Teknologi Kinerja Sebagai Intervensi Instruksional

TEKNOLOGI KINERJA SEBAGAI SUATU INTERVENSI INSTRUKSIONAL
Sebagai intervensi Instruksional, teknologi kinerja memang sempurna diterapkan /diimplementasikan dalam Instruksional atau pembelajaran.
Hal ini diperkuat dari beberapa definisi para pakar Teknologi kinerja.
Pada prinsipnya Instruksional yaitu mencapai hasil yang effektif dan efficient yang sangat berkorelasi positip terhadap Teknologi Kinerja.
Berikut ini definisi Teknologi Kinerja dari beberapa pakar :
  • Nickols (1977, p. 14) menyampaikan bahwa performance sebagai hasil sebuah tingkah laku”. Tingkah laris yaitu aktifitas individu sedangkan akibat-akibat dari tingkah laris yaitu cara-cara dimana lingkungan individu bereaksi dan ini berbeda berdasarkan hasil dari tingkah lakunya.”
  • Gilbert (1974) , menyamakan kinerja dengan prestasi-prestasi yang dicapai. 
  • Ryle (1949) yang memakai istilah prestasi (achievement), dimana ia menggunakannya untuk melihat efek-efek prilaku yang berkaitan pada makna kinerja (performance). Akibatnya, prestasi itu dinilai oleh sistem, prestasi-prestasi- ini yang terkait dengan HPT.
istilah ini sering dipakai dalam mengarahkan pada prosedur-prosedur penerapan yang berasal dari penelitian ilmiah dan pegalaman para pelaksana dalam memecahkan beberapa dilema di lapangan (Clark dan Sugrue, 1990; Hawkridge, 1976; Stolovitch dan LaRocque, 1983).

HPT yaitu salah satu dari banyak sekali keturunan teori sistem umum, yang dipakai oleh beberapa organisasi. Sistem dianggap sebagai “ sebuah sekelompok kompleks insan dan mesin dimana dari keseluruhannya terdapat tujuan yang sama.” (Checkland, 1972, p. 91).

Menurut Ainsworth (1979, p. 5), “ sebuah landasan dasar dari HPT yaitu sebuah hasil yang signifikan- menemukan dengan benar, tujuan-tujuan kinerja yang mempunyai kegunaan dan menyatakannya dalam istilah yang gampang dipahami.” Interversi-interversi yang sempurna dirancang untuk merubah, dan ini diawasi dan dimodifikasi hingga sistem itu mencapai standar kinerja yang diharapkan.

HPT juga membawa sejumlah perkiraan dan atribut. Ini sudah dinyatakan oleh Geis (1986). Berikut ini yaitu poin-poin pentingnya:
  • Teknologi kinerja insan sah berdasarkan aturan dan sering diprediksi dan diawasi.
  • ilmu perihal prilaku insan sangat terbatas, oleh sebab itu HPT harus bergantung pada pengalaman dan penelitian para ilmuwan.
  • HPT berasal dari beberapa penelitian yang dilakukan pada ketika menghasilkannya.
  • HPT yaitu hasil dari sejumlah sumber ilmu: cyber netika tingkah laku, psikologi, ilmu komunikasi, ilmu infomasi, ilmu sistem, ilmu managemen, dan yang akhir-akhirnya sedang marak yaitu ilmu kognitif.
  • HPT tidak diakui pada beberapa sistem pengiriman tidak juga dibatasi pada golongan tertentu dan area tertentu. Ini sanggup dipakai pada setiap kinerja manusia, tapi biasanya lebih banyak dipakai dalam suatu organisasi dan dunia kerja.
  • HPT bersifat empiris. Ini mebutuhkan sebuah pembuktian sebagai hasil dari analisa dan usaha-usaha intervensi.
  • HPT bersifat mengembangkan. Berdasarkan prinsip-prinsip dasarnya, namun demikian ini memperbolehkan sejumlah ruang untuk penemuan dan kreatifitas.
  • Walaupun teknologi kinerja tidak mempunyai pondasi teoritis perihal dirinya, -teori- dan -pengalaman- yang memandunya dibuat oleh data-data empiris yang terakumulasi sebagai hasil praktek yang telah didokumentasikan secara sistematis.Dalam beberapa cara, HPT membagi atribut-atributnya dengan bidang lainnya (managemen, pengembangan organisasi, kesehatan, dan psikiater).
Sejumlah pengarang berusaha untuk menjelaskan makna teknologi kinerja. Beberapa dari mereka telah menekankannya dalam proses dan metode-metode yaitu: “teknologi kinerja yaitu sekumpulan metode dan proses untuk menuntaskan dilema atau memberdayakan kesempatan yang berafiliasi dengan kinerja seseorang. Ini sanggup dipakai pada individu, kelompok kecil, atau organisasi besar ( National Society Of Performance And Instruction Citied In Rosenberg, 1990, p.46).

