Sejarah Sepak Bola Indonesia (Pssi)

BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data
Data dan informasi untuk mendukung proyek kiprah simpulan ini diperoleh dari aneka macam sumber, antara lain:
2.1.1 Data Premier
2.1.1.1. Wawancara
Berdasarkan aktivitas penghargaan legenda sepakbola Indonesia yang pernah diadakan pada tahun 2007 oleh PT. Sampoerna Tbk yang menunjukkan apresiasi kepada 20 legenda sepakbola nasional Indonesia, Penulis mengkonfirmasikan hal ini kepada salah satu narasumber yang merupakan seorang anak dari salah satu legenda sepakbola Indonesia, Tresita Diana Pattinasarany, putri dari Ronny Pattinasarany, dimana narasumber mempunyai pengetahuan yang luas mengenai dunia dan sejarah sepakbola nasional Indonesia. Tresita juga pernah mengangkat tema perihal sejarah sepakbola nasional Indonesia sebagai kiprah simpulan kuliahnya.

Dalam wawancara dengan narasumber, narasumber menunjukkan proteksi peruncingan problem dari 20 legenda menjadi 10 legenda lantaran semoga nominal 10 atau aksentuasi jumlah yang lebih sedikit membuktikan betapa berkualitasnya pemain-pemain yang dijadikan legenda sepakbola tersebut. Angka 10 juga merupakan angka yang sakral dalam dunia sepakbola.

Pada akhirnya, penulis yang dibantu narasumber menetapkan siapa saja 10 pemain yang mengisi proyek ini. 

2.1.1.2 Survey Lapangan
Untuk mendalami permasalahan dalam proyek ini, penulis berkesempatan untuk mendatangi kantor dari redaksi Kompas belahan olahraga, bapak Yesayas. Beliau baiklah dengan narasumber pertama dengan 10 nama terpilih. Beliau berharap semoga generasi kini lebih bisa menghargai dan mengapresiasi para pejuang sepakbola terdahulu.

2.1.2 Data Sekunder
2.1.2.1 Artikel “Sepakbola Indonesia” PSSI
Artikel ini menjelaskan sepakbola menjadi sebuah media alat usaha bangsa dimana dari masa sepakbola belum masuk ke Indonesia hingga pada masa berkembang nya sepakbola di Indonesia terpapar terang oleh buku besutan PSSI ini. Sejarah sepakbola Indonesia tercatat rapih di artikel ini dari maas Ir. Soeratin hingga masa Nurdin Halid.

2.1.2.2 Data “ 10 daftar pemain sepakbola legendaris indonesia”
Artikel ini menjelaskan Daftar pesepakbola legendaris Indonesia yang di berkan penghargaan oleh penyelenggaraan final Copa Indonesia Djie Sam Soe pada bulan April 2007 sebagai apresiasi kepada seluruh pemain sepakbola Indonesia yang telah tampil membela Indonesia baik di kompetisi nasional, regional maupung tingkat Internasional.

Diantara nya sebagai berikut :
Ramang Penyerang 1950 Makasar Maulwi Saelan Kiper 1951 – 1958 Makasar Ronny Pasla Kiper 1960 – 1970 Makasar Robby Darwis Stopper 1985 – 1997 Bandung Ronny Pattinasarany Libero 1970 – 1982 Ambon-Makasar Iswadi Idris Gelandang 1968 – 1980 Aceh Risdianto Penyerang 1971 – 1981 Pasuruan Rully Rudolf Nerre Gelandang 1977 – 1989 Papua Ricky Yakobi Penyerang 1982 — 1993 Medan Widodo C. Putra Penyerang 1991 — 1996 Cilacap

2.1.2.3 Artikel “Sang Juara” Komite Olahraga Nasional 1998
Artikel ini menjelaskan seluruh juara olahraga Indonesia lengkap dengan dokumentasi dan profil atlet. Dan tentu nya juara-juara sepakbola Indonesia dengan prestasi-prestasi nya.

2.1.2.4 Sejarah Sepak Bola Indonesia
Indonesia dan sepak bola, sejarah mencatat sepak bola dibawa masuk ke Indonesia oleh para pedagang dari negeri Belanda, jikalau mereka awal masuknya ke Indonesia sekitar tahun 1602 M maka sepakbola lahir dari perkembangan aktifitas dagang mereka di Indonesia.

Namun lebih spesifik nya sepak bola mulai di mainkan sebagai ajang perlombaan permainan di mulai semenjak 1920, di mana pada ketika itu belanda sudah membawa aneka macam macam olah raga lain nya menyerupai tenis, kasti, bola tenis renang dan hoki namun kesemua nya itu hanya di peruntukan bagi kalangan Belanda, Eropa dan Indo saja, tetapi bedahalya dengan sepak bola, dimana rakyat pribumi di perbolehkan memainkan nya selain itu sepak bola juga tidak terlalu membutuhkan sarana atau alat pendukung yang banyak sehingga menjadi olahraga yang eksklusif di gemari oleh seluruh rakyat pribumi pada ketika itu.

Pengertian dan Sejarah Sepak Bola Menurut Ahli

Dari ketika itulah persepakbolaan indonesia mulai terbentuk dari berdiri nya organisasi-orgaanisasi sepakbola pioner indonesia seperti, persatuan Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta (Persija), persatuan sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang terus berkembang hingga sanggup lolos ke piala dunia FIFA 1938.

Kemungkinan lahirnya sejarah sepakbola diatas sanggup menjadi kebenaran atau pula menjadi kesalahan, namun tidak ada yang boleh menjustifikasi kedua hal tersebut kecuali atas dasar fakta sejarah yang berpengaruh dan benar. Disinilah letaknya urgensi dilakukanya penelusuran sejarah sepak bola nasional Indonesia.

Berharap pemerintah semoga melalui kementrian cowok dan olahraga sanggup juga memperhatikan akan hal ini sehingga sejarah olahraga nasional tidak kehilangan benang merah. Tetapi kita semua jangan selalu menuggu dan berharap terhadap perilaku pemerintah akan kepedulian nya dengan hal ini, perlu kesadaran tinggi semoga catatan sejarah gemilang bangsa ini tetap utuh sebagai pelajarang berharga bagi bangsa ini. penelitian perihal hal ini mungkin sangat urgen untuk dilakukan sehingga menunjukkan beberapa titik awal kejelasan sejarah lahirnya sepakbola nasional, semoga persepakbolaan kita lebih baik karna bekaca pada sejarah dan tidak menjadikannya catatan saja tetapi sebagai pecutan semangat semoga persepakbolaan nasional sanggup berdiri dan sejajar dengan raksasa sepak bola dunia.

2.1.2.5 Sejarah PSSI
Jakarta1920 olah raga sedang bergeliat di sana, kasti, bola tangan renang, tennis, renang dan hoki di perkenalkan pada masyarakat Indonesia namun terbatas untuk kalangan Eropa Belanda dan Indo saja, namun pertandigan voetbal atau sepak bola sering di pertunjukan juga untuk meramaikan pasar malam yang biasanya di adakan ketika sore hari, yang menjadikannya populer dan popular di kalangan masyarakat Jakarta pada masa itu lantaran tidak memerlukan tempat dan peralatan khusus dan pribumi di perbolehkan memainkannya.

Lapangan Singa atau kini dikenal dengan Lapangan Banteng menjadi saksi bisu dimana pertandingan sepak bola pada ketika itu sering di lombakan, pada ketika itu mereka menyebut nya vijfkam atau panca lomba dan tienkan dasa lomba. Dengan adanya kegiatan rutin ini maka terbentuklah bond sepak bola atau perkumpulan sepak bola yang pesertanya ialah serdadu-serdadu yang tinggal di tangsi-tangsi militer, dari bond-bond itulah cikal bakal klub-klub besar lahir. Tidak mau kalah dengan pergerakan tersebut warga Belanda, Eropa dan Indo pun menciptakan bond-bond serupa. Dari bond-bond itu kemudian terbentuklah Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang pada tahun 1927 bermetamorfosis Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU). Sampai tahun 1929, NIVU sering mengadakan pertandingan termasuk dalam rangka memeriahkan pasar malam dan tak ketinggalan sebagai ajang judi. Bond China memakai nama antara lain Tiong un Tong, Donar, dan UMS. Dan adapun bond Cahaya Kwitang, Si Sawo Mateng dan Sinar Kernolong yang dijadikan nama bond warga pribumi yang identik dengan nama wilayah mereka.

1925 terbentuklah persatuan sepak bola Djakarta (PERSIDJA) dan 1928 terbentuklah Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) sebagai akhir dari diskriminasi yang dilakukan Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB). Pada 19 April 1930, Persidja ikut membentuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di gedung Soceiteit Hande Projo, Yogyakarta. Pada ketika itu Persidja memakai lapangan di Jalan Biak, Roxy, Jakarta pusat.

1930-an berdiri tiga organisasi sepakbola menurut suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) kemudian berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) di tahun 1936 milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) punya bangsa Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang Indonesia. Memasuki tahun 1930-an, pamor bintang lapangan Bond NIVB, G Rehatta dan de Wolf, mulai menemui meredup dan berganti bintang lapangan bond China dan pribumi, menyerupai Maladi, Sumadi, dan Ernst Mangindaan yang mengantarkan VIJ keluar sebagai juara pada kejuaraan PSSI ke-3 pada 1933.

Pada 1938 dengan banga Indonesia sanggup lolos ke Piala Dunia. Namun pengiriman kesebelasan Indonesia (Hindia Belanda) sempat mengalami hambatan.

Dan mencium kelicikan Belanda dimana NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Jakarta bersitegang dengan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan Jerman yang usang tinggal di Eropa, dimana ia ingin pemain PSSI yang dikirimkan untuk bertanding. Namun risikonya dikirimkan kesebelasan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI atau pribumi dan memakai bendera NIVU yang sudah diakui FIFA.

Sesaat pada masa prnjajahan Jepang, semua bond sepak bola dipaksa masuk Tai Iku Koi bentukan pemerintahan militer Jepang. Di masa ini, Taiso, sejenis senam, menggantikan olahraga permainan. Baru setelah kemerdekaan, olahraga permainan kembali semarak di permainkan kembali oleh masyarakat.

1948, pesta akbar olahraga berjulukan PON (Pekan Olahraga Nasional) diadakan pertama kali di Solo. 12 cabang olahraga telah dipertandingkan pada ketika itu. Berbagai macam permainan olahraga semakin digemari dan popular di masyarakat Indonesia, terutama sepak bola yang menjadikan kebutuhan akan kelengkapan penunjang lahraga semakin meningkat dan di tahun 1960-1970-an, cowok Jakarta mengenal toko olahraga Siong Fu yang khusus menjual sepatu bola. Produk dari toko sepatu di Pasar Senen ini jadi andalan sebelum sepatu impor menyerbu Indonesia. Selain Pasar Senen, toko olahraga di Pasar Baru juga menyediakan peralatan sepakbola.

Henbal, trekbal (bola kembali), kopbal (sundul bola), losbal (lepas bola), dan tendangan 12 pas telah menjadi istilah lokal yang merupakan efek bahasa belanda. Istilah beken itu kemudian memudar manakala demam bola Inggris dimulai sehingga istilah-istilah tersebut berganti dengan istilah persepakbolaan Inggris. Sementara itu, hingga 1950 masih terdapat pemain indo di beberapa klub di Jakarta. Sebut saja Vander Vin di klub UMS; Van den Berg, Hercules, Niezen, dan Pesch dari klub BBSA. Pemain indo mulai luntur di tahun 1960-an 19 April 1930, PSSI dibuat di Yogyakarta dengan nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia sebagai organisasi olahraga yang lahir pada masa penjajahan Belanda. PSSI dibuat lantaran ada kaitannya dengan upaya politik untuk menentang penjajahan. Apabila diteliti lebih lanjut, saat-saat sebelum, selama, dan setelah kelahirannya hingga 5 tahun pasca proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, terlihat terang bahwa PSSI lahir dibantu oleh muatan politis, baik secara eksklusif maupun tidak, untuk menentang penjajahan dengan taktik menanam benih-benih nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia yang ikut bergabung.

Soeratin Sosrosoegondo merupakan pendiri PSSI yang pekerjaannya sebagai seorang insinyur sipil. Ia menuntaskan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali, Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang berpusat di Yogyakarta. Di sana ia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan konstruksi besar itu. Akan tetapi, lantaran kecintaan ia kepada bangsa ini sangat tinggi, ia kemudian menetapkan untuk mundur dari perusahaan tersebut.

Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak aktif di bidang pergerakan. Sebagai seorang cowok yang gemar bermain sepak bola, ia menyadari kepentingan pelaksanaan aneka macam keputusan yang telah disepakati bersama dalam pertemuan para cowok Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Soeratin melihat sepak bola sebagai wadah terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan cowok sebagai sarana untuk menentang Belanda.

Dalam mewujudkan impiannya, Soeratin rajin mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, dan Bandung. Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi secara rahasia untuk menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian, ketika mengadakan pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta), dan juga pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibuat sebuah organisasi sepak bola nasional. Selanjutnya, pematangan gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan Solo yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, menyerupai Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno (bukan Bung Karno). Sementara itu, untuk kota-kota lainnya, pematangan dilakukan dengan cara kontak pribadi atau melalui kurir, menyerupai dengan Soediro yang menjadi Ketua Asosiasi Muda Magelang.

Pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil dari VIJ (Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB - Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (Gatot), PSM - Persatuan sepak bola Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito, A. Hamid, dan M. Amir Notopratomo), VVB - Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (Soekarno), MVB - Madioensche Voetbal Bond (Kartodarmoedjo), IVBM - Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB - Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Pamoedji). Dari hasil pertemuan tersebut, diambil keputusan untuk mendirikan PSSI, yang merupakan kependekan dari Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia. Nama PSSI kemudian diubah dalam kongres PSSI di Solo pada tahun 1930 menjadi Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia sekaligus menetapkan Ir. Soeratin sebagai ketua umumnya.

Dari masa Soeratin Sosrosoegondo 1930 hingga Nurdin Halid 2011 persepakbolaan nasional terus berkembang walaupun perkembangan dunia persepakbolaan Indonesia ini mengalami pasang surut dalam kualitas pemain, kompetisi dan organisasinya. Akan tetapi olahraga yang sanggup diterima di semua lapisan masyarakat ini tetap bertahan apapun kondisinya. PSSI sebagai induk dari sepakbola nasional ini memang telah berupaya membina timnas dengan baik, menghabiskan dana milyaran rupiah, walaupun hasil yang diperoleh masih kurang membanggakan bagi masyarakat pencinta bola.

Hal kurang mambaggakan ini disebabkan pada cara pandang yang keliru. Untuk mengangkat prestasi Timnas, tidak cukup hanya membina Timnas itu sendiri, melainkan juga dua sektor penting lainnya yaitu kompetisi dan organisasi, sementara tanpa disadari kompetisi nasional kita telah tertinggal.

Padahal di kurun sebelum tahun 70-an, banyak pemain Indonesia yang bisa bersaing di tingkat internasional sebut saja kurun Ramang dan Tan Liong Houw, kemudian kurun Sucipto Suntoro dan belakangan kurun Ronny Pattinasarani hal ini di karnakan sudut pandang kepengurusan PSSI yang masih fokus terhadap tujuan utama nya yang membina dan menyalurkan pemain-pemain lokal semoga setara dengan pemain asing. Yang tidak mencampuradukan urusan politik dan masalalah kepentingan pribadi ke dalam PSSI.

PSSI pun mewadahi pertandingan – pertandingan yang terdiri dari pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak perkumpulan atau klub sepakbola, pengurus cabang, pengurus daerah yang dituangkan dalam kalender kegiatan tahunan PSSI sesuai dengan aktivitas yang disusun oleh PSSI. Pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak ketiga yang menerima izin dari PSSI. Pertandingan dalam rangka Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan pekan Olah Raga Nasional (PON). Pertandingan – pertandingan lainnya yang mengikutsertakan akseptor dari luar negeri atau atas ajakan dari luar negeri dengan ijin PSSI.

Kepengurusan PSSI pun telah hingga ke pengurusan di tingkat daerah – daerah di seluruh Indonesia . Hal ini menciptakan Sepakbola semakin menjadi olahraga dari rakyat dan untuk rakyat.

Dalam perkembangannya PSSI telah menjadi anggota FIFA semenjak tanggal 1 November 1952 pada ketika congress FIFA di Helsinki. Setelah diterima menjadi anggota FIFA, selanjutnya PSSI diterima pula menjadi anggota AFC (Asian Football Confederation) tahun 1952, bahkan menjadi pencetus pula pembentukan AFF (Asean Football Federation) di zamanha memperbaiki kepengurusan Kardono, sehingga Kardono sempat menjadi wakil presiden AFF untuk selanjutnya Ketua Kehormatan.

Lebih dari itu PSSI tahun 1953 memantapkan posisinya sebagai organisasi yang berbadan aturan dengan mendaftarkan ke Departement Kehakiman dan menerima ratifikasi melalui SKep Menkeh R.I No. J.A.5/11/6, tanggal 2 Februari 1953, pemanis info Negara R.I tanggal 3 Maret 1953, no 18. Berarti PSSI ialah satu – satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam info Negara semenjak 8 tahun setelah Indonesia merdeka.

2.2 Kompetitor
2.2.1 Kompetitor Langsung
Kompetitor eksklusif yang di analisa menurut teladan demografis, geografis dan positioning, dimana banyak tabloid olahraga yang sering menciptakan poster sebagai bonus, menyerupai tabloid Bola Indonesia, tabloid soccer, Tabloid kompas bola dan lain-lain.

2.2.2 Kompetitor Tidak Langsung
Berdasarkan analisa, kompetitor tidak eksklusif tercatat lebih membahayakan dibanding kompetitor langsung, namun hanya berlaku bagi kelas demografi tertentu dimana kini media internet sudah menjadi sentra informasi yang di gunakan di hampir semua kalangan, dan gambar-gambar berupa poster maupun foto para pemain sepakbola sangat gampang ditemukan dengan resolusi yang baik, ditambah situs-situs dan blog pribadi yang dengan kemampuan teknis grafis, mereka banyak membagikan karya-karya mereka berupa idola mereka dengan resolusi high quality print. Sebut saja kepakgaruda.wordpress.com dan situslain nya menyerupai Behance.com, Deviantart.com.

2.3 Target Audience
2.3.1 Target Premier
Demografi
Jenis Kelamin : Pria dan Wanita Usia : 20 – 40 Tahun Kelas Sosial : Level B-A+

Geografi
Kota-kota Besar Indonesia

Psikografis

a. Personality
  • Suka Sepakbola
  • Menghargai sejarah sepakbola Indonesia
  • Cinta Tim Nasional Indonesia
  • Menghargai bangsa Indonesia
  • Menghargai karya seni anak bangsa
  • Suka menghargai momen-momen bersejarah
b. Behaviour
  • Suka mengoleki atribut-atribut sepakbola
  • Mengikuti perkembangan Timnas dari tahun ke tahun
  • Hobi mengumpulkan data mengenai sepakbola
  • Orang yang mengagumi Timnas Indonesia.
c. Lifestyle
  • Berpendidikan dan bersekolah dengan pengukuhan baik.
  • Senang membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan sepakbola.
  • Sering menonton pertandingan sepak bola di luar rumah.
2.3.2 Target Sekunder
Demografi
Jenis Kelamin : Pria dan Wanita
Usia : 17 – 50 Tahun
Kelas Sosial :Semua kalangan
Geografi : Kota-kota besar di Indonesia
Psikografi : Masyarakat umum yang menyukai sepakbola Nasional, dan menghargai atau menyukai para legenda (pemain) sepakbola Indonesia.

2.4 Analisa SWOT
2.4.1 Strength (Kekuatan)
  • Indonesia mempunyai sejarah gemilang dalam dunia sepakbola internasional
  • Dimana hal ini cukup menarik bagi masyarakat Indonesia yang penuh rasa nasionalisme
  • Tim nasional Indonesia mempunyai pemain-pemain idola pada kurun nya masing-masing yang sempat populer bahkan ditakuti lawan di daerah Asia.
  • Masyarakat Indonesia yang kebanyakannya penggemar sepakbola
  • Masyarakat Indonesia yang menjadikan sepakbola sebagai olahraga utama yang sering di mainkan di segala kalangan dan usia
  • Banyaknya masyarakat yang fanatik akan sepakbola
  • Berhasilnya aktivitas PSSI dalam regenerasi timnas yang menghasilkan pemain muda berbakat
  • Adanya idola gres dalam persepakbolaan nasional
2.4.2 Weakness (Kelemahan)
  • Tim nasional Indonesia tidak pernah menghasilkan hasil yang membanggakan akhir-akhir ini
  • Permainan politik yang masuk terlalu dalam pada persepakbolaan Indonesia yang menjadikan hancurnya kepengurusan organisasi sepakbola Indonesia (PSSI)
  • Banyak pihak-pihak yang ingin “menumpang” pada persepakbolaan nasional
  • Kurang seriusnya perhatian pemerintah dalam mendukung tim nasional
Indonesia dalam hal ini dukungan sarana dan materi
- Lemahnya regenerasi pada Timnasional Indonesia

2.4.3 Opportunity (Kesempatan)
  • Dukungan masyarakat Indonesia yang sealu menyambut baik timnas
  • Kembalinya popularitas sepakbola nasional ( setelah ajang AFF )
  • Diberlakukan nya sistem naturalisasi
  • Pergantian kepengurusan usang dengan yang baru
  • Adanya ajang pertandingan gres atau liga gres di persepakbolaan Indonesia (LPI) yang sanggup memperluas wadah talenta-talenda gres dalam persepakbolaan nasional
2.4.4 Threat (Ancaman)
  • Selain banyak masyarakat yang optimis terhadap timnas ada juga masyarakat yang pesimis terhadap timnas
  • Banyak masyarakat yang menganggap bahwa orang Indonesia tidak mempunyai bakat dalam bermain sepakbola dikarenakan faktor teknik dan fisik yang susah bersaing dengan bangsa-bangsa lain
  • Tidak membaiknya kepengurusan PSSI dalam mewadahi sepakbola nasional
  • Banyak nya permasalahan politik yang mengalihkan perhatian pemerintah dan masyarakat dalam mendukung timnas

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel