Teori Lengkap Ilmu Pengetahuan
Wednesday, June 19, 2019
Edit
ILMU PENGETAHUAN
There can be no living science unless there is a widespread instinctive conviction in the exixtence of an order of things, and in particular, of an order of nature (Alfred North Whitehead)
Barang siapa menginginkan dunia, hendaklah berilmu, barang siapa menginginkan akhirat, hendaklah berilmu, dan barang siapa menginginkan keduanya, hendaklah berilmu (Al Hadist)
A. PENGERTIAN ILMU (ILMU PENGETAHUAN)
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan sebagai Idroku syai bi haqiqotih(mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science(berasal dari bahasa lati dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian :
- Ilmu yaitu pengetahuan perihal sesuatu bidang yang disusun secara bersistem berdasarkan metode-metode tertentu yang sanggup digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
- Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by observation and testing of fact (An English reader’s dictionary)
- Science is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment” (Webster’s super New School and Office Dictionary)
- Science is the complete and consistent description of facts and experience in the simplest possible term”(Karl Pearson)
- Science is a sistematized knowledge derives from observation, study, and experimentation carried on in order to determinethe nature or principles of what being studied” (Ashley Montagu)
- Science is the system of man’s knowledge on nature, society and thought. It reflect the world in concepts, categories and laws, the correctness and truth of which are verified by practical experience(V. Avanasyev)
sementara itu The Liang Gie menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya pengertian ilmu yaitu sebagai berikut :
- Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Makara ilmu mengacu pada ilmu seumumnya.
- Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus sedangkan jika dilihat dari segi maknanya The Liang Gie mengemukakan tiga sudut pandang berkaitan dengan pemaknaan ilmu/ilmu pengetahuan yaitu :
- Ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmu yaitu sesuatu kumpulan yang sistematis, atau sebagai kelompok pengetahuan teratur mengenai pokok soal atau subject matter. Dengan kata lain bahwa pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi substantif yang terkandung dalam ilmu.
- Ilmu sebagai aktivitas, artinya suatu kegiatan mempelajari sesuatu secara aktif, menggali, mencari, mengejar atau menyidik hingga pengetahuan itu diperoleh. Makara ilmu sebagai kegiatan ilmiah sanggup berwujud penelaahan (Study), penyelidikan (inquiry), perjuangan menemukan (attempt to find), atau pencarian (Search).
- Ilmu sebagi metode, artinya ilmu intinya yaitu suatu metode untuk menangani masalah-masalah, atau suatu kegiatan penelaahan atau proses penelitian yang mana ilmu itu mengandung prosedur, yakni serangkaian cara dan langkah tertentu yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan langkah ini dalam dunia keilmuan dikenal sebagai metode
Harsoyo mendefinisikan ilmu dengan melihat pada sudut proses historis dan pendekatannya yaitu :
- Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasikan
- Ilmu sanggup pula dilihat sebagai suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya sanggup diamati oleh pancaindra manusia.
dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi bukan sembarang pengetahuan melainkan pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis, dan untuk mencapai hal itu diharapkan upaya mencari klarifikasi atau keterangan, dalam korelasi ini Moh Hatta menyatakan bahwa Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu, dengan kata lain ilmu yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui upaya mencari keterangan atau penjelasan.
Lebih jauh dengan memperhatikan pengertian-pengertian Ilmu sebabagaimana diungkapkan di atas, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan berkaitan dengan pengertian ilmu yaitu :
- Ilmu yaitu sejenis pengetahuan
- Tersusun atau disusun secara sistematis
- Sistimatisasi dilakukan dengan memakai metode tertentu
- Pemerolehannya dilakukan dengan cara studi, observasi, eksperimen.
Dengan demikian sesuatu yang bersifat pengetahuan biasa sanggup menjadi suatu pengetahuan ilmiah bila telah disusun secara sistematis serta mempunyai metode berfikir yang jelas, lantaran intinya ilmu yang berkembang terpelajar balig cukup akal ini merupakan akumulasi dari pengalaman/pengetahuan insan yang terus difikirkan, disistimatisasikan, serta diorganisir sehingga terbentuk menjadi suatu disiplin yang mempunyai kekhasan dalam objeknya
B. CIRI-CIRI ILMU (ILMU PENGETAHUAN)
Secara umum dari pengertian ilmu sanggup diketahui apa bergotong-royong yang menjadi ciri dari ilmu, meskipun untuk tiap definisi menawarkan titik berat yang berlainan. Menurut The Liang Gie secara lebih khusus menyebutkan ciri-ciri ilmu sebagai berikut :
- Empiris (berdasarkan pengamatan dan percobaan)
- Sistematis (tersusun secara logis serta mempunyai korelasi saling bergantung dan teratur)
- Objektif (terbebas dari persangkaan dan kesukaan pribadi)
- Analitis (menguraikan kasus menjadi bagian-bagian yang terinci)
- Verifikatif (dapat diperiksa kebenarannya)
Sementara itu Beerling menyebutkan ciri ilmu (pengetahuan ilmiah) yaitu :
- Mempunyai dasar pembenaran
- Bersifat sistematik
- Bersifat intersubjektif
Ilmu perlu dasar empiris, apabila seseorang menawarkan keterangan ilmiah maka keterangan itu harus memmungkintan untuk dikaji dan diamati, jika tidak maka hal itu bukanlah suatu ilmu atau pengetahuan ilmiah, melainkan suatu asumsi atau pengetahuan biasa yang lebih didasarkan pada keyakinan tanpa peduli apakah faktanya demikian atau tidak. Upaya-upaya untuk melihat fakta-fakta memang merupakan ciri empiris dari ilmu, namun demikian bagaimana fakta-fakta itu dibaca atau dipelajari terang memerlukan cara yang logis dan sistematis, dalam arti urutan cara berfikir dan mengkajinya tertata dengan logis sehingga setiap orang sanggup menggunakannya dalam melihat realitas faktual yang ada.
Disamping itu ilmu juga harus objektif dalam arti perasaan suka-tidak suka, senang-tidak bahagia harus dihindari, kesimpulan atau klarifikasi ilmiah harus mengacu hanya pada fakta yang ada, sehingga setiap orang sanggup melihatnya secara sama pula tanpa melibatkan perasaan pribadi yang ada pada ketika itu. Analitis merupakan ciri ilmu lainnya, artinya bahwa klarifikasi ilmiah perlu terus mengurai kasus secara rinci sepanjang hal itu masih berkaitan dengan dunia empiris, sedangkan verifikatif berarti bahwa ilmu atau klarifikasi ilmiah harus memberi kemungkinan untuk dilakukan pengujian di lapangan sehingga kebenarannya bisa benar-benar memberi keyakinan.
Dari uraian di atas, nampak bahwa ilmu bisa dilihat dari dua sudut peninjauan, yaitu ilmu sebagai produk/hasil, dan ilmu sebagai suatu proses. Sebagai produk ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang tersistematisir dan terorganisasikan secara logis, menyerupai jika kita mempelajari ilmu ekonomi, sosiologi, biologi. Sedangkan ilmu sebagai proses yaitu ilmu dilihat dari upaya perolehannya melalui cara-cara tertentu, dalam korelasi ini ilmu sebagai proses sering disebut metodologi dalam arti bagaimana cara-cara yang mesti dilakukan untuk memperoleh suatu kesimpulan atau teori tertentu untuk mendapatkan, memperkuat/menolak suatu teori dalam ilmu tertentu, dengan demikian jika melihat ilmu sebagai proses, maka diharapkan upaya penelitian untuk melihat fakta-fakta, konsep yang sanggup membentuk suatu teori tertentu.
C. FUNGSI DAN TUJUAN ILMU (ILMU PENGETAHUAN
Lahirnya dan berkembangnya Ilmu Pengetahuan telah banyak membawa perubahan dalam kehidupan manusia, terlebih lagi dengan makin intensnya penerapan Ilmu dalam bentuk Teknologi yang telah mengakibatkan insan lebih bisa memahami aneka macam tanda-tanda serta mengatur Kehidupan secara lebih efektif dan efisien. Hal itu berarti bahwa ilmu mempunyai dampak yang besar bagi kehidupan manusia, dan ini tidak terlepas dari fungsi dan tujuan ilmu itu sendiri
Kerlinger dalam melihat fungsi ilmu, terlebih dahulu mengelompokan dua sudut pandang perihal ilmu yaitu pandangan statis dan pandangan dinamis. Dalam pandangan statis, ilmu merupakan kegiatan yang memberi pertolongan bagi sistimatisasi informasi bagi dunia, kiprah ilmuwan yaitu menemukan fakta gres dan menambahkannya pada kumpulan informasi yang sudah ada, oleh lantaran itu ilmu dianggap sebagai sekumpulan fakta, serta merupakan suatu cara menjelaskan gejala-gejala yang diobservasi, berarti bahwa dalam pandangan ini penekanannya terletak pada keadaan pengetahuan/ilmu yang ada kini serta upaya penambahannya baik hukum, prinsip ataupun teori-teori. Dalam pandangan ini, fungsi ilmu lebih bersifat mudah yakni sebagai disiplin atau kegiatan untuk memperbaiki sesuatu, menciptakan kemajuan, mempelajari fakta serta memajukan pengetahuan untuk memperbaiki sesuatu (bidang-bidang kehidupan).
Pandangan ke dua perihal ilmu yaitu pandangan dinamis atau pandangan heuristik (arti heuristik yaitu menemukan), dalam pandangan ini ilmu dilihat lebih dari sekedar aktivitas, penekanannya terutama pada teori dan skema konseptual yang saling berkaitan yang sangat penting bagi penelitian. Dalam pandangan ini fungsi ilmu yaitu untuk membentuk hukum-hukum umum yang melingkupi prilaku dari kejadian-kejadian empiris atau objek empiris yang menjadi perhatiannya sehingga menawarkan kemampuan menghubungkan aneka macam insiden yang terpisah-pisah serta sanggup secara sempurna memprediksi kejadian-kejadian masa datang, menyerupai dikemukakan oleh Braithwaite dalam bukunya Scientific Explanation bahwa the function of science… is to establish general laws covering the behaviour of the empirical events or objects with which the science in question is concerned, and thereby to enable us to connect together our knowledge of the separately known events, and to make reliable predictions of events as yet unknown.
Dengan memperhatikan klarifikasi di atas nampaknya ilmu mempunyai fungsi yang amat penting bagi kehidupan manusia, Ilmu sanggup membantu untuk memahami, menjelaskan, mengatur dan memprediksi aneka macam insiden baik yang bersifat kealaman maupun sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia. Setiap kasus yang dihadapi insan selalu diupayakan untuk dipecahkan semoga sanggup dipahami, dan sehabis itu insan menjadi bisa untuk mengaturnya serta sanggup memprediksi (sampai batas tertentu) kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan pemahaman yang dimilikinya, dan dengan kemampuan prediksi tersebut maka asumsi masa depan sanggup didesain dengan baik meskipun hal itu bersifat probabilistik, mengingat dalam kenyataannya sering terjadi hal-hal yang bersifat unpredictable.
