Pengertian Pelayanan Prima
Tuesday, July 16, 2019
Edit
Definisi mengenai pelayanan prima yang seringkali diungkapkan oleh para pelaku bisnis,terdapat dalam buku pelayanan prima Atep Adya Barata (2003:27) :
- Layanan prima ialah membuat pelanggan merasa penting
- Layanan prima ialah melayani pelanggan dengan ramah, tepat, dan cepat.
- Layanan prima ialah pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan
- Layanan prima ialah menempatkan pelanggan sebagai mitra
- Layanan prima ialah pelayanan optima yang menghasilkan kepuasan pelanggan
- Layanan prima ialah kepedulian kepada pelanggan untuk mengatakan rasa puas
- Layanan prima ialah upaya layanan terpadu untuk kepuasan pelanggan
Pengertian atau definisi pelayanan prima yang dikemukakan diatas sanggup dikatakan semuanya benar, sebab pengertian pelayanan prima diatas diungkapkan oleh aneka macam pelaku bisnis dibidang yang berlainan. Namun demikian, dalam suatu definisi pelayanan prima, palin tidak kesamaannya terletak pada tujuan layanan, yaitu memuaskan pelanggan.
Keberhasilan dalam menyebarkan dan melaksanakan pelayanan prima tidak terlepas dari kemampuan dalam pemilihan konsep pendekatannya. Konsep pelayanan prima berdasarkan pada A6 (Atep adya Barata, 2003;31), yaitu menyebarkan pelayanan prima dengan menyelaraskan factor-faktor Sikap (Attitude), Perhatian (Attention), Tindakan (Action), Kemampuan (Ability), Penampilan (Appearance), dan Tanggung iawab ( Accountability).
1. Sikap (Attitude)
Sikap (Attitude) ialah Perilaku atau perangai yang harus ditonjolkan dikala menghadapi pelanggan, yang mencakup penampilamyang sopan dan serasi, berpikir positif, sehat dan logis, dan bersikap menghargai
2. Perhatian ( Attention)
Perhatian (attention) ialah Kepedulian penuh kepada pelanggan, baik yang berkaitan denagan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun pemahaman atas saran dan kritknya, yang mencakup mendengarkan dan memahami secara sungguh-sungguh kebutuhan para pelanggan, mengamati dan menghargai sikap para pelanggan, dan mencurahkan perhatian penuh kepada pelanggan.
3. Tindakan (Action)
Tindakan (Action) ialah Berbagai kegiatan konkret yang harus dilakukan dalam mengatakan layanan kepada pelanggan, yang mencakup mencatat setiap pesanan para pelanggan, mencatat kebutuhan para pelanggan, memegaskan kembali kebutuhan para pelanggan, mewujudkan kebutuhan para pelanggan, dan menyatakan terima kasih dengan impian pelanggan mau kembali.
4. Kemampuan (Ability)
Kemampuan (Ability) ialah Pengetahuan dan keterampilan tertentu yang mutlak diharapkan untuk menunjang aktivitas pelayanan prima, yang mencakup kemampuan dlam bidang kerja ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif, menyebarkan mitovasi, dan menyebarkan public relation sebagai instrument dalam membina kekerabatan kedalam dan keluar organisasi atau perusahaan.
5. Penampilan (Appearance)
Penampilan (Appearance) ialah Penampilan seseorang baik yang bersifat fisik saja maupun fisik atau non fisik, yang bisa merefleksikan kepercayaan diri dan dapat dipercaya dari pihak lain.
6. Tanggung jawab (Accountability)
Tanggung jawab (Accountability) ialah Suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan sebagai suatu wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pelanggan.
2.1.2 Pentingnya Pelayanan Prima
Pelaksanaan layanan istimewa atau pelayanan prima oleh pihak perusahaan terhadap para pelanggan, baik itu yang ditunjukan untuk pelanggan intern maupun pelangggan ektern mempunyai tugas penting dalam bisnis sebab kelangsungan perusahaan sangat tergantung dari loyalitas para pelanggan kepada perusahaan. Demikian pula halnya bila pelayanan prima ini dilakukan dalam organisasi non komersial maupun pemerintah.
2.1.2.1 Pelayanan Bagi Pelanggan Internal
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pelanggan intern ialah orang-orang yang terlibat dalam proses produksi barang dan atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
Mereka semuanya harus bisa menyebarkan budaya pelayanan prima dilingkungan internal. Mereka harus saling mengatakan fasilitas, baik kepada semua karyawan, bawahan maupun atasan, dengan tujuan untuk mendukung kelancaran proses produksi barang dan atau pembentukan jasa sehinggandapat menunjang kelangsungan perusahaan dalam rangka mewujudkan pelayanan prima bagi pelanggan ekternal.
Ada salah satu hal yang patut diperhatikan oleh segenap pelaku bisnis dan karyawan perusahaan, yaitu keharusan membudayakan pelayanan prima secara internal ialah kunci sukses untuk mewujudkan pelayanan prima bagi pelanggan ekternal. Disebutkan sebagai keharusan sebab bila pelayanan prima dilingkungan internal berlangsung baik, maka akan sanggup dijadikan sebagai tonggak dasar dalam mewujudkan pelayanan prima bagi lingkungan ekternal.
Bagaimana dengan pelayanan internal diorganisasi non-komersil dan diinstansi-instansi pemerintah. Persoalan pelayanan prima diorganisasi non-komersil dan instansi-instansi pemerintah sangat berkaitan dengan bagaimana contoh manajemennya diimplementasikan untuk memfasilitasi kebersamaan, kerjasama, dan upaya-upaya lain yang berkaitan dengan kompensasi materil dan non-materil bisa diwujudkan aar para pengurus dan pegawai sanggup bekerja sesuai dengan tujuan organisasi nirlaba atau instansi pemerintah yang bersangkutan.
2.1.2.2 Pelayanan Bagi Pelanggan Ekternal
Kebutuhan dan keinginan pelanggan merupakan potensi pasar yang sanggup dijadikan peluang besar bagi perusahaan untuk mendapat keuntungan melalui penjualan barang dan jasa yang kita sediakan. Jadi, sebaiknya tempatkanlah diri kita sebagai penyedia layanan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan sebab para pelanggan itu merupakan referensi harapan, yaitu sebagai pihak yang bisa merealisasikan kebutuhan dan keinginannya menjadi pembelian yang konkret kepada perusahaan kita.
Dalam mengatakan pelayanan prima kepada pelanggan ekternal, diharapkan ada peningkatan loyalitas pelanggan ekternal terhadap perusahaan, sehingga dari waktu ke waktu perusahaan akan bisa memelihara dan meningkatkan penjualan barang atau jasa, dan sekaligus sanggup meraih keuntungan sebagaimana yang diharapkan.
Begitu juga halnnya untuk organisasi non-komersil dan instansi-instansi pemerintah, dengan mengatakan pelayanan prima kepada masyarakat, diharapkan akan timbul loyallitas atau kepatuhan dari mereka, sehingga organisasi atau instansi yang bersangkutan bisa menarik manfaat untuk menuntaskan misinya.
2.2 Loyalitas Pelanggan
2.2.1 Pengertian Loyalitas
Pada dasarnya setiap perusahaan yang melaksanakan aktivitas pelayanan prima maka akan membuat kepuasan pelanggan. Pelanggan yang memperoleh kepuasan dalam pelayanan merupakan modal dasar bagi perusahaan dalam membentuk loyalitas pelanggan.
Menurut Fandy Tjiptono (1996:8) setiap perusahaan yang memperhatikan kepuasan pelanggan akan memperoleh beberapa manfaat pokok yaitu reputasi perusahaan yang makin positif dimata pelanggan dan masyarakat, serta sanggup mendorong terciptanya loyalitas pelanggan memungkinkan bagi perusahaan, meningkatkan keuntungan, maka harmonisnya perusahaan kekerabatan perusahaan dengan pelanggannya serta mendorong setiap orang dalam perusahaan untuk bekerja dengan tujuan yang lebih baik.
Memiliki pelanggan yang loyal ialah merupakan tujuan selesai dari semua perusahaan, tetapi kebanyakan perusahaan tidak menyadari bahwa loyalitas pelanggan dibuat melalui tahapan yang dimulai dari mencari calon pelanggan potensial hingga dengan Advocate Customer yang akan membawa keuntungan bagi perusahaan. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk membentuk loyalitas pelangga, berikut definisi dari terjemahan loyalitas (Customer Loyalty) berdasarkan Oliver (1997:392), antara lain :
“Komitmen untuk bertahan secara mendalam dengan melaksanakan pembelian ulang atau berlangganan kembali dengan produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun dampak situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan petubahan perilaku”.
Sedangkan Griffin (1995:4) menyatakan pendapatnya wacana loyalitas pelanggan ntara lain :
“Konsep loyalitas lebih mengarah kepada sikap (Behaviour) dibandingkan dengan sikap (Attitude) dan seorang konsumen yang loyal akan memperhatikan sikap pembelian yang didefinisikan sebagai pemebeli yang teratur dan diperhatikan sepanjang waktu oleh beberapa unit pembuatan keputusan”
- Kemudian Griffin (1995:13), juga mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memilik pelanggan yang loyal terhadap barang dan jasa, antara lain:
- Mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik konsumen gres lebih mahal).
- Mengurangi biaya transaksi ibarat biaya perundingan kontrak pesanan dan lain-lain.
- Mengurangi biaya turn ofis konsumen sebab menggantikan konsumen yang lebih sedikit
- Meningkatkan penjualan silang yang akan meningkatkan pangsa pasar.
- Word of mount yang lebih positif, dengan perkiraan bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka puas.
- Mengurangi biaya kegagalan ibarat biaya penggantian.
2.2.2 Karakteristik dan Tahapan-Tahapan Loyalitas Pelanggan
Pelanggan yang loyal merupakan asset bagi perusahaan dan untuk mengetahui pelanggan yang loyal perusahaan harus bisa menunjukkan produk atau jasa yang sanggup memenuhi impian pelanggan serta sanggup memuaskan pelanggannya, apabila pelanggan melaksanakan tindakan pembelian secara berulang dan teratur maka pelanggan tersebut ialah pelanggan yang loyal. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Griffin (1995:31), yang menyatakan bahwa karakteristik pelanggan yang loyal antara lain:
- Melakukan pembelian secara rutin.
- Membeli diluar lini produk atau jasa.
- Merekomendasikan kepada orang lain.
- Tidak terpengaruh daya tarik pelanggan pesaing.
Untuk menjadi pelanggan ang loyal seorang konsumen harus melalui beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama, dengan pementingan dan perhatian yang berbeda-beda. Dengan memperhatikan masing-masing tahapan dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahapan tersebut, perusahaan mempunyai peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi konsumen loyal dank lien perusahaan.
Menurut Oliver (1997:392), ada empat tahap loyalitas antara lain
Cognitive Loyalty (loyalitas berdasarkan kesadaran)
Pada tahap pertama loyalitas ini informasi utama suatu produk atau jasa menjadi factor penentu. Tahap ini berdasarkan pada kesadaran dan impian konsumen. Namun bentuk kesetian ini kurang besar lengan berkuasa sebab konsumen gampang berdalih kepada produk atau jasa ang lian jika mengatakan informasi yang lebih baik.
Affective Loyalty (Loyalitas berdasarkan pengaruh)
Pada tahap ini loyalitas mempunyai kedudukan dampak yang besar lengan berkuasa baik dalam sikap maupun sebagai komponen yang memepengaruhi kepuasan kondisi sangat sulit dihilangkan sebab kesetian sudah tertanam dalampikiran konsumen bukan hanya sebagai kesadaran atau harapan.
Coractive Loyalty (Loyalitas berdasarkan komitmen)
Tahap loyalitas ini mengandung janji sikap yang tinggi untuk melaksanakan pembelian produk atau jasa. Hasrat untuk melaksanakan pembelian ulang atau bersikap loyal merupakan tindakan yang sanggup diantisipasi namun tidak disadari.
Action Loyalty (Loyalitas dalam bentuk tindakan)
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari kesetiaan. Pada tahap ini diawali suatu keinginan yang disertai motivasi, selanjutnya diikitu oleh siapapun untuk bertindak dan keinginan untuk mengatasi seluruh kendala untuk melaksanakan tindakan.
Menurut Hill (1996:60) membagi tahapan loyalitas pelanggan menjadi delapan tahapan mulai dari Suspect hingga pada tahapan Partner. Dibawah ini akan digambarkan mengenai piramida tahapan loyalitas pelanggan sebagai berikut;
- Menurut Griffin (1995:35), ada 8 tahapan loyalitas, yaitu :
- Suspect : Meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang atau jasa perusahaan. Pada hal ini konsumen akan membeli tetapi belum tentu mengetahui mengenai perusahaan dan barang atau jasa yang ditawarkan.
- Prospect : Orang-orang yang mempunyai kebutuhan barang atau jasa tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini konsumen belum melaksanakan pembelian, tetapi telah mengetahui keberadaan perusahaan dan barang atau jasa yang ditawarkan, sebab seseorang telah merekomendasikan barang atau jasa tersebut padanya.
- Disqualified Prospect : Orang yang mengetahui barang atau jasa tertentu, tetapi tidak mempunyai kebutuhan akan barang atau jasa tersebut atau tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang atau jasa tersebut.
- First Time Customer : konsumen yang membeli untuk pertama kalinya. Pembelian ini masih menjadi konsumen pembelian biasa dari barang atau jasa pesaing.
- Repeat Customer : Konsumen yang telah melaksanakan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih. Konsumen ini ialah yang melaksanakan pembelian atas produk yang sama sebanyak dua kali atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam dus kesempatan yang berbeda pula.
- Client : Membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan yang mereka butuhkan. Hubugan dengan konsumen ini sudah besar lengan berkuasa dan berlangsung lam, yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh tarikan produk atau pelanggan pesaing.
- Advocatis : layaknya klien, advocatis membeli seluruh barang atau jasa yang dibutuhkan atau ditawarkan, serta melaksanakan pembelian secara teratur. Sebagai tambahan, mereka mendorong orang luar untuk membeli barang atau jasa tersebut.
- Partners : Merupakan bentuk kekerabatan yang paling besar lengan berkuasa antara pelanggan dengan perusahaan dan berlangsung secara terus-menerus sebab kedua pihak melihatnya sebagai kekerabatan yang saling menguntungkan (win-win solution).
2.3 Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Loyalitas Pelanggan
Sekarang ini banyak perusahaan pembuat mesin untuk segala bidang yang ada didalam dunia bisnis yang menunjukkan kepada masyarakat dengan keuntungan yang beragam. Masing-masing perusahaan pembuat mesin menunjukkan akomodasi yang sanggup dinikmati oleh penguna mesin, dalam mengatakan pelayanan tersebut perusahaan pembuat mesin harus mempunyai pelayanan yang baik, semoga penguna mesin merasa diperhatikan dan merasa puas akan akomodasi dan pelayanan yang diperoleh dari mesin.
Sebuah teori yang mendukung dilakukannya penelitian denganjudul dampak pelayanan prima terhadap loyalitas pada PT. KERTA LAKSANA Bandung ialah teori yang dikemukan oleh Atep Adya Barata (2003:27) :
Pelayanan prima ialah kepedulian kepada pelanggan dengan mengatakan layanan terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan dan mewujudkan keuasannya, semoga mereka selalu loyal kepada perusahaan atau organisasi.
Pendapat ini diperkuat oleh Jill Griffin (2002:10), Bahwa perusahaan harus mengutamakan layanan yang memuaskan kepada konsumen, sehingga terbentuk loyalitas yang sesungguhnya.
Berdasarkan teori tersebut penulis berasumsi, bahwa pelayanan prima(service Excellent) sanggup mempengaruhi loyalitas pelanggan, dengan pelayanan yang prima (service excellent) akan membuat pelanggan merasa puas dan loyal terhadap perusahaan atau organisasi, satu-satunya jalan untuk mempertahankan semoga perusahaan atau organisasi selalu didekati dan diingat pelanggan ialah dengan cara menyebarkan contoh layanan yang terbaik.