Pengertian Cerpen Pada Penelitian
Tuesday, July 9, 2019
Edit
OLAH RAGA PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN JEMBRANA
I Pengetahuan dan Ruang Lingkup Materi
Sebelum menulis dongeng pendek siswa hendaknya mempunyai pengetahuan dasar perihal pengertian, karakteristik, unsur-unsur pembentuk , antomi, teknik menulis dongeng pendek,serta pengetahuan pendukung lainnya. Materi berikut merupakan materi pengembangan dari materi kelas X pada KD 1.2 semester I dan KD 13.1 dan KD 13.2 pada semester II. Yaitu perihal unsur instrinsik dan ekstrinsik dalam prosa fiksi. Sehingga berdasarkan hierarki materi pada Standar Isi dan Silabus, materi tersebut sanggup menuntun siswa untuk mencapai kompetensi yang ingin dicapai yaitu menulis dongeng pendek berdasarkan pengalaman diri sendiri dan berdasarkan pengalaman orang lain.
1. Pengertian Cerpen
Sebelum kita mulai menulis cerpen, hal pertama yang perlu kita persiapkan yakni pemahaman terhadap cerpen itu sendiri.Baik menyangkut pengertian, karakteristik, isi maupun bentuknya.
Sebenarnya, tidak ada rumusan yang baku mengenai apa itu cerpen. Kalangan sasterawan mempunyai rumusan yang tidak sama. H.B. Jassin –Sang Paus Sastra Indonesia- menyampaikan bahwa yang disebut dongeng pendek harus mempunyai penggalan perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian.
A. Bakar Hamid dalam goresan pena “Pengertian Cerpen” beropini bahwa yang disebut dongeng pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai: antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan. Sedangkan Aoh. KH, mendefinisikan bahwa cerpen yakni salah satu ragam fiksi atau dongeng rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek. Dan masih banyak sastrawan yang merumuskan definisi cerpen. Rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga tidak saling bertentangan satu sama lain.
Hampir semuanya menyepakati pada satu kesimpulan bahwa dongeng pendek atau yang biasa disingkat cerpen yakni dongeng rekaan yang pendek.Dari beberapa buku dan uraian yang layak dijadikan pedoman, sepertinya pendapat pakar dongeng pendek dunia, Edgar Allan Poe, sangat cocok menjadi panduan- lantaran secara teoritis ia memenuhi kriteria ilmiah, tetapi secara mudah ia sanggup diaplikasikan. Pendapat yang dirinci Muhammad Diponegoro dalam bukunya Yuk, Nulis Cerpen Yuk disederhanakan sebagai berikut:Pertama, dongeng pendek harus pendek.
Seberapa pendeknya? Sebatas rampung baca sekali duduk menunggu bus atau kereta api, atau sambil antre karcis bioskop. Disamping itu ia juga harus memberi kesan secara terus-menerus hingga kalimat terakhir, berarti dongeng pendek harus ketat, tidak mengobral detail, obrolan hanya diharapkan untuk menampakkan watak, atau menjalankan dongeng atau menampilkan problem. Kedua, dongeng pendek mengalir dalam arus untuk membuat imbas tunggal dan unik.
Menurut Poe ketunggalan pikiran dan agresi bisa dikembangkan lewat satu garis dari awal hingga akhir. Di dalam dongeng pendek tak dimungkinkan terjadi aneka insiden digresi. Isi dongeng pendek harus ketat dan padat. Setiap detil harus mengarus pada pada satu imbas saja yang berakhir pada kesan tunggal. Oleh lantaran itu ekonomisasi kata dan kalimat – sebagai salah satu ketrampilan yang dituntut bagi seorang cerpenis. Cerita pendek juga harus bisa meyakinkan pembacanya bahwa ceritanya benar-benar terjadi, bukan suatu bikinan, rekaan.
Itulah sebabnya dibutuhkan suatu ketrampilan khusus, adanya konsistensi dari perilaku dan gerak tokoh, bahwa mereka benar-benar hidup, sebagaimana insan yang hidup.Kelima, dongeng pendek harus menyebabkan kesan yang selesai, tidak lagi mengusik dan menggoda, lantaran ceritanya menyerupai masih berlanjut. Kesan selesai itu benar-benar meyakinkan pembaca, bahwa dongeng itu telah tamat, hingga titik akhirnya, tidak ada jalan lain lagi, dongeng benar-benar rampung berhenti di situ.
II. Karakteristik Cerpen
Gambaran umum karakteristik cerpen bisa ditangkap dalam rumusan Edgar Alan Poe, di atas. Untuk mempertegas perbedaan cerpen dengan novel, Ismail Marahimin, dalam Menulis Secara Populer menjelaskan bahwa cerpen memang harus pendek dan singkat. Sedangkan dongeng rekaan yang panjang yakni novel. Apa ukuran panjang-pendek suatu cerpen itu? Jumlah halamannyakah? Jumlah kata-katanyakah?
Menjawab hal ini, rumusan Poe cukup menjelaskan. Meskipun ada yang beropini jumlah katanya tidak lebih dari 10.000 kata (The Liang Gie). Ada yang membatasi jumlah katanya antara 500 – 30.000 kata (Helvy Tiana Rosa).Yang jelas, karakteristik utama cerpen yakni pendek dan singkat. Di dalam dongeng yang singkat itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak jumlahnya, bisa jadi hanya seorang, atau bisa juga hingga sekitar empat orang paling banyak. Itu pun tidak seluruh kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh itu diungkapkan di dalam cerita.
Fokus atau, sentra perhatian, di dalam dongeng itu pun hanya satu. Konfliknya pun hanya satu, dan ketika dongeng itu dimulai, konflik itu sudah hadir di situ. Tinggal bagaimana menuntaskan saja.Karena pendeknya, kita biasanya tidaklah menemukan adanya perkembangan di dalam cerita. Tidak ada cabang-cabang cerita.
Tidak ada kelebatan-kelebatan pemikiran tokoh-tokohnya yang melebar ke pelbagai hal dan masalah. Peristiwanya singkat saja. Kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh, pun tidak berkembang, dan kita tidak menyaksikan adanya perubahan nasib tokoh, atau tokoh-tokoh ini ketika dongeng berakhir. Dan ketika konfik yang satu itu terselesaikan, kita tidak pula tahu bagaimana kelanjutan kehidupan tokoh, atau tokoh-tokoh, dongeng itu.Dan lantaran jumlah tokoh terbatas, peristiwanya singkat, waktu berlangsungnya tidak begitu lama, kata-kata yang digunakan harus hemat, sempurna dan padat, maka –diatara karakteristik cerpen- kawasan kejadiannya pun juga terbatas, berkisar 1-3 kawasan saja.
Perlu ditegaskan bahwa cerpen bukan penggalan sebuah novel. Bukan pula sebuah novel yang dipersingkat. Cerpen itu yakni sebuah dongeng rekaan yang lengkap: tidak ada, tidak perlu, dan harus tidak ada suplemen lain. Cerpen yakni sebuah genre atau jenis, yang berbeda dengan novel.Namun demikian, sebuah cerpen meskipun singkat tetap harus mempunyai tikaian dramatik, atau dalam bahasa The Liang Gie konflik dramatik, yaitu perbenturan kekuatan yang berlawanan. Baik benturan itu terlihat positif ataupun tersamarkan. Sebab inilah inti suatu cerpen.
III. Unsur-Unsur Dalam Sebuah Cerpen
1. Tema
Tema yakni gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan. Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema yakni sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.Tidak mungkin sebuah dongeng tidak mempunyai ide pokok. Yaitu sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu biasanya yakni masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup si pengarang dalam menempuh kehidupan luas ini.
Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya secara gamblang dan final, tetapi ia bisa saja hanya memberikan sebuah masalah kehidupan dan risikonya terserah pembaca untuk menyikapi dan menyelesaikannya. Secara tradisional, tema itu bisa dijelaskan dengan kalimat sederhana, seperti:
Kejahatan pada risikonya akan dikalahkan oleh kebaikan.
Persahabatan sejati yakni setia dalam suka dan duka.
Cinta yakni energi kehidupan, lantaran itu cinta sanggup mengatasi segala kesulitan. Dan lain sebagainya.
Cerpen yang baik dan besar biasanya menyajikan banyak sekali dilema yang kompleks. Namun, selalu punya sentra tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah lainnya dalam dongeng itu. Misalnya cerpen “Salju Kapas Putih” karya Satyagraha Hoerip. Cerpen ini melukiskan pengalaman “aku” di negeri aneh dengan baik sekali, tetapi secara tajam cerpen ini menyorot masalah moral. Tokoh “aku” sanggup bertahan dari godaan berbuat serong lantaran pertimbangan moral.
2. Alur atau Plot
Alur atau Plot merupakan rangkaian insiden yang menggerakkan dongeng untuk mencapai imbas tertentu. Banyak anggapan keliru mengenai plot. Sementara orang menganggap plot yakni jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot yakni suatu permufakatan atau rancangan diam-diam guna mencapai tujuan tertentu.
Rancangan perihal tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi semua kegiatan untuk mencapai yang diinginkan itulah plot.Atau, secara lebih gamblang plot yakni –menurut Aswendo Atmowiloto- sebab-akibat yang membuat dongeng berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide dasar.
Semua insiden yang terjadi di dalam dongeng pendek harus berdasarkan aturan sebab-akibat, sehingga plot terang tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa. Sehingga Jakob Sumardjo dalam Seluk-beluk Cerita Pendek menjelaskan perihal plot dengan mengatakan, “Contoh terkenal menandakan arti plot yakni begini: Raja mati. Itu disebut jalan cerita. Tetapi raja mati lantaran sakit hati, yakni plot.”Dalam cerpen biasanya digunakan plot ketat artinya bila salah satu insiden ditiadakan jalan dongeng menjadi terganggu dan bisa jadi, tak bisa dipahami.
Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Plot keras, jika selesai dongeng meledak keras di luar dugaan pembaca. Contohnya: cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia legendaris, cerpen-cerpen Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan Mesiu, cerpen-cerpen Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di Sumbing.
Plot lembut, jika selesai dongeng berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun tetap disampaikan dengan mengesan sehingga menyerupai terus tergiang di indera pendengaran pembaca. Contoh, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam, cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir semua cerpen Guy de Maupassant, pengarang Perancis memakai plot berbisik.
Plot lembut-meledak, atau plot meledak-lembut yakni adonan plot keras dan lembut. Contoh: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson Poyk, cerpen Bulan Mati karya R. Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul Topeng bisa dimasukkan di sini.
Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan cempuran keduanya. Kaprikornus sifat plot ada kalanya;
- Terbuka. Jika selesai dongeng merangsang pembaca untuk membuatkan jalan cerita, di samping masalah dasar persoalan.
- Tertutup. Akhir dongeng tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Contoh Godlobnya Danarto.3. Campuran keduanya.
- PenokohanYaitu penciptaan gambaran tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan positif hingga pembaca mencicipi kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya membuat citra, tabiat dan abjad tokoh tersebut.
Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah dongeng pendek.Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan banyak sekali cara, diantaranya melalui:
- Tindakan, ucapan dan pikirannya
- Tempat tokoh tersebut berada
- Benda-benda di sekitar tokoh
- Kesan tokoh lain terhadap dirinya
- Deskripsi eksklusif secara naratif oleh pengarang
4. Latar atau Setting
Latar atau setting yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, lantaran latar harus bersatu dengan sahabat dan plot untuk menghasilkan dongeng pendek yang gempal, padat, dan berkualitas. Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan tema dan plot. Cerpen saya, Bayi-bayi Tertawa yang mengambil setting khas Palestina, dengan watak, budaya, emosi, kondisi geografi yang sangat khas Palestina tentu akan menjadi lucu jika settingnya dipindah di Ponorogo. Jelas bahwa setting akan sangat menentukan tabiat dan abjad tokoh.
5.Sudut Pandangan Tokoh
Di antara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun dongeng pendek yakni sudut pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita.
Kaprikornus sudut pangan ini sangat dekat dengan teknik bercerita.Sudut pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
- Sudut pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang memakai sudut pandang “aku” atau “saya”. Di sini yang harus diperhatikan yakni pengarang harus netral dengan “aku” dan “saya”nya.
- Sudut pandang orang ketiga, biasanya pengarang memakai tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul” misalnya.
- Sudut pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan tokoh-tokohnya. Seluruh insiden dan kegiatan tokoh diberi komentar dan tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan insiden yang diceritakan. Dalam “Sekelumit Nyanyian Sunda” Nasjah Djamin sangat baik memakai teknik ini.
- Sudut pandangan yang berkuasa yakni teknik yang memakai kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat dongeng sangat informatif. Sudut pandanga ini lebih cocok untuk cerita-cerita bertendens. Para pujangga Balai Pustaka banyak yang memakai teknik ini. Jika tidak hati-hati dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui.
IV. Anatomi Cerita Pendek
Setelah mengerti betul definisi cerpen, karakteristik cerpen dan unsur-unsur yang wajib ada dalam membangun cerpen, maka sejatinya Anda sudah sangat siap untuk membuat sebuah cerpen. Sebelum menulis cerpen ada baiknya anda mengetahui anatomi cerpen atau bisa juga disebut struktur cerita.
Umumnya anatomi cerpen, apapun temanya, di manapun settingnya, apapun jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya mempunyai anatomi sebagai berikut:
- Situasi (pengarang membuka cerita)
- Peristiwa-peristiwa terjadi
- Peristiwa-peristiwa memuncak
- Klimaks
- Anti Klimaks
Atau, komposisi cerpen, sebagaimana ditandaskan H.B.Jassin sanggup dikatakan sebagai berikut:
- Perkenalan
- Pertikaian
- Penyelesaian
Cerpen yang baik yakni yang mempunyai anatomi dan struktur dongeng yang seimbang. Kelemahan utama penulis cerpen pemula biasanya di struktur dongeng ini. Helvy Tiana Rosa selama menjadi pimred Annida dan melihat kelemahan mereka itu dan berkomentar,“Cerpenis-cerpenis pemula biasanya kurang memperhatikan proporsionalitas struktur cerita.
Banyak di antara mereka yang berpanjang-panjang ria dalam menulis pembukaan cerpennya. Mereka menceritakan semua, seolah takut para pembaca tak mengerti apa yang akan atau sedang mereka ceritakan. Akibatnya sering satu hingga dua halaman pertama karya mereka masih belum terang akan menceritakan perihal apa. Hanya pengenalan dan pemaparan yang bertele-tele dan membosankan. Konflik yang seharusnya dibahas dengan lebih jelas, luas dan lengkap, sering malah disinggung sambil kemudian saja. Pengakhiran konflik pun dibentuk sekedarnya. Tahu-tahu sudah penyelesaian. Padahal inti dari cerpen yakni konflik itu sendiri. Kaprikornus jangan hingga pembukaan cerpen menyamai apalagi hingga menelan konflik tersebut.”
V. Trik Menulis Cerpen Memiliki Daya Pikat
Agar cerpen bisa memikat pembaca, trik-trik berikut ini bisa dipertimbangkan baik-baik:
- Carilah ide dongeng yang menarik dan tidak klise. Mengulang ide dongeng semisal “Bawang Merah dan Bawang Putih” yakni pilihan yang kurang tepat, lantaran akan tampak sangat klise dan menjadi tidak menarik pembaca.
- Buatlah lead, paragraf awal dan kalimat epilog dongeng yang semenarik mungkin. Alinea awal dan alinea selesai sangat mementukan keberhasilan sebuah cerpen. Alinea awal berfungsi menggiring pembaca untuk menelusuri dan masuk dalam dongeng yang dibacanya. Sedangkan kalimat selesai yakni kunci kesan yang disampaikan pengarang. Kunci kesan ini sangat penting, lantaran cerpen yang memperlihatkan kesan yang mendalam di hati pembacanya, akan selalu dikenang.
- Buat judul dongeng yang cantik dan menarik. Sebagaimana buku, dongeng yang cantik tidak semuanya dibaca orang. Salah satu penyebabnya yakni kalimat pembuka yang jelek dan judul yang mati, tidak menggugah rasa ingin tahu pembacanya. M. Fauzil Adhim dalam bukunya Dunia Kata menjelaskan beberapa hal yang seyogyanya diperhatikan dalam menulis judul:Pertama, judul sebaiknya singkat dan mudah diingat.Kedua, judul harus mudah diucapkan. Dan yang ketiga, besar lengan berkuasa maknanya.
- Perhatikan teknik penceritaan. Teknik yang digunakan pengarang menyangkut penokohan, penyusunan konflik. pembangunan tegangan dan penyajian dongeng secara utuh. Jangan hingga pembaca sudah jenuh di awal cerita. Untuk menghindari kejenuhan pembaca di awal dongeng bisa kita gunakan teknik:-in medias res (memulai dongeng dari tengah)-flash back (sorot balik, penyelaan kronologis)Anton Chekov menyarankan : “Lipat dualah halaman pertama cerpenmu, kemudian robek dua dan buang sobekan yang sebelah atas.”
- Buatlah suspense, kejutan-kejutan yang muncul tiba-tiba (bedakan dengan faktor kebetulan), jangan terjebak pada dongeng yang bertele-tele dan mudah ditebak.
- Cerpen harus mengandung kebenaran, keterharuan dan keindahan. Elizabeth Jolley, mengatakan, “Saya berhati-hati semoga tidak membuat kesalahan. Sungai saya tidak pernah mengalir ke hulu.”Gabriel Garcia Marquez, sastrawan besar dari Kolumbia yang meraih novel itu berkata, “Pujian terbesar untuk karya saya tertuju kepada imajinasi, padahal tidak satu pun baris dalam semua karya saya yang tidak berpijak pada kenyataan.”
- Ingat bahwa setiap pengarang mempunyai gaya khas. Pakailah gaya sendiri, jangan meniru. Gunakan bahasa yang komunikatif. Hindari gaya berlebihan dan kata-kata yang terlalu muluk.
- Perhatikan setiap tanda baca dan aturan berbahasa yang baik, tetapi tetap tidak kaku. Jangan bosan untuk membaca dan mengedit ulang cerpen yang telah anda selesaikan.Akhirnya, ketika Anda berniat menggoreskan pena menulis cerpen ingatlah pesan J.K. Rowling, siapa tahu ada manfaatnya.
Setelah membaca teori perihal cerpen tersebut, langkah selanjutnya yakni mulailah menulis cerpen dari apa saja yang kau tahu. Menulislah perihal pengalaman dan perasaanmu sendiri atau memanfaatkan pengalaman yang dialami oleh sahabat atau orang lain. Lalu ketika menulis cerpen ingat pesan Edgar Allan Poe, semoga cerpenmu berbobot, Dalam cerpen tak boleh ada satu kata pun yang terbuang percuma, harus punya fungsi, tujuan dalam komposisi keseluruhan.
Selamat menulis cerpen!
VI. Manfaat Menulis Cerita Pendek
Siapapun niscaya merasa gembira jika cerpennya dimuat di majalah atau surat kabar terkenal. Kebanggaan itu mempunyai alasan yang jelas, selain memperlihatkan prestasi kerja juga lantaran disebabkan bahwa kita telah menjadi penggalan dari komunitas penulis yang tidak semua orang sanggup melakukannya.
Menulis cerpen memberi kita banyak keuntungan, mulai dari diberi ucapan selamat dari teman-temannya, diberi predikat gres sebagai “sastrawan”, mendapat honorarium, dan mungkin bagi siswa, guru Bahasa Indonesianya memperlihatkan “bonus” nilai serta penghargaan lain yang mengaggumkan..
VII Motivasi Menulis Cerpen
Menulis cerpen juga menyerupai kita bekerja harus mempunyai tujuan. Nah untuk mewujudkan tujuan itu dengan mudah biasanya seseorang membutuhkan tips atau kiat yang efektif dalam usahanya mewujudkan tujuan-tujuannya. Berikut yakni beberapa tips dalam menulis dongeng pendek.
1. Menulis Harus Ada Minat
Arswendo Atmowiloto menyampaikan bahwa menulis itu mudah asalkan ada minat dan harapan yang besar lengan berkuasa untuk menjadi seorang penulis. Ada gairah yang menggebu-gebu untuk menulis. Gairah ini akan mengantarkan kita pada semangat ‘saya niscaya bisa’. Tanpa itu, hanya akan melahirkan seorang penulis iseng yang se-ala kadarnya saja.
2. Rajinlah Membaca.
Seringkali kita membaca buku hanya pada ketika menjelang ujian (sekedar untuk kepentingan merebut nilai tinggi). Membaca, hanya sekedar menghafal. Membaca yang dimaksud di sini yakni benar-benar untuk mengerti, memahami dan menikmati isi buku. Jika anda ingin menjadi seorang kolomnis maka banyaklah membaca opini di media massa. Jika anda ingin menjadi seorang novelis atau cerpenis maka banyaklah membaca novel dan cerpen yang memungkinkan anda cerna, menikmati dan memalsukan isinya. Agar bisa menulis, usahakanlah banyak membaca. Hanya perlu dicatat, mulailah dengan membaca sesuatu yang mudah dimengerti dan sesuaikan dengan jenis goresan pena apa yang ingin anda tekuni.
Misalnya anda ingin menjadi seorang cerpenis remaja. Maka banyaklah membaca cerpen-cerpen sampaumur di majalah sampaumur maupun di dalam buku kumpulan cerpen. Perhatikan bagaimana cara penulisannya dari awal hingga selesai dan bagaimana penulisnya mengelola konflik sampaumur dalam bentuk dongeng menarik. Karya orang lain penting untuk dijadikan rujukan bagi seorang pemula.
3. Mulailah Dengan menulis Cerpen Singkat.
Banyak orang yang mengeluh, bahwa ia sudah banyak membaca novel dan cerpen tetapi tidak juga bisa menulis sebuah cerpenpun. Ada juga yang menyampaikan apabila ia paling berilmu bercerita ekspresi kepada temannya namun amat sulit menuangkan ke dalam bentuk tulisan.
Mulailah dengan menulis cerpen yang singkat dan semanpu anda menulisnya. Sebaiknya tidak usah dulu mengacu pada standar penulisan cerpen di majalah atau ketentuan dalan lomba. Semakin sering mencoba menulis cerpen, dengan gaya menyerupai apapun, kita akan semakin terbiasa dan menguasai teknik menulis cerpen. Apalagi diringi dengan membaca dan meminta bimbingan khusus dari seseorang yang sudah mahir menulis.
4. Latihan dengan teknik “Copy the Master”
Cara ini yakni dengan memalsukan gaya penulisan seorang master. Ingat yang akan kita tiru yakni gaya penulisannya bukan isi. Karena jika kita mengkopi isinya kita akan dikatakan sebagai seorang plagiat. Ingatlah bahwa ini hanya untuk latihan saja, hingga kita benar-benar bisa menulis secara mandiri.
Pertama-tama kita pilih dulu goresan pena orang lain yang kita anggap menarik dan sesuai dengan kemampuan kita. Misalnya sebuah cerpen yang berjudul Guru karya Putu Wijaya. Kemudian kita tiru gaya sang maestro tersebut, mulailah dari judulnya kalau Putu Wijaya menentukan judul “Guru” kita bisa menentukan profesi yang lain contohnya “Petani, Pelaut, Pilot “ dan lain sebagainya. Langkah berikutnya bacalah karya master kita secara utuh. Perhatikan dengan seksama cara maestro kita membuka ceritanya. Bagian pembuka yakni penggalan terpenting yang patut kita pelajari atau kita tiru. Ingatlah penggalan tersulit dari menulis bagi pemula yakni bagaimana memulainya. Sedangkan bagi seorang penulis handal bagina tersulit yakni bagaimana mengakhirinya. Nah sebagai latihan, tirulah gaya sang maestro memulai ceritanya.
Setelah bisa membuat paragraf pembuka dongeng pelajarilah teknik sang maestro menghadirkan abjad dan tokohnya. Hal yang perlu kita pelajari dan tiru di sini yakni teknik mengadirkan obrolan antar tokoh dan ketokohannya sesuai dengan karakternya. Karakter tokoh biasanya dipengaruhi oleh pendidikan tokoh, latar belakang budaya, latar belakang sosial-ekonomi, politik , suasana dan tempat. Tokoh dengan nama Kompyang yang berasal dari Bali, berbeda karakternya dengan tokoh Matias yang berasal dari Papua. Ingat untuk menghadirkan tokoh yang kuat, kita harus mempunyai wawasan yang cukup perihal latar budaya, sosial, dan lain sebaginya. Untuk itu kita perlu membaca rujukan menyerupai buku sosiologi atau lingkup budaya sang tokoh. Semakin banyak rujukan yang kita miliki maka semakin kompleks pula abjad tokoh yang bisa kita hadirkan.
Bila kita sudah bisa membuatkan paragraf pembuka secara baik, pastikan bahwa dongeng kita mempunyai alur yang terang sehingga komplik dongeng sanggup dilukiskan secara tegas. Buatlah denah alur. Rumuskanlah apa penyebab konfliknya, bagaimana komplik itu terjadi dan bagaimana penyelesaiannya.
VII. Faktor kunci dalam menulis cerpen
1. Memamanajemen Peristiwa, Tokoh, Konflik
Ciri utama sebuah dongeng yakni dikemas dalam bentuk narasi. Narasi didasarkan pada satu kesatuan urutan insiden atau peristiwa. Dalam kejadian-kejadian tersebut terdapat tokoh. Tokoh-tokoh tersebut menghadapi serangkaian konflik atau pertikaian. Pada prinsipnya urutan peristiwa, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Kesatuan dari urutan peristiwa, tokoh, dan konflik itulah yang sering disebut alur atau plot.
Peristiwa dalam narasi bisa berupa fakta, bisa pula rekaan /fiktif. Narasi yang berisi fakta antara lain biografi (riwayat hidup seseorang), otobiografi (riwayat hidup seseorang yang ditulisnya sendiri. Narasi yang berisi fiksi atau rekaan antara lain novel, dongeng pendek, dongeng bersambung, atau dongeng bergambar. Plot atau alur dalam sebua narasi sanggup berupa alur tunggal, sanggup pula terdiri dari alur utama dan beberapa buah alur suplemen atau sub-plot.
Cerita yang kita buat akan mempunyai abjad jika kita berhasil menghadirkan tokoh dengan abjad yang besar lengan berkuasa dalam dongeng sepanjang alur cerita. Kuat lemahnya abjad tokoh dalam dongeng biasanya terlihat ketika dihadapkan pada konflik cerita.
2. Latar dan Warna
Alur dongeng (kejadian, konflik, dan tokoh) tentu saja tidak terjadi dari kekosongan (vacuum). Pasti insiden tersebut terjadi pada waktu tertentu dan di kawasan tertentu. Maka alur terikat pada latar waktu dan latar tempat. Latar kawasan dan latar waktu membutuhkan kekhususan dan ketajaman deskripsi yang memperlihatkan pada pembaca bahwa waktu dan kawasan insiden tersebut benar-bena khas sehingga dongeng tidak daat dipindahkan secara sembarangan lantaran kekhasan tersebut memperlihatkan nilai tertentu. Inilah yang disebut sebagai warna lokal dalam cerita. Warna lokal ini diciptakan dengan memperlihatkan deskripsi yang teliti perihal lokasi, benda-benda, tokoh-tokoh serta kebiasaan-kebiasaan setempat, obrolan tokoh-tokohnya yang mengandung dialek-dialek tertentu
3. Kerangka (Kisi-kisi Alur)
Kerangka atau kisi-kisi alur sangat penting untuk dibentuk sebelum kita menulis cerpen. Kisi-kisi alur ini digunakan untk menjaga semoga dalam dongeng yang akan kita buat tidak terjadi anakronisme, yaitu insiden yang salah waktu dan tempatnya. Di samping itu, kisi-kisi ini juga berkhasiat untuk mempertahankan dongeng semoga dalam pengembangannya dongeng tetap terfokus pada konflik yang direncanakan, tidak melantur ke mana-mana.
Posisi ”Kita”Dalam sebuah narasi tentu saja ada yang bercerita, yang menceritakan kepada kita apa saja yang terjadi. De fakto yang bercerita yakni penulis dongeng itu. Penulis dongeng dalam bercerita sanggup mengambil posisi sebagai orang di luar dongeng yang menceritakan segala sesuatu yang dilihat dan didengarnya. Atau, bisa pula penulis mengambil posisi seperti ia berada di dalam dongeng tersebut. Ia ikut menjadi salahsatu tokoh dalam dongeng yang dibuatnya itu.Pengambilan posisi diri ini sangat mempengaruhi dongeng yang akan dibuatnya. Maka, diharapkan pertimbangan matang untuk menentukan gaya pertama, atau gaya kedua sehingga nantinya terdapat konsistensi dalam bercerita.
4. Percakapan (Dialog)
Sebenarnya tidak ada aturan baku yang mengatur seberapa besar porsi obrolan dalam sebuah cerita. Artinya, boleh saja sebuah cerpen semenjak awal hingga selesai isinya obrolan antartokoh. Porsi deskripsi latar dan peristiwanya dibentuk seminimal mungkin. Namun, boleh juga sebuah cerpen hanya terdiri dari deskripsi semua, tidak ada obrolan sama sekali.Hanya, rasa-rasanya akan menjadi cerpen yang tidak yummy dibaca ketika tidak terdapat keseimbangan antara obrolan dan deskripsi latar.
IX Mencari inspirasi dan ispirasi dongeng pendek
Setiap orang niscaya pernah mendapat masalah dan setiap masalah tersebut pastilah ada kronologisnya (memiliki alur). Nah semua masalah tersebut termasuk yang kita alami sebetulnya merupakan sumber inspirasi. Yang pasti, nyaris semua pengarang pernah menulis cerpen berdasarkan kisah nyata, baik itu pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain atau insiden tertentu yang dilihat oleh si pengarang.
Supaya dongeng kita menarik, lakukalah rekayasa dratikal dongeng sehingga apa yang kita tulis idenya tetap riil. Rekayasa dramatik dalam dongeng penting artinya supaya cerpen yang kita buat isinya tidak sama persis dengan kisah nyatanya. Artinya dengan melaksanakan rekayasa kisah nyata, imajinasi dan logika bersastra kita akan tumbuh sehingga secara perlahan wawasan sastra kita akan tumbuh dan berkembang pula. Ini merupakan penggalan terpenting yang harus dilakukan oleh seorang calon pengarang. Semakin tinggi kemampuan kita merekayasa kisah-kisah nyata, akan semakin tajam pula intuisi kita dalam membentuk kualitas dongeng yang kita buat.
Ingatlah sekali lagi bahwa kisah positif hanyalah sebuah IDE. Sebagai ide, kita bebas mengembangkannya. Mau kita ubah ceritanya, ditambahi, dikurangi, dan seterusnya, semua terserah kita. Tak ada yang melarang. Toh kisah positif itu bukan sebuah sejarah, hanya insiden sehari-hari yang biasa.
Untuk mengubah ataupun merekayasa kisah positif menjadi cerpen,, kita sanggup menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
- Carilah penggalan dari kisah positif itu yang kita anggap menarik. Bagian yang kurang menarik, atau tidak menarik sama sekali, lupakan saja.
- Galilah penggalan yang menarik tersebut, kemudian kembangkan ceritanya sesuai harapan kita.
- Kalau perlu, carilah sudut pandang yang unik, semoga ceritanya menjadi lebih bagus.
Setelah itu, kita bisa eksklusif menulis cerpennya. Saat menulis ini, kita sudah boleh membuang jauh-jauh si kisah positif tersebut. Lupakan saja. Toh kita sudah punya modal berupa ke-3 poin di atas.
Yang juga penting, jangan merasa "terbebani" oleh hal-hal yang menempel pada kisah positif tersebut, lantaran kita bisa mengubah semuanya sesuka kita. Sebagai contoh, si pelaku pada kisah positif yakni seorang pria. Ketika diubah jadi cerpen, jenis kelaminnya kita ubah jadi wanita. Atau, kisah positif ini terjadi di Jakarta, tapi pada cerpennya diubah menjadi New York. Dan seterusnya. Ini semua boleh-boleh saja. Asalkan dongeng yang kita buat tetap logis (masuk akal) dan menarik.
Uji Kompetensi
KD 16.1 Menulis cerpen berdasarkan kehidupan diri sendiri
- Tulislah sebuah cerpen dengan memakai teknik Copy the Master
- Gunakanlah master yang telah kalian pilih berdasarkan aba-aba dari penugasan guru pada pertemuan sebelumnya.
- Tulislah cerpen dengan memperhatikan langkah-langkah berikut.
Langkah –langkah
- Bacalah master tersebut antara dua hingga dengan empat kali
- Pelajari teknik pengarang membuka dongeng dengan seksama dan cobalah membuat paragraf pembuka dongeng dengan cara yang sama dengan setting yang berbeda.
- Gantilah nama-nama tokoh dongeng dan karakternya.
- Gantilah setting ceritanya sesuai dengan latar budaya dan karakteristik para tokoh.
- Perhatikan secara cermat tata cara penulisan obrolan antar tokoh dalam cerita
- Pelajari cara pengarang mengakhir cerita.
- Mulailah berlatih untuk membuatkan cerita.
- Minta komentar orang lain atau sahabat untuk mendapat masukan atau koreksi
- Lakukan perbaikan atau revisi berdasarkan masukan dari guru atau orang lain.
- Minta komentar sahabat atau orang lain sekali lagi
- Lakukan pebaikan untuk kedua kalinya
- Naskah dongeng selesai dikumpulkan untuk mendapat evaluasi dari guru.
Uji Kompetensi 2
KD.16.2 Menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain
Menulis cerpen dengan teknik stimulans paragraf pembuka
- Tulislah sebuah cerpen dengan teknik melanjutkan paragraf pembuka dongeng pada lembar portofolio siswa
- Panjang cerpen dalam uji kompetensi tersebut antara 1500 hingga dengan 3000 kata.
- Tulislah cerpen dengan memperhatikan langkah-langkah berikut.
Arswendo Atmowiloto pernah menagtrakan bahwa menulis itu gampang, sepanjang mereka yang ingin berguru menulis mempunyai minat dan ketekunan melaksanakan latihan untuk menjadi terbiasa. Apabila seseorang telah terbiasa, maka dipastikan ia akan bisa menulis menyerupai yang diinginkannya. Begitu juga dengan kegiatan menulis dongeng pendek. Diperlukan adaptasi melalui latihan-latihan yang inten. Tentu saja sebelum bisa menulis cerpen, diharapkan adanya pengalaman positif dalam hal membaca karya-karya dongeng pendek dari orang lain. Tanpa pengalaman membaca dongeng pendek yang cukup, sanggup dipastikan kita akan mendapat kesulitan menulis cerita.
Bagi mereka yang ingin menjadi novelis besar, tak ada salahnya jika memulai karir dengan menulis cerpen terlebih dahulu. Salah satu model pembelajaran yang cukup efektif untuk membiasakan diri menulis dongeng pendek yakni dengan memakai teknis dukungan stimulans paragraf pembuka cerita.
Langkah-langkah model pembelajaran menulis cerpen dengan teknis dukungan stimulant yakni sebagai berikut.
- Baca dan pahamilah paragraf pembuka dongeng narasi pada lembar portofolio kalian masing-masing.
- Kembangkan alur dongeng tersebut dengan membuat peta konsep alur dongeng sesuai dengan logika dan imajinasi masing-masing.
- Kembangkanlah dongeng dengan bahasa yang kita produksi sendiri.
- Perhatikan teknik penulisan dialognya, tanda baca dan deskripsi pengalihan obrolan antar tokoh-tokohny
- Pastikan bahwa ada kesusuaian antara judul dan isi cerita.
- Setelah selesai mintalah komentar dari guru, sahabat atau orang lain untuk mendapat masukan dan koreksi.
- Lakukan perbaikan-perbaikan yang diharapkan atas petunjuk guru atau teman.
- Mintalah pendapat, komentar atau kritikan sekali lagi dari sahabat sejawat, guru atau orang lain.
- Lakukan perbaikan sekali lagi. Jika hal ini sanggup dilakukan secara benar sanggup dipastikan bahwa cerpen kita layak untuk dibaca oleh publik.
- Kumpulkan cerpen yang sudah selesai sesuai batas waktu yang ditetapkan guru untuk mendapat penilaian.
Daftar Pustaka
- A.Teew.1988. Teori dan Ilmu Sastra.Jakarta. Dunia Pustaka Jaya
- Ahmadi, Mukhsin, 1991. Paragraf serta Penciptaan Gaya Bahasa, Malang. YA3.
- Marahimin, Ismail. 2001. Menulis Secara Populer. Jakarta: Dunia Pustaka.
- Minderop, Albertine.2005. Metode Karakteristik Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
- Nurgiyantoro, Burhan.1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: BPFE.
- Nursito.2000. Penuntun Mengarang.Yogyakarta. Adi Cipta Karya Nusa
- Nurgiyantoro,Burhan. 2007. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada Press
- Surana. 2002. Pengantar Sastra Indonesia. Solo: PT. Tiga Serangkai Pust. Mandiri.
- Sareb Putra, R.Masri.2010. Principles of Creative Writing.Jakarta PT.Index.
- Sudirtha, I Wayan. 2006. Menulis Deskripsi dengan Metode Copy the Master pada Siswa Kelas X TMO Sekolah Menengah kejuruan Negeri 2 Negara tahun 2006. PTK Blok Greent.
- Sudirtha, I Wayan. 2009. Menulis Cerpen dengan Teknik Stimulans Paragraf Pembuka Cerita Siswa Kelas X Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Negara tahun 2009. PTK
- Zuhri, Amirudin.2008. Sukses Menjadi Penulis Independen. Yogyakarta. Genius.