Polusi Udara (Air Pollution)
Monday, February 28, 2022
Edit
Polusi Udara (Air pollution)
Udara yang higienis yakni udara yang cukup akan kebutuhan oksigen (O2) yang kita butuhkan untuk proses fisiologis normal. Apabila kita menghisap udara dalam-dalam, sekitar 99% dari udara yang kita hirup yakni gas nitrogen dan oksigen. Kita juga menghirup gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit, dimana gas tersebut yakni termasuk gas pencemar. Didaerah perkotaan yang ramai, gas pencemar berasal dari asap kendaraan, gas buangan pabrik, pembangkit tenaga listrik, asap rokok dan sebagainya yang dekat hubungannya dengan acara kehidupan manusia.
Atmosfer buni bumi yakni gas yang melapisi bumi yang terbagi dalam beberapa lapis. Lapisan yang paling dalam disebut troposfer (tebalnya 17 Km diatas permukaan bumi), mengandung udara yang kita hirup yaitu 78% nitrogen (N2), 21% oksigen (O2) dan sisanya gas argon <1% dan CO2 0,035%. Terdapat juga uap air (H2O) sekitar 0,01% didaerah subtropis dan sekitar 5% didaerah tropis yang lembab.
Bahan kimia diudara yang besar lengan berkuasa negatif pada makhluk hidup dikategorikan sebagai pencemar udara. Ada banyak jenis pencemar udara, tetapi yang penting ada 5 jenis yaitu:
- Ozone (O3)
- Oksida karbon (CO, CO2)
- Oksida welirang (SO2, SO3)
- Oksida nitrogen (NO, NO2, N2O)
- Partikel ( debu, asam, timbal, pestisida dsb.)
Masing-masing pencemar udara tersebut diklasifikasikan sebagai pencemar udara primer (misalnya SO2) dan sekunder (misalnya H2SO4). Bahan pencemar udara tersebut melayang diudara selama beberapa waktu bergantung dari diameternya. Partikel sangat kecil berbahaya pada kehidupan lantaran sanggup meresap paru dan juga pembawa substansi toksik penyebab kanker.
1. Pengaruhnya terhadap kehidupan
Polusi udara banyak besar lengan berkuasa terhadap kehidupan insan baik orang arif balig cukup akal maupun anak. Selama beberapa tahun belakangan ini bencana penyakit baik dalam jumlah yang terjangkit maupun jenis penyakit yang menyerang terus meningkat. Penyakit asthma diduga yakni penyakit yang meningkat jumlah penderitanya, tetapi penyakit lain menyerupai alergi, bronchitis dan penyakit jalan masuk pernafasan cuilan atas (ispa) juga meningkat dengan tajam. Penyebab meningkatnya penyakit tersebut sangat diduga oleh terjadinya pencemaran lingkungan. Disamping itu penderitanya kebanyakan terjadi pada anak-anak, sehingga timbul pertanyaan:
- Mengapa anak lebih peka terhadap pencemaran udara?
- Polutan yang mana yang sangat besar lengan berkuasa terhadap kesehatan insan (anak dan dewasa)?
- Bagaimana kita sanggup mengurangi imbas pencemaran udara terhadap anak-anak
2. Anak-anak lebih peka terhadap pencemaran udara
Ada banyak perbedaan antara belum dewasa dengan orang arif balig cukup akal terhadap respon pencemaran udara ini., yaitu:
- Anak-anak menghirup udara lebih banyak untuk setiap unit berat badannya daripada orang dewasa. Bilamana anak dan orang arif balig cukup akal berolah raga (misalnya sepak-bola), anak menghisap udara 20-50% lebih banyak daripada orang dewasa.
- Orang arif balig cukup akal yang menghisap udara polutan akan eksklusif menjadikan reaksi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala. Tetapi anak tidak mencicipi tanda-tanda tersebut, hal tersebut tidak mencerminkan bahwa orang arif balig cukup akal lebih peka, tetapi menunjukkan bahwa reaksi tubuh orang arif balig cukup akal lebih cepat untuk mencegah menghisap udara kotor tersebut.
- Orang arif balig cukup akal menghabiskan waktu 85-95% didalam ruangan, sedangkan anak banyak bermain diluar ruangan sekitar 80%
- Yang paling penting yakni anak dalam masa pertumbuhan. Bersamaan dengan bertambah besar dan bertambah beratnya badan, paru-paru mereka juga berkembang.
Dalam hubungannya dengan pencemaran udara ini paru-paru berperan sangat penting dan merupakan organ yang komplek. Paru terdiri lebih dari 40 jenis sel, dimana setiap sel sangat penting untuk memelihara kesehatan tubuh.
Polusi udara mengakibatkan terjadinya perubahan pada sel yang menjadikan kerusakan lantaran sel tersebut sangat peka terhadap materi kimia. Bila sel paru rusak pada anak maka perkembangan akan terganggu dan paru tidak berfungsi normal pada ketika tubuh menjadi dewasa. Pda beberapa penelitian di Amerika, melaporkan bahwa kalau anak menderita penyakit asthma, anak tersebut memiliki resiko besar menderita penyakit asthma yang lebih parah kalau ia hidup didaerah terpolusi, dengan kadar ozon dan partikel udara melebihi normal di udara, terutama kalau ia melaksanakan olah raga.
3. Polusi udara oleh ozon (O3)
Ozon yakni molekul kimia yang etrdiri dari 3 atom oksigen yang saling menempel dan merupakan materi yang berenergi. Bila ozon berkontak dengan permukaan materi maka ia sanggup cepat mengeluarkan energi kimia yang kuat. Bila hal ini terjadi pada jaringan biologik terutama jalan masuk nafas, energi ini akan mengakibatkan kerusakan pada jaringan yang sensitif tersebut baik pada jalan masuk nafas cuilan atas (trachea) maupun cuilan bawah (paru-paru).
Karena bentuk molekul ozon yakni hasil dari energi solar (matahari) dengan reaksi photokimia dari polutan, maka tidak mengherankan kalau konsentrasi ozon di udara meningkat pada ketika matahari bersinar terik. Sehingga konsentrasi ozon mencapai puncaknya pada tengah hari. Standar konsentrasi di udara telah ditentukan di Amerika yaitu 0,08ppm akan mengganggu kesehatan kalau kondisi tersebut berlanjut hingga 8 jam, efeknya yakni sebagai berikut:
- Mengiritasi hidung dan tenggorokan
- Meningkatkan ekskresi mukus pada jalan masuk nafas sehingga menjadikan batuk berdahak
- Mengiritasi mata dan sakit kepala
- Pada beberapa ketika menjadikan sakit pada dada dan sulit untuk mengambil nafas dalam-dalam.
Seperti halnya oksigen, ozon gampang larut dalam cairan yang melapisi jalan masuk nafas. Tetapi beberapa molekul ozon sanggup berpenetrasi kedalam alveoli paru. Dinding alveoli akan teriritasi dan menjadikan respon imun dimana sel makrofag masuk kedalam alveoli untuk melindungi alveoli dari materi toksik tersebut. Hal tersebut mengakibatkan dinding alveoli menebal. Bila ozon yang terhirup dalam waktu yang cukup lama, akan sanggup mengakibatkan kerusakan paru yang permanen.
4. Polusi udara oleh karbon monoksida (CO)
Pencemaran CO paling banyak disebabkan oleh gas buang kendaraan bermotor dan emisi dari pabrik atau industri dan pembangkit tenaga listrik. Di dalam rumah juga sering terjadi pencemaran oleh CO yang disebabkan oleh gas untuk memasak, untuk pemanas air dan pemanas ruangan. Asap rokok juga merupakan sumber utama dari pencemaran CO ini. Asap dari tembakau sanggup mengandung karbon monoksida hingga 1000-5000ppm. Karbon monoksida didalam rumah orang yang perokok berat kandungannya akan lebih besar dari pada diluar rumah, sehingga efeknya sangat berbahaya pada anak.
Badan perlindungan lingkungan (EPA) memilih standar kualitas kandungan CO di udara menurut hasil penelitian epidemiologi toksisitas CO. Konsentrasi karbon monoksida harus tidak melebihi 9 ppm selam 8 jam berturut-turut dan dilarang melebihi 20 ppm dalam periode waktu 1 jam.
i) Toksisitas karbon monoksida
Di laporkan banyak terjadi keracunan CO setiap tahunnya berupa masalah maut dan sakit berat, baik di dalam rumah/garasi kendaraan beroda empat maupun pencemaran udara oleh gas buang industri. Kasus yang dilaporkan bahwa keracunan CO gejalanya menyerupai sakit flu. Pada kenyataannya masalah toksisitas CO ini sesungguhnya masih banyak lagi, lantaran keracunan CO ini sangat fatal akhirnya sehingga disebut “silent killer”, lantaran materi kimia gas ini tidak berbahu, tidak berwarna dan sangat toksik.
Pada toksisitas kronis, toksisitas terjadi lantaran orang menghirup udara yang mengandung CO rendah (5-6 ppm) tetapi berlangsung lama, sehingga kandungan CO dalam darahnya juga rendah. Hal tersebut sanggup berlangsung berhari-hari, bulan, bahkan bertahun-tahun. Gejala yang ditimbulkan dari imbas toksisitas kronis ini adalah:
- sakit kepala
- pening, berkunang-kunang
- lemah, ngilu persendian
- mual dan muntah-muntah
- sesak nafas terutama waktu berolah raga
- bingung dan susah berfikir
- tachycardiua
- gangguan penglihatan
Pada kenyataannya toksisitas kronis CO ini sulit di diagnosis terutama oleh dokter atau tenaga medis yang belum berpengalaman. Kadang dari gejalanya di diagnosis sebagai bisul penyakit viral atau bakterial pada paru atau gastro-intestinal atau syndrom lainnya. Gejala yang menyerupai sering terjadi pada satu individu dan tanda-tanda tersebut menurun lalu menghilang dengan sendirinya pada ketika polusi lingkungan tersebut telah menurun. Kandungan CO dalam darah (COHb) kadang tidak terlihat meningkat pada ketika kadar CO di udara telah hilang, sehingga pengukuran CO di udara tidak terdeteksi.
ii) Mekanisme toksisitas CO
Bentuk molekul karbon monoksida yakni satu atom oksigen menempel pada satu atom karbon. Bila karbon monoksida ada didalam udara dimana udara tersebut dihirup oleh orang maka molekul tersebut masuk kedalam jalan masuk nafas terus kedalam paru-paru dan lalu akan menempel pada haemoglobin darah (COHb). Ikatan CO dengan Hb tersebut sangat kuat yaitu 250x lebih kuat daripada ikatan dengan oksigen (O2). Didalam paru, CO terikat dengan sel darah merah pada tempat dimana oksigen biasanya terikat. Darah membawa sel darah yang didistribusikan kesemua jaringan, tetapi beliau tidak sanggup mendistribusikan O2, sehingga jaringan akan kekurangan O2.
Jaringan biasanya mendapatkan supli oksigen dari darah tersebut, tetapi pada masalah toksisitas CO ini mengakibatkan jaringan tidak mendapatkan oksigen sama sekali. Hal tersebut menyebabakan sel dalam jaringan tersebut tersebut akan mati (nekrosis). Lama hidup dari sel darah yakni 120 hari, sehingga ia akan diganti oleh sel darah gres (dari sumsum tulang).
Gejala toksisitas CO dekat hubungannya dengan jaringan yang paling banyak mengkonsumsi oksigen terutama pada otak dan jantung. Pada penderita yang kandungan COHb nya 1% tidaklah menunjukkan tanda-tanda apa-apa., pada kandungan 10-20% mulai menjadikan gejala
Pada individu yang menderita gangguan jantung sangat beresiko tinggi terhadap keracunan CO, lantaran jantung tidak sanggup menyesuaikan diri cepat pada ketika kekurangan O2. Hal tersebut disebabkan lantaran kebutuhan otot jantung (myocard) terhadap kebutuhan otot jantung tidak terpenuhi. Pada orang normal ketika menghirup CO pada waktu singkat menunjukkan pedoman darah kedalam myocard meningkat cepat sehingga supli oksigen sanggup diperoleh dengan cepat. Sedangkan pada penderita penyakit jantung hal tersebut tidak terjadi, sehingga jantung sanggup eksklusif berhenti berdenyut.