Dengan dasar fungsi tersebut, maka dapatlah difahami perihal tujuan dari ilmu, apa bergotong-royong yang ingin dicapai oleh ilmu. Sheldon G. Levy menyatakan bahwa science has three primary goals. The first is to be able to understand what is observed in the world. The second is to be able to predict the events and relationships of the real world. The third is to control aspects of the real world, sementara itu Kerlinger menyatakan bahwa the basic aim of science is theory.dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa tujuan dari ilmu yaitu untuk memahami, memprediksi, dan mengatur aneka macam aspek insiden di dunia, disamping untuk menemukan atau memformulasikan teori, dan teori itu sendiri intinya merupakan suatu klarifikasi perihal sesuatu sehingga sanggup diperoleh kefahaman, dan dengan kepahaman maka prediksi insiden sanggup dilakukan dengan probabilitas yang cukup tinggi, asalkan teori tersebut telah teruji kebenarannya
D. STRUKTUR ILMU
Struktur ilmu menggambarkan bagaimana ilmu itu tersistimatisir dalam suatu lingkungan (boundaries), di mana keterkaitan antara unsur-unsur nampak secara jelas. Menurut Savage & Amstrong, struktur ilmu merupakan A scheme that has been devided to illustrate relationship among facts, concepts, and generalization. Dengan demikian struktur ilmu merupakan gambaran korelasi antara fakta, konsep serta generalisasi, keterkaitan tersebut membentuk suatu bangun struktur ilmu, sementara itu berdasarkan H.E. Kusmana struktur ilmu yaitu seperangkat pertanyaan kunci dan metoda penelitian yang akan membantu memperoleh jawabannya, serta aneka macam fakta, konsep, generalisasi dan teori yang mempunyai karakteristik yang khas yang akan mengantar kita untuk memahami ide-ide pokok dari suatu disiplin ilmu yang bersangkutan.
Dengan demikian nampak dari dua pendapat di atas bahwa terdapat dua hal pokok dalam suatu struktur ilmu yaitu :
- A body of Knowledge (kerangka ilmu) yang terdiri dari fakta, konsep, generalisasi, dan teori yang menjadi ciri khas bagi ilmu yang bersangkutan sesuai dengan boundary yang dimilikinya
- A mode of inquiry. Atau cara pengkajian/penelitian yang mengandung pertanyaan dan metode penelitian guna memperoleh tanggapan atas permasalahan yang berkaitan dengan ilmu tersebut.
Kerangka ilmu terdiri dari unsur-unsur yang berhubungan, dari mulai yang konkrit yaitu fakta hingga level yang abnormal yaitu teori, makin ke fakta makin spesifik, sementara makin mengarah ke teori makin abnormal lantaran lebih bersifat umum. Bila digambarkan akan nampak sebagai berikut :
Increasing specificity
Increasing transfer
value
TEORI GENERALISASI
KONSEP-KONSEP
FAKTA-FAKTA
Dari gambar tersebut nampak bahwa belahan yang paling dasar yaitu fakta-fakta, fakta-fakta tersebut akan menjadi materi atau digunakan untuk berbagi konsep-konsep, bila konsep-konsep mengambarkan ciri keumuman maka terbentuklah generalisasi, untuk kemudian sanggup diformulasikan menjadi teori. Fakta-fakta sangat dibatasi oleh nilai transfer waktu, tempat dan kejadian. Konsep dan generalisasi mempunyai nilai transfer yang lebih luas dan dalam, sementara itu teori mempunyai jangkauan yang lebih universal, lantaran cenderung dianggap berlaku umum tanpa terikat oleh waktu dan tempat, sehingga bisa berlaku universal artinya bisa berlaku dimana saja (hal ini bergotong-royong banyak dikritisi para akhli). Namun demikian keberlakuannya memang perlu juga memperhatikan jenis ilmunya.
1. Fakta dan Konsep.
Fakta merupakan Building Blocks untuk berbagi konsep, generalisasi (Schuncke : facts are building blocks from which concept and generalization are constructed) dan teori. Menurut Bertrand Russel fakta yaitu segala sesuatu yang berada di dunia, ini berarti tanda-tanda apapun baik tanda-tanda alam maupun tanda-tanda human merupakan fakta yang bisa menjadi materi baku bagi pembentukan konsep-konsep, namun demikian lantaran luasnya, maka tiap-tiap ilmu akan menyeleksi fakta-fakta tersebut sesuai dengan orientasi ilmunya.
Fakta mempunyai peranan yang penting bagi teori, dan mempunyai interaksi yang tetap dengan teori, berdasarkan Moh. Nazir peranan fakta terhadap teori yaitu :
- Fakta menolong memprakarsai teori
- Fakta memberi jalan dalam mengubah atau memformulasikan teori baru
- Fakta sanggup menciptakan penolakan terhadap teori
- Fakta memperterang dan memberi definisi kembali terhadap teori.
Konsep yaitu label atau penamaan yang sanggup membantu seseorang menciptakan arti informasi dalam pengertian yang lebih luas serta memungkinkan dilakukan penyederhanaan atas fakta-fakta sehingga proses berfikir dan pemecahan kasus lebih mudah. Menurut Bruner konsep merupakan abstraksi atas kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat.
Menurut pendapat Bruner, Goodnow dan Austin sebagaimana dikutip oleh Hamid Hasan (1996) menyatakan bahwa dalam ilmu-ilmu sosial dikenal tiga jenis konsep yaitu :
- Konsep konjungtif. Yaitu konsep yang paling rendah yang menggambarkan benda atau sifat yang menjadi anggota konsep dengan tingkat persamaan yang tinggi dengan jumlah atribut yang banyak. Contoh konep Buku Pengantar Manajemen Perkantoran yaitu buku yang ditulis untuk mahasiswa yang gres berguru administrasi perkantoran oleh pengarang A, warna sampul biru, tebalnya 200 halaman.
- Konsep disjungtif. Adalah konsep yang mempunyai anggota dengan atribut yang mempunyai nilai beragam, konsep jenis ini punya kedudukan lebih tinggi. Sontoh konsep alat kantor. Atribut untuk konsep ini cukup bermacam-macam dengan masing-masing punya bentuk dan fungsi khusus menyerupai kertas untuk digunakan menulis, mesin tik untuk mengetik, perforator, hekter yang mempunyai fungsi berbeda-beda.
- Konsep relasional. Yaitu konsep yang mengambarkan kebersamaan antara anggotanya dalam suatu atribut berdasarkan kriteria yang abnormal dan selalu dalam korelasi dengan kriteria tertentu. Konsep ini terbentuk lantaran adanya relasi/hubungan yang diciptakan dalam pengertian yang dikandungnya. Contoh konsep Jarak. Konsep ini dikembangkan berdasarkan kedudukan dua titik, yang apabila dihitung secara objektif akan diperoleh angka yang menggambarkan posisi kedua titik tersebut, sehingga sanggup diketahui jauh dekatnya (contoh, aksesori dari Penulis)
Sementara itu berdasarkan Sofian Effendi, jika dilihat hubungannya dengan realitas/fakta, akan ditemui dua jenis konsep yaitu pertama konsep-konsep yang terang hubungannya dengan realitas (Misalnya : Meja, Lemari, Kursi) dan kedua konsep-konsep yang lebih abnormal dan lebih kabur hubungannya dengan realitas (misalnya : Emosi, Kecerdasan, Komitmen). Sementara itu Prof. Dr. H. Bambang Suwarno, MA. Guru Besar UPI Bandung telah usang merumuskan penjabaran-penjabaran Konsep untuk kepentingan suatu penelitian kedalam tiga tingkatan yaitu konsep Teori, konsep empiris dan konsep Analitis, Konsep teori mempunyai tingkat abstarksi yang tinggi dan merupakan pengertian esensil dari suatu fenomena, konsep empiris merupakan gambaran konsep yang sudah sanggup diobservasi, sementara konsep analitis merupakan konsep yang mengambarkan apa dan bagaimana konsep empiris tersebut sanggup diketahui untuk keperluan analisa.
1. Pendidikan
- Asal Sekolah
- Waktu menuntaskan SLA
- Ijazah terakhir yang dimiliki
Jawaban responden perihal asal sekolah, waktu menuntaskan sekolah dan ijazah terakhir yang dimiliki
2. Generalisasi dan Teori (Theory)
Generalisasi. Adalah kesimpulan umum yang ditarik berdasarkan hal-hal khusus (induksi), generalisasi menggambarkan suatu keterhubungan beberapa konsep dan merupakan hasil yang sudah teruji secara empiris (empirical generalization), Generalisasi empiris yaitu pernyataan suatu korelasi berdasarkan induksi dan terbentuk berdasarkan observasi perihal adanya korelasi tersebut. kebenaran suatu generalisasi ditentukan oleh akurasi konsep dan tumpuan pada fakta-fakta. Generalisasi yang diakui kebenarannya pada satu ketika memungkinkan untuk dimodifikasi bila diperoleh fakta gres atau bukti-bukti baru, bahkan mungkin juga ditinggalkan jika lebih banyak bukti yang mengingkarinya .
Generalisasi berbeda dengan teori lantaran teori mempunyai tingkat keberlakuan lebih universal dan lebih kompleks, sehingga teori sudah sanggup digunakan untuk menjelaskan dan bahkan memprediksi kejadian-kejadian, pernyataan tersebut mengambarkan bahwa apabila suatu generalisasi telah bertahan dari uji verifikasi maka generalisasi tersebut sanggup bermetamorfosis teori, sebagaimana dikemukakan oleh Goetz & LeCompte bahwa teori yaitu komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi atau generalisasi yang dianggap mempunyai keterhubungan secara sistematis. Kerlinger dalam Bukunya Foundation of Behavioural Research mendefinisikan teori sebagai a set of interrelated constructs (concepts), definition, and proposition that present a systematic view of phenomena by specifying relation variables, with the purpose of explaining and predicting the phenomena. Sementara itu Kenneth D. Bailey dalam bukunya Methods of Social Research menyatakan bahwa teori merupakan suatu upaya untuk menjelaskan gejala-gejala tertentu serta harus sanggup diuji, suatu pernyataan yang tidak sanggup menjelaskan dan memprediksi sesuatu bukanlah teori, lebih jauh Bailey menyebutkan bahwa komponen-komponen dasar dari teori yaitu Konsep (Concept) dan variabel (Variable).
Teori terdiri dari sekumpulan konsep yang umumnya diikuti oleh korelasi antar konsep sehingga tergambar hubungannya secara logis dalam suatu kerangka berpikir tertentu. Konsep intinya merupakan suatu gambaran mental atau persepsi yang menggambarkan atau mengambarkan suatu fenomena baik secara tunggal ataupun dalam suatu kontinum, konsep juga sering diartikan sebagai abstraksi dari suatu fakta yang menjadi perhatian Ilmu, baik berupa keadaan, kejadian, individu ataupun kelompok. Umumnya konsep tidak mungkin/sangat sulit untuk diobservasi secara langsung, oleh lantaran itu untuk keperluan penelitian perlu adanya penjabaran-penjabaran ke tingkatan yang lebih kongkrit semoga observasi dan pengukuran sanggup dilakukan. Dalam suatu teori, konsep-konsep sering dinyatakan dalam suatu korelasi atau korelasi antara dua konsep atau lebih yang tersusun secara logis, pernyataan yang menggambarkan korelasi antar konsep disebut proposisi, dengan demikian konsep merupakan himpunan yang membentuk proposisi, sedangkan proposisi merupakan himpunan yang membentuk teori.
Adapun teori berdasarkan Redja Mudyahardjo sanggup dibagi berdasarkan tingkatannya ke dalam teori induk, teori formal, dan teori substantif dengan klarifikasi sebagai berikut :
- Teori induk dan model/paradigma teoritis. Yaitu sistem pernyataan yang saling berafiliasi erat dan konsep-konsep abnormal yang menggambarkan, memprediksi atau menerangkan secara komprehensif hal-hal yang luas perihal gejala-gejala yang tidak sanggup diukur tingkat kemungkinannnya (misalnya teori-teori manajemen). Teori sanggup dikembangkan/dijabarkan ke dalam model-model teoritis yang menggambarkan seperangkan asumsi, konsep atau pernyataan yang saling berkaitan erat yang membentuk sebuah pandangan perihal kehidupan (suatu masalah). Model teoritis biasanya sanggup dinyatakan secara visual dalam bentuk bagan.
- Teori formal dan tingkat menengah. Yaitu pernyataan-pernyataan yang saling berhubungan, yang dirancang untuk menerangkan suatu kelompok tingkah laris secara singkat (misalnya teori administrasi berdasarkan F.W. Taylor)
- Teori substantif. Yaitu pernyataan-pernyataan atau konsep-konsep yang saling berhubungan, yang berkaitan dengan aspek-aspek khusus perihal suatu kegiatan (misalnya fungsi perencanaan)
Sementara itu Goetz dan LeCompte membagi teori ke dalam empat jenis yaitu :
- Grand Theory (teori besar). Yaitu sistem yang secara ketat mengkaitkan proposisi-proposisi dan konsep-konsep yang abnormal sehingga sanggup digunakan menguraikan, menjelaskan dan memprediksi secara komprehensif sejumlah fenomena besar secara non-probabilitas.
- Theoritical model (model teoritis, yaitu keterhubungan yang longgar (tidak ketat) antara sejumlah asumsi, konsep, dan proposisi yang membentuk pandangan ilmuwan perihal dunia.
- Formal and middle-range theory (teori formal dan tingkat menengah). Yaitu proposisi yang berhubungan, yang dikembangkan untuk menjelaskan beberapa kelompok tingkah laris insan yang abstrak.
- Substantive theory (teori substantif). Adalah teori yang paling rendah tingkatan abstraksi dan sangat terbatas dalam keumuman generalisasinya (Hamid Hasan. 1996)
Teori intinya merupakan alat bagi ilmu (tool of science), dan berperan dalah hal-hal berikut (Moh. Nazir. 1985) :
- Teori mendefinisikan orientasi utama ilmu dengan cara menawarkan definisi terhadap jenis-jenis data yang akan dibentuk abstraksinya
- Teori menawarkan planning konseptual, dengan planning manafenomena-fenomena yang relevan disistematiskan, diklasifikasikan dan dihubung-hubungkan
- Teori memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk generalisasi empiris dan sistem generalisasi
- Teori menawarkan prediksi terhadap fakta
- Teori memperjelas celah-celah dalam pengetahuan kita
3. Proposisi dan asumsi
Proposisi. Konstruksi sebuah teori terbentuk dari proposisi, dan proposisi merupakan suatu pernyataan mengenai satu atau lebih konsep/variabel, proposisi yang menyatakan variabel tunggal disebut proposisi univariate, bila menghubungkan dua variabel disebut proposisi multivariat sedang bila proposisi itu menghubungkan lebih dari dua variabel disebut proposisi multivariat. Adapun jenis-jenis proposisi (sub tipe proposisi) yaitu :
- Hipotesis. Yaitu proposisi yang dinyatakan untuk dilakukan pengujian, berdasarkan kamus Webster’s (1968) Hypothesis yaitu a tentative assumption made in order to draw out and testits logical or empirical consequences, sementara itu Bailey mendefinisikan hipotesis sebagai a tentative explanation for which the evidence necessary for testing, dengan demikian hipotesis sanggup dipahami sebagai anggapa atau klarifikasi sementara yang masih memerlukan pengujian di lapangan, jadi jika kita beropini bahwa terdapat korelasi antara konsep/variabel X dengan variabel Y, maka pertama dinyatakan sebagai hipotesis untuk kemudian menguji hipotesis tersebut di lapangan (dalam penelitian), apakah fakta lapangan mendapatkan atau menolaknya. Adapun dasar hipotesis sanggup diperoleh dari aneka macam sumber contohnya dari pengamatan sehari-hari, dari hasil penelitian yang sudah ada, dari analisis data lapangan, atau dari teori.
- Generalisasi empiris. Pernyataan korelasi yang di dasarkan pada hasil penelitian lapangan (induksi). Generalisasi merupakan keumuman sifat atau pola yang disimpulkan dari penelitian atas fakta-fakta yang terdapat di lapangan.
- Aksioma. Proposisi yang kebenarannya mengacu pada proposisi-proposisi lainnya, aksioma terkadang disebut teori deduktif, dengan konotasi matematis dan proposisi jenis ini biasanya mempunyai tingkat abstraksi yang tinggi, sandaran aksioma yaitu rasional logis berdasarkan aturan berfikir yang benar
- Postulat. Proposisi yang punya makna hampir sama dengan aksioma namun kebenaran pernyataannya telah teruji secara empiris.
- Teorema. Proposisi yang didasarkan pada serangkaian aksioma atau postul
Deduksi dari aksioma atau postulat Bisa
Diadaptasi dari Kenneth D. Bailey (1982)
Asumsi biasanya dipadankan dengan istilah anggapan dasar, berdasarkan Komaruddin (1988 : 22), bahwa : “Asumsi yaitu sesuatu yang dianggap tidak kuat atau dianggap konstan. Asumsi sanggup berafiliasi dengan syarat-syarat, kondisi-kondisi dan tujuan. Asumsi menawarkan hakekat, bentuk dan arah argumentasi. Dan asumsi bermaksud membatasi masalah.” dalam setiap judgment dan atau kesimpulan dalam bidang ilmu di dalamnya tersirat suatu anggapan dasar tertentu yang menopang kekuatan kesimpulan/judgmen tertentu.
Dalam ilmu ekonomi dikenal istilah Ceteris Paribus artinya keadaan lain dianggap tetap, ini merupakan asumsi yang sanggup memperkuat suatu kesimpulan atau teori, contohnya aturan undangan menyatakan bahwa bila undangan naik maka harga akan naik, aturan ini terang tidak akan berlaku bila contohnya penawaran naik, untuk itu faktor penawaran naik dianggap tidak ada atau tidak kuat terhadap harga (ceteris paribus), ini berarti bahwa asumsi bisa dipandang sebagai syarat berlakunya suatu kesimpulan (atau kondisi tertentu) Dengan demikian asumsi merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami, mengingat tidak stiap pernyataan/kesimpulan ilmiah menyatakan dengan jelas/eksplisit asumsinya, meskipun sebaiknya dalam penulisan karya ilmiah menyerupai skripsi dinyatakan secara eksplisit.
4. Ddefinisi/batasan
Ilmu harus benar-benar bercirikan keilmiahan, beliau perlu terus melaksanakan pengkajian, mengumpulkan konsep-konsep dan hukum-hukum/prinsip-prinsip umum, tidak memihak dalam berbagi ruang lingkup pengetahuan. Di dalamnya dikembangkan korelasi antar konsep/variabel, meneliti fakta-fakta untuk kemudian dikembangkan generalisasi dan teori-teori serta perlu dilakukan upaya verifikasi untuk menguji validitas teori/ilmu dengan memakai metode-metode tertentu sesuai dengan arah kajiannya, dan untuk menghindari aneka macam pendapat yang bisa mengaburkan atas suatu kegiatan ilmiah, maka konsep-konsep/variabel-variabel perlu diberikan pembatasan atau definisi sebagai koridor untuk mencapai pemahaman yang tepat.
Isi dari suatu konsep gres terang apabila konsep tersebut didefinisikan, disamping menghindari salah pemahaman mengingat suatu konsep terkadang mempunyai banyak makna dan pengertian. Definisi yaitu pernyataan perihal makna atau arti yang terkandung dalam sebuah istilah atau konsep. Dalam setiap karya ilmiah memilih definisi menjadi hal yang sangat penting. Apabila ditinjau dari sudut bentuk pernyataannya berdasarkan Redja Mudyahardjo(2001) definisi sanggup dibedakan dalam dua macam yaitu :
- Definisi konotatif. Yaitu definisi yang menyatakan secara jelas/eksplisit perihal isi yang terkandung dalam istilah/konsep yang didefinisikan. Definisi konotatif sanggup dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu definisi leksikan/definisi berdasarkan kamus, dan definisi stiputatif yaitu definisi yang menyebutkan syarat-syarat yang menjadi makna konsep tersebut, atau ketentuan dari suatu pihak mengenai arti apa yang hendaknya diberikan. Dalam definisi stipulatif terdapat beberapa jenis definisi yaitu 1) definisi nominan atau definisi verbal yaitu definisi yang memperkenalkan istilah-istilah gres dalam menyatakan konsep yang didefinisikan; 2) definisi deskriptif yaitu definisi yang menggambarkan lebih lanjut dan rinci dari definisi leksikal; 3) definisi operasional/definisi kerja yaitu definisi yang menggambarkan proses kerja atau kegiatan yang spesifik dan rinci yang diharapkan untuk mencapopai tujuan yang menjadi makna konsep yang didefinisikan; definisi teoritis yaitu definisi yang menyatakan secara tersurat karakteristik yang sempurna perihal sustu istilah atau konsep.
- definisi denotatif. Yaitu definisi yang menyatakan secara tersurat luas pengertian dari istilah/konsep yang didefinisikan, luas pengertian yaitu hal-hal yang merupakan belahan kelas dari konsep yang didefinisikan. Cara untuk mendefinisikan konsep secara denotatif yaitu dengan jalan menyebutkan keseluruhan belahan atau salahsatu belahan yang termasuk dalam kelas dari konsep yang didefinisikan.
Sementara itu berdasarkan Hasbulah Bakry, terdapat lima macam definisi yaitu :
- Obstensive definition, yaitu definisi yang menerangkan sesuatu secara deminstratif, contohnya Kursi adalh ini (atau itu) sambil menunjuk pada kursinya, oleh lantaran demikian maka definisi macam ini sering juga disebut demonstrative definition.
- biverbal definition. Yaitu definisi yang menjelaskan sesuatu dengan menawarkan sinonim nya, contohnya sapi yaitu lembu.
- extensive definition, yaitu definisi yang menerangkan sesuatu dengan menawarkan contoh-contohnya, contohnya ikan yaitu binatang yang hidup dalam air menyerupai mujair, nila, gurame, dan sebagainya.
- analytic definition. Yaitu definisi yang menerangkan sesuatu dengan menguraikan bagian-bagiannya, contohnya negara yaitu suatu wilayah yang punya pemerintahan, rakyat dan batas-batas daerahnya.
- descriptive definition, yaitu definisi yang menerangkan sesuatu dengan melukiskan sifat-sifatnya yang mencolok, misaalnya Gajah yaitu binatang yang tubuhnya besar menyerupai gerbong, kakinya besar menyerupai pohon nyiur.
5. Paradigma
Menurut Webster’s Dictionary, paradigma adalah, pola, contoh atau model, sebagai istilah dalam bidang ilmu (sosial) paradigma yaitu perspektif atau kerangka pola untuk memandang dunia, yang terdiri dari serangkaian konsep dan asumsi. Sebenarnya konsep paradigma bukan hal yang baru, namun semakin menerima pemfokusan semenjak terbitnya buku karya Thomas Kuhn (1962) yang berjudul The structure of scientific revolution, dimana Kuhn sendiri mendefinisikan paradigma antara lain sebagai keseluruhan konstelasi daripada kepercayaan, nilai, teknologi dan sebagainya yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota dari suatu kelompok tertentu. Definisi Kuhn ini banyak dikritik lantaran dianggap tidak jelas, namun pada edisi kedua dari bukunya Kuhn menawarkan definisi yang lebih spesifik yang mempersamakan paradigma dengan contoh (exemplars). Karya Kuhn dalam perkembangannya telah membangkitkan diskusi di kalangan para mahir mengenai paradigma dalam hubungannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
George Ritter menyatakan bahwa paradigma merupakan gambaran dasar bidang kajian di dalam suatu ilmu (fundamental image of the subject matter withina science), lebih lanjut beliau menyampaikan bahwaterdapat empat komponen pokok yang membentuk suatu paradigma yaitu : Contoh suatu penelitian dalam bidang kajian, Suatu gambaran perihal bidang kajian, Teori, serta Metode dan alat penelitian. Sementara itu Bailey mendefinisikan paradigma sebagai jendela mental seseorang untuk melihat dunia.
Dengan dasar pengertian di atas, maka suatu kasus yang sama akan menghasilkan analisis dan kesimpulan yeng berbeda bila paradigma yang digunakan berbeda, sebagai contoh kasus Kemiskina (ledakan penduduk), berdasarkan Malthus hal itu terjadi lantaran penduduk bertambah berdasarkan deret ukur sedangkan materi masakan bertambah berdasarkan deret hitung, dan untuk mengatasinya perlu dilakukan population control; sementara berdasarkan Marx, hal itu terjadi lantaran kapitalisme yang mengeksplotasi manusia, dan untuk mengatasinya yaitu dengan pembentukan masyarakat sosialis. Terjadinya perbedaan tersebut tidak lain lantaran perbedaan paradigma antara Malthus dengan Marx
E. OBJEK ILMU
Setiap ilmu mempunyai objeknya sendiri-sendiri, objek ilmu itu sendiri akan memilih perihal kelompok dan cara bagaimana ilmu itu bekerja dalam memainkan kiprahnya melihat realitas. Secara umum objek ilmu yaitu alam dan manusia, namun lantaran alam itu sendiri terdiri dari aneka macam komponen, dan manusiapun mempunyai keluasan dan kedalam yang berbeda-beda, maka mengklasifikasikan objek amat diperlukan. Terdapat dua macam objek dari ilmu yaitu objek material dan objek formal.
Objek material yaitu seluruh bidang atau materi yang dijadikan telaahan ilmu, sedangkan objek formal yaitu objek yang berkaitan dengan bagaimana objek material itu ditelaah oleh suatu ilmu, perbedaan objek setiap ilmu itulah yang membedakan ilmu satu dengan lainnya terutama objek formalnya. Misalnya ilmu ekonomi dan sosiologi mempunyai objek material yang sama yaitu manusia, namun objek formalnya terang berbeda, ekonomi melihat insan dalam kaitannya dengan upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan sosiologi dalam kaitannya dengan korelasi antar manusia.
F. PEMBAGIAN/PENGELOMPOKAN ILMU
Semakin usang pengetahuan insan semakin berkembang, demikian juga pedoman insan semakin tersebar dalam aneka macam bidang kehidupan, hal ini telah mendorong para akhli untuk mengklasifikasikan ilmu ke dalam beberapa kelompok dengan sudut pandangnya sendiri-sendiri, namun seara umum pembagian ilmu lebih mengacu pada obyek formal dari ilmu itu sendiri, sedangkan jenis-jenis di dalam suatu kelompok mengacu pada obyek formalnya. Pada tahap awal perkembangannya ilmu terdiri dari dua belahan yaitu :
1. trivium yang terdiri dari :
- gramatika, tata bahasa semoga orang berbicara benar
- dialektika, semoga orang berfikir logis
- retorika, semoga orang berbicara indah
2. quadrivium yang terdiri dari :
- aritmetika, ilmu hitung
- geometrika, ilmu ukur
- musika, ilmu musik
- astronomis, ilmu perbintangan
pembagian tersebut di atas intinya sesuai dengan bidang-bidang ilmu yang menjadi telaahan utama pada masanya, sehingga ketika pengetahuan insan berkembangan dan lahir ilmu-ilmu gres maka pembagian ilmupun turut berubah, sementara itu Mohammad Hatta membagi ilmu pengetahuan ke dalam :
- ilmu alam (terbagi dalam teoritika dan praktika)
- ilmu sosial (juga terbagi dalam teoritika dan praktika)
- ilmu kultur (kebudayaan) sementara itu Stuart Chase membagi ilmu pengetahuan sebagai berikut :
1. ilmu-ilmu pengetahuan alam (natural sciences)
- biologi
- antropologi fisik
- ilmu kedokteran
- ilmu farmasi
- ilmu pertanian
- ilmu pasti
- ilmu alam
- geologi
- dan lain sebagainya
2. Ilmu-ilmu kemasyarakatan
- Ilmu hukum
- Ilmu ekonomi
- Ilmu jiwa sosial
- Ilmu bumi sosial
- Sosiologi
- Antropologi budaya an sosial
- Ilmu sejarah
- Ilmu politik
- Ilmu pendidikan
- Publisistik dan jurnalistik
- Dan lain sebagainya
3. Humaniora
- Ilmu agama
- Ilmu filsafat
- Ilmu bahasa
- Ilmu seni
- Ilmu jiwa
- Dan lain sebagainya
dalam pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan di atas, Endang Saifudin Anshori menyatakan bahwa hal itu hendaknya jangan dianggap tegas demikian/mutlak, lantaran mungkin saja ada ilmu yag masuk satu kelompok namun tetap bersentuhan dengan ilmu dalam kelompok lainnya.
A.M. Ampere beropini bahwa pembagian ilmu pengetahuan sebaiknya didasarkan pada objeknya atau target persoalannya, beliau membagi ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :
- ilmu yang cosmologis, yaitu ilmu yang objek materilnya bersifat jasadi, contohnya fisika, kimia dan ilmu hayat.
- ilmu yang noologis, yaitu ilmu yang objek materilnya bersifat rohaniah menyerupai ilmu jiwa.
August Comte membagi ilmu atas dasar kompleksitas objek materilnya yang terdiri dari :
- ilmu pasti
- ilmu binatang
- ilmu alam
- ilmu kimiailmu
- hayat
- sosiologi
Herbert Spencer, membagi ilmu atas dasar bentuk pemikirannya/objek formal, atau tujuan yang hendak dicapai, beliau membagi ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :
- ilmu murni (pure science). Ilmu murni adalam ilmu yang maksud pengkajiannya hanya semata-mata memperoleh prinsi-prinsip umum atau teori gres tanpa memperhatikan dampak mudah dari ilmu itu sendiri, dengan kata lain ilmu untuk ilmu itu sendiri.
- ilmu terapan (applied science), ilmu yang dimaksudkan untuk diterapkan dalam kehidupan paraktis di masyarakat.
Pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan di atas mesti dipandang sebagai kerangka dasar pemahaman, hal ini tidak lain lantaran pengetahuan insan terus berkembang sehingga memungkinkan tumbuhnya ilmu-ilmu baru, sehingga pengelompokan ilmu pun akan terus bertambah seiring dengan perkembangan tersebut, yang terang bila dilihat dari objek materilnya ilmu sanggup dikelompokan ke dalam dua kelompok saja, yaitu ilmu yang mengkaji/menelaah alam dan ilmu yang menelaah manusia, dementara variasi penamaannya tergantung pada objek formal dari ilmu itu sendiri.
G. PENJELASAN ILMIAH (SCIENTIFIC EXPLANATION)
Sesuai dengan fungsinya untuk menawarkan klarifikasi perihal aneka macam gejala, baik itu tanda-tanda alam maupun tanda-tanda sosial, maka ilmu mempunyai peranan penting dalam menawarkan pemahaman perihal aneka macam tanda-tanda tersebut. Semua orang punya kecenderungan untuk mencoba menjelaskan sesuatu gejala, namun tidak semua klarifikasi tersebut merupakan klarifikasi ilmiah (scientific explanation), mengingat klarifikasi ilmiah (penjelasan yang mengacu pada ilmu)
Penjelasan ilmiah yaitu adalah pernyataan-pernyataan mengenai masing-masing karakteristik sesuatu serta hubungan-hubungan yang terdapat diantara karakteristik tersebut, yang diperoleh melalui cara sistematis, logis, sanggup dipertanggung jawabkan, serta terbuka/dapat diuji kebenarannya. Dengan demikian klarifikasi ilmiah merupakan klarifikasi yang merujuk pada suatu kerangka ilmu, baik itu teori maupun fakta yang sudah mengalami proses induksi. Terdapat beberapa jenis klarifikasi ilmiah yaitu :
- genetic explanation. Yaitu klarifikasi perihal sesuatu tanda-tanda dengan cara melacak sesuatu tersebut dari awalnya atau asalnya.
- intentional explanation. Yaitu klarifikasi perihal sesuatu tanda-tanda dengan melihat hal-hal yang mendasarinya atau yang menjadi tujuannya.
- dispositional explanation. Yaitu klarifikasi perihal suatu tanda-tanda dengan melihat karakteristik atau sifat dari tanda-tanda tersebut.
- reasoning explanation (explanation through reason). Yaitu penjalasan yang dihubungkan dengan alasan mengapa sesuatu itu terjadi atau sesuatu itu dilakukan.
- functional explanation. Yaitu klarifikasi dengan melihat suatu tanda-tanda dalam konteks keseluruhan dari suatu sistem atau tanda-tanda yang lebih luas
- explanation through empirical generalization. Yaitu klarifikasi yang dibentuk dengan cara menyimpulkan korelasi antara sejumlah gejala.
- explanation through formal theory. Yaitu klarifikasi yang menekankan pada adanya aturan , aturan atau prinsip yang umumnya terbentuk memalui deduksi.
Dalam menawarkan suatu klarifikasi seseorang bisa saja memakai aneka macam jenis klarifikasi untuk makin memperkuat argumentasinya, dan hal ini tergantung pada tanda-tanda atau kasus yang ingin dijelaskannya.
H. SIKAP ILMIAH
Sikap ilmiah merupakan perilaku yang harus dimiliki oleh ilmuwan, atau para pencari ilmu. Menurut Harsoyo, perilaku ilmiah meliputi hal-hal sebagai berikut :
- sikap objektif (objektivitas)
- sikap serba relatif
- sikap skeptis
- kesabaran intetelektual
- kesederhanaan
- sikap tak memihak pada etik sementara ituTini Gantini dalam bukunya Metodologi Riset menyebutkan delapan ciri dari perilaku ilmiah yaitu :
- mempunyai dorongan ingin tahu, yang mendorong kegelisahan untuk meneliti fakta-fakta baru
- tidak berat sebelah dan berpandangan luas terhadap kebenaran
- ada kesesuaian antara apa yang diobservasi dengan laporannya
- keras hati dan rajin dalam mencari kebenaran
- mempunyai sifat ragu, sehingga terus mendorong upaya pencarian kebenaran/tidak pesimis
- rendah hati dan toleran terhadap hal yang diketahui dan yang tidak diketahui
- kurang mempunyai ketakutan
- pikiran terbuka terhadap kebenaran-kebenaran baru.
Dari pendapat di atas sanggup ditarik beberapa pokok yang menjadi ciri perilaku ilmiah yaitu : objektif, terbuka, rajin, sabar, tidak sombong, dan tidak memutlakan suatu kebenaran ilmiah. Ini berarti bahwa ilmuwan dan para pencari ilmu perlu terus memupuk perilaku tersebut dalam berhadapan dengan ilmu, lantaran selalu terjadi kemungkinan bahwa apa yang sudah dianggap benar hari ini menyerupai suatu teori, mungkin saja pada suatu waktu akan digantikan oleh teori lain yang mempunyai atau mengambarkan kebenaran baru.
PERTANYAAN UNTUK BAHAN DISKUSI
- jelaskan secara rinci apa yang demaksud dengan ilmu?
- jelaskan pengertian ilmu dilihat dari ruang lingkupnya ?
- jelaskan apa yang dimaksud dengan Ilmu sebagai akumulasi pengetahuan yang tersistematisir dan terorganisir?
- jelaskan dan berikan contoh-contohnya berkaitan dengan ciri-ciri ilmu?
- Jelaskan apa yang dimaksud dengan fungsi ilmu untuk memprediksi?
- jelaskan perbedaan antara fakta, konsep, generalisasi dan teori?
- jelaskan korelasi antara fakta dengan teori, dan buat gambarnya ?
- jelaskan kenapa suatu konsep atau variabel perlu didefinisikan?
- jelaskan apa yang dimaksud dengan asumsi dan apa perlunya dalam suatu kegiatan ilmiah
- Jelaskan apa yang dimaksud dengan objek material dan objek formal ilmu
- jelaskan apa yang dimaksud dengan klarifikasi ilmiah serta sebutkan macam-macamnya beserta contoh-contohnya
- jelaskan masing-masing ciri perilaku ilmiah?, serta jelaskan perilaku apa yang paling penting untuk dimiliki oleh seseorang yang sedang menuntut ilmu?