Bahasa Baku Dan Kosakata
Thursday, March 10, 2022
Edit
Bahasa Baku
Berbicara perihal orang yang berpendidikan tidak lepas dari bahasa dunia pendidikan yang tentu menyangkut persoalan ragam bahasa. Ragam bahasa yang dimaksud yaitu ragam bahasa baku atau bahasa standar. Oleh alasannya yaitu itu, ada dua ciri yang melatari berbahasa baku. Pertama, ragam bahasa baku mempunyai sifat kemantapan dinamis, berupa kaidah dan hukum yang tetap. Selain itu, baku atau standar tidak sanggup berubah setiap saat. Oleh alasannya yaitu itu, bentuk tugas dan perumus dengan taat asas sanggup menghasilkan perajin dan perusak, bukan pengrajin dan pengrusak. Dengan kata lain, kebakuan itu cukup luwes memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosakata dan peristilahan. Ciri kedua, yang menandai bahasa baku ialah sifat kecendekiaan. Perwujudan dari kecendekiaan itu ialah dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang sanggup mengungkapkan kebijaksanaan sehat dan pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Oleh alasannya yaitu itu, sangat sempurna jika proses pembakuan bahasa yang dimaksud yaitu proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman variasi bahasa.
Paparan di atas memperlihatkan bahwa pembakuan kosakata sangat penting untuk direalisasikan. Hal itu perlu dilakukan alasannya yaitu dengan adanya pembakuan kosakata itu sanggup memperlihatkan pandangan berikut.
- fungsi pemersatu,
- fungsi pemberi kekhasan,
- fungsi pembawa wibawa, dan
- fungsi sebagai kerangka acuan
Bahasa baku berfungsi pemersatu yang dimaksud yaitu bahwa bahasa baku mempersatukan makna menjadi satu masyarakat bahasa dan sanggup meningkatkan proses identifikasi penutur orang seorang. Fungsi yang dimaksud sebagai berikut.
- Fungsi pemberi kekhasan yang dimaksud yaitu membedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Misalnya bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Malaysia atau bahasa Melayu Singapura dan Brunei Darussalam. Dengan kata lain, bahasa Indonesia dianggap sudah jauh berbeda dari bahasa Melayu Riau, Johor yang menjadi induknya.
- Pemilihan bahasa baku membawa satu wibawa atau prestasi seseorang. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan perjuangan orang seorang untuk mencapai kesederajatan dengan peradaban lain.
- Bahasa baku berfungsi sebagai kerangka pola bagi pemakaian bahasa. Untuk menerapkan pemakaiannya itu, dan kaidah menjadi dasar benar tidaknya pemakaian bahasa itu. Oleh alasannya yaitu itu, kumpulan unsur bahasa yang disebut kosakata perlu adanya pembakuan, contohnya cewek, nggak, dan entar. Kata-kata itu sudah menjadi bab kosakata Indonesia, tetapi tidak termasuk ke dalam kelompok yang baku. (Tata bahasa Baku, 1993:13--21)
Butir ketiga pada paparan di atas itu menjadi dasar pemikiran penulis untuk merealisasikan satu alternatif pengajaran kosakata. Dengan demikian, pembakuan kosakata sangatlah penting. Dengan adanya pembakuan kosakata, sekurang-kurangnya tidak akan menyesatkan penerima bimbing ketika menemukan kosakata yang memang belum dimengerti. Pengajar dalam hal ini dituntut untuk memahami dan menguasai kosakata baku dan tidak baku. Berkenaan dengan itu, kamus dan kamus istilah sangat penting untuk mendukung pengajaran kosakata.
Kosakata
Seperti telah dikemukakan di awal pembicaraan ini bahwa tujuan pengajaran bahasa yaitu supaya para siswa terampil berbahasa, menyimak, berbicara, dan menulis. Untuk itu, para siswa yang ingin mempelajari kosakata secara umum kita perkenalkan kosakata dasar. Kosakata dasar yaitu kata-kata yang tidak gampang berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Adapun yang termasuk kategori kosakata dasar menyerupai berikut ini:
- istilah kekerabatan contohnya ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, menantu, dan mertua;
- nama-nama bab tubuh, contohnya kepala, rambut, mata, telinga
- kata ganti (diri, penunjuk), contohnya saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sini, situ, dan sana;
- kata bilangan pokok, contohnya satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, duapuluh, sebelas, dua belas, seratus, dua ratus, seribu, dua ribu, sejuta, dan dua juta;
- kata kerja pokok contohnya makan, minum, tidur, bangun, berbicara, melihat, mendengar, menggigit, berjalan, bekerja, mengambil, dan menangkap.
- kata keadaan pokok, contohnya suka, duka, senang, susah, lapar, kenyang, haus, sakit, sehat, bersih, kotor jauh, dekat, cepat, lambat, besar, kecil, banyak, sedikit, terang, gelap, siang, malam, rajin, malas, kaya, miskin, tua, muda, hidup, dan mati;
- benda-benda universal, contohnya tanah, air, api, udara, langit, bulan, bintang, matahari, dan tumbuh-tumbuhan (Tarigan, 1985:3--4).
Sesuai dengan unsur kategori kosakata dasar, kemudian bagaimana caranya supaya siswa sanggup mempelajari kata-kata yang dimaksud? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita kembali ke persoalan awal yaitu pengajar hendaknya menganjurkan para siswa untuk memakai kamus, dalam hal ini Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai rujukan untuk menandakan bahwa kosakata dasar itu sanggup siswa temukan di dalam entri kamus, contohnya kata ibu, untuk memahami apa bekerjsama makna kata ibu, siswa kita ajak untuk mencoba membuka kamus yang sudah dibawa masing-masing. Selain siswa kita ajak untuk melihat kata ibu yang ada di dalam entri kamus. Sebelumnya siswa beranggapan bahwa kata ibu hanya mempunyai pengertian orang yang melahirkan kita. Akan tetapi, sesudah kita buktikan sesuai dengan apa yang ada di dalam entri ibu, ternyata mempunyai kata ibu bermakna 1) perempuan yang telah melahirkan seseorang, 2) sebutan untuk orang yang sudah bersuami, 3) panggilan yang takzim[1] kepada perempuan baik yang sudah bersuami maupun yang belum, 4) bab yang pokok (besar, asal, dsb.), dan 5) yang utama di antara beberapa hal lain.
Contoh:
- Anak harus mencintai ibu.
- Ibu jari anak itu tertusuk jarum.
- Ibu kota negara Republik Indonesia yaitu Jakarta.
Dari ketiga contoh kalimat di atas, kata dasar ibu sesudah kita buktikan dalam kamus ternyata tidak hanya mempunyai satu makna. Bahkan lebih dari itu kata ibu sanggup berubah menjadi ibu angkat, ibu ayam (induk ayam), ibu bapak, ibu jari, ibu kaki (jempol, empu kaki), ibu kandung, ibu kota, ibu kota kabupaten, ibu kotamadya, ibu kosa propinsi, ibu kota negara, ibu negeri, ibu pertiwi, ibu pungut, ibu rumah tangga, ibu sungai. Bahkan kota ibu berubah menjadi beribu dan keibuan. Dengan demikian, siswa sanggup memahami bahwa kata dasar kadang kala mempunyai lebih dari satu makna. Dengan latihan menciptakan kalimat melalui kata dasar ibu misalnya, siswa sanggup memahami kata ibu ternyata sesudah dikembangkan ternyata mempunyai makna lebih dari satu makna.
SUMBER;