Pengertian Reportase
Thursday, June 20, 2019
Edit
Pengertian Reportase
Reportase yakni acara meliput, mengumpulkan fakta – fakta perihal banyak sekali unsur berita, dari banyak sekali sumber / nara sumber dan kemudian menuliskannya dalam bentuk (produk) informasi jadi. Reportase yakni acara jurnalistik dalam meliput eksklusif insiden atau insiden di lapangan. Wartawan mendatangi eksklusif kawasan insiden atau TKP (Tempat Kejadian Perkara) kemudian menampilkan data dan fakta seputar insiden tersebut.
Dalam meliput peristiwa, penting diperhatikan :
- Kode Etik Jurnalistik atau Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
- Fairness Doctrine (Doktrin Kejujuran) yang mengajarkan, mendapatkan informasi yang benar lebih penting daripada menjadi wartawan pertama yang menyiarkan atau menuliskan.
- Cover Both Side / News Balance, yakni perlakuan adil terhadap semua pihak yang menjadi obyek berita, dengan meliput semua atau kedua belah pihak yang terlibat dalam sebuah peristiwa.
- Cek dan ricek, yakni meneliti kebenaran sebuah fakta atau data beberapa kali sebelum menuliskannya.
Pengertian Investigasi
Investigasi merupakan sebuah penyelidikan yang dilakukan dengan mencatat atau merekam fakta, melaksanakan peninjauan, percobaan, dsb, dengan tujuan memperoleh balasan atas pertanyaan, atau untuk menandakan suatu pernyataan (peristiwa, sifat, siasat, dsb). Investigasi biasanya dilakukan hingga dalam, dalam disini berarti bila perlu harus hingga menutupi atau meniru jati diri demi mendapatkan informasi yang sebenar – benarnya.
Menurut Rivers & Mathews sejarah pemeriksaan berawal dari sebelum berdirinya Amerika. Pada 1690, Benyamin Harris menginvestigasi banyak sekali insiden di masyarakat dan melaporkannya dalam Public Occurences, Both Foreign and Domestic. Isi laporannya dinilai menentang kebijakan kolonial Inggris. Pada awal sejarahnya, jurnalisme pemeriksaan amat akrab dengan pemberitaan crusading atau jihad. Pada fase selanjutnya, spirit crusading (jihad atau perjuangan) mendapat bentuk yang lebih formal melalui penerbitan New England Courant pada 1721 yang diterbitkan oleh James Franklin.
2.2 Teori Khusus
1 Pengertian Persepsi
Persepsi yakni proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mensugesti indra kita. Persepsi mensugesti rangsangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan apa yang kita berikan kepada mereka ketika mereka mencapai kesadaran (Mulyana, 2005: 168). Menurut Wenburg dan Wilmot, persepsi yakni proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mensugesti sikap kita (Mulayana, 2005: 167).
Di dalam buku yang sama Mulyana juga menyimpulkan bahwa persepsi yakni inti komunikasi, sedangkan penafsiran yakni inti persepsi. Desideranto dalam buku Psikologi Komunikasi memberikan bahwa persepsi ialah memperlihatkan makna pada stimuli inderawi. Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas, sensasi yakni potongan dari persepsi. Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi jua melibatkan atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori ( Rakhmat, 2008: 51).
Menurut walgito (2002: 54), terjadinya persepsi harus melalui beberapa proses yaitu :
- Suatu objek atau sasaran mengakibatkan stimulus, dan selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berkaitan dengan segi fisik.
- Stimulus suatu objek yang diterima alat indera kemudian disalurkan ke otak melalui saraf sensoris.
- Otak selanjutnya memproses stimulus sehingga individu menyadari objek yang diterima oleh alat inderanya
2 Aspek – Aspek Persepsi
Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa penafsiran makna melibatkan proses – proses menyerupai sensasi, atensi, ekspresi, motivasi, dan memori. Dalam penelitian kali ini peneliti membatasi aspek hanya pada tiga aspek saja yaitu sensasi, atensi dan memori.
Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat penginderaan yang menhubungkan organisme dengan lingkungannya. Sedangkan Menurut Wolman sensasi yakni pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berafiliasi dengan acara alat indera (Rakhmat, 2008: 49).
Sensasi merujuk kepada pesan yang dikirim ke otak lewat kelima alat indera kita yaitu pengelihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan. Pada umumnya insan mempunyai lima alat indera, namun rakhmat memberikan bahwa terdapat Sembilan alat indera yang dikelompokan kedalam tiga macam indera peserta menurut dengan sumber informasinya, yaitu :
1. Eksteroseptor
Indera yang menangkap informasi dari luar menyerupai mata, telinga, hidung, peraba, dan perasa.
2. Interoseptor
Indera yang menagkap informasi dari dalam menyerupai sistem peredaran darah.
3. Proprioseptor
Indera yang menangkap gerakan badan sendiri contohnya vestibular.
Dari pendapat – pendapat di atas sanggup disimpulkan bahwa sensasi merupakan sesuatu yang ditangkap dan dirasakan oleh alat indera kita. Bila dikaitkan dengan penelitian ini maka sensasi yang dimaksud disini yakni semacam keasyikan yang dirasakan pemirsa pada dikala atau sehabis melihat tayangan Reportase Investigasi di Trans TV melalui alat indera, khususnya indera pengelihatan dan pendengaran.
Atensi
Kenneth E. Andersen mengartikan atensi sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada dikala stimuli lainnya melemah. Masih dalam buku yang sama Rakhmat mengutarakan bahwa perhatian atau atensi terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan – masukan melalui alat indera yang lain (Rakhmat, 2008: 52).
Menurut Mulyana atensi dipengaruhi oleh faktor – faktor internal, yaitu factor biologis (lapar, haus, dan sebagainya), faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit, dan sebagainya), dan faktor social – budaya (gender, agama, tingkat pendidikan, penghasilan, dan sebagainya), serta faktor psikologis termasuk kemauan, keinginan, motivasi, dan sebagainya (Mulyana, 2006: 181).
Dari klarifikasi di atas peneliti menyimpulkan bahwa atensi merupakan bentuk pemusatan perhatian terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Sesuai dengan penelitian ini atensinya yakni minat dan perhatian para pemirsa terhadap tayangan Reportase Investigasi di Trans TV.
Memori
Schlessssinger dan Groves mengartikan memori sebagai sistem yang sangat berstruktur, yang mengakibatkan organisme sanggup merekam fakta perihal dunia dan memakai pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Rakhmat, 2008: 62).
Mussen dan Rosenwig menjelaskan secara singkat bahwa memori akan melewati tiga proses yakni : Perekaman, Penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (encoding) yakni pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage) yakni proses kedua yakni menentukan berapa usang informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Ketiga yakni proses pemanggilan (retrieval) disebut juga pemanggilan sehari – hari, yaitu memakai informasi yang disimpan.
Melalui pengertian – pengertian di atas makan sanggup peneliti simpulkan bahwa memori merupakan proses merekam fakta – fakta terhadap suatu objek termasuk proses mengingat kembali dan menggunakannya. Bila dikaitkan dengan penelitian ini mak memori yang dimaksud yakni ingatan pemirsa terhadap tayangan Reportase Investigasi di Trans TV.
3 Teori Individual Differences
Nama teori yang dicetuskan oleh Melvin Lawrence DeFleur ini lengkapnya yakni “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Teori ini menelaah perbedaan – perbedaan individu – individu sebagai sarana media massa ketika mereka diterpa sehingga sanggup mengakibatkan imbas tertentu yang berbeda – beda.
Menurut teori ini individu - individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan – pesan terutama jika berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap – sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai – nilainya. Tanggapannya terhadap pesan – pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Efek media massa pada khalayak itu tidak seragam, melainkan bermacam-macam disebabkan lantaran secara individual berbeda satu sama lain bila dilihat dari struktur kejiwaannya.
Anggapan dasar teori ini yakni bahwa insan amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari proteksi perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik – titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajari itu, mereka menghendaki seperangkat sikap , nilai dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing – masing pribadi yang membedakannya dari yang lain.
Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan – rangsangan khusus yang mengakibatkan interaksi yang berbeda dengan tabiat – tabiat perorangan atau khalayak, oleh lantaran itu terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu. Secara alamiah sanggup diduga akan muncul imbas yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual masing – masing. Dengan berpegangan tetap pada efek variable – variable kepribadian (yakni menganggap bahwa khalayak mempunyai cirri – cirri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman pendapat atau tanggapan terhadap pesan tertentu (Effendi , 2004: 275-276).
Maka jika dikaitkan dengan penelitian ini, setiap responden mempunyai persepsi yang berbeda dalam menanggapi pernyataan yang deberikan oleh peneliti, sehingga mengakibatkan imbas yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individu masing – masing.
4 Teori Stimulus Organisme Respons
Prinsip teori ini sesungguhnya merupakan prinsip yang sederhana, yaitu respon merupakan reaksi balik dari individu ketika mendapatkan stimuli dari media. Seseorang sanggup mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan imbas antara pesan-pesan media massa dan reaksi audiens, sanggup juga dikatakan imbas yang ditimbulkan yakni reaksi khusus terhadap stimulus respon, sehingga seseorang sanggup mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy Teori S-O-R yakni kependekan dari Stimulus – Organisme – Respon ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi tidaklah mengherankan, lantaran objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi yakni sama, yaitu insan yang jiwanya mencakup komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afektif, dan konasi. (Effendy, 2003:225)
Dalam teori ini terdapat tiga elemen penting, yaitu :
- Pesan (Stimuli, S)
- Penerima (Prganisme, O)
- Efek (Respon, R)
Model ini menggambarkan bahwa media massa mempunyai imbas yang sangat besar lengan berkuasa dalam masyarakat. Pendapat ini didukung kenyataan bahwa tingkat konsumsi masyarakat atas media massa terutama media elektronik berupa televisi cukup tinggi, sehingga apabila setiap hari diterpa oleh informasi yang sama dari televisi dalam jangka waktu yang usang akan tercipta imbas yang diharapkan.
Carll Hofland sebagai aktivis dari teori ini menyampaikan bahwa proses perubahan sikap pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan sikap tersebut menggambarkan proses berguru pada individu yang terdiri dari :
- Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme sanggup diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mensugesti perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
- Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
- Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
- Akhirnya dengan proteksi kemudahan serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai imbas tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini menyampaikan bahwa sikap sanggup berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang sanggup melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus sanggup meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
SUMBER;