Manejemen Risiko
Wednesday, March 2, 2022
Edit
MANEJEMEN RISIKO
Umum
Manajemen risiko ialah serpihan yang tidak terpisahkan dari administrasi proses. Manajemen risiko ialah serpihan dari proses kegiatan didalam organisasi dan pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, administrasi risiko ialah proses yang berjalan terus menerus.
Elemen Utama
Elemen utama dari proses administrasi risiko, menyerupai yang terlihat pada gambar 3.1 meliputi:
a. Penetapan tujuan
Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup administrasi risiko yang akan dilakukan.
b. Identifkasi risiko
Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang menghipnotis terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
c. Analisis risiko
Dilakukan dengan memilih tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).
d. Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibentuk tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang sanggup diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melaksanakan pengendalian.
e. Pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan memakai aneka macam alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.
f. Monitor dan Review
Monitor dan review terhadap hasil sistem administrasi risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan
g. Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil administrasi risiko yang dilakukan.
Manajemen risiko sanggup diterapkan di setiap level di organisasi. Manajemen risiko sanggup diterapkan di level strategis dan level operasional. Manajemen risiko juga sanggup diterapkan pada proyek yang spesifik, untuk membantu proses pengambilan keputusan ataupun untuk pengelolaan tempat dengan risiko yang spesifik.
PROSES MANAJEMEN RISIKO
Menetapkan Konteks
1. Umum
Pada dasarnya urutan kegiatan dalam proses administrasi risiko ini menggambarkan beberapa konsep dasar sebagai berikut:
a. Urutan tahapan administrasi risiko menggambarkan siklus ‘problem solving’.
b. Manajemen risiko bersifat preventif.
c. Manajemen risiko sejalan dengan konsep ‘continuous improvement’
d. Manajemen risiko fokus pada ruang lingkup persoalan yang akan dikelola.
Proses Manajemen Risiko secara rinci terlihat pada gambar 4.1.
2. Konteks Strategis
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah: mendefinisikan kekerabatan antara organisasi dan lingkungan sekitarnya, mengidentifikasi kelebihan, kekurangan, kesempatan dan rintangan. Konteksnya mencakup bidang keuangan, bidang operasional, pesaing, bidang politik (persepsi umum), sosial, klien, budaya dan bidang legal dari fungsi organisasi.
Mengidentifikasi faktor pendukung internal dan eksternal dan mempertimbangkan tujuan, menjadikannya dalam bentuk persepsi dan menerbitkan peraturan. Intinya tahapan ini melaksanakan eksplorasi terhadap semua faktor yang sanggup mendukung dan menghambat jalannya kegiatan administrasi risiko selanjutnya.
Tahap ini berfokus pada lingkungan dimana organisasi itu berada. Sebuah organisasi seharusnya mencoba memutuskan elemen-elemen penting yang mungkin mendukung atau menghambat kemampuan untuk mengelola risiko yang dihadapi, analisa strategis harus dibuat. Hal ini seharusnya didukung pada level eksekutif, menciptakan parameter dasar dan memperlihatkan bimbingan lebih rinci bagi proses administrasi risiko. Dimana seharusnya ada kekerabatan yang erat antara misi organisasi atau tujuan organisasi atau tujuan strategis dengan pengelolaan dari seluruh risiko yang akan dilakukan.
3. Konteks Organisasi
Sebelum studi administrasi risiko dilakukan, merupakan hal penting untuk memahami kondisi organisasi dan kemampuannya, menyerupai halnya pemahaman terhadap tujuan, sasaran dan taktik yang dibentuk untuk administrasi risiko.
Merupakan hal penting memahami alasan-alasan berikut:
- Manajemen risiko menempati konteks sebagai tujuan tahap bersahabat untuk mencapai tujuan organisasi dan taktik organisasi, alasannya hasil administrasi risiko barulah tahap awal untuk terciptanya ‘continuous improvement’.
- Kegagalan pencapaian sebuah objektif dari organisasi bisa dilihat sebagai salah satu risiko yang harus dikelola.
- Jelasnya kebijakan dan pengertian tujuan organisasi akan sangat membantu dalam memilih kriteria penilaian terhadap risiko yang ada, apakah sanggup diterima/ tidak, demikian juga dengan penentuan pilihan-pilihan pengendaliannya.
4. Konteks Manajemen Risiko
Tujuan, strategi, ruang lingkup dan parameter dari aktifitas, atau serpihan dari organisasi dimana proses administrasi risiko harus dilaksanakan, dan ditetapkan. Proses itu bersama-sama dilakukan dengan anutan dan pertimbangan yang matang untuk memenuhi keseimbangan biaya, laba dan kesempatan. Prasyarat sumber risiko dan pencatatannya dibentuk secara spesifik.
Isi dan ruang lingkup dari aplikasi proses administrasi risiko, mencakup :
- Identifikasi tujuan dari proyek yang akan dilakukan (sejalan dengan administrasi perusahaan).
- Penentuan waktu dan tempat pelaksanaan proyek.
- Identifikasi studi yang diharapkan lengkap dengan ruang lingkupnya, prasyarat, dan objektifitasnya.
- Menentukan cakupan dan ruang lingkup dari aktifitas administrasi risiko. Kegiatan yang harus dilakukan ialah sebagai berikut:
- Penentuan wilayah tanggung jawab setiap unit (siapa yang berwenang).
- Hubungan antara proyek yang satu dengan yang lainnya dalam organisasi tersebut (koordinasinya).
5. Pengembangan Kriteria Dalam Melakukan Evaluasi Risiko
Tentukan kriteria yang diduga akan menghambat penilaian risiko yang akan dilakukan. Hal tersebut ditentukan oleh kesesuaian dan perlakuan risiko yang didasari kegiatan operasional, teknis, dana, hukum, sosial, kemanusiaan atau kriteria lainnya. Biasanya hal tersebut tergantung dari kebijakan internal, tujuan, objektifitas, dan kebijakan organisasi perusahaan.
Kriteria dipengaruhi oleh persepsi internal dan eksternal, serta ketentuan hukum. Sangat penting untuk menyesuaikan kriteria tersebut dengan lingkungan yang ada. Kriteria risiko harus dibentuk sesuai dengan jenis risiko yang ada dan level risikonya.
6. Mendefinisikan struktur
Termasuk didalamnya yaitu memisahkan kegiatan atau proyek kedalam elemen-elemen. Elemen-elemen ini menyediakan suatu kerangka logis untuk mengidentifikasi dan menganalisis biar sanggup disusun urutan risiko yang signifikan. Struktur yang dipilih tergantung dari risiko dan ruang lingkup aktivitas/ proyek.
Identifikasi Risiko
1. Umum
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola. Identifikasi harus dilakukan terhadap semua risiko, baik yang berada didalam ataupun diluar organisasi.
2. Apa Yang Dapat Terjadi
Tujuannya ialah untuk menyusun daftar risiko secara komprehensif dari kejadian-kejadian yang sanggup berdampak pada setiap elemen kegiatan. Perlu juga dilakukan pencatatan terhadap faktor-faktor yang menghipnotis risiko yang ada secara rinci sehingga menggambarkan proses yang terjadi. Pada dasarnya tahap ini memperlihatkan eksplorasi citra permasalahan yang sedang dihadapi. Tahap ini nantinya akan memperlihatkan besaran konsekuensi yang sanggup terjadi. Konsekuensi merupakan salah satu variabel penting untuk penentuan level risiko nantinya.
3. Bagaimana Dan Mengapa Itu Terjadi
Pada tahap ini dilakukan penyusunan skenario proses insiden yang akan menimbulkan risiko berdasarkan informasi citra hasil eksplorasi persoalan diatas. Skenario menjadi penting untuk memperlihatkan rangkaian ‘cerita’ perihal proses terjadinya sebuah risiko, termasuk faktor-faktor yang adapat diduga menjadi penyebab ataupun menghipnotis timbulnya risiko. Tahap ini akan memperlihatkan rentang probabilitas yang ada. Sebagaimana konsekuensi, maka probabilitas juga merupakan variabel penting yang akan memilih level risiko yang ada.
4. Peralatan Dan Teknik
Pendekatan yang dipakai untuk identifikasi risiko diantaranya, checklist, penilaian berdasarkan pengalaman dan pencatatan, flowcharts, brainstorming, analisis sistem, analisis skenario, dan teknik sistem engineering.
Analisis Risiko
1. Umum
Tujuan dari analisis risiko ialah untuk membedakan risiko minor yang sanggup diterima dari risiko mayor, dan untuk menyediakan data untuk membantu penilaian dan penanganan risiko. Analisis risiko termasuk pertimbangan dari sumber risiko, dan konsekuensinya. Faktor yang menghipnotis konsekuensi sanggup teridentifikasi. Risiko dianalisis dengan mempertimbangkan estimasi konsekuensi dan perhitungan terhadap acara pengendalian yang selama ini sudah dijalankan.
Analis pendahuluan sanggup dibentuk untuk mendapat citra seluruh risiko yang ada. Kemudian disusun urutan risiko yang ada. Risiko-risiko yang kecil untuk sementara diabaikan dulu. Prioritas diberikan kepada risiko-risiko yang cukup signifikan sanggup menimbulkan kerugian.
2. Menetapkan/ Determinasi Pengendalian Yang Sudah Ada
Identifikasi manajemen, sistem teknis dan prosedur-prosedur yang sudah ada untuk pengendalian risiko, kemudian dinilai kelebihan dan kekurangannya. Alat-alat yang dipakai dinilai kesesuainnya. Pendekatan-pendekatan yang sanggup dilakukan misalnya, menyerupai inspeksi dan teknik pengendalian dengan penilaian sendiri/ professional judgement (Control Self-Assessment Techniques/ CST).
3. Konsekuensi/ Dampak Dan Kemungkinan
Konsekuensi dan probabilitas ialah kombinasi/ adonan untuk memperlihatkan level risiko. Berbagai metode bisa dipakai untuk menghitung konsekuensi dan probabilitas, diantaranya dengan memakai metode statistik.
Metode lain yang juga bisa dipakai jika data terdahulu tidak tersedia, dengan melaksanakan ekstrapolasi data-data sekunder secara umum dari lembaga-lembaga internasional maupun industri sejenis. Kemudian dibentuk estimasi/ asumsi secara subyektif. Metode ini disebut metode penentuan dengan professional judgement. Hasilnya sanggup memperlihatkan citra secara umum mengenai level risiko yang ada.
Sumber informasi yang sanggup dipakai untuk menghitung konsekuensi diantaranya adalah:
- Catatan-catatan terdahulu.
- Pengalaman insiden yang relevan.
- Kebiasaan-kebiasaan yang ada di industri dan pengalaman-pengalaman pengendaliannya.
- Literatur-literatur yang beredar dan relevan.
- Marketing test dan penelitian pasar.
- Percobaan-percobaan dan prototipe.
- Model ekonomi, teknik, maupun model yang lain.
- Spesialis dan pendapat-pendapat para pakar.
Sedangkan teknik-tekniknya adalah:
- Wawancara yang terstruktur dengan para pakar yang terkait.
- Menggunakan aneka macam disiplin keilmuan dari para pakar.
- Evaluasi perorangan dengan memakai kuesioner.
- Menggunakan sarana komputer dan lainnya.
- Menggunakan pohon kesalahan (fault tree) dan pohon insiden (event tree).
4. Tipe Analisis
Analisis risiko akan tergantung informasi risiko dan data yang tersedia. Metode analisis yang dipakai bisa bersifat kualitatif, semi kuantitatif, atau kuantitatif bahkan kombinasi dari ketiganya tergantung dari situasi dan kondisinya.
Urutan kompleksitas serta besarnya biaya analisis (dari kecil hingga besar) adalah: kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif. Analisis kualitatif dipakai untuk memperlihatkan citra umum perihal level risiko. Setelah itu sanggup dilakukan analisis semi kuantitatif ataupun kuantitatif untuk lebih merinci level risiko yang ada.
Penjelasan perihal karakteristik jenis-jenis analisis tersebut sanggup dilihat dibawah ini:
A. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif memakai bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi risiko yang akan diukur. Hasilnya contohnya risiko sanggup termasuk dalam:
- Risiko rendah
- Risiko sedang
- Risiko tinggi
Catatan: Tabel E1 dan E2 dalam lampiran E menggambarkan teladan bentuk kualitatif yang gampang atau skala deskriptif dari kemungkinan-kemungkinan yang ada. Tabel E3 ialah sebuah teladan dari sebuah matriks yang dibentuk berdasarkan prioritas kelas dengan menggambungkan kemungkinan-kemungkinan tersebut. Tabel tersebut perlu ditata kembali sesuai kebutuhan dari organisasi yang individu atau subjek tertentu dari penilaian suatu risiko.
Analisis kualitatif dipakai untuk kegiatan skrining awal pada risiko yang membutuhkan analisis lebih rinci dan lebih mendalam.
B. Analisis Semi-Kuantitatif
Pada analisis semi kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan diatas diberi nilai. Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan derajat konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada. Misalnya suatu risiko memiliki tingkat probabilitas sangat mungkin terjadi, kemudian diberi nilai 100. sehabis itu dilihat tingkat konsekuensi yang sanggup terjadi sangat parah, kemudian diberi nilai 50. Maka tingkat risiko ialah 100 x 50 = 5000. Nilai tingkat risiko ini kemudian dikonfirmasikan dengan tabel standar yang ada (misalnya dari ANZS/ Australian New Zealand Standard, No. 96, 1999).
Kehati-hatian harus dilakukan dalam memakai analisis semi-kuantitatif, alasannya nilai yang kita buat belum tentu mencerminkan kondisi obyektif yang ada dari sebuah risiko. Ketepatan perhitungan akan sangat bergantung kepada tingkat pengetahuan tim hebat dalam analisis tersebut terhadap proses terjadinya sebuah risiko. Oleh alasannya itu kegiatan analisis ini sebaiknya dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari aneka macam disiplin ilmu dan background, tentu saja juga melibatkan manajer ataupun supervisor di bidang operasi.
C. Analisis Kuantitatif
Analisis dengan metode ini memakai nilai numerik. Kualitas dari analisis tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada. Konsekuensi sanggup dihitung dengan memakai metode modeling hasil dari insiden atau kumpulan insiden atau dengan mempekirakan kemungkinan dari studi eksperimen atau data sekunder/ data terdahulu.
Probabilitas biasanya dihitung sebagai salah satu atau keduanya (exposure dan probability). Kedua variabel ini (probabilitas dan konsekuensi) kemudian digabung untuk memutuskan tingkat risiko yang ada. Tingkat risiko ini akan berbeda-beda berdasarkan jenis risiko yang ada.
5. Sensitifitas Analisis
Tingkatan sensitifitas analisis (dimulai dari yang paling sensitif hingga dengan yang kurang sensitif) adalah:
- Analisis Kuantitatif
- Analisis Semi-kuantitatif
- Analisis Kualitatif
Evaluasi Risiko
Evaluasi Risiko ialah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan.
Hasil Evaluasi risiko diantaranya adalah:
- Gambaran perihal seberapa penting risiko yang ada.
- Gambaran perihal prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
- Gambaran perihal kerugian yang mungkin terjadi baik dalam parameter biaya ataupun parameter lainnya.
- Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.
Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko mencakup identifikasi alternatif-alternatif pengendalian risiko, analisis pilihan-pilihan yang ada, rencana pengendalian dan pelaksanaan pengendalian.
1. Identifikasi Alternatif-Alternatif Pengendalian Risiko
Alternatif-alternatif pengendalian yang sanggup dilakukan sanggup dilihat di bawah ini:
a. Penghindaran risiko
Beberapa pertimbangan penghindaran risiko :
- Keputusan untuk menghindari atau menolak risiko sebaiknya memperhatikan informasi yang tersedia dan biaya pengendalian risiko.
- Kemungkinan kegagalan pengendalian risiko.
- Kemampuan sumber daya yang ada tidak memadai untuk pengendalian.
- Penghindaran risiko lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengendalian risiko yang dilakukan sendiri.
- Alokasi sumber daya tidak terganggu.
b. Mengurangi probabilitas
Contoh sanggup di lihat di Lampiran G
c. Mengurangi konsekuensi
Contoh sanggup di lihat di Lampiran G
d. Transfer risiko
Alternatif transfer risiko ini, dilakukan sehabis dihitung laba dan kerugiannya. Transfer risiko ini bisa berupa pengalihan risiko kepada pihak kontraktor. Oleh alasannya itu didalam perjanjian kontrak dengan pihak kontraktor harus terang tercantum ruang lingkup pekerjaan dan juga risiko yang akan ditransfer. Selain itu konsekuensi yang mungkin terjadi sanggup juga di transfer risikonya dengan pihak asuransi.
2. Penilaian Alternatif-Alternatif Pengendalian Risiko
Pilihan sebaiknya dinilai atas dasar/ besarnya pengurangan risiko dan besarnya pelengkap laba atau kesempatan yang ada. Seleksi dari alternatif yang paling sempurna mencakup keseimbangan biaya pelaksanaan terhadap keuntungan.
Walaupun pertimbangan biaya menjadi faktor penting dalam penentuan alternatif pengendalian risiko, tetapi faktor waktu dan keberlangsungan operasi tetap menjadi pertimbangan utama.
Biaya dari pengurangan risiko ($)
Seringkali perusahaan bisa mendapat manfaat besar dari pilihan kombinasi alternatif-alternatif pengendalian yang tersedia. Oleh alasannya itu bersama-sama tidak pernah terjadi penggunaan alternatif tunggal dalam proses pengendalian risiko.
3. Rencana Persiapan Pengendalian
Setelah ditentukan alternatif pengendalian risiko yang paling tepat, langkah berikutnya ialah menyusun rencana persiapan. Rencana persiapan ini berkaitan dengan pertanggungjawaban, jadwal waktu, anggaran, ukuran kinerja, dan tempat.
Untuk lebih jelasnya, tercatat pada serpihan H5, Lampiran H.
4. Implementasi Perbaikan Program
Idealnya, tanggungjawab dari pengendalian risiko seharusnya dilakukan oleh mereka yang benar-benar mengerti. Tanggung jawab tersebut harus disetujui lebih awal. Pelaksanaan pengendalian risiko yang baik membutuhkan sistem administrasi yang efektif, pembagian tanggungjawab yang terang dan kemampuan individu yang handal.
Pemantauan Dan Telaah Ulang
Pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang bisa terjadi. Perubahan-perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan. Pada prinsipnya pemantauan dan telaah ulang perlu untuk dilakukan untuk menjamin terlaksananya seluruh proses administrasi risiko dengan optimal.
Komunikasi Dan Konsultasi
Komunikasi dan konsultasi merupakan pertimbangan penting pada setiap langkah atau tahapan dalam proses manejemen risiko. Sangat penting untuk membuatkan rencana komunikasi, baik kepada kontributor internal maupun eksternal semenjak tahapan awal proses administrasi risiko.
Komunikasi dan konsultasi termasuk didalamnya obrolan dua arah diantara pihak yang berperan didalam proses administrasi risiko dengan fokus terhadap perkembangan kegiatan.
Komunikasi internal dan eksternal yang efektif penting untuk meyakinkan pihak administrasi sebagai dasar pengambilan keputusan.
Persepsi risiko sanggup bervariasi alasannya adanya perbedaan dalam asumsi dan konsep, isu-isu, dan fokus perhatian kontributor dalam hal kekerabatan risiko dan gosip yang dibicarakan. Kontributor menciptakan keputusan perihal risiko yang sanggup diterima berdasarkan pada persepsi mereka terhadap risiko. Karena kontributor sangat besar lengan berkuasa pada pengambilan keputusan maka sangat penting bagaimana persepsi mereka perihal risiko sama halnya dengan persepsi keuntungan-keuntungan yang bisa didapat dengan pelaksanaan administrasi risiko.
SUMBER;