Defenisi Komunikasi Massa
Sunday, July 7, 2019
Edit
LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi Massa
Untuk mendefinisikan komunikasi massa tidaklah mudah. Setiap pakar dan mahir komunikasi mempunyai definisi tersendiri mengenai komunikasi massa. Hal ini terjadi, dikarenakan perbedaan sudut pandang dan pendekatan yang dilakukan peneliti dalam mendefinisikan arti komunikasi. Mulyana (2002) menyatakan:
“Komunikasi massa (mass communication) ialah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu forum atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen” (Mulyana, 2002:75)
Dalam melaksanakan interaksi dizaman modern ini seseorang tidak lagi perlu lagi bertatap muka untuk memberikan sebuah pesan. Kumpulan simbol-simbol (non verbal) dan susunan kata yang dibuat menjadi sebuah kalimat (verbal) tidak lagi terbatas oleh ruang gerak dan waktu, ketidakterbatasan ini lebih luas dalam cakupan penyampaian pesan yang sanggup diarahkan kebanyak komunikan. Komunikasi semacam ini disebut sebagai komunikasi massa, komunikasi massa diambil dari dua kata dasar yang sangat mendasar, yaitu komunikasi dan massa. Jika ditinjau dari definisi dasar kedua kata ini, komunikasi ialah proses penyampaian pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) melalui kanal tertentu dengan mengharapkan feedback atau umpan balik, sedangkan definisi dari massa itu sendiri mengarah kearah publik/ banyak orang.
Definisi komunikasi massa menurtu Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari banyak sekali kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk memberikan komunikasi supaya komunikasi itu sanggup mencapai pada dikala yang sama semua orang yang mewakili banyak sekali lapisan masyarakat (Rakhmat 2003: 188).
Wreight mengemukakan definisinya sebagai berikut: This new from can be distinguished from older type by following major characteristics: it is directed toward relatively large, heteregenous and anonymous audience; message are transmitted publicly, of ten-times to reach most audience members simultaneously and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization that may involve great expense” ( Rakhmat, 2003 :189).
Menurut Prof. Onong Uchajana, komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa modern, yang mencakup surat kabar yang mempunyai sirkulasi luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. (Effendy., 2003:79)
Selain itu Vivian juga menjelaskan bahwa Kemampuan untuk menjangkau ribuan, atau bahkan jutaan orang merupakan ciri dari komunikasi massa, yang dilakukan melalui medium massa mirip televisi atau koran. Komunikasi massa sanggup didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah medium massa untuk mengirim pesan kepada audien yang luas untuk tujuan memberi informasi, menghibur, atau membujuk. (Vivian, 2008:450)
2.1.1 Fungsi Komunikasi Massa
Banyak mahir yang mengemukakan sejumlah fungsi komunikasi massa kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Karlinah mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum sebagai berikut (Ardianto & Erdinayah, 2004: 19):
1. Fungsi Informasi
Fungsi menawarkan informasi ini diartikan bahwa media massa ialah penyebar informasi bagi pembaca, pendengat atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai insan social akan selalu merasa haus informasi perihal segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Sebagian informasi didapat bukan dari sekolah atau daerah bekerja melainkan dari media.
2. Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa ialah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca.
3. Fungsi Mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel dan sebagainya. Fungsi mempengaruhi ini sanggup dilihat antara lain dalam ruang atau kolom khusus, iklan atau artikel yag disusun sedemikian rupa sehingga tidak terlihat sebagai suatu artikel yang isinya mempromosikan suatu produk. Artikel tersebut biasanya memuat goresan pena perihal suatu analisis produk tertentu. Khalayak terpengaruh oleh pesan-pesan dalam goresan pena tersebut sehingga tanpa sadar khalayak melaksanakan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh media tersebut.
4. Fungsi Proses Pengembangan Mental
Untuk membuatkan wawasan, kita membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, insan akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain. Pengalaman sanggup membantu insan untuk memahami betapa besar ketergantungan insan kepada komunikasi, lantaran komunikasi sanggup membantu insan dalam perkembangan mentalnya.
5. Fungsi Adaptasi Lingkungan
Setiap insan berusaha untuk mengikuti keadaan dengan dunianya untuk sanggup bertahan hidup. Proses komunikasi membantu menusia dalam proses pembiasaan tersebut. Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan sanggup membantu kita dalam berafiliasi dengan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga menjadikan kesamaan di antara komunikator dan komunikan.
6. Fungsi Memanipulasi Lingkungan
Manipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikan dipakai sebagai kontrol utama dan pengatur lingkungan.
2.1.2 Efek Pesan Komunikasi Massa
1. Hypodermic needle theory
Pada umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang yang homogen dan gampang dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan pada mereka akan selalu diterima. Fenomena tersebut melahirkan teori ilmu komunikasi yang dikenal dengan teori jarum suntik (Hypodermic Needle Theory). Teori ini menganggap media massa mempunyai kemampuan penuh dalam mempengaruhi seseorang.
Teori peluru ini merupakan konsep awal sebagai imbas komunikasi massa yang oleh para teoritis komunikasi tahun 1970 an dinamakan pula hypodermic needle theory yang sanggup diterjemahkan sebagai teori jarum hipodermik. Teori ini ditampilkan pada tahun 1950 an setelah bencana penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion From Mars”. Wilbur Schramm pada tahun 1950 an itu menyampaikan bahwa seorang komunikator sanggup menembakkan peluru komunikasi yang begitu abnormal kepada khalayak yang pasif tidak berdaya. Tetapi pada tahun 1970 an Scrhamm meminta pada khalayak peminatnya supaya teori peluru komunikasi itu tidak ada, lantaran khalayak yang menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif.
Model magig bullet theory atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori ini tidak jauh berbeda dengan model SOR, yakni bahwa media secara pribadi dan cepat mempunyai imbas yang besar lengan berkuasa tehadap komunikan.
2. Cultivation theory
Teori ini, digagas oleh seorang Pakar komunikasi dari Annenberg School of Communication, Profesor George Gerbner. Pada 1960, Profesor Gerbner melaksanakan penelitian perihal “indikator budaya” untuk mempelajari imbas televisi. Profesor Gerbner ingin mengetahui pengaruh-pengaruh televisi terhadap tingkah laku, sikap, dan nilai khalayak. Dalam bahasa lain, Profesor Gerbner menawarkan penegasan dalam penelitiannya berupa dampak yang di timbulkan televisi kepada khalayak.
Teori Kultivasi berpandangan bahwa media massa, yang dalam konteks teori ini ialah televisi, mempunyai andil besar dalam penanaman dan pembentukan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. “Menurut teori ini, televisi menjadi alat utama dimana para penonton televisi itu mencar ilmu perihal masyarakat dan kultur di lingkungannya”(Nurudin, 2004). Persepsi dan cara pandang yang ada dalam masyarakat, sangat besar dipengaruhi oleh televisi. Atau dalam kalimat lain, apa yang kita pikirkan ialah apa yang dipikirkan media massa.
3. Cultural imperalism theory
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Tulisan pertama Schiller yang dijadikan dasar bagi munculnya teori ini ialah Communication and Cultural Domination. Teori imperialisme budaya menyatakan bahwa negara Barat mendominasi media di seluruh dunia ini. Ini berarti pula, media massa negara Barat juga mendominasi media massa di dunia ketiga. Alasannya, media Barat mempunyai imbas yang besar lengan berkuasa untuk mempengaruhi media dunia ketiga. Media Barat sangat mengesankan bagi media di dunia ketiga. Sehingga mereka ingin memalsukan budaya yang muncul lewat media tersebut. Dalam perspektif teori ini, ketika terjadi proses peniruan media negara berkembang dari negara maju, dikala itulah terjadi penghancuran budaya orisinil di negara ketiga.
Salah satu yang mendasari munculnya teori ini ialah bahwa intinya insan tidak mempunyai kebebasan untuk memilih bagaimana mereka berpikir, apa yang dirasakan dan bagaimana mereka hidup. Umumnya, mereka cenderung mereaksi apa saja yang dilihatnya dari televisi. Akibatnya, individu-individu itu lebih bahagia memalsukan apa yang disajikan televisi. Mengapa? Karena televisi menyajikan hal gres yang berbeda dengan yang biasa mereka lakukan.
4. Media equation theory
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass (professor jurusan komunikasi Universitas Stanford Amerika) dalam tulisannya The Media Equation: How People Treat Computers, Television, and New Media Like Real People and Places pada tahun 1996. Teori ini relatif sangat gres dalam dunia komunikasi massa.
Media Equation Theory atau teori persamaan media ini ingin menjawab duduk kasus mengapa orang-orang secara tidak sadar dan bahkan secara otomatis merespon apa yang dikomunikasikan media seperti (media itu) manusia? Dengan demikian, berdasarkan perkiraan teori ini, media diibaratkan manusia. Teori ini memperhatikan bahwa media juga bisa diajak berbicara. Media bisa menjadi lawan bicara individu mirip dalam komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi face to face.
Misalnya, kita berbicara (meminta pengolahan data) dengan komputer kita seolah komputer itu manusia. Kita juga menggunakan media lain untuk berkomunikasi. Bahkan kita berperilaku secara tidak sadar seperti media itu manusia.
5. Spiral silence theory
Elizabeth Noelle-Neumann (seorang professor emeritus penelitian komunikasi dari Institute fur Publiziztik Jerman) ialah orang yang memperkenalkan teori spiral keheningan/kesunyian ini. Teori ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1984 melalui tulisannya yang berjudul The Spiral of Silence. Secara ringkas teori ini ingin menjawab pertanyaan, mengapa orang-orang dari kelompok minoritas sering merasa perlu untuk menyembunyikan pendapat dan pandangannya ketika berada dalam kelompok mayoritas? Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa seseorang sering merasa perlu menyembunyikan “sesuatu”-nya ketika berada dalam kelompok mayoritas.
6. Technological determinism theory
Teori ini dikemukakan oleh Marshall McLuhan pertama kali pada tahun 1962 dalam tulisannya The Guttenberg Galaxy: The Making of Typographic Man. Ide dasar teori ini ialah bahwa perubahan yang terjadi pada banyak sekali macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan insan itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan teknologi tersebut hasilnya mengarahkan insan untuk bergerak dari satu masa teknologi ke masa teknologi yang lain. Misalnya dari masyarakat suku yang belum mengenal huruf menuju masyarakat yang menggunakan peralatan komunikasi cetak, ke masyarakat yang menggunakan peralatan komunikasi elektronik.
7. Uses and gratification theory
Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1984), uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menjadikan cita-cita tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain , yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menjadikan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain.
Penelitian perihal Uses and Gratification Media mengatakan, bahwa kebutuhan social dan psikologis menggerakkan cita-cita pada media massa atau sumber lain yang membimbing pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam menghasilkan pemuasan kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja.
8. Agenda setting theory
Media massa mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi jadwal media kepada jadwal publik. Teori Agenda Setting didasari oleh perkiraan demikian. Teori ini sendiri dicetuskan oleh Profesor Jurnalisme Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Menurut McCombs dan Shaw, “we judge as important what the media judge as important”. Kita cenderung menilai sesuatu itu penting sebagaimana media massa menganggap hal tersebut penting. Jika media massa menganggap suatu isu itu penting maka kita juga akan menganggapnya penting. Sebaliknya, jika isu tersebut tidak dianggap penting oleh media massa, maka isu tersebut juga menjadi tidak penting bagi diri kita, bahkan menjadi tidak terlihat sama sekali.
Denis McQuail (2000: 426) mengutip definisi Agenda Setting sebagai “process by which the relative attention given to items or issues in news coverage infulences the rank order of public awareness of issues and attribution of significance. As an extension, effects on public policy may occur.”
9. Media critical theory
Teori media kritis akarnya berasal dari aliran ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada ilmu sosial Marxis. Beberapa tokoh yang mempeloporinya antara lain Karl Mark, Engels (pemikiran klasik), George Lukacs, Korsch, Gramschi, Guevara, Regis, Debay, T Adorno, Horkheimer, Marcuse, Habermas, Altrusser, Johan Galtung, Cardoso, Dos Santos, Paul Baran Samir Amin, Hamza Alavi (pemikiran modern). Ilmu ini juga disebut dengan emancipatory science (cabang ilmu sosial yang berjuang untuk mendobrak status quo dan membebaskan manusia, khususnya rakyat miskin dan kecil dari status quo dan struktur sistem yang menindas).
Beberapa teori studi budaya (cultural studies) dan ekonomi politik juga bisa dikaitkan dengan teori kritis. Sebab, teori-teori itu secara terbuka menekankan perlunya penilaian dan kritik terhadap status quo. Teori kritis membangun pertanyaan dan menyediakan alternatif jalan untuk menginterpretasikan aturan sosial media massa.
2.2 Media Massa
2.2.1 Definisi Media Massa
Istilah ‘media massa’ menawarkan citra mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam banyak sekali skala, mulai dari skala terbatas hingga sanggup mencapai dan melibatkan siapa saja dimasyarakat, dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada semenjak puluhan tahun yang kemudian dan tetap dipergunakan hingga dikala ini, mirip surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet dan lain-lain.
Dalam kehidupan remaja ini, informasi perihal bencana disekeliling tidak lagi menjadi pintu rapat yang sulit untuk diketahui oleh banyak orang di luar sana. Hal ini terwujud dengan adanya media massa yang menjadi kanal komunikasi secara massa yang sanggup menjangkau banyak orang dimanapun tanpa terbatas ruang gerak dan waktu. Media massa secara umum mempunyai definisi sebagai alat penyebarluasan.
Media ialah alat atau sarana yang dipakai untuk memberikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri ialah alat yang dipakai dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, mirip surat kabar, film, radio dan televisi. (Cangara, 2003, p.134).
Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Kampanye nasional larangan merokok di tempat-tempat umum mempunyai kekuatan pada pertengahan tahun 1990-an dengan membanjirnya berita-berita perihal ancaman merokok bagi kesehatan perokok pasif. Publik pun mendukung Presiden Clinton yang mengemukakan isu nasional tahun 1995, yaitu diberlakukannya peraturan pemerintah federal perihal larangan merokok bagi anak remaja. Kampanye serupa perihal pencegahan hari AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome) dilakukan melalui media massa. Disini secara instan media massa sanggup membentuk kristalisasi opini publik untuk melaksanakan tindakan tertentu. Kadang-kadang kekuatan media massa hanya hingga pada rana sikap (Ageee, 2002: 24-25)
2.2.2 Karakteristik Media Massa
Hampir setiap hari kita menggunakan media massa. Media massa atau mass media merupakan sebuah alat, saluran, channel yang dipakai untuk komunikasi massa. Melalui media massa, pesan yang disampaikan komunikator menjadi lebih luas cakupannya.
“Media massa ialah alat yang dipakai dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis mirip surat kabar, film, radio, dan televisi” (Cangara, 2004:122). Adapun karakteristik media massa ialah :
- Bersifat melembaga: Dikelola oleh lembaga.
- Bersifat satu arah: Umpan balik tertunda.
- Meluas dan serempak: Mengatasi rintangan jarak dan waktu
- Memakai peralatan teknis dan mekanis: Media cetak dan elektronik
- Bersifat terbuka: Pesannya universal.
(Cangara, 2004:122).
2.2.3 Jenis-Jenis Media Massa
Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan, dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media ialah pesan. Jenis media massa yaitu media yang berorentasi pada aspek (1) penglihatan (verbal visual) contohnya media cetak, (2) pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vokal dan (3) pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat ferbal visual vokal (Liliweri, 2001).
Secara umum remaja ini media terbagi atas 3 pecahan besar, yaitu:
1. Media Massa Cetak (Printed Media).
Media massa dicetak dalam lembaran kertas.Dari segi formatnya dan ukuran kertas, media massa cetak secara rinci mencakup (a) koran atau suratkabar (ukuran kertas broadsheet atau 1/2 plano), (b) tabloid (1/2 broadsheet), (c) majalah (1/2 tabloid atau kertas ukuran folio/kwarto), (d) buku (1/2 majalah), (e) newsletter (folio/kwarto, jumlah halaman lazimnya 4-8), dan (f) buletin (1/2 majalah, jumlah halaman lazimnya 4-8). Isi media massa umumnya terbagi tiga pecahan atau tiga jenis tulisan: berita, opini, dan feature.
2. Media Massa Elektronik (Electronic Media).
Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui bunyi atau gambar dan bunyi dengan menggunakan teknologi elektro, mirip radio, televisi, dan film.
3. Media Online (Online Media, Cybermedia),yakni media massa yang sanggup kita temukan di internet (situs web)
2.2.4 Efek-Efek Media Massa
1. Individu Difference Perspective
Yaitu, Setiap individu menanggapi pesan yang disiarkan media secara berbeda.
2. Social Categories Perspective
Setiap individu,anggota kelompok akan mempunyai kecenderungan merespons sama mirip yang dilakukan anggota kelompok dalam satu perkumpulan sosial.
3. Social Relation Perspective
Individu dipengaruhi oleh sikap dan sikap individu anggota audience yang didapatkannya dari media massa,atara individu saling mempengaruhi satu sama lain dan menghasilkan respons yang hampir sama.
2.3 Televisi
2.3.1 Definisi Televisi
Televisi ialah merupakan pecahan dari media elektronik yang mempunyai sifat audio dan visual. Dalam memberikan pesannya televisi bisa mempersentasikan maksud dan tujuannya secara nyata, hal ini dikarenakan kemampuan televisi yang mempunyai sifat audio dan visual. Audio yang berartikan bunyi dan video yang mempunyai berdefinisikan gambar menawarkan daya tarik tersendiri bagi seseorang untuk menyimak dengan gampang tanpa harus berkonsentrasi untuk mendapatkan pesan yang ingin diketahuinya.
“Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang memberikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak mempunyai kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu” (Baksin 2006: 16).
Menurut ensiklopedia Indonesia lebih luas lagi dinyatakan bahwa: “Televisi ialah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim pribadi lewat kabel listrik kepada pesawat penerima”(Parwadi 2004: 28).
2.3.2 Fungsi Televisi Sebagai Media Massa
Media massa ialah sarana yang membawa pesan. Media massa utama ialah buku, majalah, koran, televisi, radio, rekaman, film dan web. (Vivian, 2008:453)
McLuhan menyatakan bahwa sebagai media berfungsi sebagai kepanjangan indra insan pada masing-masing era, yaitu kesukuan (tribal), goresan pena (literate), cetak (print), dan elektronik (Morissan, 2010:32).
Era Kesukuan
Menurut McLuhan, era kesukuan (tribal era) ialah era dimana indera pendengaran, penciuman dan perasa merupakan indera yang paling banyak dipakai orang untuk berkomunikasi. Era kesukuan mempunyai ciri-ciri ekspresi yaitu bercerita, dimana orang menjalankan atau mengungkapkan tradisi, ritual dan nilai-nilai mereka melalui kata-kata yang diucapkan.
Era Tulisan
Pada era goresan pena orang menekankan pada indera penglihatan yang ditandai dengan diperkenalkannya huruf karakter dan karenanya, mata menjadi indra yang secara umum dikuasai dalam berkomunikasi. Pada era goresan pena ini, orang mulai bisa mendapatkan informasi tanpa dukungan anggota kelompok lainnya dan karenanya, masyarakat mulai cenderung bersifat individualistik dan mulai meninggalkan orientasi pada kelompok sehingga mempengaruhi kekuatan ikatan masyarakat suku. Munculnya goresan pena menjadi awal era dimana komunikasi tidak perlu dilakukan secara tatap muka.
Era Cetak
Teknologi cetak memungkinkan orang untukmenyimpan informasi secara lebih permanen dan tidak mengandalkan ingatan saja sebagaimana pada era tulisan. Menurut McLuhan hasil utama dari era cetak ialah munculnya masyarakat yang semakin terkotak-kotak. Hasil cetakan berupa buku atau bentuk cetak lainnyayang gampang dibawa-bawa, sanggup dibaca dimana saja dan bersifat lebih privat. Sehingga hal ini membuat orang menjadi terisolasi dari lingkungan komunitasnya dan mendorong munculnya individualisme.
Era Elektronika
Menurut McLuhan, era elektronik justru telah membawa insan kembali pada situasi era kesukuan yang kebih menekankan pada komunikasi secara lisan. Media elektronik mempunyai ciri sebagaimana percakapan ekspresi yang bersifat segera dan singkat, yang berarti penerimaan informasi dan reaksi yang diberikan bersifat segera dan singkat. Perbedaannya terletak pada tempat, era elektronik tidak terikat pada daerah lantaran pesan sanggup dikirim secara elektronis (disiarkan).
Televisi bertindak sebagai komunikator, dimana informasi sebagai pesan, dan pemirsanya ialah komunikan. Maka dengan demikian televisi ini berfungsi sebagai media komunikasi. Karena komunikannya bukan hanya terdiri dari sekelompok atau organisasi saja melainkan dilihat oleh khalayak maka televisi digolongkan masuk ke dalam media yang memerantai antara narasumber dengan massa yang disebut dengan media komunikasi massa.
Dari sekian banyak media komunikasi massa mirip surat kabar,majalah, radio, televise ,internet dan film , ternyata televisilah yang menduduki tingkat teratas yang diminati banyak khalayak. Karena kelebihan televisi yang menampilkan informasi secara menarik melalui audio visual hal inilah yang memudahkan khalayak untuk mendapatkan informasi secara cepat dan mudah.
Televisi sangat berperan dalam kehidupan di banyak sekali aspek. Misalnya dalam bidang pendidikan, pada waktu tertentu sesuai dengan masing msing jadwal televisi swasta ataupun negri, ditampilkan jadwal yang berdasarkan pendidikan, mirip kuis cerdas cermat, debat ataupun seminar seminar yang mendukung edukasi. Kemudian dalam bidang ekonomi, kita bisa mendapatkan informasi perihal perkembangan naik turunya nilai kurs dollar dan sebagainya. Atau dalam bidang jurnalisme sendiri yang terus menyiarkan informasi sesuai dengan perkembangan dunia. Apalagi dalam dunia entertainment yang kini mendominasi bisnis pertelevisian, gampang untuk mengkomunikasikan apa saja yang dilakukan oleh para selebritis melalui infotainment ataupun jadwal yang lain.
Semuanya itu telah memudahkan kita untuk mendapatkan pesan dari informasi yang diberikan nara sumber melalui televisi dan disebarkan kepada khalayak, sungguh menakjubkan hanya dengan sekali pandang televisi kita bisa mendapatkan banyak informasi yang global.
Televisi sebagai media komunikasi Massa selain sebagai penyampai informasi ternyata mempunyai banyak fungsi, Jay Black dan Frederick C Whitney (1988) menjelaskan ada 4 Fungsi komunikasi Massa, yaitu:
- To inform
- To entertain
- To persuade
- Transmission culture
Dengan dasar tersebut kita bisa menganalisis fungsi televisi sebagai media komunikasi massa dalam era modern ini. To inform, artinya ialah untuk menginformasikan, maka televisi mempunyai fungsi sebagai penyampai informasi jurnalisme mengambil kedudukan penting disini. Karena kiprah dari jurnalistik sendiri ialah mencari mengumpulkan mengedit dan menyiarkan informasi yang layak disampaikan kepada khalayak ramai. To entertain, artinya ialah untuk menghibur. Bias kita lihat bersama dalam perkembanganya ternyata televise memang memenuhi acaranya dengan banyak sekali macam hiburan. Aktifitas hiburan ini bias dicontohkan contohnya jadwal konser music, pentas seni, jadwal komedi, ataupun jadwal lainya yang menghibur.
2.3.3 Format Program Televisi
Menurut Wibowo (2007, 53-225), format jadwal televisi dibagi menjadi beberapa pecahan sebgai berikut :
1. Program Seni Budaya
Program seni budaya termasuk produksi karya artistik dalam televisi. Ada beberapa macam materi produksi seni budaya. Secara garis besar, materi seni budaya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu seni pertunjukan dan seni pameran. Yang termasuk dalam seni pertunjukan antara lain seni musik, seni tari, dan pertunjukan boneka dengan segala macam jenisnya. Seni musik contohnya sanggup berupa konser musik, gamelan jazz, konser musik, musik klasik atau pagelaran musik.
2. Program Talk Show
Program wicara ditelevisi atau bisa disebut The Talk Show Program, mencakup banyak format, antara lain, kuis, interviw (wawancaara) baik dalam stdio maupun diluar studio dan diskusi panel ditelevisi. Semua memang sanggup disebut sebagai jadwal Wicara The Talk Program.
3. Program Berita
Dalam pengertian sederhana jadwal news mempunyai definisi suatu sajian laporan berupa fakta dan bencana yang mempunyai nilai informasi ( unusual, factual, esensial) dan disiarkan melalu media secara periodik. Pengertian penyajian fakta dan bencana didalam informasi bersifat objektif. Liputan gambar dari bencana biasanya diambil dengan memperhatikan hal-hal yang sekiranya tidak terlalu membuat shock. Namun objektifitas semacam ini masih tergantung pada subjektivitas dari peiput. Secara garis besar jadwal informasi dibagi menjadi dua pecahan besar, yaitu hard news dan soft news.
4. Progeram Dokumenter
Memahami arti dokumenter, kita dihadapkan pada dua hal, yaitu sesuatu yang nyata/faktual (ada atau terjadi), dan esensial (bernilai atau mempunyai makna). Suatu dokumen sanggup berwujud konkret kertas dengan goresan pena atau berkas-berkas tertulis(ijazah, diktat dan rontal catatan).
5. Program Feature
Feature ialah salah satu jadwal yang membahas suatu pokok bahasan, satu tema diungkapkan lewat banyak sekali pandangan yang saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis dan disajikan dengan banyak sekali format.
6. Program Magazine
Program magazine dikenal di Indonesia sebagai jadwal majalah udara. Sebagaimana majalah cetak, jadwal magazine mempunyai jangka waktu terbit mingguan, bulanan , tergantung dari kemauan produser. Program magazine mirip dengan jadwal feature. Perbedaannya kalau jadwal feature suatu pokok permasalahan disoroti dari banyak sekali aspek dan disajikan lewat beberapa format. Sementara itu jadwal magazine tidak hanya menyoroti satu pokok permasalahan , melainkan membahas suatu bidang kehidupan, mirip wanita, film, endidikan dan musik yang ditampilkan dalam rubrik-rubrik yang tetap dan disajikan lewat banyak sekali format.
7. Program Spot
Program Spot ialah suatu jadwal yang ingin mempengaruhi dan mendorong penonton televisi atau pendengar radio, untuk tujuan-tujuan tertentu. Spot merupakan jadwal yang sangat pendek. Durasi suatu jadwal spot biasanya berkisar antara 15 detik hingga 1,5 menit .
8. Program Sinetron
Dimasa kemudian ketika stasiun televisi hanya satu, yaitu TVRI nama jadwal sinetron belum dikenal luas. Program semacam itu dijaman televisi pertama TVRI disebut sebagai drama televisi, teleplay atau sandiwara televisi. Produksi jadwal drama televisi pada waktu itu juga sangat berbeda dengan produksi sinetron. Program drama biasanya diproduksi sepenuhnya menggunakan setting indoor didalam studio televisi.
2.3.4 Karakteristik Televisi
Karakteristik televisi antara lain: (Elvinaro dan Erdinaya, 2004:127)
1. Audio Visual
Televisi mempunyai kelebihan dibandingkan media penyiaran lainnya yaitu sanggup didengar sekaligus dilihat, disebut juga audiovisual.
2. Berpikir dalam gambar
Kita sanggup menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual dan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga mengandung makna tertentu.
3. Pengoperasian lebih kompleks
Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi jauh lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang dipakai pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.
Frank Jefkins juga memaparkan beberapa karakteristik televisi, yaitu:
- Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.
- Fungsi televisi ialah sebagai media hiburan, namun dibeberapa negara berkembang televisi merupakan simbol status sosial seseorang.
- Pembuatan jadwal televisi lebih usang dan mahal, apabila dibandingkan dengan jadwal radio.
- Karena mengandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatusesuatu yang nampak harus dibuat semenarik mungkin.
- Dibandingkan dengan media lainnya, televisi memang jauh lebih mahal.
- Mengutamakan unsur-unsur isi daripada hubungan.
- Komunikasinya bersifat satu arah.
- Umpan baliknya tertunda (delayed).
2.4 Program Komedi Televisi
2.4.1 Definisi Program Komedi Televis
Program komedi ialah suatu bentuk jadwal televisi atau radio yang unsur acaranya memfokuskan pada jadwal yang berbumbu humoris. Komedi, terbagi menjadi beberapa jenis a.l :
- Program Komedi Situasi ialah jadwal yang mengandung kisah lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain, melainkan lantaran situasinya.
- Program Komedi Slapstic ialah jadwal yang mengandung kisah lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya, atau dengan gerak vulgar dan kasar.
- Program Komedi Satire, ialah jadwal yang mengandung kisah lucu yang penuh sindiran tajam.
- Program Komedi Farce, ialah jadwal yang mengandung kisah lucu yang bersifat dagelan, sengaja membuat kelucuan-kelucuan dengan obrolan dan gerak laris lucu
2.4.2 Definisi Program Variety Show
Dari kata dasarnya variety show merupakan suatu jadwal yang mempunyai banyak unsur didalam suatu penyajiannya. Sedangkan komedi ialah suatu jadwal yang memfokuskan jadwal acaranya pada unsur humor atau lawakan. Makara jadwal Variety Show ialah suatu jadwal televisi yang mengemas banyak sekali unsur dalam produksi suatu jadwal yang difokuskan kearah lawak atau humor.
Program Variety Comedy Show ialah merupakan suatu jadwal televisi yang mempunyai genre komedi yang sifatnya penggabungan dari banyak sekali macam genre komedi yang digabungkan menjadi satu, atau sanggup juga didefinisikan sebagai komedi bebas yang tidak mempunyai batasan akan eksplorasi dari komedi itu sendiri.
2.4.3 Program K-POP Global TV
K-POP ialah jadwal komedi yang begenrekan variety comedy. Basic konsep dari jadwal ini sendiri ialah akan terdapat pelawak yang akan bernyanyi sambil memperlihatkan lawakannya. Perform yang ditampilkan oleh pelawak tersebut akan dinilai oleh juri yang 2 diatara 3 juri yang dihadirkan ialah seorang pelawak juga. Esensial dari jadwal ini terletak dimana sangat jarang sekali penonton menyaksikan pelawak bernyanyi dan dikomentari secara langsung. Komentar yang akan diberikan kepada pelawak tersebut akan diberikan nilai lebih dalam konteks negatif, dengan kata lain sang juri akan menjatuhkan performan yang ditampilkan oleh pelawak tersebut dengan kritikan dan penilaian yang pedas. Penilaian dengan icon-icon yang telah ditentukan akan menambah kelucuan yang tercipta oleh situasi yang ada.
Komedian yang berhasil memenangkan kompetisi bernyanyi para pelawak ini akan mendapatkan throphy kemenangan K-POP, sedangkan yang kalah akan mendapatkan gayung sebagai simbolisasi bahwa pelawak tersebut tidak cocok untuk bernyanyi diatas panggung dan lebih cocok bernyanyi didalam kamar mandi.
2.5 Landasan Konseptual
2.5.1 Pengertian Strategi
Kata “strategi” berasal dari turunan kata bahasa Yunani, “stratēgos”. yang sanggup diterjemahkan sebagai ‘komandan militer’ pada zaman demokrasi Athena.
John A. Pearce II dan Richard B. Robinson Jr., (2003), “Strategic Management, formulation, implementation and control”, Irwin McGraw-Hill., mendefinisikan seni administrasi sebagai seperangkat keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi dari planning yang didesain untuk mencapai tujuan.
Menurut Wikipedia: Strategi ialah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan sanksi sebuah acara dalam kurun waktu tertentu. Di dalam seni administrasi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, mempunyai tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan mempunyai taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang mempunyai ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.
2.5.2 Konsep Strategi Produksi Siaran Televisi
Kata dasar seni administrasi berasal dari turunan bahasa Yunani yaitu “stratēgos”. yang sanggup diterjemahkan sebagai ‘komandan militer’ pada zaman demokrasi Athena. Definisi ini kemudian dikembangkan dengan bahasa sederhana yaitu langkah-langkah dalam meraih suatu hal.
Televisi sebagai pecahan dari media mempunyai persaingan yang ketat dengan sesama media lainnya, baik dengan media diluar televisi ataupun dengan sesama media televisi. Persaingan ini terwujud dalam point produksi yang mana merupakan pecahan dari nilai jual suatu media. Persaingan yang besar lengan berkuasa membawa media menyusun seni administrasi guna mendapatkan audiensnya. Dengan kata lain seni administrasi produksi televisi sanggup disimpulkan sebagai cara-cara atau langkah yang ditempuh dalam proses produksi guna mendapatkan sasaran audiens atau penonton.
2.5.3 Konsep Analisis SWOT
Menganalisa lingkungan internal dan eksternal merupakan pecahan dari perencanaan strategis. Salah satu tools yang dipakai ialah SWOT yang merupakan kependekan dari Strength (S), Weakness (W), Opportunity (O) dan Threat (T). Analisa SWOT umumnya dipakai sebagai kerangka dasar seni administrasi perusahaan, produk atau pemasaran dengan cara membuat daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang selanjutnya akan memilih seni administrasi perusahaan dalam menanggapi persaingan, mengantisipasi situasi serta mencapai tujuan. Dalam teori SWOT, analisa lingkungan dibagi menjadi 2 :
1. Lingkungan Internal (di dalam perusahaan) :
- Strength / Kekuatan
- Weakness / Kelemahan
2. Lingkungan Eksternal (di luar dalam perusahaan) :
- Opportunity / Peluang
- Threat / Tantangan
2.5.3.1 Strenght
Strength dalam hal ini diartikan sebagai kekuatan atau hal positif yang menonjol dari perusahaan / produk yang sanggup dijadikan sebagai competitive advantage (keunggulan bersaing). Misalnya :
- Brand nama yang terkenal
- Hak paten
- Market share yang relatif besar / dominan
- Reputasi yang baik
- Skill / kemampuan / spesialisasi perusahaan
- Jaringan distribusi yang luas
- Dan lain – lain.
2.5.3.2 Weakness
Kebalikan dari Strength, Weakness merupakan kekurangan atau hal-hal yang tidak / belum dimiliki perusahaan untuk bersaing di pasar. Misal :
- Brand nama tidak terkenal
- Reputasi yang kurang baik di mata konsumen
- Biaya produksi relatif mahal dibanding pesaing
- Harga yang kurang kompetitif
Weakness juga sanggup menjadi sisi lain dari strength yang dimiliki perusahaan. Misal : Perusahaan mempunyai pabrik dengan skala produksi yang besar dengan nilai investasi yang besar juga. Di satu sisi, ini ialah strength. Namun disisi lain, apabila terjadi perubahan di pasar atau konsumen, contohnya perubahan spesifikasi produk menjadi lebih kecil / compact dan berbeda dari produk yang ada, maka strength tadi sanggup pula menjadi weakness lantaran perusahaan tersebut menjadi kurang tanggap untuk mengantisipasi perubahan tersebut atau tindakan antisipasinya menjadi mahal.
2.5.3.3 Oppurtunity
Opportunity dianggap sebagai pecahan dari lingkungan eksternal perusahaan yang sanggup menjadi potensi untuk meningkatkan profit, market share atau pertumbuhan. Beberapa pola opportunity antara lain :
- Kondisi perekonomian yang membaik sehingga meningkatkan daya beli masyarakat
- Adanya undangan atau kebutuhan tertentu yang selama ini belum dilayani oleh produk / perusahaan lain
- Teknologi gres yang memungkinkan produksi / distribusi menjadi lebih efisien atau sanggup meningkatkan kualitas produk / jasa
- Peraturan pemerintah yang mendukung bisnis
- Dibukanya larangan perdagangan di negara tertentu
- Dbukanya jalur distribusi baru, dan lain – lain.
2.5.3.4 Threat (Tantangan)
Threat ialah kebalikan dari Opportunity, yang merupakan halangan atau ancaman bagi perusahan dalam memperluas pasar atau mendapatkan profit. Misalnya :
- Pesaing yang semakin gencar
- Munculnya produk substitusi / pengganti
- Konsumen mengurangi daya konsumsinya
2.6. Teori Khusus
2.6.1 Tahapan Proses Produksi Televisi
Suatu produksi jadwal televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar memerlukan organisasi yang rapi, juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang terang dan efisien. Setiap tahap harus terang kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya . Tahapan produksi sendiri terdiri dari tiga pecahan ditelevisi yang lazim disebut standart operational procedure (SOP), mirip berikut: , Wibowo (2009:38)
- Pra-produksi (ide, perencanaan dan persiapan)
- Produksi (Pelaksanaan)
- Pasca produksi (penyelesaian dan penayangan)
2.6.1.1 Tahap Pra Produksi
Tahap ini sangat penting lantaran jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Wibowo (2009:39). Tahap ini mencakup tiga bagian, sebagai berikut
a. Penemuan Ide
Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan inspirasi atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta peneliti naskah membuatkan gagasan menjadi naskah sehabis riset.
b. Perencanaan
Tahap ini mencakup penetapan jangka waktu kerja ( time schedule ), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, likasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan planning alokasi merupakan pecahan dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati – hati dan teliti.
c. Persiapan
Tahap ini mencakup pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi perlatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan berdasarkan jangka waktu kerja ( time schedule ) yang sudah ditetapkan.
2.6.1.2 Tahap Produksi
Sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan goresan pena (shooting script) menjadi gambar susunan gambar yang sanggup bercerita. Wibowo (2009:40)
2.6.1.3 Tahap Pasca produksi
Pasca-produksi mempunyai tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online dan mixing. Dalam hal ini, terdapat dua macam teknik editing , yaitu :Pertama, Editing dengan teknik analog atau linier. Kedua Editing dengan teknik digital atau non liner dengan komputer. (Wibowo, 2009: 42)