Makalah Pencemaran Udara Dan Gas Rumah Kaca
Monday, February 28, 2022
Edit
PENCEMARAN UDARA DAN GAS RUMAH KACA
Masalah Pencemaran Udara/Air Polution akhir-akhir ini seolah terlupakan lantaran masyarakat lebih sering mendengar dilema Perubahan Iklim/Climate Change ataupun Pemanasan Global/Global Warming yang diakibatkan oleh dampak Gas Rumah Kaca/Green House Gases. Meskipun kegiatan yang menimbulkan terjadinya Pencemaran Udara dan Gas Rumah Kaca seringkali sama, namun unsur-unsur penyebabnya berbeda, dan dampaknya juga berbeda. Sehingga upaya untuk mitigasi dan adaptasinya juga tidak selalu sama. Pada kedua dilema Polusi Udara dan Gas Rumah Kaca ini sektor Transportasi sangat berperan.
Pencemaran udara atau Polusi Udara diakibatkan oleh kegiatan yang mengeluarkan/meng-emisi-kan bahan2 kimia maupun partikel2 ke udara yang sanggup berbahaya bagi insan atau kehidupan organisme lain. Sedangkan Gas Rumah Kaca (GRK) yaitu gas2 kimia di atmosfir yang sanggup menghalangi radiasi sinar matahari yang dipantulkan dari bumi keluar angkasa sehingga menimbulkan terjadinya pemanasan.
Polusi Udara terutama terdiri dari materi kimia Sulphur Oksida (SOx), Nitrogen Oksida (NOx), Karbon Mono Oksida (CO), Timah Hitam (Pb), dan Partikel2. Bahan kimia menyerupai CO dan Pb yaitu materi beracun yang sangat berbahaya bagi manusia.
Sedangkan GRK terutama yaitu Karbon DiOksida (CO2) dan Methan (NH4). CO2 yaitu gas yang secara alamiah merupakan unsur atmosfir (bersama O2, H2, H2O, dll), mempunyai karakteristik tidak beracun, tidak berbau, dan tidak berwarna. Begitu pula Methan tidak beracun, namun bersifat gampang terbakar. Dengan kata lain, CO2 yang merupakan unsur utama GRK yaitu bukan termasuk unsur Polusi Udara.
Mekanisme :
Polusi Udara terutama disebabkan lantaran bahan2 pencemar udara yang di-emisikan terjebak dalam lapisan atmosfir yang paling rendah. Udara yang terkontaminasi tsb terhalang oleh lapisan udara yang lebih hangat diatasnya , dan lantaran lemahnya pergerakan angin atau tophografi yang dikelilingi pegunungan , maka udara terkontaminasi tsb menjadi terjebak dan seolah melayang-layang /tidak berpindah menyelimuti areal tertentu. Keadaan ini disebut penomena Thermal Inversion.
GRK bekerja dengan menyerap sebagian radiasi infra red yang dipancarkan bumi, dan membuatkan nya kembali ke aneka macam arah , yang kesudahannya yaitu memanaskan permukaan bumi dan lapisan atmosfir yang lebih rendah.
Dampak :
Polusi Udara lebih bersifat lokal pada tempat atau kota tertentu namun dampak nya terhadap insan lebih bersifat pribadi . Sedangkan dampak GRK bersifat global dan sistemik, namun gres dirasakan sehabis jangka waktu usang yaitu pemanasan global dan perubahan iklim.
Dampak pribadi Polusi Udara bagi kesehatan insan terutama menimbulkan penyakit yang berkaitan dengan pernapasan , kulit dan allergi.
Menurut WHO setiap tahun diperkirakan sekitar 2,4 juta orang meninggal lantaran Polusi Udara.
Menurut beberapa sumber, janjkematian akhir Polusi Udara setiap tahun bekerjsama melebihi janjkematian yang diakibatkan oleh kecelakaan lalulintas.
Secara kasat mata Polusi Udara sanggup terlihat berupa Asap dan Kabut , atau dalam istilah lingkungan sering disebut SMOG (yaitu Smoke and Fog) . Smog mengotori udara, mengganggu pernapasan, menghalangi jarak pandang yang seringkali mengganggu pelayanan Transportasi (penerbangan,laut, dan darat), dan menimbulkan hujan asam (acid rain) yang merusak tumbuhan.
Aktivitas yang menjadi sumber Polusi Udara dan GRK sebahagian besar sama, yaitu penggunaan materi bakar (Industri, Transportasi, Rumah Tangga, dll ), Kebakaran Hutan, dan Sampah. Namun sumber utama/terbesar Polusi Udara dengan GRK tidak selalu sama.
Untuk negara2 yang mempunyai hutan yang besar menyerupai Indonesia dan Brazil, sumber GRK yang terbesar terutama berasal dari Kebakaran dan Kerusakan Hutan serta Perubahan Tata Guna Lahan. Bagi negara2 yang relatif tidak mempunyai hutan menyerupai pada sebagian besar negara2 maju, penghasil GRK terbesar yaitu pemakaian materi bakar. Sedangkan sumber Polusi Udara yang terbesar bagi semua negara umumnya sama yaitu penggunaan materi bakar . Dengan demikian bagi negara2 maju yang tidak mempunyai hutan, maka sumber GRK dan Polusi Udara yaitu sama yaitu penggunaan materi bakar , yaitu materi bakar fosil terutama batubara dan minyak.
Berbagai sumber menyatakan pemakaian materi bakar minyak terbesar yaitu sektor Transportasi, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Dan hal ini menjelaskan data yang menandakan bahwa penyebab polusi udara terbesar di perkotaan yaitu pemakaian materi bakar pada sektor Transportasi, termasuk pada perkotaan di Indonesia.
Hasil Studi pada beberapa Kota2 besar Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menandakan bahwa 70% sumber Polusi Udara berasal dari sektor Transportasi, diikuti oleh Industri sebesar 20% dan 10% sisanya dari sektor Rumah Tangga dan lainnya. Sedangkan dari sisi penghasil GRK, meskipun secara keseluruhan sektor Transportasi hanya menyumbang sekitar kurang dari 4% total emisi Indonesia (karena GRK Indonesia terutama bersumber dari sektor Kehutanan, Perubahan Tata Guna Lahan dan Pertanian), namun kalau ditinjau dari aspek emisi GRK dari pemakaian minyak (BBM) ,maka sektor Transportasi merupakan yang terbesar, yaitu sekitar 50%, diikuti Industri 30% dan sisanya oleh Pembangkit Listrik dan Rumah Tangga.
Emisi dari Transportasi :
Unsur Polusi Udara yang berasal dari sektor Transportasi merupakan hasil pembakaran fosil fuel yaitu sbb :
- CO, yang merupaka sisa pembakaran yang tidak sempurna.
- SOx, terjadi dari reaksi kimia unsur Sulfur yang terkandung dalam BBM dengan Oksigen pada peroses pembakaran/combustion.
- NOx ,
- Logam Berat menyerupai Timbal/Pb (ditambahkan kedalam BBM untuk meningkatkan performance, ketika ini sudah mulai dihentikan penggunaanya)
- H2SO4 (zat Asam/acids).
- Partikel
Sedangkan GRK yang berasal dari Transportasi terutama yaitu CO2, yaitu hasil reaksi unsur C pada materi bakar fosil dengan Oksigen dari udara pada proses pembakaran/combustion di dalam mesin kendaraan.
Dampak bagi Sektor Transportasi :
Dampak Polusi Udara bagi sektor Transportasi terutama gangguan jarak pandang , baik di darat, bahari maupun Udara yang menjadikan turunnya tingkat pelayanan menyerupai penundaan dan abolisi penerbangan dan pelayaran. Seperti gangguan asap yang berasal dari kebakaran hutan yang acapkali terjadi di tempat Sumatera dan Kalimantan setiap ekspresi dominan kemarau. Tidak jarang gangguan jarak pandang ini menimbulkan kecelakaan. Dalam keadaan tertentu partikel debu dalam jumlah sangat besar yang terlepas ke udara juga sanggup membahayakan penerbangan menyerupai pada debu vulkanik akhir letusan gunung berapi, menyerupai bubuk letusan gunung Galunggung di Indonesia beberapa tahun yang lalu, dan letusan gunung di negara Iceland (Eropa) beberapa bulan yang lalu.
Adapun dampak peningkatan GRK yaitu pemanasan global yang antara lain menjadikan anomali cuaca, yaitu cuaca menjadi lebih sulit di prediksi dan lebih ekstrim menyerupai curah hujan yang sangat tinggi dalam waktu singkat, angin kencang, badai, yang menimbulkan banjir, tanah longsor, gelombang bahari yang besar; sehingga mengganggu kegiatan transportasi, merusak infrastruktur, dan juga tidak jarang menimbulkan kecelakaan.
Upaya Mitigasi :
Upaya mengurangi penyebab Polusi Udara dan GRK yang berasal dari sektor Transportasi sebagian besar sama dan sejalan dengan upaya menciptakan pelayanan sektor Transportasi lebih baik dan lebih efisien, yaitu :
- kurangi melaksanakan perjalanan yang tidak perlu
- kurangi dan batasi pemakaian kendaraan pribadi, shift/pindah kepada pemakaian Transportasi Masal
- tata ruang kota/wilayah yang lebih baik
- tingkatkan efisiensi dan performance mesin kendaraan
- gunakan materi bakar yang lebih baik
Khusus penggunaan materi bakar perlu di cermati hal-hal sebagai berikut :
- penggunaan Natural Gas sebagai materi bakar kendaraan sangat baik untuk mengurangi GRK maupun Polusi Udara (karena pembakarannya lebih bersih,sedikit gas buang, dan rendah CO2
- penggunaan Bio-Ethanol dan Bio-Methanol sebagai Bio-Energi yang berasal dari flora yang ditanaman secara berkelanjutan, sangat baik bagi mengurangi GRK maupun Polusi Udara (lebih sedikit meng-emisi NOx,CO,HC,Partikel).
- Bio-diesel yang berasal dari flora yang ditanam secara berkelanjutan, sangat baik untuk mengurangi GRK, dan juga Polusi Udara.
- Upaya perbaikan BBM yang berasal dari Fossil Fuel yang dipakai ketika ini menyerupai mengurangi kandungan Sulphur dan melarang penggunaan Timbal/Pb, sangat bermanfaat untuk mengurangi Polusi Udara , namun relatif tidak berdampak untuk pengurangan GRK.
- Penggunaan peralatan Katalik pada system pembuangan gas pada kendaraan bermanfaat untuk mengurangi Polusi Udara, namun tidak untuk GRK.
Kesimpulan
Polusi Udara dan GRK yaitu dilema lingkungan yang berbeda penyebab dan akibatnya, namun dampaknya sama2 membahayakan kehidupan.
Polusi Udara bersifat lokal dan regional, umumnya terjadi di kota2 besar, dampaknya lebih langsung, upaya mitigasinya relatif lebih mudah. Sedangkan dilema GRK bersifat global dan kompleks, dampaknya gres terlihat sehabis waktu yang lama, namun kesudahannya jauh lebih besar dan sistemik , besar lengan berkuasa pada hampir seluruh aspek kehidupan.
Pada kebanyakan kota besar dunia, termasuk di Indonesia, sektor Transportasi merupakan sumber Polusi Udara yang utama.
Meskipun secara total sektor Kehutanan, Pertanian dan Tata Guna Lahan merupakan penyumbang emisi GRK terbesar bagi Indonesia, namun kalau dilihat dari GRK yang berasal dari penggunaan BBM maka Transportasi merupakan penghasil emisi terbesar.
Upaya2 memperbaiki sistem Transportasi sangat penting , dan intinya juga selalu bermanfaat (co-benefit) bagi pengurangan Polusi Udara dan GRK.
Penggunaan Bio-Energi berdampak positive bagi penurunan Polusi Udara, namun hanya akan berdampak positive bagi pengurangan GRK apabila berasal dari flora yang ditanam secara berkelanjutan (environmentally sustainable), tidak berasal dari pembukaan hutan, dan tidak menggangu kebutuhan ketersediaan pangan.
Daftar Pustaka :
1.Climate Change 2007, The Physical Science Basis, IPCC 2007.