Pengertian Pneumonia
Wednesday, March 16, 2022
Edit
A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia yaitu peradangan parenkim paru yang berupa infiltrat atau konsolidasi pada alveoli atau jaringan interstitial (Sari, dkk, 2005). Pneumonia yaitu suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) (PDPI, 2003). Pneumonia yaitu infeksi kanal pernapasan akut penggalan bawah yang mengenai parenkim paru (Mansjoer, 2000). Pneumonia yaitu suatu radang paru yang disebabkan oleh majemuk etiologi mirip bakteri, virus, jamur dan benda ajaib (Ngastiyah, 2005). Pneumonia yaitu peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang meliputi bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta mengakibatkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Pitaloka, 2008).
Dari beberapa pengertian di atas sanggup disimpulkan bahwa pneumonia yaitu infeksi kanal pernapasan akut penggalan bawah yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang meliputi bronkiolus respiratoris dan alveoli, serta mengakibatkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oeh mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur maupun parasit.
B. Anatomi Dan Fisiologi
Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 penggalan besar, berdasarkan Rosa M. Sacharin (1996) yang meliputi :
1. Traktus Respiratorius Bagian Atas
Traktus respiratorius penggalan atas terdiri dari banyak penggalan dan fungsinya yaitu :
a. Hidung
Bagian anterior dari hidung dari bagi dalam paruhan kiri dan kanan oleh septum nasi. Setiap paruhan dibagi secara tidak lengkap menadi empat tempat yang mengandung kanal nasal yang berjalan kebelakang mengarah pada nasofaring. Area sempurna dalam lubang hidung dilapisi oleh kulit yang mengandung rambut yang kasar. Sisa dari interior dilapisi oleh membrana mukosa.
Fungsi dari hidung yaitu membawa udara dari dan ke paru-paru dan menghangatkan udara ketika diinspirasi. Bulu di dalam lubang hidung dan silia yang melapisi membrana mukosa bertindak untuk mengangkat debu dan benda ajaib lain dari udara.
Jika terjadi infeksi, imbas lokal utama yaitu iritasi dari sel mulkus yang mengakibatkan produksi mukus yang berlebihan, pembengkakan dari membrana mukosa akhir edema lokal dan kongesti dari pembuluh darah. Saluran hidung cenderung menjadi terblokir oleh pembengkakan mukosa dan sekresi virus, sekret jernih, tetapi jika terdapat invasi sekunder bakteri, sekret menjadi kekuning-kuningan atau kehijauan akhir adanya pus (neutrofil mati dan granulosa).
b. Sinus
Sinus paranasal melengkapi suatu sistem ruang udara yang terletak dalam banyak sekali tulang pada muka. Sinus dilapisi dengan mukosa sekretoris dan memperoleh suplai darah dan saraf dari hidung. Infeksi dari hidung mengarah pada penuhnya pembuluh darah, peningkatan sekresi mukus dan edema.
c. Laring
Laring terletak di depan faring dan diatas permulaan trakhea. Terutama terdiri dari tulang rawan tiroid dan tricoid dan tujuh tulang rawan lain yang dihubungkan secara bersama oleh membrana. Suatu struktur tulang rawan tergantung diatas tempat masuk ke laring ini merupakan epiglotis yang mengawal glotis selama menelan, mencegah kuliner masuk laring dan trakhea. Inflamasi dari epiglotis sanggup mengakibatkan obstruksi terhadap kanal pernafasan.
Bagian interior laring mengandung dua lipatan membrana mukosa yang terlentang melintasi ringga dari laring dari penggalan tengah tulang rawan tiroid ke tulang rawan arytenoid. Ini merupakan pita atau lipatan suara. Selama pernafasan biasa pita bunyi terletak dalam jarak tertentu dari garis tengah dan udara respirasi melintas secara bebas diantaranya tanpa mengakibatkan keadaan vibrasi. Selama insiprasi dalam yang dipaksaan mereka berada dalam keadaan lebih abduksi, sementara selama berbicara atau menyanyi mereka dalam keadaan adduksi. Perubahan ini dipengaruhi oleh otot-otot kecil. Pada anak-anak, pita bunyi lebih pendek dibandingkan dengan orang dewasa.
Laring berfungsi sebagai alat respirasi dan fonasi tetapi pada ketika yang sama ambil penggalan dalam deglutisi, selama waktu mana laring akan menutup dalam perjuangan mencegah kuliner memasuki traktus respiratorius kuliner penggalan bawah. Laring juga tertutup selama regurgitasi kuliner sehingga mencegah terjadinya aspirasi makanan. Refleks penutupan ini tergantung pada koordinasi neurimuskuler yang kemungkinan tidak bekerja secara penuh pada bayi, sehingga mengarah pada spasme.
2. Traktur respiratorius penggalan bawah
Struktur yang membentuk penggalan dari traktur respiratorius ini yaitu trakea, bronki dan bronkiolus serta paru-paru.
Tiga yang pertama adalah, trakea, bronki dan kronkiolus, merupakan tuba yang mengalirkan udara kedalam dan keluar dari paru-paru. Trakea dimulai pada batas penggalan bawah dari laring dan melintas dibelakang sternum kedalam toraks. Trakea merupakan tuba membranosa fleksibel, kaku lantaran adanya cincin tidak lengkap yang berspasi secara teratur. Tuba dilaisi oleh membana mukosa, epitelium permukaan yaitu kolumner bersilia. Segera setelah memasuki toraks trakea membagi diri menjadi beberapa cabang yang masuk kedalam suatu substansi paru-paru.
Didalam substansi dari paru-paru bronki membagi diri menjadi cabang yang tidak terhitung dengan ukuran yang secara progresif berkurang hingga cabang yang mempunyai penampang yang sangat sempit, di mana mereka di sebut sebagai bronkiolus. Tuba ini dilapisi oleh membrana mukosa ditutupi oleh epitelium kolumner bersilia, berlanjut dengan lapisan dari trakea. Otot polos ditemukan secara longitudinal dalam bronki yang lebih besar dan trakea. Dalam bronki yang lebih kecil dan bronkioles hal ini dibatasi oleh dinding posterios. Seluruh panjang dari percabangan bronkial disuplai dengan serat elastik yang kaya, bersama dengan semua jaringan lain yang disebutkan, sanggup diubah oleh lantaran penyakit, sehingga mempengaruhi fungsi normal
3. Paru – paru
Secara anatomi, unit dasar dari struktur paru-paru dipertimbangkan yaitu lobulus sekunder. Beratus-ratus dari lobulus ini membentuk masing-masing paru. Setiap lobulus merupakan miniatur dari paru-paru dengan percabangan bronkial dan suatu sirkulasi sendiri.
Setiap bronkiolus respiratorius berterminasi kedalam suatu alveolus. Alveolus terdiri dari sel epitel tipis datar dan disinilah terjadi pertukaran gas antara udara dan darah.
Apeks dari paru-paru mencapai tempat sempurna diatas clavicula dan dasarnya bertumpu pada diaphragma. Kedua paru-paru dibagi kedalam lobus, yang kanan dibagi tiga, yang kiri dibagi dua. Nutrisi dibawa pada jaringan paru-paru oleh darah melalui arteri bronkial; darah kembali dari jaringan paru-paru melalui vena bronkial.
Paru-paru juga mempunyai suatu sirkulasi paru-paru yang berkaitan dengan mengangkut darah deoksigenasi dan oksigenasi. Paru-paru disuplai dengan darah deoksigenasi oleh arteri pulmonalis yang tiba dari ventrikel kanan. Arteri membagi diri dan membagi diri kembali dalam cabang yang secara progresif menjadi lebih kecil, berpenetrasi pada setiap penggalan dari paru-paru hingga hasilnya mereka membentuk anyaman kapiler yang mengelilingi dan terletak pada dinding dari alveoli. Dinding dari alveoli maupun kapiler sangat tipis dan disinilah terjadi pertukaran gas pernapasan. Darah yang dioksigenasi kembali kedalam atrium dengan empat vena pulmonalis.
Fisiologi Pernafasan Menurut Aziz Alimul Hidayat (2006) meliputi tiga tahapan yaitu:
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, di antaranya yaitu perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Hal lain yang mempengaruhi proses ventilasi kemampuan thoraks dn paru pada alveoli dalm melakukan perluasan atau kembang kempisnya, adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas banyak sekali otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, terjadinya rangsangan simpatis sanggup mengakibatkan relaksasi sehingga sanggup terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis sanggup mengakibatkan konstriksi sehingga sanggup mengakibatkan vasokonstriksi atau proses penyempitan, dan adanya refleks batuk dan muntah juga sanggup mempengaruhi adanya proses ventilasi, adanya tugas mukus siliaris yang sebagai penangkal benda ajaib yang mengandung interveron sanggup mengikat virus.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya yaitu komplians (complience) dan recoil yaitu kemampuan paru untuk berkembang yang sanggup dipengaruhi oleh banyak sekali faktor, diantaranya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan masih ada sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan thoraks atau keadaan paru itu sendiri. Surfaktan diproduksi ketika terjadi peregangan sel alveoli. Surfaktan disekresi ketika klien menerik napas; sedangkan recoil yaitu kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi atau menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka sanggup mengakibatkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang sanggup mempengaruhinya, diantaranya, pertama, luasnya permukaan paru. Kedua, tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan intertisial keduanya. Ini sanggup mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini sanggup terjadi mirip O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh lantaran tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan pCO2 dalam arteri pulmunalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. Keempat, afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transportasi Gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO2 akan berkaitan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalm plasma (5%), kemudian sebagian menjadi HCO3 berada pada darah (65%).
Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya curah jantung (cardiac output) yang sanggup dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. Isi sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk berkontraksi dan volume cairan. Frekuensi denyut jantung sanggup ditentukan oleh keadaan mirip over load atau beban yang dimiliki pada selesai diastol. Pre load atau jumlah cairan pda selesai diastol, natrium yang paling beperan dalam memilih besarnya potensial aksi, kalsium berperan dalma kekuatan kontraksi dan relaksasi. Faktor lain dalam memilih proses transportsi yaitu kondisi pembuluh darah, latihan/olahraga (exercise), hematokrit (perbandingan antara sel darah dengan darah secara keseluruhan atau HCT/PCV), Eritrosit, dan Hb.
Mekanisme pertahanan paru sangat penting dalam menjelaskan terjadinya infeksi kanal napas. Paru mempunyai prosedur pertahanan untuk mencegah basil supaya tidak masuk ke dalam paru.
Mekanisme pencucian tersebut yaitu :
1. Mekanisme pencucian di kanal napas penghantar, meliputi :
- Repitelisasi kanal nagas
- Aliran lendir pada permukaan epitel
- Bakteri alamiah atau “epithelial cell binding site analog”
- Faktor humoral lokal (IgG dan IgA)
- Kompetisi mikroba setempat
- Sistem transpor mukosilier
- Refleks bersin dan batuk
Saluran nafas atas (nasofaring dan orofaring) merupakan prosedur pertahanan melalui barier anatomi dan mekanis terhadap masuknya mikroorganisme yang patogen. Silia dan mukus mendorong mikroorganisme keluar dengan cara dibatukkan atau ditelan.
Bila terjadi disfungsi silia mirip pada sindrom kartagener’s, pemakaian pipa nasogastrik dan pipa nasotrakeal yang usang sanggup menganggu pedoman sekret yang telah tercemar dengan basil patogen. Dalam keadaan ini sanggup terjadi infeksi nosokomial atau “Hospital Acquired Pneumonia”.
2. Mekanisme pencucian di “Respiratory exchange airway”, meliputi:
- Cairan yang melapisi alveolar termasuk surfaktan.
- Sistem kekebalan humoral lokal (IgG)
- Makrofag alveolar dan perantara inflamasi
- Penarikan netrofil
Sistem kekebalan humoral sangat berperan dalam prosedur pertahanan paru (saluran napas atas). IgA merupakan salah satu penggalan dari sekret hidung (10% dari total protein sekret hidung). Penderita defisiensi IgA mempunyai risiko untuk terjadi infeksi kanal napas atas yang berulang. Bakteri yang sering mengadakan kolonisasi pada kanal napas atas sering mengeluarkan enzim proteolitik dan merusak IgA. Bakteri gram negatif (P aeroginosa, E.colli, Serratia spp, Proteus spp dan K pneumoniae) mempunyai kemampuan untuk merusak IgA.
Defisiensi dan kerusakan setiap komponen pertahanan kanal napas atas mengakibatkan kolonisasi basil patogen sebagai faliti terjadinya infeksi kanal napas bawah.
3. Mekanisme pencucian di kanal udara subglotis
Mekanisme pertahanan kanal nafas subglotis terdiri dari anatomik, mekanik, humoral danm komponen seluler. Mekanisme penutupan dan refleks batuk dari glotis merupakan pertahanan utama terhadap aspirat dari orofarinmg.
Bila terjadi gangguan fungsi glotis maka hal ini berbahaya bagi kanal napas penggalan bawah yang dalam keadaan normal steril. Tindakan pemasangan pipa nasogastrik, alat trakeostomi memudahkan masuknya basil patogen secara eksklusif ke kanal napas bawah. Gangguan fungsi mukosiliar sanggup memudahkan masuknya basil patogen ke kanal napas bawah, bahkan infeksi akut oleh M.pneumoniae, H. influenze dan virus sanggup merusak gerakan silia.
