Makalah Metogologi Studi Islam
Friday, February 11, 2022
Edit
M E T O D O L O G I
STUDI ISLAM
BAB I
MISI AJARAN ISLAM
Studi terhadap misi anutan Islam secara komprehensif dan mendalam yakni sangat diharapkan lantaran beberapa lantaran sebagai berikut :
Pertama, untuk menimbulkan kecintaan insan terhadap anutan Islam yang didasarkan kepada alasan yang sifatnya bulan hanya normatif , yakni lantaran diperintah oleh Allah, dan bukan pula lantaran emosional semata-mata lantaran didukung oleh argumentasi yang bersifat rasional, kultural dan aktual. Yitu argumen yang masuk akal, sanggup dihayati dan dirasakan oleh umat manusia.
Kedua, untuk mengambarkan kepada umat insan bahwa Islam baik secara normatif maupun secara kultural dan rasional yakni anutan yang sanggup membawa insan kepada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus mengganggu keyakinan agama Islam.
Ketiga, untuk menghilangkan gambaran negatif dan sebagian Masyarakat terhadap anutan Islam.
Terdapat sejumlah argumentasi yang sanggup dipakai untuk menyatakan bahwa misi anutan Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Argumentasi tersebut dikemukakan sebagai berikut :
Pertama, untuk memperlihatkan bahwa Islam sebagai pembawa rahmat sanggup dilihat dari pengertian Islam itu sendiri. Kata Islam makna aslinya masuk dalam perdamaian, dan oran Muslim ialah orang yang tenang dengan Allah dan tenang dengan manusia. Damai dengan Allah, artinya berserah diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya dan tenang dengan insan bukah saja berarti menyingkiri berbuat jahat dan adikara kepada sesamanya, melainkan pula ia berbuat baik kepada sesamanya. Dua pengertian ini dinyatakan dalam Alqur’an sebagai inti agama Islam yang sebenar-benarnya. Al-Qur’an menyatakan sebagai berikut :
Islam yakni agama perdamaian dan dua anutan pokoknya, yaitu Keesaan Allah, dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia, menjadi bukti yang nyata bahwa agama Islam selaras benar dengan mananya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama sekalian Nabi Allah, sebagaimana tersebut di atas, melainkan juga sesuatu yang secara taksadar tunduk sepenuhnya kepada undang-undang Allah, yang kita saksikan pada alam semesta.
Pertama, misi anutan Islam sebagai pembawa rahmat sanggup dilihat dari kiprah yang dimainkan Islam dalam menangani aneka macam problematika agama, sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya. Dari semenjak kelahirannya lima belas periode yang kemudian Islam senantiasa hadir memperlihatkan tanggapan terhadap permasalahan di atas. Islam sebagaimana dikatakan H.A.R. Gibb bukan semata-mata anutan perihal keyakinan saja, melainkan sebagia sebuah sistem kehidupan yang multi dimensial.
Dalam bidang sosial, keadaan masyarakat terbagi-bagi kedalam sosial atau kasta yang dibedakan berdasarkan suku bangsa, bahasa, warna kulit, harta benda, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Dengan sistem kelas yang demikian, maka tidak akan terjadi mobilitas vertikal yang didasarkan pada pretasinya masing-masing.
Selanjutnya dalam bidang ekonomi, ditandai oleh praktik mendapatkan uang dengan menghalalkan segala cara, ibarat dengan praktik riba, mengurangi timbangan, menipu, monopoli, kapitalisme, dan sebagainya. Keadaan yang demikian itu pada gilirannya membawa mereka yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Persaingan yang tidak sehat terjadi diantara mereka. Manusia telah menjadi budah dari harta benda.
Selanjutnya dalam bidang pendidikan, ditandai oleh keadaana di mana pendidikan atau ilmu pengetahuan hanya milik kaum elit. Rakyat dibiarkan bodoh sehingga dengan gampang sanggup disesatkan akidahnya dan selanjutnya dengan gampang sanggup diperbudak.
Dalam pada itu pada masa kedatangan Islam di bidang kebudayaan ditandai oleh keadaan masyarakat yang semata-mata mengikuti hawa nafsu syahwat dan nafsu duniawi. mereka gemar melaksanakan mabuk-mabukan, foya,foya, berzina, berjudi, dan sebagainya. Mereka karam dalam dosa-dosa maksiat.
Dari semenjak kelahirannya Islam sudah mempunyai janji dan respon yang tinggi untuk ikut terlibat dalam memecahkan aneka macam kasus tersebut di atas. Islam bukan hanya mengurusi sosial ibadah dan seluk beluk yang terkait dengannya saja, melainkan juga ikut terlibat memperlihatkan jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi aneka macam kasus tersebut dengan penuh bijaksana, adil, domokratis, manusiawi, dan seterusnya. Hal-hal yang demikian itu sanggup dikemukakan sebagai berikut :
Pertama, dalam bidang sosial, Islam memperkenalkan ajaranyang bersifat egaliter atau kesetaraan dan kesederajatan antara insan dengan insan lain. Satu dan lainnya sama-sama sebagai makhluk Allah SWT. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Kedua, misi Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam sanggup dilihat dari anutan dalam bidan ekonomi yang bersandikan asas keseimbangan dan pemerataan. Dalam anutan Islam seseorang diperbolehkan mempunyai kekayaan tanpa batas, namun dalam jumlah tertentu dalam hartanya terdapat milik orang lain yagn harus dikeluarkan dalam bentuk zakat, infak, dan sedekah.
Ketiga, misi anutan Islam rahmatan lil alamin dalam bidang politik terlihat dari perintah Quran semoga seorang pemerintah bersikap adil, bijaksana terhadap rakyat yang dipimpinnya, mendahulukan kepentingan – kepentingan rakyat daripada kepentingan dirinya, melindungi dan mengayomi rakyat, memperlihatkan keamanan dan ketentraman kepada masyarakat.
Keempat, missi rahmatan lil alamin anutan Islam dalam bidang hukum-hukum terlihat dari perintah Quran surat An-Nisa’ ayat 58 sebagaimana tersebut di atas. Ayat tersebut memerintah seorang hakim semoga berlaku adil dan bijaksana dalam memutuskan perkara. Penegakan supremasi aturan sangat dianjurkan dalam anutan Islam.
Kelima, misi anutan Islam rahmatan lil alamin sanggup pula dilihat dalam bidang pendidikan. Hal ini terlihat dari anutan Islam yang memperlihatkan kebebasan kepada insan untuk mendapatkan hak-haknya dalam bidang pendidikan. Islam menganjurkan berguru sungguhpun dalam keadaan perang, dan menuntut ilmu mulai dari buaian hingga ke linag lahat, serta melakukannya sepanjang hayat. Pendidikan dalam Islam yakni untuk semua. pemerataan dalam pendidikan yakni merupakan misi anutan Islam.
Berdasarkan fakta dan analisis sebagaimana di atas, kita sanggup menyampaikan bahwa misi anutan Islam yakni untuk melindungi hak-hak asasi insan baik jiwa, akal, agama, harta, keturunan dan lainnya yang terkait. Untuk itu maka Islam sangat nenkankan perlunya menegakkan keadaan duai yang aman, damai, sejahtera, tentram, saling tolong-menolong, toleransi, adil, bijaksana, terbuka, kederajatan, dan kemanusiaan. Dengan ajran yang demikian, maka Islam bukanlah agama yang harus ditakuti, apalagi dituduh sebagai sarang teroris, pembuat kekacauan dan sebagainya.
BAB 2
POSISI ISLAM DI ANTARA AGAMA-AGAMA DI DUNIA
Sebelum Islam tiba ke dunia ini, telah terdapat sejumlah agama yang dianut oleh umat mansuia. Para andal Ilmu Perbandingan Agama (The Comparative Study Of Religion ) bida membagi agama secara garis besar ke dala dua bagian. Pertama, kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu-wahyunya sebagaimana termaksud dalam kitab suci Alquran. Kedua, kelopok agama yang didasarkan pada hasil renungan mendalam dari tokoh yang membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab suci yang disusunnya.
Islam yakni agama yang terakhir di antara agama besar di dunia yang semuanya merupakan kekuatan raksasa yang mengeerakkan revolusi dunia, dan mengubah nasib sekalian bangsa. Selain itu, Islam bukan saja agama yang terakhir melainkan agama yang melengkapi segala-galanya dan meliputi sekalian agama yang tiba sebelumnya.
Mengenai posisi Islam terhadap agama-agama yang tiba sebelumnya sanggup dikemukakan sebagai berikut :
Pertama, sanggup dari ciri khas agama islam yang paling menonjol yaitu bahwa Islam menyuruh para pemeluknya semoga beriman dan mempercayai bahwa seklian agama besar di dunia yang tiba sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh Allah.
Didalam Quran dijunpai ayat-ayat yang menyuruh umat Islam mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebaigian dari rukun iman.
Berdasarkan ayat – ayat tersebut terlihat dengan terang bahwa posisi Islam di antara agama-agama lainnya dari sudut keyakinan yakni agama yang menyakini dan mempercayai agama-agama yang dibawa oleh para rasul sebelumnya. Dengan demikian orang Islam bukah saja beriman keapda Nabi Muhammad SAW. melainkan beriman kepada semua nabi. berdasarkan anutan Quran yang terang benderang, bahwa semua bangsa telah kedatangan Nabi. tidak ada satu umat, melainkan seorang juru ingat telah berlalu di kalangan mereka (QS. Faathir, 35:24). Dengan demikian orang Islam yakni orang yang beriman kepada para nabi dan Kitab Suci dari semua bangsa.
Kedua, posisi Islam di antara agama-agama besar di dunia sanggup pula dilihat dari ciri khas agama Islam yang memberinya kedudukan istimewa diantara sekalian agama. Selain menjadi agama yang terakhir dan yang meliput semuanya, Islam yakni pernyataaan kehendak Ilahiyang sempurna.
Ketiga, posisi Islam diantara agama-agama lainya sanggup dilihat dari kiprah yang dimainkannya. Dalam hubungan ini agama Islam mempunyai kiprah besar, yaitu
- mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara sekalian agama di dunia dan
- menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya
- memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganur agama sebelumnya yang kemudian dimasukkan ke dalam agamanya itu,
- mengerjakan kebenaran awet yang sebelumnya tak pernah diajarkan, berhubung keadaan bangsa atau umat pada waktu itu masih dalam tarap permulaan dari tingkat perkembangan mereka dan yang terakhir ialah memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat insan yang selalu bergerak maju.
Keempat, posisi Islam di antara agama-agama lain sanggup pula dilihat dari adanya unsur pembaruan didalamnya.
Kelima, Posisi agama Islam terhadap agama-agama lainnya sanggup dilihat dari dua sifat yang yang dimiliki oleh anutan Islam, yaitu akomodatif dan persuasif.
BAB 3
METODOLOGI PEMAHAMAN ISLAM
A. STUDI ISLAM
Dikalangan para andal masih terdapat perbedaan disekitar permasalahan apakah studi islam (agama) sanggup dimasukkan ke dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan karakteristik antara ilme pengetahuan dan agama berbeda.
Pada dataran normativitas studi Islam agaknya masih banyak terbebani oleh misi kagamaan yang bersifat memihak, romantis, dan apologis, sehingga kadar muatan analisis, kritis, medodologis, historis, empiris, terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah-naskah keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.
dengan demikian secara sederhana sanggup dekemukakan jawabannya bahwa dilihat dari segi normatif sebagaimana yang terdapat di dalam Quran dan hadis, maka Islam lebih merupakan agama yang tidak sanggup diberlakukan kepadanya pradigma ilmu pengetahuan, yaitu pradigma analisistis, kritis, metodologis, historis, dan empiris. Sebagai agama, Islam lebih bersifat memihak romantis, apologis, dan subjektif. sedangkan jika dilihat dari segi historisnya yakni islam dalam arti yang dipraktikkan oleh insan serta tumbuh dan berkembang dalam sejarah kehidupan manusia, maka Islam sanggup dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu, yakni ilmu keislaman atai Islam Studies
Perbedaan dalam melihat Islam yag demikian itu sanggup menimbulkan perbedaan dalam menjelaskan Islam itu sendiri. Ketika islam dilihat dari sudur normatif, Islam merupakan agama yang di dalamnya berisi anutan Tuhan dengan urusan kepercayaan dan muamalah sedangkan saat Islam dilihat dari sudut historis atau sebagaimana yang tampak dalam Islam tampil sebagai sebuah disiplin ilmu (Islamic Studies).
B. METODE MEMAHAMI ISLAM
Pada kepingan ini penulis akan mencoba menelusuri metode memahami Islam sepanjang yang sanggup dijumpai dari aneka macam literatur keislaman. Dalam buku herjudul Tentang Sosiologi Islam, karya Ali Syari'ati, dijumpai uraian singkat mengenai metode memahami yang pada pada dasarnya Islam harus dilihat dari aneka macam dimensi. Dalam hubungan ini, ia menyampaikan jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandangan saja, maka yang akan terlihat ha-nya satu dimensi saja dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan.
Buktinya ialah Quran sendiri. Kitab ini mempunyai banyak dimensi; sebagiannya telah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah. Satu dimensi, misalnya, mengandung aspek-aspek linguistik dan sastra Alquran. Para sarjana sastra telah mempelajarinya secara terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis dan keimanan Quran yang menjadi materi pemikiran hagi para filosof serta para teolog hari ini. Dimensi alquran lainnya lagi yang belum dikenal ialah dimensi manusiawinya, yang mengandung kasus historis, sosiofogis, dan psikologis. Dimensi ini belum banyak dikenal, lantaran sosiologi, psikologi ilmu-ilmu insan memang jauh lebih muda dibandingkan ilmu-ilmu alam. Apalagi ilmu sejarah yang merupakan ilmu termuda di dunia. Namun yang dimaksudkan dengan ilmu sejarah di sini tidaklah identik dengan data historis ataupun buku-buku sejarah yang tergolong dalam buku-buku tertua yang pernah ada.
Untuk memahami islam secara benar ini, Nasruddin Razak mengajukan empat cara. :
- Pertama, Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Quran dan Al-Sunnah Rasulullah. Kekeliruan memahami Islam, lantaran orang hanya megenalnya dari sebagian ulama dan pemeluknya yang telah jauh dari bimbingan Quran dan Al-Sunnah, atau melalui pengenalan dari sumber – sumber kitab fiqih dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Mempelajari Islam dengan cara demikian akan menjadikan orang tersebut sebagai pemeluk Islam yang sinkretisme, hidup penuh bid’ah dan khurafat, yakni telah tercampur dengan hal-hal yang tidak Islami, dari anutan Islam yang murni.
- Kedua, Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial, artinya dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bundar tidak secara. sebagian saja. Memahami Islam secara parsial akan membahayakan, menimbulkan skeptis, bimbang dan penuh keraguan.
- Ketiga, Islam perlu dipelajar dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar.
- Keempat, Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada dalam Alquran, gres kemudia dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris, dan sosiologis yang ada di masyarakat. Dengan cara demikian sanggup diketahui tingkat kesesuaian atau kesenjangan antara Islam yang berada pada dataran normatif teologis yang ada dalam Quran dengan Islam yang ada pada dataran historis, sosiologis, dan empiris
Memahami Islam dengan cara keempat sebagaimana disebutkan di atas, akhir-akhir ini sangat diharapkan dalam upaya menjunjukkan kiprah sosial dan kemanusiaan dari anutan Islam itu sendiri.
Dari uraian tersebut kita melihat bahwa metode yang sanggup digunakan. untuk memahami Islam secara garis besar ada dua macam. Pertama, metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya, dengar. cara demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh Kedua, metode sintesis, vaitu suatu cara memahami Islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode teologis normatif. Metode ilmiah digunakar. untuk memahami Islam yang tampak dalam kenyataan historis, empiris, dar sosiologis, sedangkan metode teologis normatif dipakai untuk memaham: Islam yang terkandung dalam kitab suci.
Melalui metode teologis normatif ini seseorang memulainya dari meyakini Islam sebagai agama yang mutlak benar. Hal ini didasarkan pada alasan, lantaran agama berasal dari Tuhan dari apa yang berasal dari Tuhan mutlak benar, maka agamapun mutlak benar Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama sebagaimana norma anutan yang berkaitan dengan aneka macam aspek kehidupan insan yang secara keseluruhan diyakini amat ideal. Melalui metode teologis normatif yang tergolong renta usianya ini sanggup dihasilkan keyakinan dan kecintaan yang kuat, kokoh, dan militan pada Islam, sedangkan dengan metode ilmiah yang dinilai sebagai tergolong Muda usianya ini sanggup dihasilkan kemampuan menerapkan Islam yang diyakini dan dicintainya itu dalam kenyataan hidup serta memberi tanggapan terhadap aneka macam permasalahan yang dihadapi manusia.
BAB 4
TELAAH “ KONSTRUKSI TEORI” PENELITIAN AGAMA
A. PENGERTIAN "KONSTRUKSI TEORI" PENELITIAN AGAMA
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta Mengartikan konstruksi yakni cara menciptakan (menyusun) bangunan – bangunan (jembatan dan sebagainya); dan sanggup pula berarti susunan dan hubungan kata di kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan teori berarti pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu kejadian (kejadian); dan berarti pula asas-asas dan hukum-hukum umum yang dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Selain itu, teori sanggup pula berarti pendapat, cara-cara, dan aturan-aturan untuk melaksanakan sesuatu.
Selanjutnya, dalam ilmu penelitian teori-teori itu pada hakikatnya merupakan pernyataan mengenai lantaran akhir atau mengenai adanya suatu hubungan positif antara tanda-tanda yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam masyarakat, contohnya kita ingin meneliti tanda-tanda bunuh diri. sudah mengetahui perihal teori integrasi atau kohesi sosial dari Emile Durkheim (seorang andal sosiologi Perancis kenamaan), yang menyampaikan adanya hubungan positif antara lemah dan kuatnya integrasi sosial dan tanda-tanda bunuh diri dari pengertian – pengertian tersebut, kita sanggup memperroleh suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Ksnstruksi teori yakni susunan atau bangunan dari suatu pendapat, asas-asas atau aturan – aturan mengenai sesuatu yang antara suatu dan lainnya saling berkaitan, sehuingga membentuk suatu banunan.
Adapun penelitian berasal dari kata teliti yang artinya cermat, seksama, investigasi yang dilakukan secara saksama dan teliti, dan sanggup pula berarti penyelidikan, tujuan pokok dari acara penelitian ini yakni mencari kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data yang terkumpul. Kebenaran – kebenaran objektif yang diperoleh tersebut kemudian dipakai sebagai dasar atau landasan untuk pembaruan, perkembangan atau perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan mudah bidang-bidang pengetahuan yang bersangkutan.
Dengan demikian, penelitian mengandung arti upaya menemukan tanggapan atas sejumlah kasus berdasarkan data-data yang terkumpul.
Barikutnya, sampailah kita kepada pengertian agama. Telah banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan ibarat antropologi, psikologi, sosiologi, dan lain-lain yang mengcoba mendefinikan agama. R.R. Maret salah spesialis antropologi Inggris, menyatakan bahwa agama yakni yang paling sulit dari semua perkataan untuk didefinisikan lantaran agama yakni menyangkut lebih daripada hanya pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga, dan sanggup memanifestasikan dari berdasarkan segi-segi emosionalnya walaupun idenya kabur.Harun Nasution menyebutkan adanya empat unsur penting yang terdapat dalam agama, yaitu :
- unsur kekuatan gaib yang sanggup mengambil bentuk Dewa, Tuhan, dan sebagainya;
- unsur keyakinan insan bahwa kesejahterahannya di dunia ini dan hidupnya di alam abadi nanti amat tergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud;
- unsur respond yang bersifat emosional dari insan yang sanggup mengambil bentuk perasaan takut, cinta, dan sebagainya; dan
- unsur pahan adanya yang kudus (sacred) dan suci yang sanggup mengambil bentuk kekuatan gaib.
Dari definisi-definisi tersebut, Harun Nasution selannjutnya menyebutkan adanya empat unsur penting yang terdapat dalam agama, yaitu: 1) Unsur kekuatan gaib yang sanggup rnengambil bentuk dewa, atau Tuhan, dan sebagainya: 2) Unsur keyakinan insan bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di alam abadi nanti amat bergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud : 3) Unsur respons yang bersifat emosional dari insan yang sanggup mengambil bentuk perasaan takut, cinta dan sebagainya dan 4) Unsur paham adanya yang kudus (Sacred) dan suci yang sanggup mengambil bentuk kekuatan gaib, kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.
BAB 5
TEORI-TEORI PENELITIAN AGAMA
Teori yakni alat terpenting suatu ilmu pengetahuan. Tanpa teori berarti hanya ada serangkian fakta atau data saja dan tidak ada ilmu pengetahuan. Teori itu (1) menyimpulkan generalisasi fakta-fakta, (2) memberi kerangka orientasi untuk analisis dan penjabaran fakta-fakta, (3) memperlihatkan kerangka baru, (4) mengisi kekosingan pengetahuan perihal tanda-tanda – tanda-tanda yang telah ada atau sedang terjadi.
Ilmu-ilmu agama pada segi-seginya yang menyangkut kasus sosial, termasuk kepingan yang sanggup diteliti, dimatai dengan memakai piranti ilmiah atau metodologi ilmiah yang didalamnya mengandung teori yang akan digunakan. Metodologi ilmiah ditentukan oleh objek yang dikaji. Kalau segi-segi tertentu agama, katakanlah Islam itu berada pafa fenomena sosial, pasti metode pengakajian terhadap fenomena itu yakni ilmu-ilmu sosial. Adapun terhadap segi-segi lain yang berpangkal pada postulat – postulat yang lebih bersifat normatif dan dogmatis, sesuai dengan anutan metode ilmiah yang harus mempertahankan objektivitas berdasarkan konsep-konsep pemikiran logis dan bukti-bukti empiris. Tentu saja kebenaran agama dalam norma dan dogma mendambakan kebenaran mutlak sedangkan kebenaran ilmiah hanyalah kebenaran nisbi, berdasarkan pada kebijaksanaan dan ketetapan ilmu pengetahuan, Karena itu hakikat pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmu pengetahuan tidak mutlak sifatnya.
Penggunan teori dalam kajian studi islam telah banyak dibahas para andal Ricard C. Martin dalam bukunya berjudul Approaches to Islam in religious studies, telah membahas penggunaan teori dalam melaksanakan penelitian terhadap bidang studi agama Islam. Demikian pula buku yang berjudul Penelitian Agama. Masalah dan pemikiran yang diedit oleh Mulyanto Sumradi telah pula mengkaji secara seksama perihal penggunaan teori dalam penelitian agama.
Jelasnya untuk mengenal Islam, kita tidak menentukan satu pendekatan saja, lantaran Islam bukanlah berdimensi satu. Islam bukanlah agama yang didasarkan semata-mata pada perasaan-perasaan gaib insan atau hanya terbatas kepada hubungan antara Tuhan dan manusia. Ini hanya dimensi dari kepercayaan Islam. Untuk mengenal dimensi tertentu ini kita harus beralih kepada metode filsafat, lantaran hubungan antara insan dan Tuhan merupakan kepingan dari bidan pemikiran (filsafat).
BAB 6
MODEL PENELITIAN FISLASAT ISLAM
Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau mendapatkan pemikiran filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yakni berpegangan kepada doktrin anutan Quran dan Al-Hadis secara tekstual, cenderung kurang mau mendapatkan filsafat, bahkan menolaknya. Dari kedua kelompok : tersebut nampak bahwa kelompok terakhir masih cukup besar lengan berkuasa pengaruhnya di masyarakat dibandingkan dengan kelompok pertama. Kajian filsafat Islam; dilakukan sebagian mahasiswa pada jurusan tertentu di simpulan periode ke 20. Sedangkan pada masyarakat secara umum ibarat yang terjadi di kalangan pesantren, pemikiran filsafat masih dianggap terlarang, lantaran sanggup melemahkan iman. Kalaupun di pesantren diajarkan logika, yang pada hakekatnya merupakan ilmu yang mengajarkan cara berpikir filosofis, namun ini tidak diterapkan, melainkan hanya semata-mata sebagai hafalan. Berbagai analisis perihal penyebab kurang diterimanya filsafat di kalangan masyarakat Islam Indonesia pada umumnya yakni lantaran efek pikiran Al-Ghozali yang dianggapnya sebagai pembunuh pemikiran filsafat. Anggapan ini selanjutnya telah pula dibantah oleh pendapat lain yang menyampaikan bahwa penyebabnya bulanlah Al-Ghozali, melainkan sebab-sebab lain yang belum jelas.
Dengan demikian, metede, penelitian yang ditempuh Ahmad Fual Al-Ahwani yakni penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang memakai bahan-bahan kepustakaan. Sifat dan coraknya yakni penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatannya yakni pendekatan yang bersifat campuran, yaitu pendekatan historis, pendekatan daerah dan tokoh. Mulai pendekatan historis, ia mencoba menjelaskan latar belakang timbunya pemikiran filsafah daalam Islam. Sedangkan dengan pendekatan daerah ia mencoba membagi tokoh-tokoh filosif berdasarkan tempat tinggal meraka dan dengan pendekatan tokoh, ia mencoba mengemukakan aneka macam pemikiran filsafat yang sesuai dengan tokoh yang mengemukakannya.
BAB 7
MODEL PENELITIAN SEJARAH ISLAM
Sejarah Islma meruapakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian para penelitia baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim, karen abanyak manfaat yang sanggup diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan memperlihatkan pujian juga sekaligus peringatas semoga berhati-hati. Dengan mengetahui bahwa umat islam dalam sejarah pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun misalnya, akan memperlihatkan rasa gembira dan percaya diri menjadi orang muslim. Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran, penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan.
Sementara itu, bagi para peneliti Barat, mempelajari sejarah Islam selain diajukan untuk pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan untuk mencari-cari kelemahan dan kekurangan umat Islam semoga sanggup dijajah dan sebagainya sebagainya. Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah Islam banyak berasal dari hasil penelitian para sarjana Barat. Hal ini terjadi, lantaran selain masyarakat Barat mempunyai etos kemauan yang tinggi juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang besar lengan berkuasa dari para pemimpinnya. Sementara .dari kalangan para peneliti Muslim tampak di samping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai serta dana dan derma politik dari pemeintah yang kondusif.
Hasil penelitian tersebut nampaknya mempunyai kegunaan sebagai informasi awal untuk melaksanakan penelitian sejarah yang mengambil pendekadan kawasan. Penelitian tersebut sanggup dikategorikan sebagai penelitian literatur yang didukung oleh survei, dan dianalisis dengan pendekatan sejarah dan perbandingan