Untuk Benefit dan Tate (1990) “ Teknologi kinerja [manusia] yaitu proses sistematis dalam mengidentifikasikan kesempatan pengembangan kinerja, standar peraturan kinerja, taktik pengidentifikasian pengembangan kinerja, analisa laba dalam berkinerja”.untuk Jacobs (1998 p.6-7) “ teknologi kinerja insan menghadirkan manfaat dari pendekatan sistem dalam sejumlah bentuk yang berbeda tergantung pada dilema yang dihadapi dan aktifitas profesional yang dibutuhkan.

Teknologi kinerja insan yaitu untuk meningkatkan modal manusia, yang sanggup diperoleh sebagai produk waktu dan kesempatan, teknologi merupakan sekumpulan mekanisme yang tertata rapi dan sesuai untuk mengubah potensi menjadi kapital (modal)”. (Gilbert, 1978. hal 11-12).

Menurut Harless (dikutip daari Geis,1986, hal. 1), “Teknologi kinerja insan yaitu sebuah proses seleksi, analisa, rancangan, pengembangan, penerapan, dan pengujian program-program berdasar pada yang paling efektif kuat terhadap prilaku insan dan prestasi-prestasinya.”

Rosenberg (1990, p 46) telah memikirkan perihal ini; “ Sistem pengembangan kinerja secara total sesungguhnya yaitu penggabungan dari analisis kinerja yang sistematik dengan intervensi sumber daya insan yang menyeluruh. Dan ilmu yang menggabungkan semua sistem ini dikenal sebagai Teknologi Kinerja Manusia”.

Foshay dan Moller (liat cuilan 42) menekankan relevansi dan jarak dalam definisi mereka perihal Teknologi Kinerja Manusia, mereka melihat ini sebagai sesuatu yang terstruktur terutama oleh masalah-masalah Teknologi Kinerja Manusia di lingkungan dunia kerja dan yang tergambar dari setiap disiplin dengan kemampuan perspektif dalam memecahkan dilema didalam Teknologi Kinerja Manusia, yang sanggup juda diterapkan di bidang lainnya. Menurut mereka, jarak ini memperlihatkan keunikan bidang ini. Sedangkan selama ini memang tidak ada ketetapan definisi yang sama.

Sedangkan selama ini memang tidak ada ketetapan definisi yang sama.
HPT bersifat sistematis. Ini terorganisir, kaku, dan diterapkan dalam sebuah tingkah laris metodikal. Prosedur- mekanisme yang ada yang mendorongpara praktisi untuk mengidentifikasikan perbedaan dalam kinerja (masalah-masalah dan peluang-peluangnya), mengkarakteristikannya dengan terukur atau cara-cara yang sanggup diawasi, menganalisa mereka, menyeleksi intervansi yang sesuai, dan menerapkannya dalam sebuah sistem yang terkontrol dan terkendali.
HPT bersifat sistemik. Ini nampak adanya perbedaan kinerja insan sebagai elemen-elemen sistem, dimana berubah dengan sistem. Ini menolak untuk mendapatkan penyebab-penyebab yang terang dan solusi-solusi tanpa menguji segi yang lainnya. Kinerja dilihat sebagai hasil sejumlah pengaruh-pengaruh variabel ( seleksi, pelatihan, feedback, sumber daya, managemen support, insentif, dan campur tangan); semuanya itu harus dianalisis dengan tepat, intervensi-intervensi ekonomis biaya diseleksi dan disebarkan.
Teknologi Kinerja Manusia secara ilmiah didasarkan pada teori yang ada dan fakta-fakta yang empiris. Ini mencoba untuk mendapatkan kinerja insan yang diinginkan melalui cara-cara yang berasal dari penelitian ilmiah, ketika memungkinkan, atau jika tidak memungkinkan maka dari bukti-bukti yang tersimpan. Ini menolak entusias, intervensi yang tidak kuat tidak sanggup mendemonstrasikan landasan-landasan teoritis yang kuat atau hasil kinerja yang valid. HPT sangat terbuka pada ide-ide gres dan metode-metode atau intervensi-intervensi yang bermakna. Namuan demikian ini perlu bahwa, semua itu memaparkan bukti yang terorganisis secara sistematik untuk mensupport nilai potensi mereka
HPT sangat terbuka pada semua cara, metode dan media. Ini tidak terbatas pada susunan sumber-sumber atau teknologi yang ada,. Sebaliknya teknologi kinera insan berusaha mencari cara yang paling efektif dan efisisen untuk mencapai hasil yang paling maksimal.
HPT ditekankan pada perolehan prestasi-prestasi, yang insan capai dan sistem bernilai. Ini mencari hasil garis dasar- menyerupai yang Gilbert jelaskan (1978. hal 17). ia mengelompokkannya dalam prestasi-prestasi yang bernilai. “kinerja yang layak”. Ini tidak memfokuskan pada behaviour atau pada sebuah kemenangan. HPT mempunyai kinerja yang layak sebagaimana tujuannya yang dicapai oleh pelaksana dan organisasi dimana ia bekerja.
HPT yaitu sebuah pendekatan teknik untuk mencapai prestasi-prestasi yang ingin dicapai oleh manusia. Para jago teknologi yaitu mereka yang mengambil sebuah sistem dalam gap kinerja manusia, menganalisa gap dan sistem tersebut secara sistematis, dan merancang intervensi yang efektif dan efisien yang berdasarkan pada analisa data, ilmu-ilmu ilmiah, dan data-data panduan, biar sanggup menutup gap yang terjadi.

MEMBANDINGKAN TEKNOLOGI INSTRUKSIONAL DENGAN TEKNOLOGI KINERJA MANUSIA
Teknologi instruksional sanggup bermakna pengetahuan, keahlian, dan kemampuan mengadapi masalah. Ketika pengetahuan dan keahlian dilibatkan, maka sebuah intervensi yang sempurna yang diterapkan. Tidak ada yang manyangkal bahwa akan selalu muncul sebuah kebutuhan-kebutuhan para pekerja akan perolehan pengetahuan dan keahlian yang baru. Dengan kenyataan bahwa rata-rata penigkatan dan perubahan yang terjadi, kebutuhan akan program-program training dan perancang instruksional akan tumbuh berkembang. Penyampaian teknologi tinggi menyerupai training webside (WBT) dan training berdasarkan mutimedia (MBT) memerlukan perancang instruksional lebih dari metode-metode penyampaian training tradisional lakukan. Semua training harus dirancang senagn memakai prinsip-prisip design instruksional. Kita semua telah melihat sebagian besar program-program training menjadi gagal sebab mereka tidak dirancang dengan baik.

Teknologi kinerja didasarkan pada penelitian bertahun-tahun dalam psikologi behaviour dan sistem berpikir. Para praktisi memahami bahwa multipel intervensi sanagt diperlukan. Saya telah melihat daftar-daftar intervensi-intervensi pengembangan kinerja insan dalam 100 hingga 150 item; saya juga pernah melihat yang berisi 200 item. Intinya bahwa training hanyalah satu intervensi. Para praktisi HPT harus menyebarkan sebuah pemahaman yang kuat pada lebih banyak didominasi intervensi-intervensi. Peraturan-peraturan 80-20 sanggup diterapkan pada intervensi HPT; saya telah menemukan bahwa saya telah memakai 30 hingga 40 intervensi-intervensi yang berbeda setiap waktu. Intinya yaitu tidak memaksakan diri untuk menggunakannya hanya sebab anda menyukainya atau anda tahu bagaiman menggunakanya.

Saya telah menemukan kinerja clock menjadi sebuah alat yang ekonomis biaya bagi penyeleksian dan pengelompoan intervensi. Lihat kembali gambar 26-2. Ada empat komponen utama kinerja clock. Tabel 26-2 mendata kelompok-kelompok intervensi terkait dengan komponen-komponen kinerja clock.

Keahlian-keahlian design instruksional memperlihatkan sebuah fondasi kuat bagi setiap orang yang ingin pindah kedalam bidang HPT dan balasannya pada konsulatsi kinerja. Pada hakekatnya dua teknologi itu berbeda, dan sangat penting untuk memahami perbedaan-perbedaan tersebut. (tabel 26-3).

Apa artinya ini semua bagi para jago teknologi instruksional yang telah memutuskan untuk menciptakan trasisi menjadi konsultasi kinerja. Beberapa hal harus diperhatikan. Salah satu perubahan yang penting yaitu pada sebuah janji akan pembelajaran seumur hidup. Memiliki sebuah pondasi yang kuat dalam design instruksional merupakan permulaan yang baik, tapi ingatlah pada 100 intervensi yang berbeda yang disebutkan di atas. Konsultasi kinerja mengharuskan para praktisi terbiasa dengan itu semua, lebih baik lagi, mengetahui kapan menggunakannya untuk mengatasi permasalahan kinerja klien. Fakta bahwa bidang konsultasi kinerja tidak tetap dan selalu berubah-ubah.

Perbandingan-perbandingan pada perbedaan-perbedaan yang penting antara teknologi instruksional dan teknologi kinerja telah ditulis secara ekstensif dimana-mana. Tujuan saya dalam cuilan ini yaitu untuk memperlihatkan beberapa perbedaan-perbedaan yang lebih signifikan dan menggaris bawahi beberapa tantangan yang sanggup anda temui jika anda memutuskan untuk menyebarkan diri anda dari teknologi instruksional menjadi teknologi kinerja.

Pada cuilan berikutnya lihatlah cuilan teknologi leveraging untuk mendukung teknologi instruksional dan teknologi kinerja manusia. Kedua teknologi tersebut mendukung pengembangan kinerja manusia.

HPT juga berakar pada tingkah laku, dan sering dianggap sebagai cabang dari gerakan arahan terprogram. Ainsworth (1979. p.3) dengan kritis menyampaikan bahwa “ teori yang menggerakkan HPT masih sangat berafiliasi dengan teori instrukdi terpogram. HPT dihubungkan dengan kinerja terukur dan penstrukturan elemen-elemen dimana sistem berfungsi untuk meningkatkan kinerja. Para jago teknologi harus memperhatikan dan menganalisis stimuli dimana sistem sanggup menghipnotis kinerja, merespon yang dihasilkan, dan dengan konsekuensi pada reaksi-reaksi ini (penghargaan atau celaan) biar sanggup menemukan akar penyebab lemahnya kinerja. Sekali ini dicoba, ia sanggup melanjutkan tujuan-tujuan kinerja yang diteliti dan terukur. Menurut Ainsworth (1979, p. 5), “ sebuah landasan dasar dari HPT yaitu sebuah hasil yang signifikan- menemukan dengan benar, tujuan-tujuan kinerja yang mempunyai kegunaan dan menyatakannya dalam istilah yang gampang dipahami.” Interversi-interversi yang sempurna dirancang untuk merubah, dan ini diawasi dan dimodifikasi hingga sistem itu mencapai standar kinerja yang diharapkan.

HPT juga membawa sejumlah perkiraan dan atribut. Ini sudah dinyatakan oleh Geis (1986). Berikut ini yaitu poin-poin pentingnya:
  • Teknologi kinerja insan sah berdasarkan aturan dan sering diprediksi dan diawasi. 
  • ilmu perihal prilaku insan sangat terbatas, oleh sebab itu HPT harus bergantung pada pengalaman dan penelitian para ilmuwan.
  • HPT berasal dari beberapa penelitian yang dilakukan pada ketika menghasilkannya.
  • HPT yaitu hasil dari sejumlah sumber ilmu: cyber netika tingkah laku, psikologi, ilmu komunikasi, ilmu infomasi, ilmu sistem, ilmu managemen, dan yang akhir-akhirnya sedang marak yaitu ilmu kognitif. 
  • HPT tidak diakui pada beberapa sistem pengiriman tidak juga dibatasi pada golongan tertentu dan area tertentu. Ini sanggup dipakai pada setiap kinerja manusia, tapi biasanya lebih banyak dipakai dalam suatu organisasi dan dunia kerja.
  • HPT bersifat empiris. Ini mebutuhkan sebuah pembuktian sebagai hasil dari analisa dan usaha-usaha intervensi.
  • HPT bersifat mengembangkan. Berdasarkan prinsip-prinsip dasarnya, namun demikian ini memperbolehkan sejumlah ruang untuk penemuan dan kreatifitas.
  • Walaupun teknologi kinerja tidak mempunyai pondasi teoritis perihal dirinya, -teori- dan -pengalaman- yang memandunya dibuat oleh data-data empiris yang terakumulasi sebagai hasil praktek yang telah didokumentasikan secara sistematis.Dalam beberapa cara, HPT membagi atribut-atributnya dengan bidang lainnya (managemen, pengembangan organisasi, kesehatan, dan psikiater).
Sejumlah pengarang berusaha untuk menjelaskan makna teknologi kinerja. Beberapa dari mereka telah menekankannya dalam proses dan metode-metode yaitu: “teknologi kinerja yaitu sekumpulan metode dan proses untuk menuntaskan dilema atau memberdayakan kesempatan yang berafiliasi dengan kinerja seseorang. Ini sanggup dipakai pada individu, kelompok kecil, atau organisasi besar ( National Society Of Performance And Instruction Citied In Rosenberg, 1990, p.46). Untuk Benefit dan Tate (1990) “ Teknologi kinerja [manusia] yaitu proses sistematis dalam mengidentifikasikan kesempatan pengembangan kinerja, standar peraturan kinerja, taktik pengidentifikasian pengembangan kinerja, analisa laba dalam berkinerja”. untuk Jacobs (1998 p.6-7) “ teknologi kinerja insan menghadirkan manfaat dari pendekatan sistem dalam sejumlah bentuk yang berbeda tergantung pada dilema yang dihadapi dan aktifitas profesional yang dibutuhkan.

Sejumlah pengarang lain telah memfokuskan pada hasil akhir: “tujuan dari Teknologi kinerja manusis yaitu unuk meningkatkan modal manusia, yang sanggup diperoleh sebagai produk waktu dan kesempatan, teknologi merupakan sekumpulan mekanisme yang tertata rapi dan sesuai untuk mengubah potensi menjadi kapital (modal)”. (Gilbert, 1978. hal 11-12). Menurut Harless (dikutip daari Geis,1986, hal. 1), “Teknologi kinerja insan yaitu sebuah proses seleksi, analisa, rancangan, pengembangan, penerapan, dan pengujian program-program berdasar pada yang paling efektif kuat terhadap prilaku insan dan prestasi-prestasinya.” Rosenberg (1990, p 46) telah memikirkan perihal ini; “ Sistem pengembangan kinerja secara total sesungguhnya yaitu penggabungan dari analisis kinerja yang sistematik dengan intervensi sumber daya insan yang menyeluruh. Dan ilmu yang menggabungkan semua sistem ini dikenal sebagai Teknologi Kinerja Manusia”. Foshay dan Moller (liat cuilan 42) menekankan relevansi dan jarak dalam definisi mereka perihal Teknologi Kinerja Manusia, mereka melihat ini sebagai sesuatu yang terstruktur terutama oleh masalah-masalah Teknologi Kinerja Manusia di lingkungan dunia kerja dan yang tergambar dari setiap disiplin dengan kemampuan perspektif dalam memecahkan dilema didalam Teknologi Kinerja Manusia, yang sanggup juda diterapkan di bidang lainnya. Menurut mereka, jarak ini memperlihatkan keunikan bidang ini. Sedangkan selama ini memang tidak ada ketetapan definisi yang sama.

HPT bersifat sistematis. Ini terorganisir, kaku, dan diterapkan dalam sebuah tingkah laris metodikal. Prosedur- mekanisme yang ada yang mendorongpara praktisi untuk mengidentifikasikan perbedaan dalam kinerja (masalah-masalah dan peluang-peluangnya), mengkarakteristikannya dengan terukur atau cara-cara yang sanggup diawasi, menganalisa mereka, menyeleksi intervansi yang sesuai, dan menerapkannya dalam sebuah sistem yang terkontrol dan terkendali.
HPT bersifat sistemik. Ini nampak adanya perbedaan kinerja insan sebagai elemen-elemen sistem, dimana berubah dengan sistem. Ini menolak untuk mendapatkan penyebab-penyebab yang terang dan solusi-solusi tanpa menguji segi yang lainnya. Kinerja dilihat sebagai hasil sejumlah pengaruh-pengaruh variabel ( seleksi, pelatihan, feedback, sumber daya, managemen support, insentif, dan campur tangan); semuanya itu harus dianalisis dengan tepat, intervensi-intervensi ekonomis biaya diseleksi dan disebarkan
Teknologi Kinerja Manusia secara ilmiah didasarkan pada teori yang ada dan fakta-fakta yang empiris. Ini mencoba untuk mendapatkan kinerja insan yang diinginkan melalui cara-cara yang berasal dari penelitian ilmiah, ketika memungkinkan, atau jika tidak memungkinkan maka dari bukti-bukti yang tersimpan. Ini menolak entusias, intervensi yang tidak kuat tidak sanggup mendemonstrasikan landasan-landasan teoritis yang kuat atau hasil kinerja yang valid. HPT sangat terbuka pada ide-ide gres dan metode-metode atau intervensi-intervensi yang bermakna. Namuan demikian ini perlu bahwa, semua itu memaparkan bukti yang terorganisis secara sistematik untuk mensupport nilai potensi mereka
HPT sangat terbuka pada semua cara, metode dan media. Ini tidak terbatas pada susunan sumber-sumber atau teknologi yang ada,. Sebaliknya teknologi kinera insan berusaha mencari cara yang paling efektif dan efisisen untuk mencapai hasil yang paling maksimal.
HPT ditekankan pada perolehan prestasi-prestasi, yang insan capai dan sistem bernilai. Ini mencari hasil garis dasar- menyerupai yang Gilbert jelaskan (1978. hal 17). ia mengelompokkannya dalam prestasi-prestasi yang bernilai. “kinerja yang layak”. Ini tidak memfokuskan pada behaviour atau pada sebuah kemenangan. HPT mempunyai kinerja yang layak sebagaimana tujuannya yang dicapai oleh pelaksana dan organisasi dimana ia bekerja.
HPT yaitu sebuah pendekatan teknik untuk mencapai prestasi-prestasi yang ingin dicapai oleh manusia. Para jago teknologi yaitu mereka yang mengambil sebuah sistem dalam gap kinerja manusia, menganalisa gap dan sistem tersebut secara sistematis, dan merancang intervensi yang efektif dan efisien yang berdasarkan pada analisa data, ilmu-ilmu ilmiah, dan data-data panduan, biar sanggup menutup gap yang terjadi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel