Pengertian Fanatisme Dan Konformitas

Fanatisme
Fanatisme merupakan fenomena yang sangat penting dalam budaya modern, pemasaran, serta realitas pribadi dan di sosial masyarakat, hal ini lantaran budaya kini sangat berpegaruh besar terhadap individu dan kekerabatan yang terjadi di diri individu membuat suatu keyakinan dan pemahaman berupa hubungan, kesetian, pengabdian, kecintaan, dan sebagainya (Seregina, Koivisto, dan Mattila, 2011:12 ).

Fanatisme didefinisikan sebagai pengabdian yang luar biasa untuk sebuah objek, di mana "pengabdian" terdiri dari gairah, keintiman, dan dedikasi, dan "luar biasa" berarti melampaui, rata-rata biasa yang biasa, atau tingkat. objek sanggup mengacu pada sebuah merek, produk, orang (misalnya selebriti), program televisi, atau acara konsumsi lainnya. Fanatik cenderung bersikeras terhadap ide-ide mereka yang menganggap diri sendiri atau kelompok mereka benar dan mengabaikan semua fakta atau argumen yang mungkin bertentangan dengan pikiran atau keyakinan (Chung, Beverland, Farrelly, dan kawan-kawan, 2008:333).

Fanatisme hampir selalu dilihat dan dipelajari sebagai fenomena komunal (bersama-sama), banyak penggemar memperlihatkan hal yang sangat menarik pandangan yaitu mereka merasa bahwa mempunyai komunitas fans akan mengikuti perubahan dan perkembangan obyek mereka. Penelitian yang dilakukan Seregina, Koivisto, dan Mattila (2011:82-86) yakni mengetahui Unsur aspek yang hadir hingga batas tertentu dalam semua fanatisme. Tema-tema komunalitas fanatisme ini dibahas lebih lanjut di bawah ini sebagai berikut:
1) Menjadi Penggemar untuk Orang Lain
Terlihat dan digambarkan oleh fans sebagai penggemar untuk orang lain, lantaran tujuan utama dalam situasi ini untuk masuk dan mendapatkan teman-teman, serta aktif mengkomunikasikan nilai-nilai dan identitas orang lain. 
2) Menjadi Fanatisme untuk Diri sendiri
Menjadi penggemar sendiri dan sebelum menjadi pecahan dari komunitas merupakan harapan individu sendiri, penggemar sanggup dilihat dengan banyaknya membeli barang atribut atau koleksi yang dimiliki dan tanpa paksaan dari orang lain sebagai seorang penggemar untuk diri sendiri kepada fans, lantaran mempunyai makna yang lebih pribadi yang dimasukkan ke dalam diri dan melekat. 

Konformitas
Konformitas merupakan sikap tertentu yang dilakukan, dikarenakan orang lain atau kelompoknya melaksanakan suatu peilaku atau tindakan yang sama. maka individu juga melakukanya walaupun individu tersebut menyukai atau tidak menyukai apa yang terjadi (Sears, Freedman, dan Peplau, 1985:76).

Konformitas tidak hanya sekedar bertindak sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang lain, tetapi juga berarti dipengaruhi oleh bagaimana mereka bertindak. Individu bertindak atau berpikir secara berbeda dari tindakan dan pikiran yang biasa kita lakukan jika kita sendiri (Myers, 2012:252).

Konformitas berdasarkan penelitian Sherif dan Asch dalam sebuah kelompok terdapat pola yang intinya membuat individu menyesuaikan diri, perilaku, tindakan, dan perbuatannya. Dalam David G. Myers (2012:285-288) sebagai berikut:
1) Pengaruh Sosial Normatif (keinginan supaya disukai)
Normatif (normative influence) yaitu supaya diterima, menghindari penolakan dan harapan kita untuk sanggup disukai orang lain atau kelompok. Pengaruh normatif yakni “sejalan dengan keramaian” untuk menghindari penolakan untuk tetap berada dalam evaluasi baik orang lain atau untuk mendapatkan penerimaan mereka. 
2) Pengaruh Informasional (keinginan untuk bertindak benar)
Informasional (informational influence) yaitu untuk mendapatkan informasi penting yang diperlukan, harapan diri kita sendiri untuk menjadi benar. Pengaruh Informasional mendorong seseorang untuk secara rahasia mendapatkan efek orang lain, lantaran hal tersebut didasarkan pada kecenderungan kita untuk bergantung pada orang lain sebagai sumber informasi perihal banyak sekali aspek dunia sosial. 

Remaja
Remaja (adolescence) masa Pertangahan (middle Adolescence) dan selesai (Late Adolescence) mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980:206).

Masa cukup umur (adolescence) sebagai masa transisi perkembangan yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007:20).

Fenomena Korean Wave
Korean Wave yakni istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya Pop Korea ssecara global di seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia, yang secara singkat mengacu pada globalisasi budaya Korea Selatan (Ulfianti, 2011:1).

Remaja Fans-Club Korea
Remaja mempunyai kegemaran masing-masing dalam memilih idola mereka, ibarat halnya musik Pop Korea yang banyak digemari membuatnya banyak mempunyai penggemar setia sehingga setiap boyband dan girlband mempunyai fans-club tersendiri. Remaja Indonesia juga mempunyai fans-club sendiri-sendiri dan memisahkan diri dengan pandom yang lain sesuai dengan yang mereka sukai (Ulfianti, 2012:3).

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini yang dipakai yakni pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus dimana pendekatan ini hanya menggambarkan, meringkas kondisi atau situasi. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yakni penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini cukup umur usia 16-22 tahun sebanyak tiga subjek dan empat orang informan yang merupakan pecahan dari fans club Super Junior. Lokasi penelitian dilakukan di masing-masing daerah berbeda sesuai daerah atau lokasi subjek yang diteliti di Samarinda. Teknik sampling yang dipakai dalam penelitian ini yakni Snowball Sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memakai metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan guna menemukan sikap yang nampak berdasarkan kriteria-kriteria sikap yang hendak diamati dari subjek penelitian, wawancara dilakukan untuk menggali secara mendalam mengenai citra yang dimiliki subjek mengenai situasi yang menjadi fokus penelitian, dan dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2009:157). Teknik analisa data dalam penelitian ini mengacu pada model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16-20) yang menyebutkan terdapat empat mekanisme dalam analisis data kualitatif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kesimpulan atau verifikasi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga subjek, mereka mengetahui perihal fenomena Korean Wave dan ini terjadi lantaran penggaruh kebudayaan dimasyarakat. Menurut Jang dan Paik (2012:196) Korean Wave merupakan gelombang kebudayaan Korea yang merupakan adonan dari tradisional kebudayaan Korea dan budaya barat, dalam bahasa Korea disebut dengan Hallyu., Korean Wave berkisar dari drama televisi, film, musik terkenal (K-Pop), tarian, video game sejauh, makanan, fashion, pariwisata, dan bahasa (Hangul). Korean Wave telah menyebar ke seluruh dunia melalui internet dan media umum ibarat TV drama yakni yang pertama dari penyebaran Korean Wave, diikuti oleh kelompok muda idola musik (K-Pop), film dan banyak sekali elemen budaya yang berada di Korea. 

Berdasarkan dari hasil observasi keseluruhan penelitian bahwa subjek merupakan penggemar Korean Wave banyak mengkoleksi film-film dan drama-drama Korea terbaru, bahkan jumlahnya sangat banyak, subjek terlibat sebagai fans boyband Super Junior dan banyak sekali mengkoleksi pernak-pernik atribut idola ibarat poster, album original, stiker, gantungan kunci, mug, album photo, majalah, tabloid, terdapat koleksi variety show artis idola ibarat Super Junior dan artis yang lain dan sebagainya, subjek sangat mengidolakan boyband Super Junior bahkan rela dari kota Samarinda untuk pergi ke Jakarta untuk nonton konser Super Junior dan ini terbukti dari hasil pengamatan ketika subjek memperlihatkan potongan tiket konser yang pernah dirinya tonton dan masih dirinya simpan hingga kini sebagai kenang-kenangan. 

Berdasarkan dari hasil wawancara ketiga subjek memakai penggaruh dari konformitas yang terjadi dimasyarakat, berdasarkan (Myers, 2012:252) konformitas merupakan suatu perubahan sikap atau kepercayaan supaya selaras dengan orang lain dan ini sendiri terjadi lantaran efek sosial normatif (keinginan untuk disukai), dan efek informasional (keinginan untuk bertindak benar). Sebagai penggemar sehabis terpenggaruh dari konformitas ketiga subjek berperilaku fanatisme atas dasar harapan diri sendiri, fanatisme terjadi lantaran suatu budaya kini sangat berpegaruh besar terhadap individu dan kekerabatan yang terjadi di diri individu membuat suatu keyakinan dan pemahaman berupa hubungan, kesetian, pengabdian, kecintaan, dan sebagainya (Seregina, Koivisto, dan Mattila, 2011:12 ).

Konformitas terbagi atas dua aspek efek sosial normatif (keinginan untuk disukai), dan efek informasional (keinginan untuk bertindak benar), adapun citra konformitas pada cukup umur terhadap kebudayaan Korean Wave. Ini berdasarkan hasil wawancara dari ketiga subjek yaitu, pertama terjadi lantaran efek sosial normatif (keinginan untuk disukai) yang mencakup (a) Keinginan diri sendiri yaitu, mempunyai sahabat yang menyukai Korean Wave, cenderung berdiskusi untuk bertukar informasi, menjadi penggemar Korean Wave bukan lantaran paksaan orang lain, harapan terlibat dalam kebudayaan Korean Wave, dan keputusan sendiri untuk tetap jadi penggemar atau tidak, dan (b) pemujaan kepada idola yaitu, antusias yang tinggi, dan memperlihatkan rasa cinta.

Sesuai dengan yang di ungkapkan di atas penggaruh normatif (keinginan untuk disukai) berupa harapan supaya sanggup diterima, menghindari penolakan, dan harapan diri sendiri supaya sanggup selaras dengan orang lain. Pengaruh budaya dimasyarakat berperan penting untuk masing-masing individu dengan ciri terdapat pemujaan, berpegang teguh pada kelompok, dan semangat pemberian kelompok (Myers, 2012:285).

Konformitas kedua terjadi lantaran efek informasional (keinginan untuk bertindak benar), Ini berdasarkan hasil wawancara dari ketiga subjek yang mencakup (a) Sumber terpercaya yaitu mendapatkan informasi relavan, media internet sebagai informasi up to date, dan memakai situs lembaga resmi, dan (b) Menahan diri yaitu, berpikir positif dan tidak menghakimi idola.

Sesuai dengan yang di ungkapkan di atas efek informasional (keinginan untuk bertindak benar) untuk mendapatkan informasi penting yang diperlukan, harapan diri kita sendiri untuk menjadi benar, individu mencari sumber dari orang lain yang sanggup menjadi suatu sumber informasi yang berkhasiat bagi dirinya, dan mendefinisikan suatu permasalahan yang bagi diri individu itu sulit (Myers, 2012:285).

Menurut Taylor, Peplau, dan Sears (2012, 258-259) menyampaikan seseorang melaksanakan konfomitas lantaran terdapat beberapa alasan, diantaranya ingin disukai dan melaksanakan hal yang benar. Normatif harapan supaya diterima secara sosial yaitu penerimaan orang lain terhadap diri kita, menyukai kita, dan memperlakukan kita secara baik. Secara bersamaan, kita menghindari penolakan, pelecehan, atau ejekan. Dan informasional yaitu sikap orang lain yang sering memperlihatkan informasi yang bermanfaat bagi diri kita, ini terjadi jika penggaruh kepercayaan, keyakinan, dan harapan diri sendiri untuk sanggup percaya sepenuhnya kepada informasi tersebut. 

fanatisme berupa citra sikap seseorang terhadap sesuatu objek yang yang mereka minati atau mereka suka, objek sendiri bisa berupa benda atau bahkan manusia. fanatisme sendiri terjadi lantaran suatu budaya kini sangat berpegaruh besar terhadap individu dan kekerabatan yang terjadi di diri individu membuat suatu keyakinan dan pemahaman berupa hubungan, kesetian, pengabdian, kecintaan, dan sebagainya (Seregina, Koivisto, dan Mattila, 2011:11-12).

Fanatisme terbagi atas dua aspek menjadi penggemar untuk orang lain, dan menjadi fanatisme untuk diri sendiri, adapun citra fanatisme pada cukup umur terhadap kebudayaan Korean Wave. Ini berdasarkan hasil wawancara dari ketiga subjek pertama menjadi penggemar untuk orang lain yaitu, (a) Kebudayaan Korean Wave berupa, melibatkan diri menjadi penggemar Korean Wave, menyukai Korean Wave, dan cenderung ingin tau akan kebudayaan Korean Wave, (b) Komunitas fans club berupa, bergabung dalam komunitas fans club, sanggup bersosialisasi dengan fans lain, dan membangun kekerabatan dengan memperlihatkan sumbangan satu sama lain sebagai penggemar, dan (c) Dukungan dan perhatian kepada idola berupa, membeli pernak-pernik idola sebagai bentuk sumbangan dan cenderung memperlihatkan semangat sebagai bentuk perhatian.

Sesuai dengan yang di ungkapkan diatas menjadi penggemar untuk orang lain yaitu mendapatkan teman-teman baru, aktif dalam mengkomunikasikan nilai-nilai dan identitas orang lain, bergabung dalam komunitas fans club, dan terdapat dukungan, perhatian, dan semangat yang besar dari penggemar (Seregina, Koivisto, dan Mattila, 2011:83).

Fanatisme kedua aspek menjadi fanatisme untuk diri sendiri, adapun citra fanatisme pada cukup umur terhadap kebudayaan Korean Wave. Ini berdasarkan hasil wawancara dari ketiga subjek kedua menjadi fanatisme untuk diri sendiri yaitu, (a) Fans Korean Wave yaitu, salah satu penggemar Korean Wave, dan kesetian tinggi sebagai penggemar kepada idola, (b) Koleksi atribut idola yaitu, sebagai penggemar mempunyai koleksi atribut idola, menabung untuk keperluan membeli barang, dan orang renta cenderung tidak keberatan membeli barang tersebut, dan (c) Perilaku fanatisme yaitu, sikap fans cenderung fanatik, harapan yang besar lengan berkuasa terhadap fans, sikap subjek cenderung fanatik, memperlihatkan dukungan, perhatian, dan semangat kepada idola, cenderung mendapatkan ide dan menjiplak dari Korean Wave, dan tidak berpikir sikap fanatik selamanya negatif.

Sesuai dengan yang di ungkapkan diatas menjadi fanatisme untuk diri sendiri yaitu menjadi fanatik lantaran harapan diri sendiri, terdpatnya dengan banyaknya membeli atribu atau koleksi yang dimiliki, tidak ada unsur paksaan dari orang lain, semua penggemar merupakan pecahan dari sikap fanatik, terdapatnya peniruan perilaku, dan sebagainya (Seregina, Koivisto, dan Mattila, 2011:84).

Perilaku fanatik timbul sebagai jawaban dari proses interaksi budaya antara individu satu dengan yang lainnya, yang sanggup melahirkan suatu bentuk sikap baru. Fanatisme terbentuk lantaran dua hal yaitu menjadi penggemar untuk sesuatu hal berupa objek barang atau manusia, dan berperilaku fanatisme lantaran harapan diri sendiri yang terlihat dari berubahnya sikap untuk menjiplak hal yang gres (Wijayanti, 2012:6).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan dari pernyataan subjek penelitian, bahwa cukup umur penggemar Korean Wave berasal dari adaptasi diri subjek di masyarakat dengan terpenggaruh akan sebuah kebudayaan dimasyarakat yang terjadi secara eksklusif maupun tidak langsung. subjek sama-sama melaksanakan konformitas yang berupa efek sosial normatif menerima sahabat baru, sumbangan dari orang lain, menghindari penolakan, dan sebagainya dan efek informasional mendapatkan informasi yang relevan, pemecahan suatu masalah, evaluasi akan masalah, dan sebagainya, dimana kedua efek ini sama-sama terkait. Ketika subjek sama-sama berperilaku fanatisme yang merupakan suatu perubahan sikap yang terjadi disebabkan lantaran terdapatnya suatu objek untuk disukai, fanatik terbagi dua yaitu menjadi penggemar untuk orang lain ketertarikkan awal akan sesuatu hal dan menjadi besar untuk terlibat lebih jauh lagi dan menjadi fanatik lantaran diri sendiri tanpa terdapatnya paksaan dari orang lain. Hasilnya subjek dalam penelitian ini tidak mempunyai perbedaan dalam mendapatkan penggaruh dari suatu kebudayaan gres ibarat Korean Wave dengan melaksanakan konformitas dan berperilaku fanatik pada objek yang mereka suka.

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Terdapat suatu bentuk adaptasi diri yang dilakukan subjek kepada orang lain atau kepada kelompok, lantaran setiap subjek melaksanakan atas dasar harapan diri sendiri untuk sanggup terlibat dalam suatu kebudayaan baru, subjek sangat antusias dan memperlihatkan rasa cinta yang besar kepada kebudayaan Korean Wave, subjek sebagai penggemar mempunyai sumber-sumber informasi yang terpercaya bagi dirinya untuk mendapatkan isu yang niscaya atau akurat, dan subjek juga bisa untuk menahan diri supaya sanggup berpikir lebih positif dan tidak cenderung menghakimi.

Perilaku fanatik ketiga subjek terjadi lantaran proses kebudayaan Korean Wave yang melibatkan diri sebagai penggemar, bergabung dalam kelompok atau komunitas supaya sanggup bersosialisasi dan berinteraksi dengan fans yang lain, subjek memperlihatkan sumbangan dan perhatian kepada idola yang disuka, sikap kesetian yang ditunjukkan sebagai penggemar kepada idola, subjek juga mengkoleksi atribut sebagai penggemar, dan keyakinan atau pandangan yang besar lengan berkuasa terhadap objek yang dituju.

Saran
Berdasarkan hasil peneliti terdapat beberapa saran yang diajukan peneliti yaitu:
  1. Subjek diharapkan sanggup memahami dan menilai efek kebudayaan dimasyarakat, yang sanggup membantu untuk mengembangkan potensi diri subjek.
  2. Penggemar Korean Wave untuk tidak berperilaku fanatik yang negatif ibarat berperilaku ekstrim kepada idola, dan jadikanlah sikap fanatik kalian positif supaya masyarakat sanggup mendapatkan hal tersebut.
  3. Penelitian selanjutnya diharapkan sanggup lebih memfokuskan lagi tema apa yang akan diambil dalam suatu penelitian, sehingga hasil yang didapatkan tidak jauh dari asumsi peneliti. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti Konformitas dan Fanatisme pada Remaja Korean Wave (Penelitian pada Komunitas Super Junior Fans Club ELF “Ever Lasting Friend”), supaya terlebih dahulu melaksanakan observasi dan pendekatan, lantaran dalam penelitian yang dilakukan peneliti ini masih banyak kekurangan.
Konformitas dan Fanatisme
ABSTRACT
Korean Wave fever became one of globalization phenomenon example Korean Wave or hallyu was the term given for the spiead of Korean Pop culture globally over the world, such as in Indonesia, which has been hypnotized thousand of humans especially teenager. This research aimed to know how the conformity and fanaticism in the Korean Wave Teenager (Research in the community of Super Junior fans club ELF “Ever Lasting Friend”). This research was a qualitative study with used descriptive approach. The subjects were three teenagers in the age category 16 up to 22 years and 4 information. Results of this research showed three subjects a form fitting in with other people groups based on self-desire to engage them selues, in the form of enthusiastic veneration and love, got areliable source of useful information for your self, and resisted the urge to be able to think positive, and forms of self-adjustment form the subjects a fanatical behavior that occurred from the process of cultural interaction between one individual with another individual that shaped the behavior of fidelity joined in a group or community, support and concern shown, and conviction or an outstanding view of the object so the general picture three subjects showed such a large adjustment to others and laed to a higher form of fanatical behavior also indicated the subject to the object.
Keywords : Conformity, Fanaticism, Korean Wave

Pendahuluan
Korea Selatan pada kurun waktu terakhir ini telah berhasil berbagi produk budaya populernya ke dunia internasional. Berbagai produk budaya Korea mulai dari drama, film, lagu, fashion, gaya hidup hingga produk-produk industri, mulai mewarnai kehidupan masyarakat di banyak sekali belahan dunia. Proses penyebaran budaya Pop Korea dikenal dengan istilah ‘Korean Wave’ atau ‘Hallyu’. Proses penyebaran budaya Korea ke dunia internasional tidak bisa dilepaskan dari keberadaan media masa ibarat internet, Facebook, twitter, youtube, dan sebagainya, bahkan bisa dikatakan bahwa media masa yakni terusan utama pencetus Korean Wave (Wijayanti, 2012:2).

Meningkatnya popularitas budaya terkenal Korea di dunia internasional banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia, tidak terkecuali masyarakat Indonesia. Fenomena ‘Korean Wave’ atau ’Hallyu’ yang ketika ini sedang melanda Indonesia banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya kawulan muda atau anak remaja. (Wijayanti, 2012:3).

Budaya Korea berkembang begitu pesatnya hingga meluas dan diterima publik dunia, hingga menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea ditingkat global, yang diistilah Korean Wave. Hallyu atau Korean Wave yakni sebuah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya Pop Korea atau gelombang Korea secara global di banyak sekali negara di dunia termasuk negara Indonesia, atau secara singkat mengacu pada globalisasi budaya Korea. Di Indonesia ketika ini, fenomena golombang Korea melanda generasi muda terutama cukup umur Indonesia yang umumnya menyenangi drama atau disebut K-Drama dan Musik Pop korea atau yang lebih dikenal dengan K-Pop (Korean Pop) (Nastiti, 2010:2).

Fenomena budaya terkenal Korea sangat menarik untuk dikaji tidak hanya terjadi dikota besar saja, Faktanya gelombang Korean Wave terjadi pada penggemar cukup umur Samarinda, demam Korea telah mendorong lahirnya sebuah kiblat dalam berperilaku bagi cukup umur dan generasi muda yang memakai budaya Pop Korea sebagai sikap menjiplak idola mereka, menyukai secara berlebihan sebagai penggemar, membeli pernak-pernik idola mereka hal ini terjadi kerena terdapat proses komunikasi budaya terkenal Korea di Indonesia dan hal ini juga terjadi dikota Samarinda. Fenomena gelombang Korean Wave yang terjadi di kota Samarinda, dimana yang paling banyak di ikuti cukup umur yaitu drama dan musik, bahkan para cukup umur rela menonton dan membeli kaset drama korea yang terbaru, musik korea atau yang lebih di kenal dengan sebutan K-Pop (Korean Pop).

K-Pop mempunyai banyak sekali penggemar tidak hanya di kota besar Samarinda juga ikut dalam komunitas fans-club K-Pop sesuai dengan idola mereka masing-masing, cukup umur mempunyai kegemaran masing-masing dalam memilih idola mereka, ibarat halnya musik Pop Korea yang banyak digemari membuatnya banyak mempunyai penggemar setia sehingga setiap boyband dan girlband mempunyai fans-club tersendiri. Remaja Indonesia juga mempunyai fans-club sendiri-sendiri dan memisahkan diri dengan pandom yang lain sesuai dengan yang mereka sukai. Meski para K-Pop (Korean Pop) kebanyakan terpisah dengan fandom yang mereka pilih tapi biasanya mereka justru akan erat satu sama lain (Ulfianti, 2012:3).

Adapun hasil wawancara terhadap AR, Siswa Sekolah Menengah kejuruan 7, Pada tanggal 12 September 2012, sebagai berikut subyek menyampaikan bahwa ia mengetahui Korean Wave semenjak sekolah Sekolah Menengah Pertama dan masih menyukainya hingga sekarang, kesukaannya pada drama, film, dan musik Korea. Ia menyampaikan bahwa orang Korea terkenal dengan operasi plastik saya mendukung kalo itu memang baik bagi mereka yang menunjang diri mereka, masyarakat dikorea sana sangat menjaga kebudayaan mereka hingga kini memakai pakaian dan rumah susila mereka masih utuh ada. Subyek juga memberitahukan bahwa ia sangat ngefans sama musik Korea atau K-Pop dikarenakan musik yang unik dan berbeda alasannya mereka dalam kelompok beranggotakan banyak, ia selalu mencari informasi yang terdapat pada K-Pop terutama pada idolanya, subyek aktif dalam komunitas Super Junior fans-club ELF, ia juga menyampaikan bahwa ia juga mengkoleksi pernak-pernik sepeti album original, drama, majalah, foster dan hal-hal yang bekerjasama dengan K-Pop dan idolanya. 

Kepopuleran gelombang Korean Wave pada musik korea membuat para fans yang terdiri dari cukup umur yang begitu mengasihi mereka tanpa tak sadar berperilaku berlebihan yang memyebabkan idolanya bisa tanpa sengaja terluka atau cedera ringan jawaban antusiasme fans. Budaya K-Pop telah banyak mempengaruhi aliran kelompok-kelompok penggemar dan mempengaruhi bagaimana mereka memahami budaya Pop Korea itu sendiri. Melalui budaya K-Pop tersebut kelompok penggemar memahami dinamika budaya Korea. Pemahaman terhadap budaya Korea kemudian melahirkan budaya gres dalam kelompok penggemar yang biasanya berwujud fanatisme sebagai hasil interaksi dengan budaya Pop Korea (Wijayanti, 2012:3). 

Penggemar Korean Wave pada komunitas fans-club masing-masing akan memperlihatkan sumbangan kepada idolanya dan sesama fans akan setia mendampingi idolanya, hal ini lantaran sikap konformitas yang ditunjukkan oleh kelompok tersebut. Walaupun cukup umur mempunyai fans-club berbeda-beda tetapi sesama penggemar K-Pop mereka akan saling memperlihatkan dukungan. terdapat konformitas dari orang-orang sekitar yang menyukai K-Pop sehingga sedikit atau banyak seseorang akan mulai tertarik pada dunia K-Pop itu sendiri. Lebih lagi yang menjadi pasar dari musik ini kebanyakan yakni kalangan remaja, dimana dalam masanya mereka akan lebih cenderung konform pada teman-temannya. Sebuah tekanan atau tuntutan teman-teman sebaya pada masa cukup umur sanggup bersifat positif maupun negatif. (Santrock, 1995:44-45).

Fenomena budaya terkenal Korea yang melahirkan konformitas dan fanatisme pada Korean Wave hal ini lantaran sikap cukup umur yang terkadang lebih mengagungkan budaya terkenal Korea dari pada budaya dalam negeri memperlihatkan bergotong-royong budaya Pop Korea secara tidak disadari telah menyebabkan fenomena dikalangan remaja.

Daftar Pustaka
  • Chung, E., Beverland, M.B., Farrelly. F., dan Kawan-kawan. (2008). Exploring Consumer Fanaticism: Extraordinary Devotion in The Consumption Context. Journal of Advances in Consumer Research. 35 (4), pp 333-340.
  • Hurlock, Elizabeth. B. (1980). Psikologi Perkembangan “Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan”. Jakarta: Erlangga.
  • Jang, Gunjoo., dan Paik, Won. K. (2012). Korean Wave as Tool for Korea’s New Cultural Diplomacy. Journal of Advances in Applied Sociology. 35 (3), pp 196-202.
  • Milles, M. B., dan Hubberman, A. M. (2007). Analisis Data Kualitatif . Jakarta: UI Press.
  • Moleong, Lexi. J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  • Myers, David. G. (2012). Psikologi Sosial (Social Psychology) Jilid 1 Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Humanika.
  • Nastiti, Aulia. D. (2010). “Korean Wave” di Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet, dan Fanatisme Pada Remaja (Studi Kasus Terhadap Situs Assian Fans Club Di Indonesia Dalam Perspektif Komunikasi Antar Budaya). Journal of Communication. 1 (1), pp1-23.
  • Santrock, John. W. (1995). Life-Span Development “Perkembangan Masa Hidup”. Jakarta: Erlangga.
  • Santrock, John. W. (2007). Remaja Jilid 1Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.
  • Sears, David. O., Freedman, Jonathan, L., dan Peplau, L. A. (1985). Psikologi Sosial Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
  • Seregina, A., Koivisto, E., dan Mattila, P. (2011). Fanaticism-Its Developmentand Meanings in Consumers Lives. Journal of Aalto University School of Economics. 1 (1), pp 1-106.
  • Taylor, Shelley. E., Peplau, Letitia. A., dan Sears, David. O. (2012). Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas. Jakarta: Kencana.
  • Ulfianti, S. (2012). Fanatisme Remaja Indonesia Pada Korean Wave. Jurnal Artikel Korean Wave. 1(1), pp 1-4.
  • Wijayanti, Ardiani. A. (2012). Hallyu: Youngstres Fanaticism of Korean Pop Culture (Study of Hallyu Fans Yogyakarta City). Journal of Sociology. 3 (3), pp 1-24.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel