Pengertian Kejuaraan Bola Voli
Friday, May 3, 2019
Edit
KEJUARAAN BOLAVOLI REMAJA
SE PROPINSI DIY
Abstrak
Kejuaraan Bolavoli Remaja se Provinsi DIY, ialah kejuaraan antar klub resmi putra se provinsi DIY yang diikuti oleh pemain-pemain sampaumur dengan usia di bawah 17 tahun. Kejuaraan bertujuan untuk meningkatkan iklim pembinaan di PBVSI provinsi DIY. Kejuaraan sampaumur mempunyai arti sangat dalam pembinaan jangka panjang mulai dari usia dini, yang berkesinambungan untuk mencapai prestasi maksimal.
Pelaksanaan kegiatan dengan memperlihatkan training mahasiswa Pendidikan Kepelatihan Olahraga yang sedang KKN-PPL dalam hal perwasitan dan pengelolaan pertandingan. Selanjutnya mahasiswa sebagai pelaksana penyelenggaraan kejuaraan. Mahasiswa membuat peraturan pertandingan, mengundang klub bolavoli resmi se DIY, menyelenggarakan pertemuan teknik, melaksanakan pertandingan, mewasiti dan melaksanakan semua kiprah pertandingan di bawah bimbingan dosen pengabdi.
Pertandingan diikuti delapan klub: Ganevo dari kota Jogjakarta, Dagsinarga dari Gunung Kidul, Yuso Sleman dari Sleman, dan dari Bantul ialah Rajawali, Pendowo, Bantul Yuso Gunadarma, baja 78, dan Bimaputra. Delapan klub dibagi menjadi dua pool dan melaksanakan pertandingan setengah kompetisi. Pertandingan dilaksanakan Kamis 1 Oktober 2009 hingga dengan Minggu 4 Oktober 2009. Kejuaraan sanggup berjalan lancar yang menghasilkan juara satu Yuso Bantul Gunadarma, juara dua Ganevo, juara tiga Dagsinarga, dan juara empat Yuso Sleman.
Kata kunci: Bolavoli Remaja
YOUTH VOLLEYBALL CHAMPIONSHIP IN YOGYAKARTA SPECIAL REGION
Abstract
Youth volleyball championship in Yogyakarta special region, legal competition male club purpose to increase training atmosfeer of youth athlete. This championship have important contribute longterm training kegiatan to achieve top level. The activity give experiences Sport Coaching Education Program students, Competition manajemen event and role refree. The otherhand students make rule of the games, club invite, technical meeting, and competition under supervised by lecturer. Partisipant 8 club , Ganevo, Darksinarga, Yuso Sleman, Rajawali, Pendowo, Yuso Gunardarma, Baja ‘ 78 and Bimaputra. This event be held 1 until 4 October 2009, result of this event: (1) Yuso Gunadarma, (2) Ganevo, (3) Darksinarga and (4) Yuso Sleman
Key Word: Youth Volleball
Pendahuluan
Kejuaraan bolavoli sampaumur sudah pernah dilaksanakan oleh PBVSI Provinsi DIY tahun 2005 dan 2006. Mulai tahun 2007 tidak dilaksanakan, sehingga klub-klub di DIY mengalami kesulitan dalam membuat kegiatan latihan, atau dalam mencari kegiatan untuk merangsang pembinaan. Banyak klub menanyakan ke PBVSI DIY kapan dilaksanakan kejuaraan sampaumur antar klub. Oleh sebab untuk menyelenggarakan perlu dana yang cukup tinggi, maka PBVSI DIY tidak lagi berpengaruh menyelenggarakan kejuaraan remaja. Penyelenggaraan kejuaraan sampaumur pernah ditawarkan ke masyarakat, akan tetapi tidak ada yang mau menyelenggarakan, sebab jika penonton ditarik karcis masuk tidak akan laku. Lain halnya yang tingkat yunior atau senior, karcis masuk akan laris dijual yang sanggup untuk membiayai kejuaraannya, bahkan masih menguntungkan bagi panitia.
Kejuaraan tingkat sekolah dasar sudah dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan secara rutin, dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional, meskipun hanya di serpihan putri. Kejuaraan untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama juga sudah dilaksanakan secara rutin setiap tahun oleh Dinas Pendidikan, mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional. Baik tingkat SD maupun tingkat Sekolah Menengah Pertama masih dikategorikan sebagai bolavoli mini. Usia pemain untuk SD maksimal 13 tahun dan untuk Sekolah Menengah Pertama 15 tahun.
Kejuaraan bolavoli kelompok umur yang lain ialah untuk junior. Batas pemain junior, untuk kejuaraan di DIY dan nasional ialah 19 tahun di serpihan putra dan 18 tahun di serpihan putri. Kejuaraan anabawang tingkat dunia dengan usia 20 tahun putra dan 19 tahun putri. Antara usia bolavoli mini 15 tahun hingga anabawang 19 tahun cukup panjang waktunya. Bagi anak yang berusia 16-17 tahun merupakan transisi dari bolavoli mini ke bolavoli yang sebetulnya atau dari empat melawan empat ke enam melawan enam. Pemain usia 16-17 tahun jika dimasukkan ke anabawang tidak akan bisa bersaing dalam pertandingan. Oleh sebab itu pemain usia 16-17 tahun jarang dalam mendapat pengalaman bertanding dan rangsangan berlatih.
Kejuaraan merupakan sentra dalam pembuatan kegiatan latihan oleh pelatih. Kejuaraan akan menjadi tujuan, dan semua kegiatan latihan akan diarahkan ke sana, biar ketika kejuaraan sanggup mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Dengan demikian kejuaraan akan menjadi rangsangan bagi atlet untuk melaksanakan latihan. Kejuaraan tingkat sampaumur atau dengan batas usia 17 tahun di DIY sudah dua tahun kosong. Sangat besar kemungkinan bahwa atlet di usia tersebut latihannya tidak intensif terfokus pada suatu kejuaraan. Jika demikian nantinya akan mensugesti prestasi di tingkat junior. Semua cabang olahraga prestasi di tingkat anabawang diharapkan sudah mencapai puncaknya. Kemampuan fisik, kemampuan teknis, maupun kematangan juara sudah harus mencapai puncaknya pada usia 20 tahun untuk bolavoli. Pada setiap cabang olahraga tidak sama batas usia juniornya. Oleh sebab kejuaraan sampaumur di DIY tidak ada, sangat mungkin para atlet akan kendor dalam latihan, maka usia 20 tahun tidak akan mencapai puncaknya, sehingga usia emasnya akan mundur, dan jam kerja usia produktifnya menjadi lebih pendek.
Pada bulan juli terjadi penerjunan KKN PPL. Ada 13 mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga peminatan bolavoli yang diterjunkan di klub-klub bolavoli di DIY. Dari mereka diharapkan sanggup membina pemain di klub-klub yang digunakan KKN PPL. Puncak kegiatan KKN PPL sangat sesuai jika diakhiri dengan menyelenggarakan kejuaraan. Para mahasiswa KKN PPL sanggup diberi training wacana perwasitan, pengelolaan dan penyelenggaraan pertandingan. Kejuaraan bolavoli sampaumur se DIY, sanggup melibatkan banyak pihak baik mahasiswa KKN PPL, klub-klub bolavoli di DIY, maupun pemain-pemain, PBVSI propinsi dan kota se DIY, UPPL UNY, FIK UNY dan juga dosen pengabdi.
Dalam hal pendanaan PBVSI DIY sangat kesulitan. Dana yang diharap hanya dari KONI DIY, dan sudah di alokasikan setiap tahunnya. Untuk PBVSI, KONI DIY mengalokasikan dana bagi pemberian pengiriman tim senior ke kejuaraan nasional sekali dalam satu tahun, tim anabawang juga hanya sekali. Untuk kejuaraan, dialokasikan dana sewa GOR dan ATK bagi kejuaraan senior dan anabawang sekali dalam satu tahun. Untuk menyelenggarakan kejuaraan memerlukan dana yang cukup banyak diantaranya gaji wasit, linemans, ballboys, scorer sheet, scorer board, konsumsi, hadiah dan lain-lain. Pengurus PBVSI hanyalah personal-personal yang bahagia terhadap bolavoli, tidak mempunyai jabatan tinggi atau punya perusahaan. Untuk mendanai kegiatan harus mencari sponsor kesana kemari yang di DIY sangat sulit, sebab tidak ada perusahaan-perusahaan besar. Banyaknya pengurus aneka macam cabang olahraga dan terbatasnya perusahaan menimbulkan semakin sulit untuk mendapat sponsor.
DIY merupakan provinsi yang banyak mencetak pemain bolavoli. Pembatasan usia pemain paling bau tanah 25 tahun di PON sangat menguntungkan bagi DIY. Tidak ada pemain dari luar DIY yang dibeli oleh DIY untuk bermain di PON. DIY tidak akan punya dana untuk membeli pemain. DIY hanya sanggup membuat pemain mulai dari usia dini untuk bertanding di PON. Kesinambungan pembinaan mulai dari bolavoli mini (anak-anak) hingga tingkat senior sangat diperlukan. Sementara ini kejuaraan tingkat sampaumur kosong. Dengan demikian kematangan pemain-pemain DIY sangat mungkin akan terjadi pada usia yang lebih bau tanah sehingga hanya sanggup bermain sekali saja di PON dan akan sangat merugikan kawasan maupun pemain. Oleh sebab itu kejuaraan tingkat sampaumur dipandang sangat perlu untuk diaktifkan kembali, biar pemain di DIY sanggup mencapai puncak prestasinya pada usia yang lebih muda.
Mulai dari mata kuliah kepelatihan mikro hingga KKN-PPL, mahasiswa Prodi Kepelatihan olahraga diterjunkan ke klub-klub. Mulai bulan Februari 2009 ada 14 mahasiswa Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga peminatan bolavoli yang sudah berada di klub-klub yang tersebar di DIY. Hal demikian merupakan suatu potensi untuk menyelenggarakan kembali kejuaraan bolavoli sampaumur di DIY. Para mahasiswa perlu dibekali training keterampilan mewasiti dan menyelenggarakan turnamen, sehingga sanggup menyelenggarakan sendiri kejuaraan mendekati standar.
Arah pembangunan olahraga secara nasional sudah usang ada, yang termuat terang dalam GBHN. Setelah kabinet tidak memakai GBHN lagi secara terang termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 3 Tahun 2005 yaitu wacana Sistem Keolahragaan Nasional. Meskipun sudah usang ada wacana arah pembangunan nasional dalam keolahragaan tetapi hingga ketika ini aplikasinya masih perlu ditingkatkan.
Secara nasional, pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani, dan meningkatkan prestasi olahraga yang sanggup membangkitkan rasa pujian nasional, sehingga akan sanggup membentuk tabiat dan kepribadian yang baik, disiplin, dan sportifitas yang tinggi (P&K 1997). Oleh sebab itu upaya untuk peningkatan prestasi olahraga perlu terus dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan melalui pemanduan talenta (talent scouting), pembibitan, pendidikan, dan training olahraga.
Sudah semenjak GBHN 1993, atau pelita ke enam, ada kebijakan yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah pada sektor olahraga: penciptaan budaya olahraga, dan iklim yang sehat, pemasalan olahraga, pembinaan olahraga prestasi, pembinaan tenaga keolahragaan dan peningkatan kiprah serta masyarakat, serta pembinaan kelembagaan dan induk organisasi olahraga. Dalam TAP MPR No II/MPR/1993 pembagian terstruktur mengenai wacana pembinaan olahraga tertuang dalam enam pokok kebijakan, yaitu:
Pertama
Pembinaan dan pengembangan olahraga yang merupakan serpihan dari upaya peningkatan kualitas insan Indonesia, diarahkan pada peningkatan kesehatan jasmani, mental, dan rohani masyarakat serta ditujukan untuk pembentukan tabiat dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi serta peningkatan prestasi yang sanggup membangkitkan rasa pujian nasional.
Ke dua
Gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat terus ditingkatkan biar lebih meluas dan merata di seluruh pelosok tanah air untuk membuat budaya berolahraga dan iklim yang sehat yang mendorong kiprah serta aktif masyarakat dalam meningkatkan prestasi olahraga. Perlu ditumbuhkan perilaku masyarakat yang sportif dan bertanggung jawab dalam semua kegiatan keolahragaan.
Ke tiga
Dalam upaya peningkatan prestasi olahraga perlu terus dilaksanakan pembinaan olahragawan sedini mungkin melalui pencarian dan pemantauan bakat, pembibitan, pendidikan, training olahraga prestasi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi, secara lebih efektif dan efisien serta peningkatan kualitas organisasi keolahragaan baik di tingkat sentra maupun daerah.
Ke empat
Perbaikan gizi olahragawan, penyempurnaan metode pelatihan, dan penggunaan peralatan olahraga perlu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara tepat. Perlu pula di ditingkatkan penanaman nilai budaya yang bisa menumbuhkan dan meningkatkan sportivitas, disiplin, motivasi, meraih prestasi, dan perilaku pantang mengalah serta bertanggung jawab dalam mengejar keunggulan olahraga untuk menjunjung tinggi nama dan kehormatan bangsa dan Negara.
Ke lima
Penyediaaan sarana dan prasarana olahraga yang memadai di lingkungan sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga perguruaan tinggi, serta lingkungan pekerjaan dan pemukiman yang dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun kiprah serta masyarakat dilanjutkan dan ditingkatkan biar pembibitan dan pembinaan olahraga sanggup lebih meningkat dan lebih merata di seluruh pelosok tanah air serta meliputi segenap kelompok umur baik laki-laki maupun perempuan meliputi anak, remaja, pemuda, penduduk usia lanjut dan penyandang cacat. Penyediaan sarana prasarana olahraga, termasuk kesehatan olahraga, penyediaan akomodasi pendidikan guru dan instruktur olahraga serta penyelenggaraan latihan dan system pembinaan olahraga lebih dikembangkan secara profesional.
Ke enam
Olahragawan, pelatih, dan Pembina yang berprestasi perlu diberi perhatian khusus dan penghargaan yang masuk akal untuk meningkatkan semangat dan motivasi dalam memacu prestasi yang lebih tinggi. Khusus bagi olahraga berprestasi perlu ada penanganan yang fundamental dan melembaga terutama untuk sanggup memperlihatkan jaminan masa depannya.
Dalam GBHN 1999 – 2004 BAB IV abjad F angka 4 dalam olahraga diantaranya menekankan budaya olahraga untuk meningkatkan kualitas insan sehingga menjadi sehat dan bugar semenjak usia dini melalui sekolah dan masyarakat. Disamping itu juga meningkatkan pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi termasuk penyandang cacat.
Pengertian, Sejarah dan Ukuran Bola Voli
Pengertian, Sejarah dan Ukuran Bola Voli
Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 3 tahun 2005 wacana Sistem Keolahragaan Nasional diundangkan pada tanggal 9 September 2005 atau tepat dengan Hari Olahraga. Dalam Undang-Undang tersebut diantaranya menjelaskan bahwa keolahragaan nasional menurut Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Fungsi keolahragaan nasional ialah membuatkan kemampuan jasmani, rohani, dan social serta membentuk tabiat dan kepribadian bangsa yang bermartabat.
Tujuan keolahragaan nasional ialah memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menananamkan nilai moral dan budpekerti mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional. Pemerintah kawasan mempunyai kewenangan untuk mengatur, membina, mengembangkan, melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan keolahragaan di daerah. Pemerintah kawasan bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan olahraga di daerah. Dalam lingkup olahraga prestasi, pemerintah kawasan sanggup memajukan olahraga termasuk di dalamnya system pengembangan talenta olahraga. Dalam pengembangannya pemerintah kawasan tentu akan berkoordinasi atau menyerahkan sepenuhnya kepada KONI, dan organisasi cabang olahraga atau jika bolavoli ialah Pengprop. PBVSI.
Bompa (1999:10-13) menjelaskan wacana pembinaan olahraga dengan system pyramidal. Pada dasarnya atlet yang mempunyai prestasi maksimal atau tinggi jumlahnya hanya sedikit, dan digambarkan di puncak piramid. Dasar piramid yang mempunyai isi banyak akan ditempati oleh atlet-atlet pemula atau bahkan mereka yang berolahraga hanya untuk rekreasi. Gambar di bawah merupakan rangkuman dari kegiatan pembinaan yang memakai sistem piramidal.
KONI akan membina atlet yang yang berprestasi maksimal dalam Training Center. Dari seluruh Indonesia pada setiap cabang olahraga hanya diambil beberapa orang untuk dipersiapkan pada kejuaraan tingkar internasional. Kaprikornus untuk menempati puncak piramid jumlahnya hanya sedikit. Pengprop.PBVSI merupakan serpihan dari sistem pembinaan prestasi bolavoli secara nasional. Pengprop. PBVSI merupakan penopang dari PP PBVSI. Oleh sebab jumlah propinsi di Indonesia ada 33, maka jumlah pemain yang berprestasi setingkat propinsi jauh lebih banyak daripada yang berprestasi top di tingkat nasional. Dari Propinsi akan diambil satu dua pemain yang berprestasi tinggi untuk membentuk tim nasional
Pengkab/Pengkot PBVSI ialah pengurus yang membawahi klub-klub bolavoli di Indonesia. Dengan demikian jumlah pemain yang prestasinya masih tingkat dasar tentu jauh lebih banyak dibanding dengan di Pengprop PBVSI. Jika di setiap kabupaten/kota pembinaan oleh PBVSI berjalan baik, maka betapa banyaknya pemain di tingkat kabupaten/kota.
Kegiatan bolvoli di luar klub resmi juga diharapkan sanggup berkembang. Prestasi di tingkat kampung, desa/kelurahan, kecamatan tidak perlu diharapkan sebab banyak yang bersifat rekreatif. Meskipun demikian tingkat kampung sangat diharapkan sebagai pendukung atau fun. Dari mereka yang sering bermain bolavoli niscaya akan berusaha menonton pertandingan bolavoli yang menampilkan pemain-pemain berprestasi tinggi. Dalam suatu pertandingan kiprah penonton sangat penting. Tanpa penonton iklan akan enggan masuk. Kaprikornus mereka juga merupakan serpihan dari sistem pembinaan prestasi di Indonesia.
Horst Baacke sanggup disebut sebagai tokoh dalam pengembangan bolavoli usia dini di dunia, sehingga setiap training yang diselenggarakan oleh FIVB dia yang selalu memperlihatkan materi. Beliau telah mempopulerkan bolavoli mini semenjak sebelum tahun 1977, padahal di Indonesia pembinaan bolavoli mini belum sanggup merata diseluruh pelosok. Menurut Horst Baacke (FIVB, 1999:91), bahwa permainan bolavoli mini sanggup dimulai dari anak usia 8 – 10 tahun. Dalam pembinaan anak usia dini ternyata ada hal yang tak terduga, contohnya anak usia 10-12 tahun sanggup diberikan latihan sliding. Pada hal sliding secara sepintas merupakan teknik yang cukup tinggi. Akan tetapi kenyataannya justru bawah umur akan lebih cepat menguasai dan resiko cederanya juga lebih kecil. Untuk servis float bagi bawah umur tidak dilatihkan sebab sulit dipassing, sehingga akan menghambat penguasaan teknik passing dan mematikan suasana bermain.
Kejuaraan akan menjadi suatu fatwa dalam membuat kegiatan latihan. Menurut Bompa (1999, 303) bahwa pada kompetisi atau kejuaraan suatu tim harus mencapai penampilan (prestasi) yang paling tinggi. Pelatih akan menyusun kegiatan latihan dengan menempatkan kejuaraan sebagai tujuan utama. Dalam jangka waktu tertentu instruktur akan menyiapkan fisik, teknik, taktik, maupun kematangan bertanding biar dalam kejuaraan prestasi tertinggi sanggup tercapai. Setelah kejuaraan suatu kegiatan latihan akan dievaluasi, bagaimana persiapan mulai dari fisik, teknik, taktik, maupun mental bertanding.
Metode Pelaksanaan PPM
Kegiatan yang akan dilaksanakan berbentuk training dan kejuaraan bolavoli. Bagi para mahasiswa akan dibekali dengan training perwasitan. Teori wacana peraturan permainan dan pertandingan diberikan dengan tanya jawab. Pelatihan wacana mewasiti pertandingan dilaksanakan dalam bentuk praktek berulang-ulang. Cara membawa dan meniup peluit, pemberian aba-aba dalam pertandingan, urutan pemberian isyarat, semua dilaksanakan dalam bentuk praktek di lapangan. Setelah mahasiswa mempunyai keterampilan mewasiti dan mengelola pertandingan, selanjutnya akan diberi kiprah menyelenggarakan pertandingan. Mahasiswa yang dilibatkan ialah yang sedang mengikuti kegiatan KKN-PPL di klub-klub bolavoli Daerah spesial Yogyakarta.
Kegiatan yang lain ialah dalam bentuk penyelenggaraan kejuaraan bolavoli. Peserta kejuaraan ialah tim bolavoli sampaumur (usia maksimal 17 tahun), antar klub se DIY. Dalam pertandingan tersebut pemain-pemain berpotensi di DIY sanggup ikut ambil bagian, yang terwadahi dalam klub-klub bolavoli peserta. Kejuaraan tersebut bagi klub-klub, akan digunakan sebagai penilaian dalam pembinaan prestasi. Selain itu kejuaraan akan sanggup merangsang para pemain untuk berlatih lebih giat, dan pada tingkat usia sampaumur tersebut akan terisi dengan latihan-latihan yang intensif.
Pelaksanaan pertandingan pada hari Kamis 1 Oktober 2009 hingga dengan Minggu 4 Oktober 2009, di GOR Bulutangkis FIK UNY, mulai pukul 14.00 WIB hingga selesai. Pelaksanaan mulai pukul 14.00 WIB biar tidak mengganggu sekolah para pemain, sebab hampir semua pemain ialah pelajar.
Hasil Pelaksanaan PPM dan Pembahasan
Kejuaraan diikuti delapan klub, dari empat kabupaten dan kota di DIY. Ke delapan klub tersebut ialah Ganevo dari kota Jogjakarta, Dagsinarga dari Gunung Kidul, Yuso Sleman dari Sleman, dan dari Bantul ialah Rajawali, Pendowo, Bantul Yuso Gunadarma, baja 78, dan Bimaputra.
Di masing-masing pool melaksanakan pertandingan setengah kompetisi. S
etiap pool diambil dua klub untuk maju ke babak senjutnya. Juara dan runer-up akan melaksanakan pertandingan silang. Setelah pertandingan silang yang kalah melawan yang kalah untuk memperebutkan juara tiga, dan yang menang melawan yang menang akan bertanding memperebutkan juara satu.
Kejuaraan sanggup berjalan dengan lancar, dari awal hingga selesai pertandingan. Dalam kejuaraan, pelaksana semua ialah mahasiswa yang berjumlah 12 orang. Mahasiswa tersebut bertugas sebagai wasit, hakim garis, scorer board, scorer sheet, timers, maupun pemungut bola. Untuk mengantisipasi adanya aneka macam hambatan sebab semua petugas mahasiswa, maka ada dewan hakim yang terdiri atas dosen pengabdi dan wasit dari PBVSI.
Hasil tamat urutan juara:
I. BYG (Bantul Yuso Gunadarma)
II. Ganevo (Kota Jogjakarta)
III. Dagsinarga (Gunung Kidul)
IV. Yuso Sleman.
Untuk keberhasilan dalam penyelenggaraan kejuaraan diharapkan petugas-petugas yang yang berkemampuan dalam manajemen pertandingan dan petugas pertandingan menyerupai wasit, lines men, soerer sheet, scorer board dan lain-lain. Oleh sebab dalam kegiatan kejuaraan bolavoli sampaumur juga bertujuan meningkatkan kemampuan mahasiswa kegiatan studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, maka petugas pertandingan tidak diambilkan dari luar mahasiswa. Seperti apapun kemampuan mahasiswa harus dilatih biar mempunyai kemampuan menyelenggarakan pertandingan.
Satu-satunya jalan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa ialah dengan memperlihatkan pelatihan. Mahasiswa yang sudah mempunyai sedikit bekal dalam penyelenggaraan pertandingan bolavoli ialah mereka yang mengambil peminatan kepelatihan bolavoli. Untuk mahasiswa yang mengambil peminatan kepelatihan bolavoli angkatan tahun 2006 ada 13 orang. Mereka sedang melaksanakan KKN PPL di sejumlah klub seluruh DIY. Dengan memperlihatkan training kepada mereka akan sangat bermanfaat untuk bekal di kemudian hari dan demi kemajuan bolavoli.
Mereka sudah mempunyai bekal tetapi belum memungkinkan untuk dipraktekkan ke lapangan. Oleh sebab itu perlu disempurnakan biar dalam penyelenggaraan kejuaraan tidak mengundang masalah. Dalam training mereka diberikan wacana admistrasi pertandingan, mulai dari pembuatan proposal untuk mencari dana, membuat undangan, membuatan peraturan pertandingan, pelaksanaan technical meeting. Selain itu juga diberikan penyempurnaan dalam melaksanakan pertandingan menyerupai menjadi nounser, mewasiti, mengisi scorer sheet, scorer board, petugas ball boys, lines men, dan merekap hasil pertandingan untuk menjadi juara.
Pada awalnya diikuti oleh 13 mahasiswa, tetapi jadinya hanya 12 yang mengikuti hingga selesai, sebab KKN PPLnya juga gagal. Akhirnya 12 mahasiswa yang melaksanakan kejuaraan mulai dari mengundang hingga mewasiti. Untuk persiapan diharapkan lima kali pertemuan, yang dilaksanakan setiap hari selasa di bulan juli. Pelatihan setiap hari selasa sebab bersamaan dengan latihan tim bolavoli Sleman yang dipersiapkan untuk PORPROV tahun 2009. Dengan demikian training juga menguntungkan untuk tim bolavoli Sleman, sebab dalam latihan sanggup terwasiti secara lengkap menyerupai pelaksanaan pertandingan resmi.
Dari 12 mahasiswa ada empat yang sudah mempunyai kemampuan mewasiti cukup layak, setingkat wasit Nasional C. Empat mahasiswa setingkat provinsi, dan empat mahasiswa belum berani tampil mewasiti. Selama kejuaraan para mahasiswa dibimbing oleh dua wasit nasional dari klub Yuso Sleman. Sampai dengan berakhirnya kejuaraan tidak terjadi permasalahan dalam perwasitan.
Setelah kejuaraan remaja, UNY mempunyai tim yang bisa menyenggarakan kejuaraan bolavoli. Untuk menghadapi Popnas tahun 2009, ke duabelas mahasiswa yang bertugas di kejuaraan sampaumur siap diberikan kiprah apapun, sehingga akan sanggup membantu kelancaran pertandingan di cabang bolavoli.
Kesimpulan
Agar kejuaraan bolavoli tingkat sampaumur sanggup terealisasi kembali di DIY:
- Dosen pengampu mata kuliah bolavoli perlu aktif memperlihatkan training wacana perwasitan dan pengelolaan pertandingan.
- Dosen pengampu mata kuliah bolavoli menugaskan dan memfasilitasi penyelenggarakan kejuaraan.
Saran
- Melihat kemampuan mahasiswa dalam menyelenggarakan pertan-dingan, perlu dilaksanakan juga di serpihan putri.
- Sebaiknya penyelenggaraan kejuaraan bolavoli sampaumur se DIY, dilaksanakan kembali dan disediakan piala bergilir yang cukup megah.
- Perlu diselenggarakan kembali dengan direncanakan dalam waktu yang usang sehingga ada sponsor yang mau masuk.
Daftar Pustaka;
- Bompa TO, 1999. Periodization Theory and methodology of Training Fourth Edition. USA, Uman Kinetics.
- FIVB, 1999. Coach Manual 1. Lausanne, Federation Internationale de Volley-Ball.
- GBHN, 1993.
- GBHN, 1999 -2004.
- P & K, 1997. Petunjuk Penyelenggaraan Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP). Direktor Jendral Keolahragaan, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga.
- Undang-Undang Republik Indonesia No 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional. Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga.
- Wiecrozek E, 1978.Masalah-Masalah Dalam Kedokteran Olahraga, Latihan Olahraga dan Coaching. (Terjemahan Soebroto M ). Jakarta, Ditjen PLSPO.
- Wismoyo A, 1997. Pemantauan Potensi Keolahragaan Nasional dan Implikasinya Terhadap Managemen Keolahragaan di Daerah. Bandung, Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani