Prinsip Dasar Administrasi Risiko (Risk Management)
Friday, March 4, 2022
Edit
PRINSIP DASAR MANAJEMEN RISIKO (RISK MANAGEMENT)
PENDAHULUAN
Tujuan
Konsep administrasi risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada abad tahun 1980-an sehabis berkembangnya teori accident model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu lingkungan dan kesehatan.
Tujuan dari administrasi risiko yaitu minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka administrasi risiko sanggup memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga imbas dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya administrasi risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun ‘accident’.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup proses administrasi risiko terdiri dari:
- Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya
- Identifikasi risiko,
- Analisis risiko,
- Evaluasi risiko,
- Pengendalian risiko,
- Pemantauan dan telaah ulang,
- Koordinasi dan komunikasi.
Aplikasi
Pelaksanaan administrasi risiko haruslah menjadi penggalan integral dari pelaksanaan sistem administrasi perusahaan/ organisasi. Proses administrasi risiko Ini merupakan salah satu langkah yang sanggup dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses administrasi risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Manajemen risiko yaitu metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko.
Proses ini sanggup diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen risiko sanggup memperlihatkan manfaat optimal jika diterapkan semenjak awal kegiatan. Walaupun demikian administrasi risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
Beberapa contoh penerapannya sanggup dilihat pada lampiran
A. Definisi
1. Konsekuensi
Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan merugikan atau menguntungkan. Bisa juga berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi dan berafiliasi dengan suatu kejadian.
2. Biaya
Dari suatu kegiatan, baik pribadi dan tidak langsung, mencakup banyak sekali dampak negatif, termasuk uang, waktu, tenaga kerja, gangguan, nama baik, politik dan kerugian-kerugian lain yang tidak dinyatakan secara jelas.
3. Kejadian
Suatu kejadian (insiden) atau situasi, yang terjadi pada tempat tertentu selama interval waktu tertentu.
4. Analisis Urutan Kejadian
Suatu teknik yang menggambarkan rentangan kemungkinan dan rangkaian akhir yang bisa timbul dari proses suatu kejadian.
5. Analisis Urutan Kesalahan
Suatu metode sistem teknik untuk memperlihatkan kombinasi-kombinasi yang logis dari banyak sekali keadaan sistem dan penyebab-penyebab yang mungkin bisa berkontribusi terhadap kejadian tertentu (disebut kejadian puncak).
6. Frekuensi
Ukuran angka dari kejadian suatu kejadian yang dinyatakan sebagai jumlah kejadian suatu kejadian dalam waktu tertentu. Terlihat juga ibarat kemungkinan dan peluang.
7. Bahaya (hazard)
Faktor intrinsik yang menempel pada sesuatu dan memiliki potensi untuk mengakibatkan kerugian.
8. Monitoring/ Pemantauan
Pengecekan, Pengawasan, Pengamatan secara kritis, atau Pencatatan kemajuan dari suatu kegiatan, tindakan, atau sistem untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi.
9. Probabilitas
Digunakan sebagai citra kualitatif dari peluang atau frekuensi. Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil. Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0 membuktikan kejadian atau hasil yang mustahil dan 1 membuktikan kejadian atau hasil yang pasti.
10. Risiko Ikutan
Tingkat risiko yang masih ada sehabis administrasi risiko dilakukan.
11. Risiko
Peluang terjadinya sesuatu yang akan memiliki dampak terhadap sasaran. Ini diukur dengan aturan alasannya yaitu akibat. Variabel yang diukur biasanya probabilitas, konsekuensi dan juga pemajanan.
12. Penerimaan Risiko (acceptable risk)
Keputusan untuk mendapatkan konsekuensi dan kemungkinan risiko tertentu.
13. Analisis risiko
Sebuah sistematika yang memakai informasi yang didapat untuk memilih seberapa sering kejadian tertentu sanggup terjadi dan besarnya konsekuensi tersebut.
14. Penilaian risiko
Proses analisis risiko dan evalusi risiko secara keseluruhan. Lihat diagram 3.1
15. Penghindaran risiko
Keputusan yang diberitahukan tidak menjadi terlibat dalam situasi risiko.
16. Pengendalian risiko
Bagian dari administrasi risiko yang melibatkan penerapan kebijakan, standar, mekanisme perubahan fisik untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang kurang baik.
17. Evaluasi risiko
Proses yang biasa dipakai untuk memilih administrasi risiko dengan membandingkan tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan, sasaran tingkat risiko dan kriteria lainnya.
18. Identifikasi Risiko
Proses memilih apa yang sanggup terjadi, mengapa dan bagaimana.
19. Pengurangan Risiko
Penggunaan/ penerapan prinsip-prinsip administrasi dan teknik-teknik yang sempurna secara selektif, dalam rangka mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau konsekuensinya, atau keduanya.
20. Pemindahan Risiko (risk transfer)
Mendelegasikan atau memindahkan suatu beban kerugian ke suatu kelompok/ penggalan lain melalui jalur hukum, perjanjian/ kontrak, asuransi, dan lain-lain. Pemindahan risiko mengacu pada pemindahan risiko fisik dan bagiannya ke tempat lain.
(PRA)SYARAT MANEJEMEN RISIKO
Tujuan
Tujuan dari penggalan ini yaitu untuk menggambarkan proses formal (harus dilakukan) untuk menjalankan sebuah agenda administrasi risiko yang sistematik.
Perkembangan dari kebijakan administrasi risiko sebuah organisasi dan mekanisme pendukungnya diharapkan untuk memperlihatkan pola kerja dalam menjalankan agenda administrasi risiko yang rinci dalam sebuah proyek atau tingkat sub-organisasi.
Kebijakan Manajemen Risiko
Eksekutif organisasi harus sanggup mendefinisikan dan membuktikan kebenaran dari kebijakan administrasi risikonya, termasuk tujuannya untuk apa, dan komitmennya. Kebijakan manjemen risiko harus relevan dengan konteks taktik dan tujuan organisasi, objektif dan sesuai dengan sifat dasar bisnis (organisasi) tersebut. Manejemen akan memastikan bahwa kebijakan tersebut sanggup dimengerti, sanggup diimplementasikan di setiap tingkatan organisasi.
Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil
1. Komitmen Manajemen.
Organisasi harus sanggup memastikan bahwa:
- aSistem manejemen risiko telah sanggup dilaksanakan, dan telah sesuai dengan standar
- Hasil/ performa dari sistem administrasi risiko dilaporkan ke administrasi organisasi, biar sanggup dipakai dalam meninjau (review) dan sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan keputusan.
2. Tanggung jawab dan kewenangan
Tanggung jawab, kekuasaan dan korelasi antar anggota yang sanggup memperlihatkan dan membedakan fungsi kerja didalam administrasi risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:
- Tindakan pencegahan atau pengurangan imbas dari risiko.
- Pengendalian yang akan dilakukan biar faktor risiko tetap pada batas yang masih sanggup diterima.
- Pencatatan faktor-faktor yang berafiliasi dengan kegiatan administrasi risiko.
- Rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan.
- Memeriksa validitas implementasi solusi yang ada.
- Komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal.
3. Sumber
Organisasi harus sanggup mengidentifikasikan persyaratan kompetensi sumber daya insan (SDM) yang diperlukan. Oleh lantaran itu untuk meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang relevan dengan pekerjaannya ibarat pembinaan manajerial, dan lain sebagainya.
Implementasi Program
Sejumlah langkah perlu dilakukan biar implementasi sistem administrasi risiko sanggup berjalan secara efektif pada sebuah organisasi. Contoh implementasi sanggup dilihat pada lampiran B. Langkah-langkah yang akan dilakukan tergantung pada filosofi, budaya dan struktur dari organisasi tersebut.
Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem administrasi risiko pada tahap yang spesifik, harus sanggup memastikan kesesuaian kegiatan administrasi risiko yang sedang dilakukan dengan standar yang dipakai dan dengan tahap-tahap berikutnya.
MANEJEMEN RISIKO
Umum
Manajemen risiko yaitu penggalan yang tidak terpisahkan dari administrasi proses. Manajemen risiko yaitu penggalan dari proses kegiatan didalam organisasi dan pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, administrasi risiko yaitu proses yang berjalan terus menerus.
Elemen Utama
Elemen utama dari proses administrasi risiko, ibarat yang terlihat pada gambar 3.1 meliputi:
a. Penetapan tujuan
Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup administrasi risiko yang akan dilakukan.
b. Identifkasi risiko
Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang menghipnotis terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
c. Analisis risiko
Dilakukan dengan memilih tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).
d. Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibentuk tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang sanggup diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melaksanakan pengendalian.
e. Pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan memakai banyak sekali alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.
f. Monitor dan Review
Monitor dan review terhadap hasil sistem administrasi risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan
g. Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil administrasi risiko yang dilakukan.
Manajemen risiko sanggup diterapkan di setiap level di organisasi. Manajemen risiko sanggup diterapkan di level strategis dan level operasional. Manajemen risiko juga sanggup diterapkan pada proyek yang spesifik, untuk membantu proses pengambilan keputusan ataupun untuk pengelolaan tempat dengan risiko yang spesifik.
PROSES MANAJEMEN RISIKO
Menetapkan Konteks
1. Umum
Pada dasarnya urutan kegiatan dalam proses administrasi risiko ini menggambarkan beberapa konsep dasar sebagai berikut:
- Urutan tahapan administrasi risiko menggambarkan siklus ‘problem solving’.
- Manajemen risiko bersifat preventif.
- Manajemen risiko sejalan dengan konsep ‘continuous improvement’
- Manajemen risiko fokus pada ruang lingkup problem yang akan dikelola.
Proses Manajemen Risiko secara rinci terlihat pada gambar 4.1.
2. Konteks Strategis
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah: mendefinisikan korelasi antara organisasi dan lingkungan sekitarnya, mengidentifikasi kelebihan, kekurangan, kesempatan dan rintangan. Konteksnya mencakup bidang keuangan, bidang operasional, pesaing, bidang politik (persepsi umum), sosial, klien, budaya dan bidang legal dari fungsi organisasi.
Mengidentifikasi faktor pendukung internal dan eksternal dan mempertimbangkan tujuan, menjadikannya dalam bentuk persepsi dan menerbitkan peraturan. Intinya tahapan ini melaksanakan eksplorasi terhadap semua faktor yang sanggup mendukung dan menghambat jalannya kegiatan administrasi risiko selanjutnya.
Tahap ini berfokus pada lingkungan dimana organisasi itu berada. Sebuah organisasi seharusnya mencoba memutuskan elemen-elemen penting yang mungkin mendukung atau menghambat kemampuan untuk mengelola risiko yang dihadapi, analisa strategis harus dibuat. Hal ini seharusnya didukung pada level eksekutif, menciptakan parameter dasar dan memperlihatkan bimbingan lebih rinci bagi proses administrasi risiko. Dimana seharusnya ada korelasi yang erat antara misi organisasi atau tujuan organisasi atau tujuan strategis dengan pengelolaan dari seluruh risiko yang akan dilakukan.
3. Konteks Organisasi
Sebelum studi administrasi risiko dilakukan, merupakan hal penting untuk memahami kondisi organisasi dan kemampuannya, ibarat halnya pemahaman terhadap tujuan, sasaran dan taktik yang dibentuk untuk administrasi risiko.
Merupakan hal penting memahami alasan-alasan berikut:
- Manajemen risiko menempati konteks sebagai tujuan tahap erat untuk mencapai tujuan organisasi dan taktik organisasi, lantaran hasil administrasi risiko barulah tahap awal untuk terciptanya ‘continuous improvement’.
- Kegagalan pencapaian sebuah objektif dari organisasi bisa dilihat sebagai salah satu risiko yang harus dikelola.
- Jelasnya kebijakan dan pengertian tujuan organisasi akan sangat membantu dalam memilih kriteria penilaian terhadap risiko yang ada, apakah sanggup diterima/ tidak, demikian juga dengan penentuan pilihan-pilihan pengendaliannya.
4. Konteks Manajemen Risiko
Tujuan, strategi, ruang lingkup dan parameter dari aktifitas, atau penggalan dari organisasi dimana proses administrasi risiko harus dilaksanakan, dan ditetapkan. Proses itu bahu-membahu dilakukan dengan aliran dan pertimbangan yang matang untuk memenuhi keseimbangan biaya, laba dan kesempatan. Prasyarat sumber risiko dan pencatatannya dibentuk secara spesifik.
Isi dan ruang lingkup dari aplikasi proses administrasi risiko, mencakup :
- Identifikasi tujuan dari proyek yang akan dilakukan (sejalan dengan administrasi perusahaan).
- Penentuan waktu dan tempat pelaksanaan proyek.
- Identifikasi studi yang diharapkan lengkap dengan ruang lingkupnya, prasyarat, dan objektifitasnya.
- Menentukan cakupan dan ruang lingkup dari aktifitas administrasi risiko. Kegiatan yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut:
- Penentuan wilayah tanggung jawab setiap unit (siapa yang berwenang).
- Hubungan antara proyek yang satu dengan yang lainnya dalam organisasi tersebut (koordinasinya).
5. Pengembangan Kriteria Dalam Melakukan Evaluasi Risiko
Tentukan kriteria yang diduga akan menghambat penilaian risiko yang akan dilakukan. Hal tersebut ditentukan oleh kesesuaian dan perlakuan risiko yang didasari kegiatan operasional, teknis, dana, hukum, sosial, kemanusiaan atau kriteria lainnya. Biasanya hal tersebut tergantung dari kebijakan internal, tujuan, objektifitas, dan kebijakan organisasi perusahaan.
Kriteria dipengaruhi oleh persepsi internal dan eksternal, serta ketentuan hukum. Sangat penting untuk menyesuaikan kriteria tersebut dengan lingkungan yang ada. Kriteria risiko harus dibentuk sesuai dengan jenis risiko yang ada dan level risikonya.
6. Mendefinisikan struktur
Termasuk didalamnya yaitu memisahkan acara atau proyek kedalam elemen-elemen. Elemen-elemen ini menyediakan suatu kerangka logis untuk mengidentifikasi dan menganalisis biar sanggup disusun urutan risiko yang signifikan. Struktur yang dipilih tergantung dari risiko dan ruang lingkup aktivitas/ proyek.
Identifikasi Risiko
1. Umum
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola. Identifikasi harus dilakukan terhadap semua risiko, baik yang berada didalam ataupun diluar organisasi.
2. Apa Yang Dapat Terjadi
Tujuannya yaitu untuk menyusun daftar risiko secara komprehensif dari kejadian-kejadian yang sanggup berdampak pada setiap elemen kegiatan. Perlu juga dilakukan pencatatan terhadap faktor-faktor yang menghipnotis risiko yang ada secara rinci sehingga menggambarkan proses yang terjadi. Pada dasarnya tahap ini memperlihatkan eksplorasi citra permasalahan yang sedang dihadapi. Tahap ini nantinya akan memperlihatkan besaran konsekuensi yang sanggup terjadi. Konsekuensi merupakan salah satu variabel penting untuk penentuan level risiko nantinya.
3. Bagaimana Dan Mengapa Itu Terjadi
Pada tahap ini dilakukan penyusunan skenario proses kejadian yang akan mengakibatkan risiko berdasarkan informasi citra hasil eksplorasi problem diatas. Skenario menjadi penting untuk memperlihatkan rangkaian ‘cerita’ perihal proses terjadinya sebuah risiko, termasuk faktor-faktor yang adapat diduga menjadi penyebab ataupun menghipnotis timbulnya risiko. Tahap ini akan memperlihatkan rentang probabilitas yang ada. Sebagaimana konsekuensi, maka probabilitas juga merupakan variabel penting yang akan memilih level risiko yang ada.
