Kamus Sebagai Sumber Tumpuan Dalam Pengajaran Kosakata
Wednesday, March 9, 2022
Edit
Kamus sebagai Sumber Rujukan dalam Pengajaran Kosakata
I. Pendahuluan
Prinsip pengajaran bahasa yaitu supaya para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Oleh alasannya yaitu itu, tidak sanggup kita pungkiri lagi bahwa keterampilan berbahasa membutuhkan penguasaan kosakata yang memadai. Penguasaan kosakata yang memadai itu akan sanggup memilih kualitas orang seorang dalam berbahasa. Untuk mencapai tujuan itu, salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan itu diperlukan siswa sanggup memakai kamus sebagai sumber rujukan dengan bimbingan pengajar. Dengan demikian, pengajar sanggup mengarahkan para siswa untuk melihat persamaan dan perbedaan kata yang belum pernah siswa pahami atau belum pernah dilihat sebelumnya. Sebagai contoh kata petatar dan penatar mempunyai hubungan yang erat dan kedua kata itu nomina, tetapi yang perlu kita cermati yaitu kedua kata itu mempunyai makna yang berbeda. Petatar berarti orang yang bertatar; penerima penataran, sedangkan penatar yaitu orang yang menatar atau orang yang membimbing (mengajar) dalam penataran. Sehubungan dengan itu, untuk membedakan makna kata petatar dan penatar sanggup kita lihat contoh berikut.
- Para petatar diperlukan menjadi penatar di kawasan masing-masing.
- Para penatar memberi pelajaran berdasarkan keahlian masing-masing.
Kedua contoh kalimat di atas telah memperlihatkan perbedaan makna antara petatar dan penatar. Kehadiran kata-kata menyerupai itu jika tidak kita cermati akan menyulitkan para siswa untuk menerapkan kata itu dalam pembuatan kalimat. Berkaitan dengan hal itu, penulis memberikan suatu ancangan alternatif pengajaran kosakata yaitu "Kamus sebagai sumber Rujukan dalam Pengajaran Kosakata". Ancangan itu kita tawarkan alasannya yaitu berdasarkan pengalaman, penulis telah menerima masukan dari kesulitan para siswa ketika menulis kata-kata yang belum mereka pahami. Untuk memecahkan persoalan menyerupai itu, salah satu jalan terbaik yaitu memakai kamus sebagai materi rujukan. Jika kata-kata yang dimaksud tidak sanggup ditemukan alternatif lain menganjurkan para siswa untuk melihat kata-kata itu dalam kamus istilah yang bersangkutan. Oleh alasannya yaitu itu, tidak menutup kemungkinan pengajar selain memakai kamus juga harus memakai atau menyediakan kamus istilah. Kamus istilah ini bermanfaat apabila kosakata yang kita inginkan tidak sanggup kita temukan dalam kamus umum.
Makalah ini disajikan dalam KIPBIPA IV, Denpasar, Bali, Tanggal 1--3 Oktober 2001.
Paparan di atas memperlihatkan bahwa dengan adanya penguasaan kosakata yang memadai akan sanggup meningkatkan kualitas orang seorang dalam menyikapi bahasa. Hal itu selaras dengan pandangan Dale dalam Tarigan (1985:3) yang memberikan pandangan perihal pentingnya memahami kosa kata sebagai berikut.
- Kuantitas dan kualitas penguasaan kosakata seseorang merupakan indeks langsung yang terbaik bagi perkembangan mentalnya,
- Perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual,
- Semua pendidikan pada prinsipnya merupakan pengembangan kosakata,
- Program yang sistematis bagi pengembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kemampuan, dan status sosial.
- Faktor geografis mempengaruhi perkembangan kosakata, dan
- Penelaahan kosakata yang efektif hendaknya beranjak dari kata-kata yang sudah diketahui menuju kata-kata yang belum atau tidak diketahui.
II. Bahasa Baku
Berbicara perihal orang yang berpendidikan tidak lepas dari bahasa dunia pendidikan yang tentu menyangkut persoalan ragam bahasa. Ragam bahasa yang dimaksud yaitu ragam bahasa baku atau bahasa standar. Oleh alasannya yaitu itu, ada dua ciri yang melatari berbahasa baku. Pertama, ragam bahasa baku mempunyai sifat kemantapan dinamis, berupa kaidah dan hukum yang tetap. Selain itu, baku atau standar tidak sanggup berubah setiap saat. Oleh alasannya yaitu itu, bentuk kiprah dan perumus dengan taat asas sanggup menghasilkan perajin dan perusak, bukan pengrajin dan pengrusak. Dengan kata lain, kebakuan itu cukup luwes memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosakata dan peristilahan. Ciri kedua, yang menandai bahasa baku ialah sifat kecendekiaan. Perwujudan dari kecendekiaan itu ialah dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang sanggup mengungkapkan daypikir dan pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Oleh alasannya yaitu itu, sangat sempurna jika proses pembakuan bahasa yang dimaksud yaitu proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman variasi bahasa.
Paparan di atas memperlihatkan bahwa pembakuan kosakata sangat penting untuk direalisasikan. Hal itu perlu dilakukan alasannya yaitu dengan adanya pembakuan kosakata itu sanggup memberikan pandangan berikut.
- fungsi pemersatu,
- fungsi pemberi kekhasan,
- fungsi pembawa wibawa, dan
- fungsi sebagai kerangka acuan
Bahasa baku berfungsi pemersatu yang dimaksud yaitu bahwa bahasa baku mempersatukan makna menjadi satu masyarakat bahasa dan sanggup meningkatkan proses identifikasi penutur orang seorang. Fungsi yang dimaksud sebagai berikut.
- Fungsi pemberi kekhasan yang dimaksud yaitu membedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Misalnya bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Malaysia atau bahasa Melayu Singapura dan Brunei Darussalam. Dengan kata lain, bahasa Indonesia dianggap sudah jauh berbeda dari bahasa Melayu Riau, Johor yang menjadi induknya.
- Pemilihan bahasa baku membawa satu wibawa atau prestasi seseorang. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan perjuangan orang seorang untuk mencapai kesederajatan dengan peradaban lain.
- Bahasa baku berfungsi sebagai kerangka pola bagi pemakaian bahasa. Untuk menerapkan pemakaiannya itu, dan kaidah menjadi dasar benar tidaknya pemakaian bahasa itu. Oleh alasannya yaitu itu, kumpulan unsur bahasa yang disebut kosakata perlu adanya pembakuan, contohnya cewek, nggak, dan entar. Kata-kata itu sudah menjadi bab kosakata Indonesia, tetapi tidak termasuk ke dalam kelompok yang baku. (Tata bahasa Baku, 1993:13--21)
Butir ketiga pada paparan di atas itu menjadi dasar pemikiran penulis untuk merealisasikan satu alternatif pengajaran kosakata. Dengan demikian, pembakuan kosakata sangatlah penting. Dengan adanya pembakuan kosakata, sekurang-kurangnya tidak akan menyesatkan penerima didik ketika menemukan kosakata yang memang belum dimengerti. Pengajar dalam hal ini dituntut untuk memahami dan menguasai kosakata baku dan tidak baku. Berkenaan dengan itu, kamus dan kamus istilah sangat penting untuk mendukung pengajaran kosakata.
III. Kosakata
Seperti telah dikemukakan di awal pembicaraan ini bahwa tujuan pengajaran bahasa yaitu supaya para siswa terampil berbahasa, menyimak, berbicara, dan menulis. Untuk itu, para siswa yang ingin mempelajari kosakata secara umum kita perkenalkan kosakata dasar. Kosakata dasar yaitu kata-kata yang tidak gampang berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Adapun yang termasuk kategori kosakata dasar menyerupai berikut ini:
- istilah kekerabatan contohnya ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, menantu, dan mertua;
- nama-nama bab tubuh, contohnya kepala, rambut, mata, telinga
- kata ganti (diri, penunjuk), contohnya saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sini, situ, dan sana;
- kata bilangan pokok, contohnya satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, duapuluh, sebelas, dua belas, seratus, dua ratus, seribu, dua ribu, sejuta, dan dua juta;
- kata kerja pokok contohnya makan, minum, tidur, bangun, berbicara, melihat, mendengar, menggigit, berjalan, bekerja, mengambil, dan menangkap.
- kata keadaan pokok, contohnya suka, duka, senang, susah, lapar, kenyang, haus, sakit, sehat, bersih, kotor jauh, dekat, cepat, lambat, besar, kecil, banyak, sedikit, terang, gelap, siang, malam, rajin, malas, kaya, miskin, tua, muda, hidup, dan mati;
- benda-benda universal, contohnya tanah, air, api, udara, langit, bulan, bintang, matahari, dan tumbuh-tumbuhan (Tarigan, 1985:3--4).
Sesuai dengan unsur kategori kosakata dasar, kemudian bagaimana caranya supaya siswa sanggup mempelajari kata-kata yang dimaksud? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita kembali ke persoalan awal yaitu pengajar hendaknya menganjurkan para siswa untuk memakai kamus, dalam hal ini Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai rujukan untuk pertanda bahwa kosakata dasar itu sanggup siswa temukan di dalam entri kamus, contohnya kata ibu, untuk memahami apa bergotong-royong makna kata ibu, siswa kita ajak untuk mencoba membuka kamus yang sudah dibawa masing-masing. Selain siswa kita ajak untuk melihat kata ibu yang ada di dalam entri kamus. Sebelumnya siswa beranggapan bahwa kata ibu hanya mempunyai pengertian orang yang melahirkan kita. Akan tetapi, sehabis kita buktikan sesuai dengan apa yang ada di dalam entri ibu, ternyata mempunyai kata ibu bermakna 1) perempuan yang telah melahirkan seseorang, 2) sebutan untuk orang yang sudah bersuami, 3) panggilan yang takzim[1] kepada perempuan baik yang sudah bersuami maupun yang belum, 4) bab yang pokok (besar, asal, dsb.), dan 5) yang utama di antara beberapa hal lain.
Contoh:
- Anak harus mencintai ibu.
- Ibu jari anak itu tertusuk jarum.
- Ibu kota negara Republik Indonesia yaitu Jakarta.
Dari ketiga contoh kalimat di atas, kata dasar ibu sehabis kita buktikan dalam kamus ternyata tidak hanya mempunyai satu makna. Bahkan lebih dari itu kata ibu sanggup berubah menjadi ibu angkat, ibu ayam (induk ayam), ibu bapak, ibu jari, ibu kaki (jempol, empu kaki), ibu kandung, ibu kota, ibu kota kabupaten, ibu kotamadya, ibu kosa propinsi, ibu kota negara, ibu negeri, ibu pertiwi, ibu pungut, ibu rumah tangga, ibu sungai. Bahkan kota ibu berubah menjadi beribu dan keibuan. Dengan demikian, siswa sanggup memahami bahwa kata dasar kadang kala mempunyai lebih dari satu makna. Dengan latihan menciptakan kalimat melalui kata dasar ibu misalnya, siswa sanggup memahami kata ibu ternyata sehabis dikembangkan ternyata mempunyai makna lebih dari satu makna.
IV. Penggunaan Kamus
Sebelum penulis memaparkan persoalan penggunaan kamus, lebih sempurna jika memberikan batasan perihal kamus. Kamus yaitu buku pola yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun berdasarkan abjad berikut keterangan perihal makna, pemakaian atau terjemahannya (KBBI, 2001:499).
Selain itu kamus tidak hanya sekadar pencatatan atau perekam makna kata, tetapi mempunyai makna lebih dari itu. Dalam beberapa hal kamus merupakan tempat penyimpanan pengalaman insan yang telah diberi nama. Kamus merupakan sarana penting bagi pengajaran kosakata. Dengan kata lain "Kamus sebagai Sumber Rujukan dalam Pengajaran Kosakata".
Kamus memberikan informasi mengenai makna kata, ejaan, dan ucapan. Dengan merujuk pada kamus terperinci meningkatkan pengertian para siswa akan istilah umum, istilah khusus, dan teknik. Selain itu, kamus juga mengungkapkan informasi mengenai penggunaan baca formal dan nonformal, ungkapan kata ajaib yang ada padanannya bahasa Indonesia, kata ganti diri, dan singkatan dan obsesi.
Ternyata sehabis kita amati, masih banyak para siswa yang belum mengetahui benar bagaimana cara mempergunakan kamus dengan cara yang efektif. Oleh alasannya yaitu itu, sebelum kita memulai mengajar kosakata yang perlu kita sampaikan bagaimana hubungan antara kamus dan kosakata. Kosakata selalu ada dalam kamus, baik dalam kamus umum maupun kamus istilah.
Berikut akan penulis paparkan keterangan singkat mengenai jenis kamus supaya kita menerima citra umum.
(1) Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. 1993. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. XXXIII, 1277 halaman; 26 cm.
Kamus ini memuat 72.100 entri termasuk ungkapan disusun secara alpabetis dan tiap-tiap entri[2] diberi makna singkatan dan padat. Kamus ini merupakan ekspansi kamus edisi pertama dengan penambahan 10.000 entri. Di samping itu, ada perbedaan yang tampak pada penanggalan kata, santunan label kelas kata, label bidang ilmu, label semantik regional dan label-label lain yang dianggap perlu. Juga menerima penambahan terdiri atas pedoman pemenggalan kata, imbuhan bahasa Indonesia, bentuk terikat bahasa asing, kata dan ungkapan bahasa kawasan dan bahasa asing, abjad Kerinci, bintang dan tanda kehormatan, jumlah penduduk kabupaten/kotamadya berdasarkan sensus penduduk tahun 1990, nama-nama negara nomor kendaraan bermotor di Indonesia, lambang fisik, dan lambang komunikasi.
Sehubungan dengan paparan sekilas perihal kamus umum, pengajar sudah sanggup memberikan citra perihal kosakata yang dicakup dalam kamus umum. Untuk itu, siswa sanggup diberi kiprah menciptakan kalimat dengan kata membawahi dan membawahkan.
Berdasarkan pengalaman yang pernah penulis amati kedua bentuk kata membawahi dan membawahkan akan diterapkan pada konteks kalimat yang sama.
Contoh:
- Direktur utama membawahi staf.
- Staf membawahkan eksekutif utama.
Kedua contoh kalimat (1) dan (2) memperlihatkan bahwa penerapan kata pada kedua kalimat tersebut kurang tepat, sehingga menjadikan makna yang kurang tepat.
Untuk mengatasi hal itu, pengajar harus sanggup membimbing siswanya untuk mencoba memulai membuka kamus yang telah diucapkan sebelumnya. Setelah menemukan entri bawah untuk bentuk membawahi berarti menempatkan diri di bawah perintah seseorang, sedangkan bentuk kata membawahkan berarti menempatkan (sesuatu) di bawah; memegang pimpinan; mengepalai. Dengan demikian, kalimat a dan b seharusnya menyerupai berikut.
- Staf membawahi eksekutif utama.
- Direktur utama membawahkan staf .
(2) Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum. 1994.
Oleh Salinan dan Sudarsono. Jakarta: Rineka Cipta. VI. 238 hlm; 21 cm.
Kamus ini telah memuat bidang pendidikan dan pengajaran. Berkaitan dengan itu, penulis kamus ini telah menyajikan istilah-istilah yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran dan umum. Istilah-istilah yang tersaji itu disusun dengan sistem alfabetis yang didefinisikan secara singkat dan padat. Selain itu, istilah yang tercakup dalam kamus ini terdiri atas singkatan, akronim, dan kata yang berkaitan dengan bahasa daerah, Indonesia, dan asing.
Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum kita pakai sebagai rujukan apabila siswa menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan persoalan pendidikan dan pengajaran. Hal itu jangan hingga terjadi persoalan pendidikan kita kaitkan dengan persoalan umum.
(3) Kamus Antologi. 1985. Ariyono Suyono dan Aminuddin Siregar. Jakarta: Akademika Presindo. VI, 454 halaman; 21 cm.
Kamus yang terdiri atas 3200 entri istilah ini cakupannya cukup luas yakni pertanian, agama, sejarah, dan politik. Beberapa tokoh antropologi juga termuat dalam buku ini. Istilah yang digunakan meliputi banyak sekali bahasa dari bermacam-macam golongan etnis. Di samping itu, tokoh-tokoh menyerupai tokoh antropologi, tokoh politik, dan tokoh sejarah juga terdapat dalam kamus ini. Kamus ini disusun berdasarkan kata demi kata, sedangkan istilah yang berasal dari bahasa Inggris atau bahasa ajaib lainnya diletakkan dalam tanda kurung.
(4) Kamus Istilah Sastra, 1990. Panuti Sudjiman. Jakarta: UI Press. XIII. 94 halaman; 23 cm.
Istilah yang terhimpun lebih kurang 1.000 entri istilah dalam pengkajian prosa, puisi, drama, teori, sejarah, dan kritik sastra. Dalam hal drama, istilah yang berkenaan dengan pementasan tidak disertakan. Beberapa istilah Filologi tercakup dalam kamus ini dengan pertimbangan bahwa filologi dikaitkan dengan sastra lama. Sejumlah istilah linguistik yang relevan juga dimuat. Istilah yang ditampilkan dalam urutan abjad. Jika sebuah istilah mempunyai sinonim, batasan atau uraian singkat mengikuti istilah yang mempunyai sinonim, batasan berdasarkan abjad muncul lebih dahulu. Sinonim dan antonim jika dianggap perlu, dicatat untuk memudahkan rujuk silang, contohnya aliterasi, dan uraian.
(5) Kamus Pariwisata dan Perhotelan. 1992. Kodhyat dan Ramini. Jakarta: Grasindo XI. 145 halaman; 21 cm.
Kamus ini memuat istilah dan singkatan yang digunakan dalam dunia pariwisata dan perhotelan berisi lebih kurang 1.500 entri disusun dengan sistem alfabet dan tiap-tiap entri diberi makna singkat dan padat serta apabila ada padanannya dalam bahasa Indonesia, diletakkan dalam kurung. Kamus ini diperuntukkan bagi siswa SMP, siswa SMEA jurusan perjalanan wisata, mahasiswa perguruan perhotelan, dan orang yang berkecimpung dalam dunia pariwisata dan perhotelan. Di samping itu, terdapat petunjuk pemakaian secara singkat, daftar pustaka, dan daftar tipe pesawat terbang dan arahan perusahaan penerbangan.
(6) Kamus Pertanian. 1993. Sjamsoe'oed Sadjad. Jakarta: Grasindo. XIII. 173 halaman; 21 cm.
Aspek yang dibicarakan dalam kamus ini meliputi budidaya tanaman, sosial-ekonomi-politik pertanian, dan biologi-biokimia. Teknologi pertanian yang dikhususkan dalam istilah yang berafiliasi dengan pengelolaan tanaman. Kamus ini terdiri atas 1.350 entri yang susunannya berdasar pada KBBI, tetapi penyusunannya merupakan perpaduan antara penulisan kamus dan glosari dengan penitikberatan lebih memberikan suatu pengertian terhadap istilah. Istilah yang dikumpulkan dalam kamus ini berupa nomina, verba, adjektiva, proses, serapan bahasa asing, alasannya yaitu sama pembaca yaitu sekolah menengah atau perguruan tinggi, maka pengertian yang diberikan bersifat sederhana dan umum.
(7) Kamus istilah lingkungan. 1994. Imam Hendargo Ismoyo dan Rijaluzzaman. Penyunting. Jakarta: Bina Rena Pariwara. 206 halaman; 21 cm.
Kamus ini merupakan rangkuman istilah yang bersumber dari banyak sekali peraturan perundang-undangan, istilah baku dari beberapa disiplin ilmu pengetahuan serta dari beberapa sumber lain. Batasan istilah baku yang termuat dalam lingkup disiplin pengetahuan lingkungan sepertinya memang cenderung begitu luas, mengingat pengetahuan lingkungan meliputi banyak sekali disiplin menyerupai biologi, geografi, ekonomi, dan kimia. Di samping itu setiap lema didefinisikan secara jelas. Kamus ini terdiri atas 1.132 entri dan ada beberapa entri yang disertai dengan istilah asingnya. Ada beberapa pula yang istilah (di dalam tanda kurung) yang menjelaskan bahwa kata tersebut digunakan dalam bidang tumbuhan. Kamus ini sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya kalangan mahasiswa, birokrat, pengusaha, dan forum swadaya masyarakat dalam upaya meningkatkan pengetahuan di bidang lingkungan hidup.
Dari tujuh contoh kamus dan kamus istilah yang penulis paparkan itu, sekurang-kurangnya sanggup memberikan citra kita bahwa kamus dan kamus istilah merupakan rujukan utama dalam proses pengajaran kosakata. Dengan kata lain, bukan berarti tidak ada cara lain untuk mengefektifkan pengajaran kosakata. Akan tetapi, penulis hanya memberikan pandangan atau gagasan perihal "Kamus sebagai Sumber Rujukan dalam Pengajaran Kosakata".
V. Kesimpulan
Setelah penulis memaparkan ancangan sederhana perihal keefektifan khususnya yang berkaitan dengan "Kamus sebagai Sumber Rujukan dalam Pengajaran Kosakata", penulis sanggup menyimpulkan sebagai berikut.
- Pengajaran kosakata melalui sumber rujukan kamus akan sanggup menambah wawasan para siswa untuk memahami kata, khususnya yang berkaiatan dengan kata dasar, kata jadian, dan kata ulang;
- Pemakaian kamus sebagai sumber rujukan sanggup meningkatkan konsentrasi pada data leksikal secara tepat;
- Pemakaian kamus dan kamus istilah sebagai sumber rujukan akan membangkitkan percaya diri.
- Para siswa semakin banyak memakai kamus dalam menghadapi kata-kata yang sulit dimengerti, maka semakin paham pula dalam menyikapi makna kata.
DAFTAR PUSTAKA;
- Dale, Edgor et al. 1971. Techniques of Teaching Vocabulary. Palo Alto, California: Field Educational. Publication, Incorporated.
- Indrastuti, Aloysia, Mariamah; Kasno. 1996. "Bibliograf Analisis Kamus Ekabahasa Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
- Ismoyo, Imam Hendargo dan Rijakzzaman. 1994. Kamus Istilah Lingkungan. Jakarta: Bina Rena Pariwara.
- Kodhyat dan Ramini. 1992. Kamus Pariwisata dan Perhotelan. Jakarta: Grasindo.
- Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. 2001. Jakarta: Balai Pustaka.
- Sadjad, Sjamsoe oed. 1993. Kamus Pertanian. Jakarta: Grasindo.
- Saliman dan Sudarsono. 1994. Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
- Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press.
- Suyono, Ariyono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta. Akademika Pressindo.
- Tarigan, Henry Guntur. 1983. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.