajaran , sehingga dengan keterlibatan ini bahan yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai siswa akan gampang diterimanya hal ini sesuai dengan prinsip learning by doing yang menytakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai siswa dengan siswa tersebut ikut aktif dalam pembelajaran.
Bertolak dari pemikiran bahwa membawa siswa aktif dalam pembelajaran akan memudahkan siswa mendapatkan konsep yang harus dikuasainya maka secara otomatis langkah membawa siswa aktif dalam berguru ini merupakan suatu langkah yang efektif untuk menyampaiakan suatu bahan ajar.
Hipotesis Tindakan
Dari uraian pada kajian teori yang telah dipaparkan maka sanggup disusun hipotesis tindakan sebagai berikut: ” Melalui taktik pembelajaran aktif sanggup meningkatkan efektifitas pembelajaran bahan logaritma bagi siswa kelas X kegiatan akselerasi di Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2008 – 2009 ”
SUMBER;