4. Peralatan Dan Teknik
Pendekatan yang dipakai untuk identifikasi risiko diantaranya, checklist, penilaian berdasarkan pengalaman dan pencatatan, flowcharts, brainstorming, analisis sistem, analisis skenario, dan teknik sistem engineering.
Analisis Risiko
1. Umum
Tujuan dari analisis risiko yaitu untuk membedakan risiko minor yang sanggup diterima dari risiko mayor, dan untuk menyediakan data untuk membantu penilaian dan penanganan risiko. Analisis risiko termasuk pertimbangan dari sumber risiko, dan konsekuensinya. Faktor yang menghipnotis konsekuensi sanggup teridentifikasi. Risiko dianalisis dengan mempertimbangkan estimasi konsekuensi dan perhitungan terhadap agenda pengendalian yang selama ini sudah dijalankan.
Analis pendahuluan sanggup dibentuk untuk mendapatkan citra seluruh risiko yang ada. Kemudian disusun urutan risiko yang ada. Risiko-risiko yang kecil untuk sementara diabaikan dulu. Prioritas diberikan kepada risiko-risiko yang cukup signifikan sanggup mengakibatkan kerugian.
2. Menetapkan/ Determinasi Pengendalian Yang Sudah Ada
Identifikasi manajemen, sistem teknis dan prosedur-prosedur yang sudah ada untuk pengendalian risiko, kemudian dinilai kelebihan dan kekurangannya. Alat-alat yang dipakai dinilai kesesuainnya. Pendekatan-pendekatan yang sanggup dilakukan misalnya, ibarat inspeksi dan teknik pengendalian dengan penilaian sendiri/ professional judgement (Control Self-Assessment Techniques/ CST).
3. Konsekuensi/ Dampak Dan Kemungkinan
Konsekuensi dan probabilitas yaitu kombinasi/ adonan untuk memperlihatkan level risiko. Berbagai metode bisa dipakai untuk menghitung konsekuensi dan probabilitas, diantaranya dengan memakai metode statistik.
Metode lain yang juga bisa dipakai jika data terdahulu tidak tersedia, dengan melaksanakan ekstrapolasi data-data sekunder secara umum dari lembaga-lembaga internasional maupun industri sejenis. Kemudian dibentuk estimasi/ asumsi secara subyektif. Metode ini disebut metode penentuan dengan professional judgement. Hasilnya sanggup memperlihatkan citra secara umum mengenai level risiko yang ada.
Sumber informasi yang sanggup dipakai untuk menghitung konsekuensi diantaranya adalah:
- Catatan-catatan terdahulu.
- Pengalaman kejadian yang relevan.
- Kebiasaan-kebiasaan yang ada di industri dan pengalaman-pengalaman pengendaliannya.
- Literatur-literatur yang beredar dan relevan.
- Marketing test dan penelitian pasar.
- Percobaan-percobaan dan prototipe.
- Model ekonomi, teknik, maupun model yang lain.
- Spesialis dan pendapat-pendapat para pakar.
Sedangkan teknik-tekniknya adalah:
- Wawancara yang terstruktur dengan para pakar yang terkait.
- Menggunakan banyak sekali disiplin keilmuan dari para pakar.
- Evaluasi perorangan dengan memakai kuesioner.
- Menggunakan sarana komputer dan lainnya.
- Menggunakan pohon kesalahan (fault tree) dan pohon kejadian (event tree).
4. Tipe Analisis
Analisis risiko akan tergantung informasi risiko dan data yang tersedia. Metode analisis yang dipakai bisa bersifat kualitatif, semi kuantitatif, atau kuantitatif bahkan kombinasi dari ketiganya tergantung dari situasi dan kondisinya.
Urutan kompleksitas serta besarnya biaya analisis (dari kecil hingga besar) adalah: kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif. Analisis kualitatif dipakai untuk memperlihatkan citra umum perihal level risiko. Setelah itu sanggup dilakukan analisis semi kuantitatif ataupun kuantitatif untuk lebih merinci level risiko yang ada.
Penjelasan perihal karakteristik jenis-jenis analisis tersebut sanggup dilihat dibawah ini:
A. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif memakai bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur. Hasilnya contohnya risiko sanggup termasuk dalam:
- Risiko rendah
- Risiko sedang
- Risiko tinggi
Catatan: Tabel E1 dan E2 dalam lampiran E menggambarkan contoh bentuk kualitatif yang gampang atau skala deskriptif dari kemungkinan-kemungkinan yang ada. Tabel E3 yaitu sebuah contoh dari sebuah matriks yang dibentuk berdasarkan prioritas kelas dengan menggambungkan kemungkinan-kemungkinan tersebut. Tabel tersebut perlu ditata kembali sesuai kebutuhan dari organisasi yang individu atau subjek tertentu dari penilaian suatu risiko.
Analisis kualitatif dipakai untuk kegiatan skrining awal pada risiko yang membutuhkan analisis lebih rinci dan lebih mendalam.
B. Analisis Semi-Kuantitatif
Pada analisis semi kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan diatas diberi nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan derajat konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada. Misalnya suatu risiko memiliki tingkat probabilitas sangat mungkin terjadi, kemudian diberi nilai 100. sehabis itu dilihat tingkat konsekuensi yang sanggup terjadi sangat parah, kemudian diberi nilai 50. Maka tingkat risiko yaitu 100 x 50 = 5000. Nilai tingkat risiko ini kemudian dikonfirmasikan dengan tabel standar yang ada (misalnya dari ANZS/ Australian New Zealand Standard, No. 96, 1999).
Kehati-hatian harus dilakukan dalam memakai analisis semi-kuantitatif, lantaran nilai yang kita buat belum tentu mencerminkan kondisi obyektif yang ada dari sebuah risiko. Ketepatan perhitungan akan sangat bergantung kepada tingkat pengetahuan tim hebat dalam analisis tersebut terhadap proses terjadinya sebuah risiko. Oleh lantaran itu kegiatan analisis ini sebaiknya dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari banyak sekali disiplin ilmu dan background, tentu saja juga melibatkan manajer ataupun supervisor di bidang operasi.
C. Analisis Kuantitatif
Analisis dengan metode ini memakai nilai numerik. Kualitas dari analisis tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada. Konsekuensi sanggup dihitung dengan memakai metode modeling hasil dari kejadian atau kumpulan kejadian atau dengan mempekirakan kemungkinan dari studi eksperimen atau data sekunder/ data terdahulu.
Probabilitas biasanya dihitung sebagai salah satu atau keduanya (exposure dan probability). Kedua variabel ini (probabilitas dan konsekuensi) kemudian digabung untuk memutuskan tingkat risiko yang ada. Tingkat risiko ini akan berbeda-beda berdasarkan jenis risiko yang ada.
5. Sensitifitas Analisis
Tingkatan sensitifitas analisis (dimulai dari yang paling sensitif hingga dengan yang kurang sensitif) adalah:
- Analisis Kuantitatif
- Analisis Semi-kuantitatif
- Analisis Kualitatif
Evaluasi Risiko
Evaluasi Risiko yaitu membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan.
Hasil Evaluasi risiko diantaranya adalah:
- Gambaran perihal seberapa penting risiko yang ada.
- Gambaran perihal prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
- Gambaran perihal kerugian yang mungkin terjadi baik dalam parameter biaya ataupun parameter lainnya.
- Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.
Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko mencakup identifikasi alternatif-alternatif pengendalian risiko, analisis pilihan-pilihan yang ada, planning pengendalian dan pelaksanaan pengendalian.
1. Identifikasi Alternatif-Alternatif Pengendalian Risiko
Alternatif-alternatif pengendalian yang sanggup dilakukan sanggup dilihat di bawah ini:
a. Penghindaran risiko
Beberapa pertimbangan penghindaran risiko :
- Keputusan untuk menghindari atau menolak risiko sebaiknya memperhatikan informasi yang tersedia dan biaya pengendalian risiko.
- Kemungkinan kegagalan pengendalian risiko.
- Kemampuan sumber daya yang ada tidak memadai untuk pengendalian.
- Penghindaran risiko lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengendalian risiko yang dilakukan sendiri.
- Alokasi sumber daya tidak terganggu.
b. Mengurangi probabilitas
Contoh sanggup di lihat di Lampiran G
c. Mengurangi konsekuensi
Contoh sanggup di lihat di Lampiran G
d. Transfer risiko
Alternatif transfer risiko ini, dilakukan sehabis dihitung laba dan kerugiannya. Transfer risiko ini bisa berupa pengalihan risiko kepada pihak kontraktor. Oleh lantaran itu didalam perjanjian kontrak dengan pihak kontraktor harus terang tercantum ruang lingkup pekerjaan dan juga risiko yang akan ditransfer. Selain itu konsekuensi yang mungkin terjadi sanggup juga di transfer risikonya dengan pihak asuransi.
2. Penilaian Alternatif-Alternatif Pengendalian Risiko
Pilihan sebaiknya dinilai atas dasar/ besarnya pengurangan risiko dan besarnya aksesori laba atau kesempatan yang ada. Seleksi dari alternatif yang paling sempurna mencakup keseimbangan biaya pelaksanaan terhadap keuntungan.
Walaupun pertimbangan biaya menjadi faktor penting dalam penentuan alternatif pengendalian risiko, tetapi faktor waktu dan keberlangsungan operasi tetap menjadi pertimbangan utama.
Biaya dari pengurangan risiko ($)
Seringkali perusahaan bisa mendapatkan manfaat besar dari pilihan kombinasi alternatif-alternatif pengendalian yang tersedia. Oleh lantaran itu bahu-membahu tidak pernah terjadi penggunaan alternatif tunggal dalam proses pengendalian risiko.
3. Rencana Persiapan Pengendalian
Setelah ditentukan alternatif pengendalian risiko yang paling tepat, langkah berikutnya yaitu menyusun planning persiapan. Rencana persiapan ini berkaitan dengan pertanggungjawaban, agenda waktu, anggaran, ukuran kinerja, dan tempat.
Untuk lebih jelasnya, tercatat pada penggalan H5, Lampiran H.
4. Implementasi Perbaikan Program
Idealnya, tanggungjawab dari pengendalian risiko seharusnya dilakukan oleh mereka yang benar-benar mengerti. Tanggung jawab tersebut harus disetujui lebih awal. Pelaksanaan pengendalian risiko yang baik membutuhkan sistem administrasi yang efektif, pembagian tanggungjawab yang terang dan kemampuan individu yang handal.
Pemantauan Dan Telaah Ulang
Pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang bisa terjadi. Perubahan-perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan. Pada prinsipnya pemantauan dan telaah ulang perlu untuk dilakukan untuk menjamin terlaksananya seluruh proses administrasi risiko dengan optimal.
Komunikasi Dan Konsultasi
Komunikasi dan konsultasi merupakan pertimbangan penting pada setiap langkah atau tahapan dalam proses manejemen risiko. Sangat penting untuk menyebarkan planning komunikasi, baik kepada kontributor internal maupun eksternal semenjak tahapan awal proses administrasi risiko.
Komunikasi dan konsultasi termasuk didalamnya obrolan dua arah diantara pihak yang berperan didalam proses administrasi risiko dengan fokus terhadap perkembangan kegiatan.
Komunikasi internal dan eksternal yang efektif penting untuk meyakinkan pihak administrasi sebagai dasar pengambilan keputusan.
Persepsi risiko sanggup bervariasi lantaran adanya perbedaan dalam asumsi dan konsep, isu-isu, dan fokus perhatian kontributor dalam hal korelasi risiko dan isu yang dibicarakan. Kontributor menciptakan keputusan perihal risiko yang sanggup diterima berdasarkan pada persepsi mereka terhadap risiko. Karena kontributor sangat besar lengan berkuasa pada pengambilan keputusan maka sangat penting bagaimana persepsi mereka perihal risiko sama halnya dengan persepsi keuntungan-keuntungan yang bisa didapat dengan pelaksanaan administrasi risiko.