Teori Aqidah Islamiyah

 ‘AQIDAH ISLAMIYAH
1. Pengertian ‘Aqidah Islamiyah
‘Aqidah Islamiyah alah keyakinan yang mendalam perihal ke-Maha Esaan Allah swt. dan perihal kebenaran bahwa Muhammad itu yaitu Rasul Allah SWT. Keyakinan mana berfungsi sebagai pelopor (motor) di dalam diri seseorang sehingga seluruh aktifitasnya tunduk kepada ketentuan-ketentuan Allah swt. dan rasul-Nya sebagaimana yang terkandung dan dikehendaki oleh dua kalimah syahadat.

Rukun Iman secara berurutan dalam Hadits Dari Umar bin Khattab r.a juga, dia berkata: Nabi bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari selesai dan engkau beriman kepada takdir baik dan buruk”. (HR. Muslim).

Berdasarkan kepada hadits ini jelaslah bahwa rukun kepercayaan secara berurutan ialah:

  1. Beriman kepada Allah SWT.
  2. Beriman kepada Malaikat-malaikat Allah SWT.
  3. Beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT.
  4. Beriman kepada Nabi dan Rasul Allah SWT.
  5. Beriman kepada hari selesai zaman yang ditetapkan Allah SWT.
  6. Beriman kepada qadar yang baik dan yang tidak baik yang telah ditetapkan Allah SWT. untukmu. 
2. Hubungan Keimanan dan Ketaqwaan
Keimanan dan ketaqwaan dalam al-Qur’an selalu dijelaskan dalam satu paket, lantaran sasaran selesai darikeimanan yaitu ketaqwaan, sebagaimana dalam QS. al-Baqarah (2): 177 dan 183, dan QS:3:110. Penjelasan perihal pembagian rukun kepercayaan terdapat dalam al-Qur’an QS. al-Baqarah (2): 177 dinatas QS. al-Nisâ’ (4): 136 hanya dijelaskan 5 dari rukun Iman dan QS al-A’lâ (87):1-3 rukun kepercayaan yang keenam, dan dalam Hadits dijelaskan lengkap keenamnya. Dalam QS. al-Nisâ’ (4): 136.

Teori Lengkap Pendidikan Agama Islam

3. Kausalitas Rukun Iman
Beriman kepada qadar baik dan jelek yang telah ditetapkan Allah SWT. Akibat beriman kepada Allah SWT., Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan Hari Akhirat. 

Beriman kepada hari selesai zaman yang ditetapkan Allah swt. Akibat beriman kepada Allah SWT., Malaikat-Nya, Kitab-Nya dan kepada Nabi dan Rasul-Nya, sebagai lantaran yang kelima.

Beriman kepada Nabi dan Rasul Allah SWT. Akibat berman kepada Allah SWT, Malaikat-Nya dan Kitab-Nya, sebagai lantaran yang keempat. 

Beriman kepada Kitab-kitab Allah swt. (kalamullah). Akibat beriman kepada Allah SWT dan malaikat-Nya, sebagai lantaran yang ketiga. 

Beriman kepada Malaikat-malaikat Allah swt. Akibat beriman kepada Allah SWT., sebagai lantaran yang kedua. 

Beriman kepada Allah swt. Yang Maha Esa (tauhid), sebagai lantaran yang pertama, lantaran dari segala sebab. Tidak ada keimanan yang lain tanpa mengimani Allah SWT terlenbih dahulu 

4. Konsep Ketuhanan dalam Islam
Siapakah Tuhan? Tuhan yaitu Khaaik (Yang Maha Menciptaka) makhluk (Ciptaan-Nya), yaitu angkasa dan bumi beserta selaga isinya dalam enam masa. Dialah pemilik kerajaan langit dan bumi yang mengatur segala yang terjadi di langit dan dibumi dari ‘Arsy-Nya (singgasana-Nya), sebagiamana yang dijelaskan Allah SWT dalam QS. Yunus (10):3 yang telah dikemukakan di atas. Oleh lantaran itu Allah SWT. yaitu pemikik mutlak semuanya, dan Dia Maha berkuasa terhadap segala-galanya, sebagaimana dalam firma-Nya QS. ‘Ali ÎMrân (3):189. Dengan demikian bahwa segala sesuatu yang ada ini (makhluk-Nya) bergantung kepada Allah SWT., sebagimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS. al-Ikhlash (112):2. Hingga semua makhluk yang ada di langit dan bumi selalu betyasbih memuji-Nya, baca QS.57:1, 59:1, 62:1. Allah SWT yaitu Tuhan yang satu-satunya yang berhak disembah oleh manusia. baca QS.20:14. dan kepada-Nya insan memohon tunjangan dan pertolongan, Baca: QS.1.5-7.

Tuhan itu tunggal atau banyak? Tuhan sendiri yang memberi tahu bahwa Dia yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Tunggal) sabagaimana dalam QS. al-Baqarah (2):163.

Siapakah nama Tuhan? Allah SWT. sendiri yang memberi tahu bahwa Nama Tuhan yaitu Allah SWT. sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT. dalam QS. Yunus (10):3-4. Karena Allah SWT. sendiri yang memberi tahu bahwa nama-Nya yaitu Allah SWT., maka bahwa penamaan terhadap nama Tuhan itu Allah SWT. bukanlah inisiatif Nabi Muhammad SAW. untuk memberi nama-Nya Allah. Ini berarti Tuhan kita bukanlah Tuhan hasil inovasi insan atau ciptaan pikiran nabi Muhammad SAW., sebagimana nama Tuhannya orang kafir. Hanya saja nabi Muhammd SAW. di utus Allah SWT. kepada insan untuk memberi tahu kepada insan melalui wahyu-Nya bahwa nama-Nya yaitu Allah, QS. al-Taubah (9):33.

Nabi Muhammad SAW. sendiri mengetahui bahwa nama Tuhan itu Allah, juga diberi tahu oleh Allah SWT. lewat melaikat Jibril AS. yang diutus-Nya untuk menyempaikan wahyu-Nya (firman-Nya).

5. Ma’rifatullah (Mengenal Allah SWT.)
Mengenal Adanya Allah SWT, perlu dibuktikan, baik berdasarkan wayhu sebagai kebenaran mutlak (haqq al-yaqin), maupun secara ilmiah sebagai kebenaran yang nisbi (terbatas), sehingga keimanan kita kepada Allah SWT. sebagai pondasi mendasar Agama Islam yang kita anut, sanggup kita terima secara rasional berdasarkan ilmu (ilmu al-yaqin), berdasarkan fakta (‘ainul-yaqin) dan berdasarkan kebenaran mutlak (haqqul-yaqin), sebagaimana teori yang dirumuskan oleh para jago flsafat Islam: Tafakkaruu fi khalqillah, wala tafakkaru fi zaatillaah (Fikirkan perihal apa yang diciptakan Allah, engkau akan hingga kepada mengenal Allah, jangan engkau fikirkan perihal Zat Allah, lantaran Zat-Nya maha ghaib( tidak terjangkau oleh fikiranmu).

Dengan mempunyai keimanan yang rasional, kita akan mencicipi bahwa kepercayaan kita menjadi hidup, aktif dan dinamis, yang berfungsi sebagai motor yang menggerakan dan mengontrol semua sikap dan tingkah laris kita. Secara simpel untuk melaksanakan ma’rifatullah (mengenal Allah SWT.) lebih erat lagi sanggup dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut.

5.1. Ma’rifatullah (Mengenal Allah SWT.) Melalui Tadabbur-‘Alam (Memperhatikan Penciptaan Alam Semesta)

Adanya Alam Semesta sebagai bukti ada-Nya Allah SWT. Menurut Wahyu sanggup diklasifikasikan kepada dua bukti: Bukti Pertama terdapat dalam Q.S. 41:11. Bahwa proses mendasar peciptaan kosmos (angkasa dan bumi) diawali dengan penciptaan kumpulan gas dengan bagian-bagian kecil yang sangat halus (dukhaan) yang berarti asap. Asap terdiri dari stratum (lapisan) gas dengan bagian-bagian kecil yang mungkin memasuki dua tahap keadaan, yaitu tahap keadaan keras (membeku) atau tahap keadaan cair dan dalam suhu rendah atau tinggi.

Bukti Kedua terdapat dalam Q.S. al-Ambiyâ’ (21):30.Pembentukan kosmos selanjutnya berdasarkan teori pertama di atas menyatakan adanya proses pemisahan yang dalam ayat tersebut diistilahkan dengan fatqun yang berarti memisahkan menjadi potongan-potongan dari kumpulan pertama yang unik yang terdiri dari unsur-unsur yang dipadukan yang disebut dengan ratqun yang berarti; perpaduan atau persatuan beberapa unsur untuk dijadikan suatu kumpulan yuang homogen. Dari informasi wahyu dalam Q.S. 41:11 dan 21:30 itu jelaslah bahwa awal terciptanya alam semesta ini bermula dari suatu ledakan dahsyat dengan kekuasaan Allah swt. yang dikenal dalam istilah wahyu dalam QS. Yasin (36):82.

Periodesasi penciptaan alam semesta berdasarkan wahyu, bahwa Allah SWT membuat alam semesta ini dari proses awal hingga tepat melalui enam periode (masa) sebagaimana dalam Q.S. 10:3 di atas dan 11:7, 50:38, 5:59, 7:54, 32:5 dan 70:4. Namun di dalam keterangan wahyu tidak dijelaskan secara rinci tahapan-tahapan masing-masing periode.

Kejadian alam semesta berdasarkan inovasi ilmiah yaitu sebagaimana yang diungkapkan dalam teori “palaentologi”, yaitu ilmu yang mempelajari perihal yang ada pada zaman dahulu. Yang dikembangkan oleh jago biologi. Menurut waktu geologi (waktu pertumbuhan bumi) proses mendasar pembentukan kosmos dan kesudahannya dengan penyusunan alam semesta yaitu melalui enam periode. Pada tiap-tiap selesai periode itu ditandai oleh peristiwa, menyerupai munculnya gunung-gunung, benua dan lain-lain sebagainya. Enam periodesasi tersebut ialah sebagai berikut:
  • Periode AZOICUM, yaitu zman tidak/belum ada hidup, mula pertama bumi ini tumbuh. Lamanya satu milyar tahun.
  • Periode ARCHOZOICUM, yaitu zaman hidup primitif, ditandai oleh aktifitas gunung api dan pembentukan gunung-gunung. Sedikit sekali gejala yang mengatakan adanya hidup. Bilapun ada yang hidup hanya mungkin gang-gang primitif dan barangkali binatang satu sel muncul pada zaman ini. Lamanya 800 juta tahun.
  • Periode PROTEOROZOICUM, yaitu zaman hidup yang pertama, meskipun jarang. Tapi hidup sudah terang ada. Hal ini dibuktikan dengan adanya fosil. Lamanya 650 juta tahun.
  • Periode PALAEZOICUM, yaitu zaman purba, hampir semua phylum (jenis binatang) meninggalkan fosil. Lamanya 350 juta tahun. (Berarti awal zaman ini sudah tepat kehidupan makhluk hidup).
  • Periode MESOZOICUM, yaitu zaman pertengahan, invertebrata (hewan yang tidak bertulang punggung) maritim jumlahnya menurun. Tetapi crustacean (binatang yang berkulit keras) modern maritim muncul. Lamanya 140 juta tahun.
  • Periode CENOZOICUM, yaitu zaman sekarang, dimulai semenjak 60 juta tahun yang lalu. Pada zaman inilah munculnya makhluk-makhluk tingkat tinggi. Dan kesudahannya muncullah manusia.
5.2. Asal Usul Kehidupan Makhluk
Asal undangan kehidupan makhluk hidup dijelaskan Allah SWT. dalam wahyu-Nya bahwa segala sesuatu yang hidup dijadikan Allah swt. dari air sebagimana dalam Q.S. al-Ambiyâ’ (21):30.

Penemuan ilmiah menandakan kebenaran wahyu, bahwa alam semesta ini dengan segala isinya yang tersusun rapi bukan merupakan proses lantaran jawaban kosmologi tetapi ciptaan Allah swt. Hal ini terbukti dengan adanya suatu kesatuan sistem yang berlaku pada alam semesta ini yang dikenal dengan Sunnatullah.

5.3. Ma’rifatullah Melalui Tadabbur Insan (Memperhatikan Penciptaan Manusia)
Selain mengetahui perihal penciptaan alam semesta untuk menandakan perihal adanya Allah SWT., maka kajian perihal penciptaan insan perlu pula kita dalami, lantaran semua yang ada di alam ini diciptakan Allah SWT., untuk memenuhi kebutuhan insan dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. Sehingga pembuktian itu akan mengantarkan kita kepada rasa erat dengan Allah SWT. setiap saat. Sebagaimana teori yang dirumuskan oleh para sufi: Man ‘arafa nafsahu, faqad ‘arafa rabbahu (siapa yang mengenal perihal dirinya, dialah yang akan kenal dan erat dengan Tuhannya).




Menurut wahyu insan pertama diciptakan Allah SWT. dari majemuk tanah Antara lain disebut dari tanah, tanah kering, tanah liat dan tanah berlumpur. Setelah jasmani dibuat Allah SWT. meniupkan Ruh-Nya (yang berasal dari-Allah) ke dalam jasmani.. Dengan bersatunya ruhani dan jasmani, insan tidak hanya mempunyai kehidupan jasmaniah, melainkan juga kehidupan ruhaniah, sebagaimana dalam Q.S. 76:1, QS.71:14,17, QS.3:59, QS.15:28, QS.32:7-9, QS.23:12-16.

Dari ayat-ayat al-Qur’an di atas sanggup di pahami bahwa jasad insan diciptakan Allah SWT. berasal tanah, atau dari sperma dan ovum yang berasal sari pati makanan yang berasal dari tanah, sedangkan ruh insan berasal dari Allah SWT. Ketika insan mati berpisahlah ruh dengan jasadnya, masing-masing kembali ke asalnya. Jasad yang berasal dari tanah diembalikan ke asalnya yaitu dikuburkan ke dalam tanah. Ruh yang berasal dari Allah SWT. kembali keasalnya yaitu kepada Allah SWT., sebagaimana dalam firman Allah SWT. dalam QS.al-Baqarah (2): 156.

Ditempatkan Allah SWT. di alam barzakh sambai terjadi kiyamat dan berbangkit, kemudian bergabung kembali dengan jasad yang gres untuk mengalami kehidupan yang kedua di yaumil-mahsyar menunggu waktu dihisab di hadapan Allah SWT, guna mempertanggung jawabkan amal perbuatan selama di dunia, dan kesudahannya insan yang yang beriman yang berzakat shaleh dan yang bertaubat dimasukan Allah SWT. ke surga, dan yang sebaliknya dimasukan Allah SWT. ke neraka.

Menuurt al-Qur’an insiden dan petumbuhan dan perkembangan insan sebagai jenis (genus atau species) berlangsung secara berevolosi, yaitu bertumbuh dan berkembang secara sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan. Tapi proses evolusi itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan evolusi hewan, sebagaimana teori Darwin.

Allah SWT. mengatakan perbedaan yang asasi antara insan dengan hewan, yaitu dengan peniupan ruh yang berasal dari Allah, yang diciptakan Allah SWT. khusus untuk manusia. Sedangkan unsur kehidupan binatang hanya berasal dari air, sebagaiana dalam Q.S. al-Ambiyâ’ (21):30.

Manusia yaitu insan dari awal penciptaannya, binatang yaitu binatang dari awal penciptaannya dan tidak ada kekerabatan asal penciptaannya antara keduanya. Karena berdasarkan wahyu insan diciptakan Allah SWT. untuk menjadi pemimpin terhadap semua makhluk di bumi ini. Makhluk lainnya diciptakan Allah SWT. untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sebagaimana dijeladskan Allah SWT dalam QS. al-Baqarah (2):22 dan 29.

Dalam hubungannya dengan sesama manusia, insan diciptaan Allah SWT. untuk saing sebetulnya membangun kehidupan di dunia, sebagaimana dalam QS. al-Hujurat (49):13. Dalam hubungannya dengan alam sekitar, insan berkewajiban memanfaatkan sumber daya alam (SDA) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang mendorong acara hidupnya, dan sekaligus juga bertanggung jawab untuk melestarikan alam semesta ini, sebagaiaman dalam QS: al-Qashash (28):77. Baca! Runtuhnya Teori Darwin. Karya Harun Yahya/lihat CD-nya.

6. Fungsi Iman Kepada Allah SWT. Dalam Kehidupan:
Iman akan berfungsi dalam kehidupan apabila telah dibenarkan oleh hati (keyakinan yangh mendalam di dalam hati sesuai dengan rukun iman), diucapkan oleh lidh (ucapan dan perkataan yang sesuai dengan ketentuan yang diimani, yaitu berdasarkan al-Qur’an dan Hadits), dan diaplikasikan oleh perbuatan (sikap dan tingkah laris melaksanakan amar makruf nahi mungkar). Ketiga pilar fungsi kepercayaan tersebut akan melahirkan sikap tahuid (sikap dan tingkah laris beriman ) dalam bentuk tindakan Perilaku tauhid sebagai aplikasi dari Iman kepada Allah SWT, diwujudkan dengan sikap sebagai berikut:

6.1. Perilaku Tauhid Rububiyah dan Mulkiyah:
  • Meyakini/mengakui bahwa Allah SWT. itu Maha Esa dalam menciptakan. (Q.S. 7:54, 10:3, 114:1).
  • Meyakini/mengakui bahwa alam ini yaitu milik Allah SWT. (QS: 3:189, 114:2, 9:60,103). 
  • Meyakini/mengakui/mengimani bahwa Allah swt. itu Maha Esa dalam mengatur alam semesta sebagai sember saya ekonomi (Q.S. 10:3, 32:5-6).
  • Meyakini/mengakui/mengimani bahwa Allah SWT. itu Maha Esa dalam memilih syari’ah (hukum) untuk mengatur seluruh aktifitas insan di dalam kehidupannya. Maka setiap aktifitas ekonomi wajib dilaksanakan dengan sistem syari’ah yang disebut dengan Ekonomi Syari’ah(Q.S. 8:19,85, 5:48, 45:18). 
  • Meyakini/mengakui/mengimani bahwa Allah SWT. itu Maha Esa dalam memilih takdir yang membentuk sikap selalu optimis dan dilarang berputus asa dalam hidup, termasuk dalam kegiatan ekonomi (Q.S. 10:107, 87:1-3).
6.2. Perilaku Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah ialah hanya bertuhan kepada Allah SWT. saja. Konsekuensi logisnya ialah tidak akan menghambakan diri kepada apapun atau kepada sipapapun, kecuali hanya kepada Allah SWT. semata, sesuai dengan pernyataannya dalam kalimah syahadat yang berbunyi: اشهد ان لا اله الا الله Artinya: Aku naik saksi/menyatakan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah swt. (Q.S. 20:14, 10:3 dan 3:18, 114:3). Ada empat ciri sikap yang bertauhid Uluhiyah:
  • Tidak ber-ilah (tidak bertuhan) tidak menghambakan diri kepada materi/uang, pangkat, harta dan kebutuhan material lainnya. Lihat Q.S. 9:24, 3:14.
  • Tidak ber-ilah (tidak bertuhan) kepada hawa nafsu. Hawa nafsu dalam al-Qur’an diistilahkan dengan syahwat (keinginan) Q.S. 3:14 . Di antara yang menjadi objek dari pada keinginan tersebut berdasarkan ayat itu yaitu keinginan memenuhi nafsu, keinginan mempunyai anak, keinginan mempunyai harta yang banyak (uang). kesemuanya itu yaitu merupakan perlengkapan hidup di dunia yang memang disenangi, akan tetapi bukan untuk dijadikan ILAH (Tuhan yang disembah) Q.S. 45:23-24. Nafsu berdasarkan al-Qur’an terbagi tiga: Pertama, Nafsu al-muthmainnah (Q.S. 89:27-30 = nafsu yang tenang, yang tunduk/berkeinginan menyembah Allah SWT. Kedua, Nafsu Lawwamah (Q.S. 75:2) ialah nafsu yang cenderung meratapi diri sendiri, maksudnya Bila ia berbuat kebaikan ia juga meratapi kenapa ia tidak berbuat kebaikan ia juga meratapi kenapa ia tidak berbuat lebih banyak, dan apabila ia berbuat kejahatan ia juga meratapi kenapa ia tidak berbuat lebih banyak. Ketiga, Nafsu Amarah (Q.S. 12:53) ialah nafsu yang selalu mendorong insan berbuat dosa/kejahatan atau kafir terhadap Allah swt.
  • Tidak meng-ilahkan (tidak mengkultuskan) insan Lihat Q.S. 9:241, 
  • Tidak meng-ilahkan setan (Q.S. 36:60).
Perilaku Tauhid Asma’ wa al-Shiftullah
Perilaku Tauhid Asma’ wa al-Shiftullah, ialah mewujudkan Sifat-sifat Allah SWT. yang terkandung dalam Asmâul-Husna dalam setiap sikap dan tingkah laku, lantaran kita meyakini bahwa Tuhan kita Allah SWT. mempunyai nama lain sebagai sifat-Nya selain nama-Nya yang Agung (Allah) QS. 10:3 dan QS:20:14. Allah berarti Tuhan Yang disembah mempunyai banyak nama yang sifat-sifat-Nya yang menempel pada Zat-Nya, sekaligus sebagai nama (panggilan) lain terhadap Zat-Nya yang Maha Agung itu. Dalam al-Qur’an disebut dengan Asmaa-ul-husna, sebagaimana dalam QS:7:180. Allah SWT. mempunyai nama 99, 1 nama Zat-Nya, yaitu Allah SWT. dan 98 nama bagi sifat-Nya. Lihat dalam al-Qur'an dan Terjemahannya pada cuilan dalam kulitnya! 99 nama Allah SWT, 1 nama Zat-nya, yaitu ALLAH. 98 nama sifat-Nya yang menjadi sifat bagi nama Zat-Nya (ALLAH). 98 Nama sifatnya dipercikannya kedalam ruh insan yang berasal dari-Nya, sehingga insan mempunyai sifat yang mendekati sifat-Nya.

7. Fungsi Iman Kepada Malaikat-Malikat Allah
Fungsi dan hikmah mengimani Malaikat-malaikat Allah swt. dalam kehidupan ialah insan akan selalu berhati-hati dalam setiap aktifitas hidupnya, selalu punya impian positif, lantaran amalnya tidak sia-sia, sehingga timbul sifat jujur, amanah dalam perilakunya, dan sifat terpuji lainnya. Misalnya, ketika perdagangan merugi secara material, tetap beruntung secara moral di sisi Allah, yaitu pahala penghubung antara dua kelompok yang membutuhkan (produsen dan konsumen).

7. Fungsi Iman Kepada Kitab Allah: 
  • Al-Qur’an pedoman, pegangan, petunjuk dalam menggunakan kehdupan bagi manusia. QS:2:185, dan QS:10:57.
  • Dengan membaca al-Qur’an, insan sanggup membaca sejarah sikap umat yang dahulu, semenjak Adam hingga Muhammad, sebagai materi perbandingan yang berharga.
  • Dengan memahami al-Qur’an, kehidupan insan pada umumnya, secara khusus contohnys dalam berperilaku ekonomi akan terarah sesuai dengan Syari’ah (ekonomi syari’ah), penuh keteraturan dan ketenteraman untuk mencapai hidup yang sejahtera dan senang di dalam ridha Allah SWT.
  • Membaca al-Qur’an bernilai ibadah kepada Allah SWT. dan mengamalkan ajarannya menjadi petunjuk dalam menggunakan kehidupan akan menjadi amal shaleh bagi manusia.
  • Al-Qur’an sumber ilham berpikir dan merasa bagi insan dalam membuat kreatifitas kemajuan dalam banyak sekali aspek kehidupan, khususnya dalam bidang ekonomi.
9. Fungsi Iman Kepada Nabi dan Rasulullah.
Nabi Muhammad SAW. sebagai panutan dan tauladan dalam segenap aspek kehidupan insan pada umumnya dan dalam kehidupan ekonomi khususnya, lantaran nabi Muhammd SAW. di samping dia sebagai seorang Rasul, juga sebagai seorang pemimpin dan dia bersama Istrinya (Khadijah) yaitu pelaku ekonomi; sebagai pengusaha dan pedagang (Q.S. 33:21). Muahmad SAW. Adalah satu-satunya tauladan kehidupan yang bertugas memperbaiki budbahasa insan pada umumnya, khususnya dalam bidang budbahasa ekonomi (Q.S. 33:21). Karena kiprah utama kerasulannya yaitu untuk menyempurnakan budbahasa manusia. (al-Hadis).

9. Fungsi Iman Kepada Hari Akhirat
Fungsi mengimani hari akhirat, merupakan motivasi bagi setiap pribadi muslim untuk memperbanyak amal ibadah maliyah (ekonomi) mencari hidup yang ridha Allah. Semakin kaya seorang muslim, semakin banyak amal maliyah dan amal soaialnya. Maka beriman kepada hari alam abadi dijadikan sebagai motivasi berpengaruh untuk sukses dalam berekonomi secara halal lagi baik

10. Fungsi Iman Kepada Qadha dan Qadar Baik/Buruk
Manusia tidak akan frustasi jika usahanya tidak berhasil, lantaran dengan niat berzakat shaleh dalam setiap mengawali usaha, telah dinilai sebagai satu amal saleh di sisi Allah SWT; bahkan insan yang mengimani takdir akan selalu tawakkal (melibatkan Allah swt. dalam setiap usahanya).

Manusia tidak akan sombong jika usahanya berhasil gemilang, lantaran ia bersyukur kepada Allah SWT. atas keberhasilannya; bahkan insan tersebut akan menjadi insan yang selalu bersyukur kepada Allah swt. setiap ia berhasil.

Dengan beriman kepada takdir hidup insan akan terasa lebih berarti jika insan sanggup menghadapi kehidupannya tersebut dengan sikap penuh harap (optimisme), sabar, dan tawakkal (melibatkan Allah dalam sertiap usaha) dan tidak bersifat fatalisme/pesimistis, lantaran takdir itu tidak sanggup diketahui sebelumnya.

TUGAS DAN LATIHAN:
  • Tulislah 20 pertanyaan dan jawaban dari pembahasan materi cuilan ‘Aqidah Islamiyah !
  • Tulislah Makalah: FUNGSI IMAN DALAM MEMBENTUK SIKAP DAN TINGKAH LAKU YANG ISLAMI (Tinjauan Teoritis dan Praktis),
DAFTAR PUSTAKA;
  • Abdurrahim, Muhammad Imaduddin Ir.M.Sc., Kuliah Tauhid, pustaka Salman ITB, Bandung, 1982.
  • Anshari, H. Endang Saifuddin, MA., Ilmu, Filsafat dan Agama, Bina Ilmu Surabaya, 1983
  • Ary Ginanjar Agustian, ESQ (Emosional Spritual Quotien) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Arga, Jakarta 2001 
  • Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahannya, Postern. Intermasa, Jakarta, 1978
  • Gazalba, Sidi, Drs. Asas Ajaran Islam, Seri Ilmu Islam 1, Bulan Bintang, Jakarta, 1984
  • _______________, Ilmu Filsafat dan Islam perihal Manusia dan Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1982
  • Kusumamihardja, Supan. Drh. H. M.Sc., Studia Islamica, Giri Mukti Pasaka, Jakarta, 1985
  • Muhammad TH DR. H.., Kedudukan Ilmu dalam Islam, al-Ikhlas, Surabaya, 1984
  • Raousidi, TA. Lathief, Agama dalam Kehidupan Manusia (‘Aqidah I), Rimbou/Medan, Jakarta, 1986
  • Sabiq, Sayyid, DR, ‘Aqidah Islam, Diponegoro, Bandung, 1983
  • Qardhawy, Yusuf, DR, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Rabbani Press,Jakarta, 2001

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel