Faktor-Faktor Dan Asfek Perubahan Sosial
Friday, May 24, 2019
Edit
A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Perubahan Sosial dan Budaya
Perubahan sosial dan budaya dipengaruhi oleh banyak sekali faktor. Faktor-faktor yang mensugesti perubahan kebudayaan terdiri dari faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat terjadinya perubahan sosial budaya menyerupai telah dijelaskan pada cuilan sebelumnya. Faktor-faktor itu bisa berasal dari dalam maupun dari luar masyarakat. Berikut diuraikan faktor-faktor yang mensugesti perubahan sosial budaya.
Diantara banyak sekali faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial budaya :
- Kontak dengan kebudayaan lain. Masyarakat yang sering melaksanakan kontak dengan kebudayaan lain akan mengalami perubahan yang cepat. Kontak dengan kebudayaan lain ini bekerjasama dengan difusi, yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lain atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
- Sistem pendidikan formal yang maju. Pada jaman modern sekolah semakin memegang tugas penting dalam melaksanakan perubahan-perubahan pada para murid yang juga merupakan anggota masyarakat secara keseluruhan. Melalui pendidikan, seseorang diajarkan banyak sekali kemampuan dan nilai-nilai yang mempunyai kegunaan bagi manusia, terutama untuk membuka pikirannya terhadap hal-hal baru.
- Toleransi. Perubahan sosial budaya yang cepat akan terjadi pada masyarakat yang sangat toleran terhadap perbuatan atau masyarakat yang berperilaku menyimpang, baik yang positif maupun negatif, dengan catatan bukan merupakan pelanggaran hukum. Masyarakat yang mempunyai toleransi cenderung lebih gampang mendapatkan hal-hal yang baru.
- Sistem stratifikasi terbuka. Sistem pelapisan sosial terbuka pada masyarakat akan menawarkan peluang sebesar-besarnya kepada individu untuk naik ke kelas sosial yang lebih tinggi melalui banyak sekali perjuangan yang diperbolehkan oleh kebudayaannya.
- Penduduk yang heterogen. Pada masyarakat yang heterogen atau masyarakat yang berbasis latar belakang kebudayaan, ras, dan ideologi yang bermacam-macam akan gampang mengalami pertentangan-pertentangan yang mengundang perubahan. Keadaan ini akan mendorong terjadinya perubahan dalam masyarakat.
- Ketidakpuasan masyarakat terhadap banyak sekali bidang kehidupan. Ketidakpuasan ini, baik dalam sistem kemasyarakatan, ekonomi, politik, dan keamanan, akan mendorong masyarakat melaksanakan perubahan sistem yang ada dengan cara membuat sistem gres biar sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya.
- Orientasi ke masa depan. Umumnya masyarakat beranggapan bahwa masa yang akan tiba berbeda dengan masa sekarang, sehingga mereka berusaha menyesuaikan diri, baik yang sesuai dengan keinginannya, maupun keadaan yang jelek sekalipun. Untuk itu, perubahan-perubahan harus dilakukan biar sanggup mendapatkan masa depan.
- Pandangan bahwa insan harus senantiasa berusaha untuk memperbaiki hidupnya. Terdapat suatu aliran atau keyakinan di masyarakat yang menyebutkan bahwa yang sanggup mengubah atau memperbaiki keadaan nasib insan yaitu insan itu sendiri, dengan bimbingan Tuhan. Jika seseorang ingin berubah pasti ia harus berusaha. Usaha ini ke arah penemuan-penemuan gres dalam bentuk cara-cara hidup atau pun pola interaksi di masyarakat.
Selain dari itu faktor-faktor yang bisa menghambat perkembangan di masyarakat dari perubahan sosial budaya diantaranya :
- Kurang bekerjasama dengan masyarakat lain. Masyarakat yang kurang mempunyai hubungan dengan masyarakat lain umumnya yaitu masyarakat terasing atau terpencil. Dengan keadaan menyerupai ini, mereka tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain.
- Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. Keterlambatan perkembangan ilmu pengetahuan di suatu kelompok masyarakat sanggup disebabkan lantaran masyarakat tersebut berada di wilayah yang terasing, sengaja mengasingkan diri atau usang dikuasai (dijajah) oleh bangsa lain sehingga menerima pembatasan-pembatasan dalam segala bidang.
- Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi usang serta anggapan bahwa tradisi tidak sanggup diubah akan sangat menghambat jalannya proses perubahan, keadaan tersebut akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh golongan konservatif.
- Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat. Dalam suatu masyarakat, selalu terdapat kelompok-kelompok yang menikmati kedudukan tertentu. Biasanya, dari kedudukan itu mereka mendapatkan keuntungan-keuntungan tertentu dan hak-hak istimewa.
- Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi sosial yang telah ada. Integrasi sosial mempunyai derajat yang berbeda. Unsur-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi sosial dan menimbulkan perubahan-perubahan pada aspek tertentu dalam masyarakat.
- Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Di dalam masyarakat menganggap pandangan hidup atau keyakinan yang telah menjadi ideologi dan dasar integrasi mereka dalam waktu usang sanggup terancam oleh setiap perjuangan perubahan unsur-unsur kebudayaan.
- Prasangka pada hal-hal gres atau abnormal (sikap tertutup). Prasangka menyerupai ini umumnya terdapat pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa asing, mereka menjadi sangat curiga terhadap hal-hal yang tiba dari luar lantaran mempunyai pengalaman pahit sebagai bangsa yang pernah dijajah, umumnya unsur-unsur gres yang masuk berasal dari dunia barat.
- Adat istiadat (kebiasaan). Adat istiadat atau kebiasaan merupakan pola sikap anggota masyarakat dalam memenuhi semua kebutuhan pokoknya. Jika kemudian pola-pola sikap tidak lagi efektif memenuhi kebutuhan pokok, maka akan muncul krisis sopan santun atau kebiasaan, yang meliputi bidang kepercayaan, sistem pencaharian, pembuatan rumah dan cara berpakaian.
B. Perubahan Sosial dan Budaya terhadap perkembangan masyarakat.
Kebudayaan merupakan suatu sistem. Artinya, bagian-bagian dari kebudh itu saling berkaitan satu dengan lainnya. Perubahan satu unsur kebudayaan akan mensugesti unsur-unsur yang lainnya. Hal ini bisa kita lihat contohnya dikala aktivitas listrik masuk desa mula-mula dijalankan. Masuknya listrik ke pedesaan yang sebelumnya tidak ada listrik, membawa perubahan besar dalam kehidupan penduduk desa yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani atau pengrajin tradisional. Perubahan itu begitu terasa pada peningkatan bermacam-macam kebutuhan akan barang-barang elektronik (radio, televisi, kulkas).
Makalah Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Tembung
Makalah Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Tembung
Dengan mempunyai perangkat elektronik tersebut, pola hidup mereka mengalami perubahan. Waktu tidur menjelma semakin larut, pranata-pranata hiburan juga ikut mengalami perubahan. Ikatan-ikatan sosial masyarakat desa menjadi semakin mengendur, lantaran mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di depan pesawat televisi dibandingkan dahulu yang lebih banyak berinteraksi di luar dengan sesama warga. Pertunjukan seni tradisional lebih banyak ditonton di televisi dari pada melalui pertunjukan langsung di panggung-panggung. Selain itu juga, dengan adanya penerangan lampu. Dari kenyataan ini, perubahan-perubahan lainnya akan semakin terbuka dan berlangsung secara beruntun.
Menurut Gillin dan Koenig, perubahan kebudayaan disebabkan oleh beberapa faktor internal maupun eksternal sebagai berikut :
a. Faktor-faktor internal antara lain :
- Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap sistem nilai yang berlaku di masyarakat.
- Adanya individu yang menyimpang dari sistem sosial yang berlaku. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan diikuti oleh individu-individu lainnya sehingga mendorong perubahan.
- Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk. Pertumbuhan penduduk akan menimbulkan terjadinya perubahan unsur penduduk lainnya, menyerupai rasio jenis kelamin dan beban tanggungan hidup. Banyaknya pendatang dari etnis dan budaya lain juga akan merubah struktur sosial lantaran penduduk menjadi lebih heterogen.
b. Faktor-faktor eksternal antara lain :
- Bencana alam antara lain gunung meletus, banjir, gempa bumi, atau tsunami. Bencana alam sanggup menimbulkan terjadinya perubahan lingkungan fisik sehingga menuntut insan melaksanakan pembiasaan terhadap lingkungan yang telah berubah tersebut. Biasanya untuk bertahan ataupun mengalami suatu tragedi alam, insan terkadang terlupa atau mungkin terpaksa melanggar nilai-nilai dan norma sosial yang telah ada. Hal ini dilakukan semata-mata untuk tetap bertahan dalam menghadapi perubahan lingkungan akhir musibah tersebut.
- Peperangan selalu berdampak pada tingginya angka kematian, rusaknya banyak sekali sarana dan prasarana kebutuhan hidup sehari-hari, terjadinya kekacauan ekonomi dan sosial, serta tergoncangnya mental penduduk sehingga merasa putus asa dan tidak berdaya. Dalam kenyataan yang lebih memprihatinkan, peperangan seringkali diakhiri dengan penaklukan yang diikuti pemaksaan ideologi dan kebudayaan oleh pihak atau negara yang menang. Semua ini akan mengubah kehidupan masyarakat dan kebudayaannya.
- Kontak dengan masyarakat lain yang berbeda kebudayaannya. Kontak sanggup terjadi antar etnis di dalam suatu daerah atau yang berasal dari tempat yang berjauhan. Interaksi antara orang atau kelompok yang berbeda etnis dan kebudayaan yang tinggi akan memperluas pengetahuan dan wawasan perihal budaya masing-masing, sehingga sanggup menjadikan sikap toleransi dan penyesuaian diri terhadap budaya lain tersebut. Sikap toleransi dan penyesuaian diri ini pada alhasil akan mendorong terjadinya perubahan kebudayaan.
C. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Globalisasi mempunyai efek yang positif, yaitu membawa kemajuan, kesejahteraan, dan keselamatan bangsa dan negara. Namun globalisasi juga membawa efek negatif, menyerupai adanya budaya hedonisme, pendewaan pikiran nasionalisme, ilmu dan teknologi, sekularisme, dan tipisnya iman.
Kita menyadari bahwa efek globalisasi mustahil sanggup dihindari, kecuali kita dengan sengaja menghindari interaksi dan komunikasi dengan pihak yang lain. Ketika seseorang masih membaca surat kabar, menonton televisi, atau memakai alat lainnya, terlebih lagi dengan memakai internet, ia tetap akan terperangkap dalam proses dan model pergaulan global.
Dalam periode globalisasi telah terjadi pertemuan dan goresan nilai-nilai budaya dan agama di seluruh dunia yang memanfaatkan jasa telekomunikasi, transformasi dan informasi sebagai hasil dari modernisasi teknologi. Pertemuan dan goresan tersebut akan menghasilkan kompetisi liar yang berarti saling mensugesti dan dipengaruhi, saling bertentangan dan bertabrakannya nilai-nilai yang berbeda yang berakhir dengan kalah atau menang, saling bekerja sama yang akan menghasilkan sintesa dan antitesa baru.
Pengertian globalisasi sanggup dibedakan atas dua hal yaitu :
1) Sebagai Alat
Globalisasi merupakan wujud keberhasilan ilmu dan teknologi, terutama di bidang komunikasi. Globalisasi sebagai alat juga mengandung hal-hal yang positif apabila dipergunakan untuk tujuan yang baik. Namun hal tersebut juga sanggup mengandung hal-hal negatif bila dipergunakan untuk tujuan yang tidak baik. Makara tergantung siapa yang memakai dan apa tujuannya.
2) Sebagai Ideologi
Globalisasi sebagai ideologi berarti sudah mempunyai arti tersendiri dan netralitasnya sangat sedikit. Globalisasi sebagai ideologi pasti memihak suatu kepentingan sehingga akan menjadikan akibat, baik yang baiklah maupun yang tidak setuju. Disinilah timbulnya benturan dan pertentangan.
a) Ancaman
Dengan alat komunikasi menyerupai TV, parabola, telepon, VCD, DVD, dan internet, kita sanggup bekerjasama dengan dunia luar. Dengan parabola atau internet, kita sanggup menyaksikan hiburan porno dari kamar tidur. Kita sanggup terpengaruh oleh segala macam bentuk yang sangat konsumtif. Anak-anak kita sanggup terpengaruh oleh segala macam film kartun dan film-film yang seharusnya tidak dilihat. Kita pun sanggup dengan gampang terpengaruh oleh gaya hidup menyerupai yang terjadi di sinetron-sinetron kita (terutama sekali yang bertemakan keluarga) yang lebih dari 90% menebar nilai-nilai negatif dengan ukuran keberagaman dari setiap agama. Meskipun harus disadari pula bahwa televisi juga banyak menayangkan program-program pengajian, ceramah, diskusi, dan informasi yang mengandung nilai positif bahkan agamis. Adegan keras akan lebih berkesan di benak belum dewasa dibandingkan dengan petuah agama.
b) Tantangan
Pengaruh globalisasi yang menawarkan nilai-nilai positif wajib kita serap, terutama yang tidak menimbulkan benturan dengan budaya kita, contohnya disiplin, kerja keras, menghargai orang lain, rasa kemanusiaan, demokrasi dan kejujuran. Kita wajib menyaring yang baik dan sesuai dengan kepribadian dan moral bangsa kita terima, sebaliknya yang jelek kit atolak.
D. Aspek-aspek Positif dan Negatif dari Globalisasi
Pengaruh globalisasi harus kita hadapi dan direspons. Ada tiga sikap dalam merespons globalisasi.
- Respons dengan sikap anti modernisasi atau anti barat. Kita menolak semua efek barat. Bahkan ada pandangan ekstrem yang menganggap kebudayaan barat sebagai musuh.
- Respons yang menjadikan kebudayaan barat menjadi kiblat dan “role model” untuk masa depan, bahkan menjadikannya way of life mereka.
- Respons yang bersikap selektif, artinya tidak secara otomatis mendapatkan atau menolak kebudayaan barat, mereka sanggup mendapatkan kebudayaan barat selama tidak harus mengorbankan agama, kepribadian, dan kebudayaan yang ada. Sebaliknya mereka akan menolak kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan yang dimiliki.
Berdasarkan hal tersebut, alhasil kita sanggup memilih sikap sebagai berikut :
a. Aspek-aspek positif yang diterima
1) Di bidang sosial budaya
Perkembangan yang demikian cepat dalam ilmu dan teknologi, terutama di bidang komunikasi, transportasi, dan informasi akan sanggup menebus batas-batas wilayah, budaya dan waktu. Di periode globalisasi ini berarti terjadi pertemuan dan goresan nilai-nilai sosial budaya. Melalui proses seleksi nilai-nilai sosial budaya yang positif wajib kita terima, menyerupai kerja keras, disiplin, kejujuran, penghargaan terhadap karya atau kerja orang lain, optimistis, kemandirian, kesungguhan, tanggung jawab, law enforcement, ketaatan terhadap aturan, dan nilai-nilai agama. Nilai-nilai yang diterima akan diserap sehingga memperkaya budaya kita.
2) Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari bahwa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih tertinggal jauh dari negara-negara yang telah maju. Justru periode globalisasi ini merupakan peluang baik untuk sanggup menyerap ilmu dan teknologi, sehingga kita akan sanggup bersaing (berkompetisi) dalam menghasilkan barang-barang yang berkualitas dengan harga murah
3) Di bidang mental
Sikap mental menyerupai pasrah, menyerah, ketergantungan, kongkow-kongkow, dan santai wajib kita ubah menjadi sikap kerja keras, disiplin dalam segala hal, serta menghargai dan memakai waktu sebaik-baiknya.
Hal tersebut merupakan kunci kemajuan dan keberhasilan dalam pembangunan bangsa, bangsa yang maju pasti mempunyai sikap mental tersebut. Sebagai teladan negara Jepang, Korea, Hongkong, dan Singapura.
4) Di Bidang Ekonomi
Kompetisi atau persaingan bebas yaitu kunci, menyerupai AFTA (Asean Free Trade Agreement) atau perjanjian daerah perdagangan bebas ASEAN yang berlaku di tahun 2003 dan APEC (Asian Pacific Economy Cooperation) atau kolaborasi ekonomi Asia Pasifik yang berlaku di tahun 2020. Lalu timbul pertanyaan : sudah siapkah kita menghadapi periode liberalisme perdagangan tersebut ? jika sudah, berarti kita akan tetap survive (hidup) akan dicukupi dari produksi luar negeri. Akibatnya bangsa kita akan tergantung sepenuhnya pada bangsa kita.
5) Di Bidang Ideologi (politik)
Salah satu konsekuensi dari periode globalisasi yaitu keharusan untuk bekerjasama dengan bangsa lain. Kita akan dihadapkan dengan banyak sekali ideologi bangsa lain, menyerupai separatisme. Oleh lantaran itu, harus mempunyai ketahanan ideologi dan kesaktian Pancasila melalui sejarah. Pancasila merupakan ideologi nasional, pandangan hidup bangsa (falsafah bangsa), dan dasar negara yang harus dipertahankan. Sejarah telah mengambarkan bahwa menyimpang dari Pancasila akan membawa tragedi bagi bangsa dan negara, menyerupai pada tahun 1949 – 1959 (masa liberalisme) dan pada tahun 1959 – 1965 (masa demorasi terpimpin).
6) Di bidang Pertahanan dan Keamanan
Persatuan dan kesatuan akan membawa kejayaan bangsa, sebaliknya perpecahan akan membawa kehancuran terhadap negara ini. Persatuan dan kesatuan akan membawa rasa aman, damai, tentram dan sejahtera. Banyak faktor di periode globalisasi yang akan menjadikan benturan dan goresan dengan budaya lain, menyerupai individualistis, sekularisme, dan gaya hidup serba bebas (dalam arti negatif). Oleh lantaran itu kita harus waspada, kita harus sanggup mengatasi setiap hambatan, ancaman, gangguan, dan tantangan.
b. Aspek-aspek Negatif yang wajib ditolak
Kita telah masuk pada periode globalisasi, dimana dunia seakan-akan tidak mempunyai lagi batas-batas wilayah, waktu dan budaya. Apa yang terjadi di sana, terjadi juga di sini dalam waktu yang sama dan tidak ada sensor. Kita dihadapkan pada suatu pilihan, mendapatkan atau menolak. Dalam memilih pilihan wajib mempunyai filter (penyaring), yaitu agama (iman), Pancasila, norma-norma budaya, dan kepribadian bangsa. Apabila tidak, maka nilai-nilai kemaksiatan akan masuk dan merusak bangsa kita.
1) Di bidang sosial budaya
Dalam periode globalisasi pergesekan dan saling mensugesti antar nilai budaya mustahil dihindari. Apabila kita bertahan, maka akan menjadikan sikap isolasi, ketertutupan, eksklusif, dan inferior (rasa rendah diri). Tetapi apabila kita berperan aktif berarti akan menghasilkan keterbukaan dan rasa lebih. Paling tidak kita sanggup bersikap akomodatif terhadap hal-hal yang masih bisa ditolerir.
Kita harus waspada lantaran imperialisme budaya jauh lebih berbahaya, akhir prosesnya yang usang dan apabila sudah terpengaruhi akan menghilangkan nilai-nilai dan identitas bangsa.
2) Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari ilmu dan teknologi dari dunia barat memang lebih maju daripada yang kita miliki. Namun kita harus selektif, apakah ilmu dan teknologi itu sesuai dengan norma-norma, kondisi, dan situasi bangsa kita. Misalnya apakah penerapannya akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan menjadikan pengangguran? Semua itu perlu pengkajian lebih lanjut.
3) Di bidang mental
Gaya hidup kebarat-baratan wajib kita tolak, meskipun dikatakan “modern”, menyerupai efek model pakaian, rambut, makanan, dan minuman tanpa memperhatikan yang halal atau yang haram.
4) Di bidang ekonomi
Salah satu ciri periode globalisasi yaitu adanya kompetisi (persaingan) secara sehat, artinya menurut peraturan yang berlaku. Kompetisi sanggup berlaku dalam kualitas, harga (murah), dan pelayanan (cepat, tepat, dan sopan). Dengan kompetisi akan terjadi pengelompokan perusahaan, yang berpengaruh dan baik tetap hidup, yang lemah dan tidak baik akan mati (gulung tikar). Terjadilah kesenjangan ekonomi dan sosial yang semakin lebar dan dalam, sehingga sistem ekonomi dan sosial menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 mustahil tercapai. Pertanyaan yaitu kemana perekonomian Indonesia akan dibawa dan oleh siapa?
5) Di bidang ideologi politik
pergeseran akan terjadi di bidang ideologi (politik) dalam periode globalisasi, lantaran maraknya paham-paham lain masuk ke bumi Indonesia, menyerupai liberalisme, komunisme, sekularisme, individualisme, egoisme, dan sebagainya. Semua ideologi abnormal tersebut tentu bertentangan dengan ideologi Pancasila yang menurut Ketuhanan Yang Maha Esa, kekeluargaan, gotong royong, musyawarah untuk mufakat, dan lain sebagainya.
6) Di bidang pertahanan dan keamanan
Era globalisasi juga membawa budaya keras dan tindakan kejahatan yang makin meningkat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, sehingga pendidikan agama perlu kita tingkatkan pula. Pendidikan agama bukan hanya dalam segi pengetahuan, tetapi lebih menekankan pada pengalaman yang dimulai semenjak sedini mungkin.