Media Dan Perubahan Sosial

MEDIA DAN PERUBAHAN SOSIAL
The world is changing, even without media involvement. 
The only different is media make the change faster..most of the mass media give much more attention to bad news--crime, deaths, disasters, wars, etc.--than to positive sides of the human condition. The mass media frequently create unrealistic fears about criminals, foreign peoples and the like. "News" often is more like entertainment than information or education. News reports, especially on television, are typically given without much overt context (Brian Martin, Beyond mass media, Published in Metro, number 101, 1995, pp. 17-23; Metro Magazine, PO Box 204, Albert Park Vic 3206, Australia).

Pengantar
Persoalan yang dibicarakan oleh teori perubahan sosial meliputi beberapa hal. Pertama, bagaimana kecepatan suatu perubahan terjadi, ke mana arah dan bentuk perubahan, serta bagaimana hambatan-hambatannya. Dalam kasus masyarakat Indonesia, hal ini sanggup dilakukan dengan melihat sejarah perkembangan sosialnya.

Kedua, faktor apa yang besar lengan berkuasa terhadap perubahan sosial. Paling tidak terdapat enam faktor yang besar lengan berkuasa terhadap perubahan sosial;
  1. penyebaran informasi, meliputi efek dan prosedur media dalam memberikan pesan-pesan ataupun gagasan (pemikiran);
  2. modal, antara lain SDM ataupun modal finansial;
  3. teknologi, suatu unsur dan sekaligus faktor yang cepat berubah sesusai dengan perkembangan ilmu pengetahuan;
  4. ideologi atau agama, bagaimana agama atau ideologi tertentu besar lengan berkuasa terhadap proses perubahan sosial;
  5. birokrasi, terutama berkaitan dengan aneka macam kebijakan pemerintahan tertentu dalam membangun kekuasaannya;
  6. agen atau aktor. Hal ini secara umum termasuk dalam modal SDM, tetapi secara spesifik yang dimaksudkan yaitu inisiatif-inisiatif individual dalam “mencari” kehidupan yang lebih baik.
Ketiga, dari mana perubahan terjadi, dari negara, atau dari pasar bebas (kekuatan luar negeri), atau justru dari dalam diri masyarakat itu sendiri. Keempat, hal-hal apa saja yang berubah dan bagaimana perubahan itu terjadi. Seperti diketahui, perubahan sanggup sesuatu yang berbentuk fisik (tampak/material), contohnya terjadinya pembangunan dalam pengertian fisik, tetapi ada pula hal-hal yang tidak tampak (nonmaterial), ibarat pemikiran, kesadaran, dan sebagainya. Kelima, hal-hal atau wacana-wacana apa saja yang secara umum dikuasai dalam proses perubahan sosial tersebut? Misalnya, untuk kasus Indonesia di antara enam faktor perubahan ibarat disinggung di atas, mana di antaranya yang dominan, dan mengapa hal tersebut terjadi.

Keenam, bagaimana membedakan konteks-konteks perubahan dalam setiap masyarakat dan bagaimana proses sosial tersebut berlangsung. Dalam masalah ini, ada yang disebut;
  1. proses reproduksi, yakni proses pengulangan-pengulangan dalam ruang dan waktu yang berbeda ibarat halnya warisan sosial dan budaya dari masyarakat sebelumnya dan
  2. proses transformasi, yakni suatu proses perubahan bentuk atau penciptaan yang baru, atau yang berbeda dari sebelumnya.
Modernisasi: Ancangan Analisis Perubahan Sosial
Gejala perubahan sosial yang masih relevan dalam tatanan kehidupan masa kini yaitu tanda-tanda modernisasi yang dicanangkan dunia Barat untuk memperbaiki perekonomian masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga. Dampak modernisasi sangat luas, baik yang dianggap positif maupun negatif oleh kalangan masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga, baik yang berkaitan dangan masalah ekonomi, sosial, politik, budaya dan ilmu pengetahuan.

Modernisasi sebagai fenomena perubahan menerima respon yang beragam, bahkan dikritisi sebagai westernisasi. Bagaimanapun sebuah masyarakat bukanlah 'bejana' kosong yang begitu saja mendapatkan hal-hal yang berasal dari luar, tetapi ia mempunyai prosedur tertentu melalui norma-norma dan nilai-nilai tradisi (budaya) dalam menangani dan menanggapi perubahan yang terjadi. Dalam kaitannya dengan hal ini yaitu tugas para distributor perubahan (pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat) yang bisa mengantisipasi aneka macam perkembangan masyarakat sehingga bisa mengarahkan masyarakat untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Makalah, Pengertian dan Teori Perubahan Sosial Menurut Para Ahli

Dalam suatu proses modernisasi, suatu proses perubahan yang direncanakan, melibatkan semua kondisi atau nilai-nilai sosial dan kebudayaan secara integratif. Secara sosiologis munculnya semangat perubahan sosial di Indonesia, biasanya lebih difokuskan pada dinamika sosial yang berkembang, meskipun pada gilirannya hampir semua aspek sanggup pula menjadi pemicu arah perubahan itu sendiri. Bahkan sebagian sosiolog sependapat, bahwa perubahan di semua sektor merupakan keharusan yang tidak sanggup ditawar dan ditunda-tunda, kendatipun dalam proses perjalanannya diketemukan kendala-kendala yang tidak ringan. Sebut saja, mulai dari perubahan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, agama dan aneka macam macam yang menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia.

Determinisme Media
Perubahan teknologi menempatkan komunikasi di garda paling depan dari perubahan sosial. Dalam konteks mediasi, teknologi media berperan dalam membentuk cara kita berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Teknologi media, layaknya sebuah struktur, membatasi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan manusia. Ini terjadi tak lain lantaran tiap medium mempunyai kemampuan teknis yang berbeda dalam memberikan teks, bunyi atau gambar (Croteau :262).

Bahkan Mc Luhan, yang terkenal dengan adagium medium is the mesage, menyampaikan bahwa teknologi media mempunyai implikasi pada keseimbangan penggunaan indra kita. Misalnya media cetak yang hanya bisa memberikan teks dan gambar membisu lebih memfungsikan indra mata. sedangkan radio memaksimalkan fungsi indra telinga.

Dalam kacamata kaum determinist, teknologi merupakan elemen penting yang menjadi pangkal dari perubahan sosial. Teknologi dilihat sebagai kekuatan sosial dari luar yang masuk (atau dimasukkan) ke dalam situasi sosial tertentu dan menimbulkan imbas perubahan beruntun. Fischer sebagaimana dikutip Croteau menyebutnya sebagai pendekatan bola bilyar. Meskipun dalam kenyataan tak selamanya begitu. Sebagaimana yang terjadi di India dikala para petani di sana dikenalkan pada teknologi televisi dalam rangka difusi-inovasi teknologi pertanian (Rogers, 1982:80).

Neil Postman (1985) berargumen bahwa masyarakat yang berbasis media cetak (masyarakat Amerika periode 18 sampai 19) termotivasi untuk rasional, serius dan koheren dalam cara berpikir dan isu perihal wacana publik. Membaca membentuk anutan yang analitis, logis dan jelas. Dan kondisi itu berubah semenjak kemunculan televisi (Croteau, 268:269). meningkatnya penggunaan televisi mengubah cara masyarakat berbicara dan berpikir perihal isu publik, apalagi dikala tayangan televisi didominasi oleh hiburan dan gosip. Lebih jauh lagi, para penganut posmodernisme menuding budaya audiovisual kini sebagai biang dari hiperreality.

Selain itu, teknologi komunikasi juga menggeser apa yang kita sebut sebagai identitas dan tugas sosial. Meyrowitz (1985) televisi secara radikal memutus korelasi antara lingkungan fisik (physical place) and lingkungan sosial (social place).Sebelum media elektronik berkembang, tugas sosial dan identitas kita terkait erat dengan lingkungan fisik dimana kita berada. Penemuan media elektronik, terlebih televisi, menciptakan definisi keduanya menjadi kabur. Setidaknya berubah untuk menyesuaikan dengan kondisi sosial yang baru.

Menelisik Kontribusi Media
Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap individu. Hal ini disebabkan lantaran adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak pada pengambilan sikap, korelasi sosial sehari-hari, dan perbedaan budaya. Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk meninggalkan unsur-unsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan unsur baru, serta berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada masa lampau.

Kehadiran media dalam kehidupan sosial bukan sekadar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai tugas yang signifikan dalam proses perubahan sosial. Sebagai contoh isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan mensugesti ---menurut istilah Peter Berger (1979:13)--- realitas subyektif pelaku interaksi sosial. Atau dengan istilah lain, media massa bisa menanamkan the pictures in our heads (istilah Walter Lippmann, 1922) perihal realitas yang terjadi di dunia ini.

Gambaran perihal realitas yang “dibentuk” oleh isi media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap aneka macam obyek sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan citra yang salah pula pada khalayak, sehingga akan memunculkan respon dan sikap yang salah juga terhadap obyek sosial itu. Oleh lantaran itu, media massa dituntut memberikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian isi media.

Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap individu. Hal ini disebabkan lantaran adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak pada pengambilan sikap, korelasi sosial sehari-hari, dan perbedaan budaya. Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk meninggalkan unsur-unsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan unsur baru, serta berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada masa lampau.

Tanpa sadar media massa telah membawa masyarakat masuk kepada pola budaya yang gres dan mulai memilih pola pikir serta sikap masyarakat. Perubahan pola tingkah laku yang paling terasa ialah dari aspek gaya hidup dan aspek ini paling kelihatan dalam lingkungan generasi muda. Dampak yang ditimbulkan media massa beraneka ragam, diantaranya: terjadinya sikap menyimpang dari norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya yang mana sikap menyimpang tersebut dianggap sebagai pecahan dari animo masa kini. Dampak lainnya yaitu kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme yang menuntut gaya hidup serba instant serta menciptakan menurunnya minat mencar ilmu di kalangan generasi muda.

Media massa yaitu institusi yang meghubungan seluruh unsur masyarakat satu dengan yang lainnya melalui produk media massa yang dihasilkan. Produk tayangannya berupaya menyesuaikan dengan khalayaknya yang heterogen dan aneka macam sosio ekonomi, kultural. Produksi media yang berupa berita, kegiatan keluarga, kuis, film, kegiatan anak disebut sebagai upaya massa yaitu karya budaya.

Blumer dalam McQuails dalam Bungin mengemukakan empat komponen sosiologis yang mengandung arti massa :
  1. Anggota massa yaitu orang-orang dari posisi kelass sosial yang berbeda (heterogen)
  2. Massa terdiri dari individu-individu yang anonim
  3. Secara fisik terpisah satu sama lain hanya terdapat sedikit interaksi atau pertukaran pengalaman
  4. Keorganisasian bersifat longgar dan tidak bisa bertindak bersama.
Budaya massa dipengaruhi oleh budaya populer. Budaya terkenal banyak berkaitan dengan masaalah keseharian yang sanggup dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu, sperti selebritis, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh. Budaya massa dibuat disebabkan :
  • Tuntutan industri kepada pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam tempo singkat.
  • Cenderung ’latah’, menyulap atau memalsukan segala sesuatu yang sedang booming dan laris, sehingga media berlomba untuk mencari laba sebesar-besarnya.
Menurut Praktikto (1979: 36) remaja ini kemajuan teknologi informasi yang menuju kearah globalisasi komunikasi dirasakan cenderung besar lengan berkuasa eksklusif terhadap tingkat peradaban masyarakat dan bangsa. Kita semua menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini bergerak sangat pesat dan telah menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap tata kehidupan masyarakat di aneka macam negara. Kemajuan bidang informasi membawa kita memasuki periode revolusi komunikasi. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai “Ledakan Komunikasi” (Subrata, 1992).

Apabila globalisasi diartikan sebagai perkembangan kebudayaan manusia, maka globalisasi informasi dan komunikasi yang mucul lantaran perkembangan teknologi komunikasi, diartikan sebagai teknologi elektro yang bisa mendukung percepatan dan meningkatkan kualitas informasi ini mustahil lagi di dibatasi oleh ruang dan waktu (Wahyudi, 1990).

Arus informasi yang cepat menimbulkan kita tidak bisa untuk menyaring pesan yang datang. Akibatnya tanpa sadar informasi tersebut bertahap telah mensugesti pola tingkah laku dan budaya dalam masyarakat. Kebudayaan yang sudah usang ada dan menjadi tolak ukur masyarakat dalam berperilaku kini hampir hilang dan lepas dari perhatian masyarakat. Akibatnya, semakin usang perubahan-perubahan sosial di masyarakat mulai terangkat ke permukaan.

Pertanyaan yang mengemuka kemudian, apakah perubahan sosial masyarakat itu dibutuhkan atau tidak, cepat atau lambatkah perubahan tersebut? Tentu bergantung pada spirit yang dikandung oleh masyarakatnya, leader (elit) yang hadir ditengah-tengah masyarakat tersebut, serta sarana yang digunakan di dalam prosesnya. Namun, efektifitas media massa dalam proses perubahan sosial, meskipun perubahan tersebut tidak diinginkan suatu kelompok masyarakat, bisa menembus ruang dan sekat-sekat yang dibangun oleh masyarakat tadi terutama di era globalisasi ini.

Referensi;
  • Ang, Ien (1999): "Kultur und Kommunikation, Auf dem Weg zu einer ethnographischen Kritik des Medienkonsums in transnationalen Mediensystemen", in: Roger Bromley/Udo Göttlich/Carsten Winter (eds.): Cultural Studies, Grundlagentexte zur Einführung , Lüneburg, 317-340.
  • Bungin, Burhan .2006; Sosiologi Komunikasi : Teori, paradigma dan diskursus Teknologi Komunikasi di masyarakat; Kencana
  • Cardoso, Fernando Henrique/Enzo Falletto (1979): Dependency and Development in Latin America , Berkeley.
  • Croteau, David and William Hoynes. 1997. Media/Society: industries, images, and audiences. United States: Pine Forge Press
  • Rogers, Everett M. 1986. Communication Technology. New York: The Free Press.
Catatan Tambahan
Pengertian Perubahan Sosial
Para andal filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial. Banyak yang beropini bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan tanda-tanda masuk akal yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Ada pula yang beropini bahwa perubahan sosial terjadi lantaran adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat ibarat contohnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian ada pula yang beropini bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non-periodik.

William F. Ogbunr menunjukkan pengertian --walau tidak memberi definisi perihal perubahan sosial--. Bagi Ogbunr, ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang dikemukakan yaitu efek besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.

Secara khusus, Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya timbulnya pengorganisasian buruh dalam korelasi masyarakat kapitalis telah menimbulkan perubahan-perubahan dalam korelasi antara buruh dengan majikan dan seterusnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.

Sementara Mac Iver lebih suka membedakan antara utilitarian elements dengan cultural elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan insan yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan insan sanggup diklasifikasikan ke dalam ke dua kategori tersebut di atas. Sebuah mesin ketik, alat pencetak atau sistem keuangan, merupakan utilitarian elements, lantaran benda-benda tersebut tidak eksklusif memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, tetapi sanggup digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Utilitarian elements disebutnya civilization. Artinya, semua prosedur dan organisasi yang dibuat insan dalam upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material. Pesawat telepon, jalan kereta api, sekolah, aturan dan seterusnya dimaksukkan ke dalam golongan tersebut.

Definisi lain dinyatakan Selo Soermardjan. Bagi Soemardjan, perubahan sosial yaitu segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mensugesti sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola sikap di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana kemudian mensugesti segi-segi struktur masyarakat lainnya (Soekanto, 2001: 335).

Pitirim A. Sorokin beropini bahwa segenap perjuangan untuk mengemukakan bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial, tidak akan berhasil baik. Dia mewaspadai kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi perubahan-perubahan tetap ada, dan yang paling penting yaitu bahwa bundar terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, lantaran dengan jalan tersebut barulah akan sanggup diperoleh suatu generalisasi.

Kingsley Davis beropini bahwa perubahan sosial merupakan pecahan dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan meliputi semua bagiannya yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologis, filsafat dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial.

Secara umum dari setiap pendapat yang ada menyatakan bahwa perubahan merupakan bundar kejadian-kejadian. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat.
Selain itu sanggup diketahui bahwa perubahan sosial mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain :
  1. Setiap masyarakat mengalami perubahan (masyarakat dinamis)
  2. Perubahan sosial berlangsung secara terus-menerus
  3. Perubahan sosial selalu diikuti perubahan-perubahan sosial lainnya
  4. Perubahan sosial yang terlalu cepat menimbulkan disintegrasi
  5. Perubahan sosial sanggup berlangsung bidang material dan immaterial.
Faktor Penentu
Penyebab perubahan sosial masyarakat bisa bersumber pada banyak hal, yang terpenting bisa mengubah pola pikir dan sikap masyarakat dalam melaksanakan interaksi. Media merupakan salah satu sarana yang bisa menimbulkan pola pikir dan sikap masyarakat terpengaruh atau bahkan berubah sesuai dengan pesan atau informasi yang dikandung dalam media tersebut.

Beberapa sosiolog beropini bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menimbulkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis menimbulkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya (William F. Ogburn menekankan pada kondisi teknologis). Sebaliknya ada pula yang menyampaikan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menyebabka perubahan-perubahan sosial.

Jika dirangkum ada beberapa aspek perubahan sosial, yaitu:
  1. Perubahan pola pikir masyarakat. Ssikap masyarakat pada aneka macam duduk kasus sosial dan budaya disekitarnya yang berakibat terhadap pemetaan pola-pola pikir gres yang dianut masyarakat sebagai sikap yang modern, contoh perihal ada pekerjaan informal dan formal
  2. Perubahan sikap masyarakat. Perubahan sistem-sistem sosial, masyarakat meninggalkan sistem sosial usang dan menjalankan sistem sosial baru, contoh adanya kebijakan atau standar contoh pembangunan baru.
  3. Perubahan budaya materi. Perubahan artefak budaya yang digunakan oleh masyarakat, misal model pakaian, karya fotografi, karya film, teknologi.
Dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial sanggup diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, antara lain:
  1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, lantaran setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.
  2. Perubahan yang terjadi pada forum kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Karena lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interdependen, maka sulit sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja. Proses awal dan proses-proses selanjutnya merupakan suatu mata rantai.
  3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya menimbulkan disorganisasi yang bersifat sementara lantaran berada di dalam proses adaptasi diri. Disorganisasi akan diikuti oleh suatu reorganisasi yang meliputi pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
  4. Perubahan-perubahan tidak sanggup dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja, lantaran ke dua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal-balik yang sangat kuat.
  • Social process: the circulation of various rewards facilities, and personel in an existing structure.
  • Segmentation: the proliferation of structural units that do not differ qualitatively from existing units.
  • Structural change: the emerge of qualitatively new complexes of roles and organization.
  • Changes in group structure: the shifts in the composition of group, the level of consciousness of groups, and the relations among the groups in society”.
Proses Perubahan Sosial
Masyarakat dan kebudayaan insan di manapun selalu berada dalam keadaan berubah. Rober H. Lauer beropini bahwa perubahan sosial itu sangatlah rumit untuk dijelaskan, alasannya yaitu banyak hal yang mesti dikaji terutama berkenaan dengan seluruh tingkat dan aspek kehidupan sosial, yang terang perubahan itu sendiri niscaya adanya, namun yang berbeda hanyalah tingkat perubahannya itu sendiri, ada yang lambat, ada yang cepat.

Konsepsi para andal perihal perubahan sosial memang berbeda-beda, namun intinya mereka bersepakat bahwa perubahan di dalam struktur masyarakat itu niscaya ada, dan itu terjadi dikala ada perubahan di dalam mentalitas masyarakatnya. Pada umumnya perubahan mentalitas atau struktur masyarakat niscaya akan besar lengan berkuasa pada proses interaksi sosial di dalam masyarakat.

Dalam kajian sosiologis, secara umum ada beberapa tahapan perubahan masyarakat yang berkaitan dengan modernitas.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel