Pengertian Drama Dan Sejarah Drama Berdasarkan Ahli
Saturday, July 6, 2019
Edit
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Makara drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.
Arti pertama dari Drama ialah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang menjadikan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, berdasarkan Moulton Drama ialah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.
Menurut Balthazar Vallhagen : Drama ialah kesenian melukiskan sifat dan sifat insan dengan gerak.
Arti ketiga drama ialah dongeng konflik insan dalam bentuk obrolan yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience)
Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka wacana kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama ialah lakon serius yang menggarap satu persoalan yang punya arti penting – meskipun mungkin berakhir dengan senang atau tidak senang – tapi tidak bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering diperluas sehingga meliputi semua lakon serius, termasuk didalamnya bencana dan lakon absurd.
Drama ialah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau obrolan itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara obrolan dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, obrolan dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.
Contoh;
Chaterina ( bergegas masuk, membawa gosip manis ); Raina ! ( ia mengucapkan Raina, dengan tekanan pada i ) Raina ! ( ia menunjuk ketempat tidur, berharap menemukan Raina disitu ) Mengapa, di mana….! ( Raina menoleh kedalam ruangan).
Fase-fase dalam kurung diatas ialah petunjuk permainan untuk sutradara dan pemain. Ini memandu para bintang film dan sutradara maupun tetang penataan perlengkapan panggung. George Bernard Shaw ( 1856 – 1950 ), penggagas realisme dalam sejarah drama Inggris, memberi petunjuk secara panjang lebar pada nebentext-nya yang ditemukan dalam kebanyakan naskahnya lantaran ia tidak ingin interprestasi lakon-lakonnya menyeleweng dari apa yang bekerjsama ia kehendaki.
Tidak adanya narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain yang, dengan menghubunkan diri mereka sendiri dengan perlengkapan, perlampuan dan iringan musik, membuat suasan dan menghidupkan panggung itu menjadi dunia yang amat nyata. Disamping itu, klarifikasi wacana tokoh disampaikan melalui obrolan antara tokoh yang membicarakan tokoh lain. Pada puisi, daya ekpresi dan irama mentepati posisi yang dominan. Oleh lantaran itu, puisi tidak bercerita. Jika balada bertumpu pada narasi, lantaran bekerjsama balada ialah kisah, atau dongeng yang dinyanyikan. Contohnya, mahabarata dan ramayana dalam bentuk tembang. Puisi yang dibaca dengan baik menjadi dramatik, menyerupai yang dilakukan Rendra, bintang film baik. Maka “Tidak tidak diragukan lagi drama kadang dianggap diambil dari kata dramen yang berarti sesuatu untuk dimainkan.”Mungkin drama memperoleh hampir semua efektivitasnya dari kemampuannya untuk mengatur dan menjelaskan pengalaman manusia. Oleh karenanya, drama, menyerupai halnya karya sastra pada umumnya, sanggup dianggap sebagai interprestasi penulis lakon wacana hidup. Unsur dasar drama-perasaan,hasrat, konflik dan rekonsilasi merupakan unsur utama pengalaman manusia.
Dalam kehidupan nyata, semua pengalaman emosional tersebut merupakan kumpulan banyak sekali kesan yang saling ada hubungannya. Bagaimanapun juga, dalam drama, penulis lakon bisa mengorganisir semua pengalaman ini ke dalam satu pola yang bisa dipahami. Penonton melihat bahan kehidupan kasatmata yang disajikan dalam bentuk yang padat makna dengan menghapus hal-hal yang tidak penting dan memberi tekanan kepada hal-hal yang penting.
Penulis lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu dengan membayangkan action dan ucapan para bintang film diatas panggung. Makara ucapan dan action yang terwujud dalam obrolan itu ialah serpihan paling penting, yang tanpa itu drama bukan benar-benar sebuah lakon. Karena itu, sebuah drama mewujudkan action, emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali dari dialog-dialog itu. Adalah satu keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama sebelum memanggugkan drama itu.
B. Sejarah Drama
Kebanyakan dari kita menerka bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre mengambarkan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih mencurigai apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero mengambarkan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi banyak sekali tokohnya.
Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara relijius primitif yang dipentaskan untuk minta pertolonga dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak benih drama. Para pendeta sering memerankan mahluk superaalami atau binatang; dan kadang – kadang menggandakan action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang sekitar beberapa ritus dan tetap hidup bahkan sehabis upacara itu sendiri sudah tidak diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama.
Teori kedua memberi kesan bahwa himne kebanggaan dinyanyikan bersama didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum jagoan itu. Bagian yang diperagakan makin usang makin rumit dan koor tidak digunakan lagi. Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi dikala ada dua pembicara diatas panggung.
Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan insan untuk bercerita. Kisah – kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan membuat kembali kisah – kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan gagah seorang jagoan yang telah gugur. Ketiga teaori itu merupakan cikal-bakal drama. Meskipun tak seorang pun merasa niscaya mana yang terbaik, harus diingat bahwa ketiganya membicarakan wacana action. Konon, action ialah intisari dari seni pertunjukan.
C. Unsur – unsur Drama
Unsur-unsur dalam drama meliputi :
- Tema : gagasan/ide/dasar cerita.
- Alur : tahapan dongeng yang bersambungan. Meliputi Pemaparan, pertikaian, penggawatan, klimaks, peleraian. Dilihat dari cara menyusun : alur maju/lurus, alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan.
- Tokoh : Pemain/orang yang berperan dalam cerita.
- Tokoh dilihat dari tabiat : protagonis, antagonis, dan tritagonis
- Tokoh dilihat dari perkembangan tabiat : tokoh bundar dan tokoh datar.
- Tokoh dilihat dari kedudukan dalam dongeng : tokoh utama(sentral) dan tokoh bawahan (sampingan).
4) Latar : serpihan dari dongeng yang menjelaskan waktu dan tempat insiden ketikatokoh mengalami peristiwa
Latar terbagi dalam :
- latar sosial : latar yang berupa, waktu, suasana, masa, bahasa.
- latar fisik : latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal, rumah, ruang tamu, dapur, sawah, hutan, pakaian/ baju.
5) Amanat : pesan atau sisipan hikmah yang disampaikan pengarang melalui tokoh dan konflik dalam suatu cerita.
Hal fundamental yang membedakan antara karya sastra puisi, prosa, dan drama ialah pada serpihan dialog. Dialog ialah komunikasi antar tokoh yang sanggup dilihat (bila dalam naskah drama) dan didengar pribadi oleh penonton, apabila dalam bentuk drama pementasan.
D. Struktur Drama
Seorang Aristoteles, filsuf Yunani yang hidup sekitar 300 S.M. telah menulis Poetics. Untuk mengenali plot, karakter, pikiran, diksi, musik dan spektakel dari tragedi. Kelak identifikasi itu dianggap sebagai falsafah dasar dari strukturalisme yang oleh T.S. Eliot disebut the Formalistick Approach.
Strukturdramatik :
- Eksposisi : Isinya pemaparan persoalan utama atau konflik utama yang berkaitan dengan posisi diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil selesai : Antagonis berhasil menghimpun kekuatan yang lebih dominan.
- Raising Action : Isinya menggambarkan kontradiksi kepentingan antar tokoh. Hasil selesai : Protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis. Antagonis mengancam kedudukan Protagonis. Krisis diawali.
- Complication : Isinya perumitan kontradiksi dengan hadirnya konflik sekunder. Pertentangan meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua kekuatan yang berseteru. Hasil selesai : Antagonis dan sekutunya memenangkan pertentangan. Kubu protagonis tersudut.
- Klimaks : Isinya jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga korban dari kubu Antagonis. Hasil selesai : Peristiwa-peristiwa tragis dan menjadikan dampak besar bagi perimbangan kekuatan antar kubu.
- Resolusi : Isinya hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu protagonis atau tokoh gres yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik, sehingga situasi yang kosmotik sanggup tercipta kembali. Pada tahap ini, pesan moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral yang berkaitan dengan tema atau konflik yang sudah diusung.
Berikut pola penggunaan struktur drama dalam Drama Romeo Juliet.
Pada awal plot kita ada eksposisi. Ini memberi penonton informasi yang diharapkan wacana insiden sebelumnya, situasi kini atau tokoh-tokohnya. Dalam kebanyakan lakon, sudah semenjak awal pengarang memberi tekanan kepada satu pertanyaan atau konplik penting. Pada awal kisah Romeo and Juliet, Shakespeare telah menyajikan pertengkaran antara Sampson, Gregory lawan Baltazar dan Abraham, satu klarifikasi yang memberi ‘Leitmotive’ kepada tema, konplik dan rekonsiliasinya.
Gregory : Anda berkelahi, ya ?
Abraham : Berkelahi? Ah, ngak, nggak!
Sampson : Tapi kalau ya, saya memihak anda, saya mengabdi sebaik anda
Abraham : ah, tak akan lebih baik.
Sampson : Baiklah
Gregory : (kesamping kepada Sampson, melihat Tybalt keluar panggung)
Katakanlah lebih baik. Itu salah satu dari orang majikanku datang.
Sampson : Ya, lebih baik.
Abraham : Bohong!
Sampson : Cabut pedangmu, kalau kau lelaki. Gregory, ingat hantamanmu.( mereka langgar ).
Dialog diatas membuat suasana babak itu dan suatu pelukisan singkat tapi lengkap tenatang konplik antara keluarga Montague versus keluarga Capulet yang akan menjadikan bencana itu.
Terkadang juga ada eksposisi wacana tokoh-tokoh. Sebuah film berjudul Jango versus Santana sanggup dijadikan contoh. Film itu dimulai dengan sebuah pemandangan. Sebidang tanah tandus dengan pohon-pohon kaktus tumbuh disana-sini. Sementara fokus kamera bergerak kearah kanan, seorang lelaki dengan baju kotor dan berair kuyup tampak berlutut didepan sebuah makam. Lelaki itu bangun dan kamera mengambil gambarnya dalam teknik medium. Posisi enface menawarkan citra terang tokot itu. Ia tak mengalami kemalangan, tapi ia menghadapinya dengan tegar. Pelukisan singkat tapi hampir lengkap dari tokoh tersebut memberi titik awal yang terang untuk memulai film itu.
Dalam eksposisi itu, unsur-unsur konpliknya statis. Melalui satu insiden yang merangsang maka action mulai bergerak. Disini konflik dramatik besar mulai terang menyatukan insiden – insiden dalam lakon itu. Insiden yang merangsang dalam Romeo and Juliet tampak dikala Tybalt mengenali Romeo dan ingin menantang berkelahi. Presiden dari stimulasi itu terjadi dikala inang memberi tahu Juliet bahwa Romeo ialah anggota keluarga Montague. Unsur statis dalam eksposisi itu mulai bergerak dan konflik sehari-hari antara Sampson versus Abraham makin usang makin menjadi makin serius. ( Babak I ) timbul serentetan konflik dikala Romeo membocorkan rahasianya kepada teman-temannya, memanjat tembok kebun keluarga Capulet, dan menunggu Juliet muncul dijendelanya waktu gadis itu muncul, keduanya saling mengungkapkan cinta dan tetapkan untuk kawin lari ( Babak II). Makin usang lakon itu makin tegang hingga pendeta hingga pendeta Laurence berharap, sehabis menyeleggarakan upacara pernikahan, pertikaian antara keluarga itu akan berakhir dan Romeo beropini begitu. Kisah cinta sederhana antara cowok dan pemudi itu kini berubah menjadi idealisme yang melibatkan persoalan besar yang dihadapi kedua orang renta itu. Tidak diragukan bahwa konflikasi tersebut menuju suatu krisi, satu titik balik dikala informasi yang sebelumnya dirahasiakan sedikit sebagian terungkap dan persoalan dramatik itu bisa dijawab.
Meskipun Juliet sudah menikah dengan Romeo, ia tidak berterus terang pada ayahnya. Oleh karenanya itu, Capulet tetap menjalankan rencananya untuk menikahkan Juliet dengan Paris. Karena komitmen nikah akan berlangsung pada hari kamis, pendeta Laurence mengusulkan biar pada hari rabu Juliet harus menelan ramuan yang akan membuatnya mati suri; sementara Laurence akan mengirimkan pesan pada Romeo untuk menyelamatkan Juliet dari makam keluarga Capulet, lantaran ia merasa yakin gadis itu akan dimakamkan disana. Capulet, lantaran ditentang oleh putrinya, tetapkan untuk mengajukan komitmen nikah itu sehari. Rencana itu membuat Juliet harus segera mereguk racun tadi. Agar rencananya tidak terhalang, ia menyuruh inang keluar dan tanpa pikir panjang pribadi mereguk racun tadi. Paginya inang menemukan Juliet sudah tak bernyawa. Laurence dan Paris tiba; tapi upacara komitmen nikah harus diubah menjadi upacara pemakaman ( Babak IV ).
Bagian terakhir dari lakon itu, sering disebut resolusi, berkembang dari krisis hingga tirai ditutup untuk terakhir kalinya. Ini terkadang mengumpulkan banyak sekali alur action dan membawa situasinya ke suatu keseimbangan baru, dengan demikian akibatnya bisa jadi memuaskan, tapi mungkin juga mengecewakan impian penonton.
Karena tidak tahu bahwa Jliet hanya kelihatannya mati, Balthazar tiba di Mantua sebelum pendeta tiba dan memberi tahukan wacana janjkematian Juliet. Mendengar itu Romeo membeli racun untuk bunuh diri dimakam Juliet. Setelah membunuh Paris, Romeo mereguk racun itu. Ketika terjaga, Juliet menemukan Romeo yang sudah mati dan bunuh diri. Pertikaian kedua keluarga itu berakhir di atas dua kekasih yang sudah mati ( Babak V )
E. Kelengkapan Drama
- Naskah drama : skrip yang dijadikan panduan pemain sebelum pentas.
- Penulis naskah : orang yang menulis skenario dan obrolan dalam bentuk jadi naskah drama
- Sutradara : orang yang memimpin atau yang mengatur suatu kelompok drama.
- Pemain : orang yang berperan melakonkan cerita
- Lighting : pengatur cahaya dalam pementasan
- Tata busana/make up : serpihan kelengkapan drama yang bertugas merias dan memakaian propertis pakaian
- Tata bunyi : pengatur bunyi untuk memunculkan imbas tertentu dalam pementasan
- Tata panggung : kelengkapan drama yang mengatur latar setiap adegan
- Panggung : tempat bagi pemain untuk melakonkan cerita
F. Jenis – jenis Drama
Drama berdasarkan masanya sanggup dibedakan dalam dua jenis yaitu drama gres dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama gres ialah drama yang mempunyai tujuan untuk menawarkan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan insan sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama usang ialah drama khayalan yang umumnya menceritakan wacana kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, insiden luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
- Drama Komedi Drama komedi ialah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
- Drama Tragedi Drama bencana ialah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
- Drama Tragedi Komedi Drama tragedi-komedi ialah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
- Opera Opera ialah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
- Lelucon / Dagelan Lelucon ialah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
- Operet / Operette Operet ialah opera yang ceritanya lebih pendek.
- Pantomim Pantomim ialah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan badan atau bahasa kode tanpa pembicaraan.
- Tablau Tablau ialah drama yang menyerupai pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota badan dan mimik wajah pelakunya.
- Passie Passie ialah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
- Wayang Wayang ialah drama yang pemain dramanya ialah boneka wayang. Dan lain sebagainya.
G. AKTING YANG BAIK
Akting tidak hanya berupa obrolan saja, tetapi juga berupa gerak. Dialog yang baik ialah obrolan yang :
- terdengar (volume baik)
- jelas (artikulasi baik)
- dimengerti (lafal benar)
- menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa kiprah yang ditentukan dalam naskah)
- Gerak yang balk ialah gerak yang :
- terlihat (blocking baik)
- jelas (tidak ragu‑ragu, meyakinkan)
- dimengerti (sesuai dengan aturan gerak dalam kehidupan)
- menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa kiprah yang ditentukan dalam naskah)
Penjelasan :
- Volume bunyi yang baik ialah bunyi yang sanggup terdengar hingga jauh.
- Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan terang dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata‑kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
- Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan aturan pengucapan bahasa yang digunakan . Misalnya berani yang berarti “tidak takut” harus diucapkan berani bukan ber‑ani.
- Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus sanggup menjadikan kesan yang sesuai dengan tuntutan kiprah dalam naskah.
- Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak sanggup melihat pemain yang ditutupi.
- Pemain lebih baik terlihat sebagian besar serpihan depan badan daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini sanggup diatur dengan patokan sebagai berikut
- Kalau bangun menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
- Kalau bangun menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
- Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan hingga seluruh pemain mengelompok di satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:
- Bagian kanan lebih berat daripada kiri
- Bagian depan lebih berat daripada belakang
- Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
- Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
- Yang terang lebih berat daripada yang gelap
- Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk lezat dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung; Jelas, tidak ragu‑ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah‑setengah bahkan jangan hingga berlebihan. Kalau ragu‑ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari aturan gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka badan kita akan miring ke kiri, dsb. Menghayati berarti gerak‑gerak anggota badan maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan kiprah dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
H. PERKEMBANGAN DRAMA DI INDONESIA
Perkembangan drama di Indonesia tak sesemarak dan setua perkembangan puisi dan prosa. Kalau puisi dan prosa mengenal puisi usang dan porsa lama, tak demikianlah dengan drama. Genre sastra drama di Indonesia benar-benar baru, seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia, muncul pada tahun 1900-an.
Sastra drama di Indonesia ditulis pada awal era 19, tepatnya tahun 1901, oleh seorang peranakan Belanda berjulukan F. Wiggers, berupa sebuah drama satu babak berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno. Untuk selanjutnya bermunculanlah naskah-naskah drama dalam bahasa Melayu Rendah yang ditulis oleh para pengarang peranakan Belanda dan atau Tionghoa.
Selanjutnya, anak Indonesia sendiri yang mulai menulis drama. Berikut ini Anda akan disuguhi beberapa dramawan Indonesia dari mulai Rustam Effendi (lahir 1903) hingga dengan Hamdy Salad (lahir 1961).
I. MANFAAT DRAMA/TEATER
Banyak hal yang sanggup kita raih dalam bermain drama, baik fisik maupun psikis. Pembicaraan ini tidak akan memisahkan secara rinci antara bermain drama dan teater, lantaran keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Di bawah ini akan diuraikan manfaat bermain drama atau teater.
a. Meningkatkan pemahaman
Meningkatkan pemahaman kita terhadap fenomena dan kejadian-kejadian yang sering kita saksikan dan kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita menyadari bahwa memahami orang lain merupakan pekerjaan yang paling sulit dan membutuhkan waktu. Untuk itu drama/teater merupakan salah satu cara untuk memecahkannya. Dengan bermain drama atau berteater kita selalu berkumpul dengan orang-orang yang sama sekali berbeda dengan diri kita. Dari segi individual differences inilah kita dituntut untuk memahami orang lain. Pemahaman kita kepada orang lain tidak hanya dilihat dari orangnya, melainkan keseluruhan orang tersebut. Meliputi sifat, watak, cara berbicara, cara bertindak (tingkah laku), cara merespon suatu masalah, merupakan keadaan yang harus kita pahami dari orang tersebut.
b. Mempertajam kepekaan emosi
Drama melatih kita untuk menahan rasa, melatih kepekaan rasa, menumbuhkan kepekaan, dan mempertajam emosi kita. Rasa kadang-kadang tidak perlu dirasakan, lantaran sudah ada dalam diri kita. Perlu diingat bahwa rasa, sebagai sesuatu yang khas, perlu dipupuk biar semakin tajam. Apa yang ada dihadapan kita perlu adanya rasa. Kalau tidak, maka segala sesuatu yang ada akan kita anggap masuk akal saja. Padahal bekerjsama tidak demikian. Kita semakin peka terhadap sesuatu tentu saja melalui latihan yang lebih. Rasa indah, seimbang, tidak cocok, tidak asyik, tidak mesra ialah serpihan dari emosi. Oleh lantaran itu, perasaan perlu ditingkatkan untuk mencapai kepuasan batin.
Drama menyajikan semua itu. Peka panggung, peka kesalahan, peka keindahan, peka bunyi atau musik, peka lakuan yang tidak lezat dan enak, semua berasal dari rasa. Semakin kita perasa semakin halus pula balasan kita terhadap sesuatu yang kita hadapi.
c. Pengembangan ujar
Naskah drama sebagai genre sastra, hampir seluruhnya berisi cakapan. Cakapan secara tepat, intonasi, maka ujar kita semakin terang dan gampang dipahami oleh lawan bicara. Kejelasan tersebut sanggup membantu pendengar untuk mencerna makna yang ada. Harus ada kata yang ditekankan supaya memudahkan pemaknaan. Dimana kita memberi koma (,) dan titik (.). hampir keseluruhan konjungsi harus diperhatikan selam kita berlatih membaca dalam bermain drama. Suara yang tidak terang sanggup besar lengan berkuasa pada pendengar dan lebih-lebih pemaknaan pendengar atau penonton. Di sini perlu adanya kekuatan vokal dan warna vokal yang berbeda dalam setiap situasi. Tidak semua situasi memerlukan vokal yang sama. Tidak semua kalimat harus ditekan melainkan niscaya ada yang dipentingkan. Drama memberi semua kemungkinan ini. Sebagai salah satu karya sastra yang harus dipentaskan dan berisi lakuan serta ucapan.
d. Apresiasi dramatik.
Apresiasi dramatik dikatakan sebagai pemahaman drama. Realisasi pemahaman ini ialah dengan pernyataan baik dan tidak baik. Kita bisa memberi pernyataan tersebut jika kita tidak pernah mengenal drama. Semakin sering kita menonton pementasan drama semakin luas pula pemahaman kita terhadap drama atau teater. Karena itulah, kita dituntut untuk lebih meningkatkan kecintaan kita terhadap drama. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh wawasan dramatik yang lebih baik.
e. Pembentukan Postur Tubuh
Postur berkaitan bersahabat dengan latihan bermain drama, latihan ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu dasar dan lanjut. Yang termasuk latihan dasar ini ialah latihan vokal dan latihan olah tubuh. Yang terkait dengan postur ialah olah tubuh. Kelenturan badan diharapkan dalam bermain drama, lantaran bermain drama memerlukan gerak-gerik. Gerak-gerik inilah yang nantinya sanggup membentuk postur badan kita sedemikian rupa.
f. Berkelompok (Bersosialisasi)
Bermain drama mustahil dilaksanakan sendirian, kecuali monoplay. Bermain drama, secara umum, dilakukan secara berkelompok atau group. Betapa sulitnya mengatur kelompok sudah kita pahami bersama, bagaimana kita bisa hidup secara berkelompok ialah bergantung pada diri kita sendiri. Masing-masing orang dalam kelompok drama mempunyai kiprah dan tanggung jawab yang sama. Tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang, semuanya sama rendah dan sama tinggi, sama-sama penting. Untuk itu, drama selalu menekankan pada perilaku pemahaman kepada orang lain dan lingkungannya. Kelompok drama harus merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua unsur dalam drama tidak ada yang tidak penting, melainkan semuanya penting. Rasa kebersamaan, memiliki, dan menjaga keharmonisan kelompok merupakan tanggung jawab dan kiprah semua anggota kelompok itu. Bukan hanya kiprah dan tanggung jawab ketua kelompok. Baik buruknya pementasan drama tidak akan dinilai dari salah seorang anggota kelompok tetapi semua orang yang terlibat dalam pementasan. Oleh lantaran itu, perlu adanya kekompakan, kebersamaan, dan kesatuan serta keutuhan.
g. Menyalurkan hobi
Bermain drama sanggup juga dikatakan sebagai penyalur hobi. Hobi yang berkaitan dengan sastra secara umum dan drama khususnya. Dalam drama terdapat unsur-unsur sastra. Drama sebagai seni gabungan (sastra, tari, arsitektur).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Drama ialah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau obrolan itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action.
- Sebuah buku yang berjudul A History of the theatre mengambarkan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal.
BAB I
PENDAHULUAN
Sastra intinya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya ialah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan wacana kehidupan manusia. Oleh lantaran itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi wacana permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar insan untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Biasanya kesusastraan dibagi berdasarkan tempat geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Drama / teater ialah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup.
Selain itu, seni drama / teater juga telah menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun pemeran akan menerima laba financial serta menjadi terkenal, tetapi sebelum hingga ke situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang profesionalitas biar sanggup berkembang terus.
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini guna membantu para pembaca yang ingin menekuni dunia drama. Selain wacana pengertian dan unsur – unsur drama, makalah ini juga memuat catatan wacana manfaat drama serta dilengkapi juga dengan panduan bagaimana akting yang baik.
Demikian citra isi makalah ini dari penulis. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.
Selamat Membaca…!!
DAFTAR PUSTAKA
1. http://sendratasik.wordpress.com/2008/12/05/pengertian-drama-dan-teknik-penulisan-naskah-drama/
2. http://www.slideshare.net/hanifphone/drama-429983
3. http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/
4. http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-pelajaran-bahasa-indonesia
5. http://my-name-is-sedre.jimdo.com/2009/05/09/pengetahuan-dasar-teater-dan-drama
6. http://awan965.wordpress.com/2008/02/27/perkembangan-sastra-di-indonesia/