4. Mekanisme pencucian di respiratory gas exchange airway”
Bronkiolus dan alveoli mempunyai prosedur pertahanan sebagai berikut:
- Cairan yang melapisi alveoli - Surfaktan Suatu Glikoprotein yang kaya lemak, terdiri dari beberapa komponen SP-A, SP-B. SP-C, SP-D yang berfungsi memperkuat fagositosis dan killing terhadap basil oleh makrolog. - Aktiviti anti basil (non spesifik) : FFA, lisozim, iron binding protein.
- IgG (IgG1 dan IgG2 subset yang berfungsi sebagai opsonin)
- Makrofag alveolar yang berperan sebagai prosedur pertahanan pertama.
- Berfungsi untuk menarik PMN leukosit ke alveolus (ada infeksi GNB, P.aeruginosa)
- Mediator biologi
Kemampuan untuk menarik PMN ke kanal napas termasuk C5a, produksi dari makrofag alveolar, sitokin, leukotrien.
Pertumbuhan paru pada masa bayi dan belum dewasa dimulai semenjak masih dalam kandungan. Menurut Abraham M. Rudolph (2007) dijelaskan bahwa :
Ketika seorang bayi lahir cukup bulan, parunya masih berada pada stadium perkembangan paru pascalahir dikendalikan oleh faktor yang masih belum dipahami benar. Percabangan jalan nafas sudah lengkap sebelum lahir, pertumbuhan paru pascalahir akan dilanjutkjan dengan meningkatkan ukuran jalan nafas dan pertumbuhan alveolus baru.
1. Jalan Nafas
Sejumlah kartilago-berartikulasi, tiga yang tunggak dan tiga yang berpasangan, yang terhubung oleh jaringan lentur dan otot, menyusun kerangka laring. Otot bekerja pada pasangan kartilago, untuk melebarkan dan menyempitkan lubang ke faring penggalan bawah. Ujung dorsal sabit kartilaginosa, yang menyokong trakea serta bronkus, saling dihubungkan oleh otot dan jaringan ikat.
Cincin otot dan kartilago trakea ini tidak teratur, dan sanggup berpisah atau bersatu, terutama dikarina, yang kerangkanya sanggup membrosa atau kartilaginosa. Pada bronkus berukuran sedang dan kecil, hanya ada fragmen kartilago dan ototnya membentuk suatu selubung longgar. Dalam bronkiolus, otot bergabung secara spiral dalam putaran heliks dan secara proporsional lebih tebal dibandingkan otot dalam jalan napas yang lebih besar.
Kartilago, struktur penyokong lain, dan jaringan kelenjar ditemukan pada semua usia, tetapi jumlah dan penyebarannya bervariasi sesuai dengan pertumbuhan. Sel epitel bersilia berkembang baik ketika lahir, tetapi hanya ada sedikit sel goblet dan kelenjar mukosa di dalam bronkus. Sesudah beberapa bulan pertama, jumlah sel goblet bertambah secara cepat, jumlah dan ukuran kelenjar mukosa bertambah dan menjadi banyak sekali pada usia 1 tahun.
Jumlah kelenjar trakeobronkial yang banyak dan penyebarannya yang luas bersifat unik bagi jalan napas udara dan jarang ditemukan pada mamalia lain. Pertumbuhan pada tempat potongan lintang dan massa jaringan pada subdivisi jalan napas tidak seragam. Kecepatan penambahan diameter trakea dan bronkus lebih cepat pada tahun-tahun awal dan selama pubertas, sedangkan setelah pertumbuhan cepat awal, diameter bronkiolus bertambah dengan lambat. Sejak lahir hingga selesainya pertumbuhan, berat paru dan kapasitas paru total meningkat 20 kali, sedangkan diameter jalan napas bertambah hanya dua kali (bronkiolus) hingga tiga kali lipat (trakea).
Pada bayi gres lahir, trakea dan bronkus mempunyai kartilago jaringan elastin, jaringan ikat atau otot yang relatif sedikit, dan perbandingan diameter lumen terhadap ketebalan dinding, besar. Otot di jalan nafas yang lebih kecil lebih tipis pada masa neonatus dan meningkat sedikit pada tahun pertama, setelah tahun ke-4, ketebalannya bertambah sebanding dengan pertumbuhan paru. Sejak lahir hingga usia 15 tahun, diameter bronkiolus besar melebar dua kali lipat, ketebalan dindingnya menebal tiga kali lipat, dan jumlah jaringan penyokongnya bertambah empat atau lima kali. Luas permukaan jalan napas orang cukup umur yaitu sekitar 2500 cm2
2. Parenkim
Parenkim meliputi bronkiolus resporatorius, duktus elveolaris, alveoli, kapiler paru, limfatik dan jaringan penyokong interstisialnya. Bronkiolus respiratorius yang berdiameter agak lebih besar daripada bronkiolus terminalis, membagi duktus alveolaris yang menjadi tempat menonjolnya sejumlah alveoli. Struktur ini, yang menerima nutrisi dari sirkulasi artero pulmonalis, sepertinya tidak menerima suplai saraf, tetapi otot polos di dinding bronkiolus respiratorius dan di sekitar muara elveoli bereaksi terhadap stimulasi yang diberikan secara lokal.
Sel kuboid bersilia dan tidak bersilia melapisi bronkiolus resporatorius. Epitel ini berlanjut dengan sel pipih tidak bersilia yang melapisi duktus alveolaris dan alveolus. Nukleus sel yang melapisi alveolus terletak dalam cekungan pada dinding kapiler dan saling berjauhan, menempati hanya sekitar sepersepuluh permukaan alveolus, sitoplasmanya yang tipis menutupi sisa permukaan. Tidak ada sel mukosa pada bronkiolus respiratorius. Meskipun demikian, endapan yang ibarat mukus, yang berlanjut dengan lapisan aselular yang menutupi sitoplasma sel alveolus menutupi epitel bronkiolus resporatorius.
Elemen pendukung percabangan bronkiolus berlanjut dengan kerangka alveolus. Putaran heliks otot polos berlanjut dari bronkiolus terminal ke sekeliling bronkiolus respiratorius. Masa otot berkurang secara sedikit demi sedikit seiring dengan mendekatnya ujung duktus alveolaris yang buntu dan sisa untaian otot polos berakhir dengan pembentukan cincin di sekeliling verbal alveolus. Jaringan interstisal longgar antara bronkiolus respiratorius berisi banyak pembuluh limfe kecil dan percabangan kecil arteri serta vena pulmonalis. Jaringan elastin, kolagen dan retikular juga berjalan melalui sela interstisial di antara struktur paremkim dan cenderung berlokalisasi pada verbal alveolus. Serabut kolagen membentuk berkas bergelombang ketika paru berada dalam volume kecil, tetapi tertarik lurus ketika paru mengembang dan membatasi volume beberapa jauh paru sanggup dikembangkan. Pengembangan paru meregangkan serat elastin dan retikular, pada selesai inspirasi, serabut ini kembali pada panjang aslinya, sehingga membantu ekspirasi.
Pada bayi gres lahir, terdapat banyak sekali jaringan interstisal. Jaringan ini terutama tersusun atas air, pembuluh darah dan jaringan ikat longgar. Elastin dan kolagen ditemukan dalam jumlah yang secara proporsional lebih kecil dibandingkan pada paru orang dewasa, oleh lantaran itu. Khusus pada paru bayi prematur, interstisium tidak menyatu secara berpengaruh dan dengan gampang diperlebar oleh cairan atau udara. Jumlah dan ukuran serat lentur dalam paru bayi gres lahir mempunyai kualitas pewarnaan yang berbeda dari jaringan lentur matur, sehingga mungkin ada perbedaan kualitatif dan kuantitatif. Sifat pewarnaan jaringan lentur pada usia 1 tahun serupa dengan pada orang dewasa.
Paru tumbuh dengan menambah ukuran dan jumlah elveolusnya. Dunhill menghitung bahwa ada 24 juta alveolus pada ketika lahir, 250 juta pada usia 4 tahun, dan 296 juta pada orang dewasa. Angka ini mengatakan bahwa pertumbuhan paru terutama sanggup disebabkan oleh generasi alveolus dalam dekade pertama kehidupan. Pada masa kanak-kanak, pertumbuhan mungkin merupakan akhir penambahan ukuran unit lantaran diameter alveolus terus bertambah hingga masa dewasa. Pertumbuhan paru tidak berjalan liniear terhadap usia, tetapi dari masa bayi hingga masa dewasa, ukuran paru sebanding dengan tinggi badan. Ukuran relatif volume dan kapasitas paru primer sama dengan semua usia, volume residu yaitu sekitar 25%, kapasitas residu fungsional sekitar 40% dan volume tidal selama respirasi normal sekitar 8% kapasitas paru total.