Pengertian Hegemoni Media Berdasarkan Ahli

Teori Hegemoni Media.
Teori ini kurang memusatkan perhatian pada faktor ekonomi dan struktur ideologi yang mengunggulkan kelas tentu, tetapi lebih menekankan ideologi itu sendiri, bentuk ekspresi, cara penerapan, dan prosedur yang dijalankan untuk mempertahankan dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya (terutama kelas pekerja), sehingga upaya itu berhasil mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka. Perbedaan teori ini dengan pendekatan Marxis klasik dan pendekatan ekonomi politik terletak pada pengakuannya terhadap lebih besarnya kadar ketidaktergantungannya pada kekuatan ekonomi.
Ideologi sebagai suatu definisi realitas yang kabur dan gambaran hubungan antar kelas, atau hubungan imajiner para individu dengan kondisi keberadaan mereka yang bahwasanya tidaklah lebih banyak didominasi dalam pengertian bahwa ideologi itu dipaksakan oleh kelas penguasa, tetapi merupakan dampak budaya yang disebarkan secara sadar dan sanggup meresap, serta berperan dalam mengintepretasi pengalaman perihal kenyataan. Proses interpretasi itu memang berlangsung secara tersembunyi (samar), tetapi terjadi secara terus menerus. Menurut Hall (dalam McQuail, 1987), konsep dominasi, yang berarti pemaksaan kerangka pandangan pandangan secara eksklusif terhadap kelas yang lebih lemah, melalui penggunaan kekuatan dan keharusan ideologi yang terang-terangan, belumlah cukup untuk menampung semua kompleksitas permasalahan. Orang harus memahami bahwa dominasi berlangsung pada tahap sadar maupun tidak sadar. Dengan kata lain, orang harus melihatnya sebagai alat dari sistem hubungan yang terkait, bukannya sebagai upaya pilih-kasih para individu yang dilakukan secara sadar dan terang-terangan melalui penetapan peraturan dan pengucilan yang dilakukan melalui bahasa dan wacana.

Karya teoritis beberapa pemikir Marxis banyak memberi sumbangan terhadap dasar teori ini. Karya karya itu mengarahkan perhatian ke pelbagai cara yang harus ditempuh untuk membuat dan mensyahkan jaringan hubungan kapitalisme, yakni cara-cara yang kurang lebih sesuai dengan keinginan kelas pekerja itu sendiri. Alat bantu yang sanggup dimanfaatkan menerapkan upaya tersebut sebagian besar dimungkinkan oleh adanya perkembangan dalam bidang analisis semiologi dan struktur yang menyuguhkan metode untuk mengartikan makna tersembunyi dan menggaris bawahi struktur makna.

Konsep-konsep hegemoni yang dipaparkan di atas mungkin masih agak membingungkan, alasannya penerapan hegemoni media agak sulit jadi hegemoni media sebagai secara perlahan-lahan memperkenalkan, membentuk, dan menanamkan pandangan tertentu kepada khalayak. Dalam hal ini, media massa merupakanemperkuat hegemoni dominan. Peranan media ialah membangun sumbangan masyarakat dengan cara mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka dengan membuat sebuah pembentukan dominasi melalui penciptaan sebuah ideologi yang dominan. Menurut paradigma hegemonian, media massa ialah alat penguasa untuk membuat ketaatan. Media massa, menyerupai halnya forum sosial lain menyerupai sekolah dan rumah sakit, dipandang sebagai sarana ampuh dalam mereproduksi dan merawat ketaatan publik. 

Memasuki kurun ke 21, industri media tengah berada di dalam perubahan yang cepat. Kerajaan-kerajaan media mulai membangun diri dengan skala yang besar. Merger ataupun pembelian media lain dalam industri media terjadi di mana-mana dengan nilai perjanjian yang sangat besar. Semakin usang bisnis media semakin besar dan melibatkan hampir seluruh outlet media yang ada dengan kepemilikan yang makin terkonsentrasi. Masyarakat mulai karam dalam dunia yang dipenuhi oleh media.

Everett M. Rogers dalam bukunya Communication Technology; The New Media in Society (dalam Mulyana, 1999), menyampaikan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi yaitu era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi dan era media komunikasi interaktif. Dalam era terakhir dikenal media komputer, videotext dan teletext, teleconferencing, TV kabel, dan sebagainya
Sedangkan Marshall McLuhan dalam bukunya Understanding Media B The Extensions of Man (1999), mengemukakan pandangan gres bahwa A medium is message. McLuhan menganggap media sebagai ekspansi insan dan bahwa media yang berbeda-beda mewakili pesan yang berbeda-beda. Media juga membuat dan mempengaruhi cakupan serta bentuk hubungan-hubungan dan kegiatan-kegiatan manusia. Pengaruh media telah berkembang dari individu kepada masyarakat. Dengan media, setiap kepingan dunia sanggup dihubungkan menjadi desa globa,Hegemoni, berdasarkan pandangan Gramsci (1971), tidak hanya menawarkan dominasi dalam kontrol ekonomi dan politik saja, namun juga menawarkan kemampuan dari suatu kelas sosial yang lebih banyak didominasi untuk memproyeksikan cara mereka dalam memandang dunia. Jadi, mereka yang memiliki posisi di bawahnya mendapatkan hal tersebut sebagai anggapan umum yang sifatnya alamiah. 
Budaya yang tersebar merata di dalam masyarakat pada waktu tertentu sanggup diinterpretasikan sebagai hasil atau perwujudan hegemoni, perwujudan dari penerimaan Akonsesual oleh kelompok-kelompok gagasan subordinat, nilai-nilai, dan kepemimpinan kelompok lebih banyak didominasi tersebut. Menurut Gramsci, kelompok lebih banyak didominasi sepertinya bukan semata-mata bisa mempertahankan dominasi alasannya kekuasaan, bisa jadi alasannya masyarakat sendiri yang mengizinkan

Keberadaan media dimana-mana dan juga periklanan telah mengubah pengalaman sosial dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Media merupakan unsur penting dalam pergaulan sosial masa kini. Kebudayaan masyarakat tidak terlepas dari media, dan budaya itu sendiri direpresentasikan dalam media. 
Sekarang ini eksploitasi pers dan media interaktif telah menuju ke arah penciptaan supremasi media yang mengancam keberadaan cara pandang objektif dan ruang publik. Hal ini sesuai dengan pandangan teori hegemoni; tugas media bukan lagi sebagai pengawas (watchdog) pemerintah, tetapi justru menopang keberadaan kaum kapitalis dengan mengembangkan pemikiran-pemikiran mereka.
Di sisi lain, keberadaan media massa sampaumur ini dinilai telah dijejali oleh informasi atau berita-berita yang menakutkan, menyerupai kekerasan, pencurian, pelecehan seksual, dan sebagainya. Bahkan media massa, kini menjadi penyebar pesan pesimisme. Akibatnya, media massa justeru sangat seram bagi masyarakat.

Di negara-negara berkembang, banyak sekali dijumpai kenyataan bahwa harapan-harapan yang diciptakan oleh pesan komunikasi dalam media massa menimbulkan frustrasi, alasannya tidak terpenuhi impian yang dipaparkan media itu.
Singkatnya, hegemoni sanggup dikatakan sebagai reproduksi ketaatan, kesamaan pandangan, dengan cara yang lunak. Lewat media massa lah hegemoni dilakukan. Media secara perlahan-lahan memperkenalkan, membentuk, dan menanamkan pandangan tertentu kepada khalayak.

Tidak hanya dalam urusan politik dan ekonomi, sanggup juga menyangkut problem budaya, kesenian, bahkan ke hal yang ringan menyerupai gaya hidup. 
Masalahnya kemudia adalah: Apakah masyarakat terlayani dengan informasi yang aktual, beragam, dan sesuai dengan kepentingan mereka oleh industri ini, atau perkembangan yang luar biasa ini hanya untuk meningkatkan laba bagi Asegelint orang yang terlibat dalam industri ini? 
Media, berdasarkan sudut pandang model pasar (Croteau dan Hoynes, 2001), dilihat sebagai kawasan pemenuhan kebutuhan masyarakat berdasarkan atas aturan seruan dan persediaan. Model ini memperlakukan media layaknya barang dan jasa lainnya. Bisnis media beroperasi dalam apa yang disebut sebagai Adual product market, pasar dengan dua produk. Secara bersamaan menjual dua jenis Aproduk yang sama sekali berbeda pada dua jenis pembeli yang sama sekali berbeda.
Dalam kenyataan, konsumen yang direspon oleh perusahaan media ialah pengiklan, bukan orang yang membaca, menonton, atau mendengarkan media. Ini tentu saja sanggup menjelaskan bagaimana acara-acara di televisi misalnya, tampil hampir seragam. Apabila hasil riset menyatakan banyak orang yang menontonnya maka pengiklan akan memasang iklan pada slot jadwal tersebut, yang berarti pemasukan, sehingga tidak ada alasan bagi stasiun televisi untuk mengubahnya. 
ngaruh media yang demikian besar kepada masyarakat menghantarkan pemikiran McLuhan untuk memberikan Teori Determinime Teknologi yang mulanya menuai banyak kritik dan menebar aneka macam tuduhan.

Ada yang menuduh bahwa McLuhan telah melebih-lebihkan dampak media. Tetapi dengan kemajuan teknologi komunikasi massa, media memang telah sangat maju. Saat ini, media ikut campur tangan dalam kehidupan kita secara lebih cepat daripada yang sudah-sudah dan juga memperpendek jarak di antara bangsa-bangsa.

Ungkapan Mcluhan tidak sanggup lagi dipandang sebagai sebuah ramalan belaka. Sebagai sebuah perbandingan perkembangan teknologi media sampaumur ini; diharapkan hampir 100 tahun untuk berevolusi dari telegraf ke teleks, tetapi hanya diharapkan 10 tahun sebelum faks menjadi populer. Enam atau tujuh tahun yang lalu, internet masih merupakan barang gres tetapi kini mereka-mereka yang tidak tahu memakai internet akan dianggap ketinggalan.

Sekarang ini, eksploitasi pers dan media interaktif telah menuju ke arah penciptaan supremasi media yang mengancam keberadaan cara pandang objektif dan ruang publik. Hal ini sesuai dengan pandangan teori hegemoni; tugas media bukan lagi sebagai pengawas (watchdog) pemerintah, tetapi justru menopang keberadaan kaum kapitalis dengan mengembangkan pemikiran-pemikiran mereka. 

Di sisi lain, keberadaan media massa sampaumur ini dinilai telah dijejali oleh informasi atau berita-berita yang menakutkan, menyerupai kekerasan, pencurian, pelecehan seksual, dan sebagainya. Bahkan media massa, kini menjadi penyebar pesan pesimisme. Akibatnya, media massa justru sangat seram bagi masyarakat. Di negara-negara berkembang, banyak sekali dijumpai kenyataan bahwa harapan-harapan yang diciptakan oleh pesan komunikasi dalam media massa menimbulkan frustrasi, alasannya tidak terpenuhi impian yang dipaparkan media 
Dalam upaya menyikapi dampak media massa menyerupai itu, ketika ini berkembang pemikiran perihal media.

Kajian ini merupakan gerakan penting di kalangan kumpulan-kumpulan advokasi di negara maju untuk mengendalikan kepentingan dan dampak media massa dalam kehidupan individu, keluarga dan masyarakat serta membantu kita merancang tindakan dalam menangani dampak tersebut. Dalam kata lain, kajian ini membantu individu menjadi melek media.
Tujuan dasar literasi media ialah mengajar khalayak dan pengguna media untuk menganalisis pesan yang disampaikan oleh media massa, mempertimbangkan tujuan komersil dan politik di balik suatu gambaran atau pesan media, dan meneliti siapa yang bertanggungjawab atas pesan atau idea yang diimplikasikan oleh pesan atau gambaran itu.
Seseorang pengguna media yang memiliki literasi media atau melek media akan berupaya memberi reaksi dan menilai sesuatu pesan media dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Kajian literasi media menyediakan pengetahuan, informasi, dan statistik perihal media dan budaya, serta memberi pengguna media dengan satu set peralatan untuk berfikir dengan kritis terhadap idea, produk atau gambaran yang disampaikan dan dijual oleh isi media massa. 
Dalam upaya menyikapi dampak jelek dan hegemoni media massa, ketika ini berkembang pemikiran perihal media literasi. Kajian ini merupakan gerakan penting di kalangan kumpulan-kumpulan advokasi di negara maju untuk mengendalikan kepentingan dan dampak media massa dalam kehidupan individu, keluarga dan masyarakat serta membantu kita merancang tindakan dalam menangani dampak tersebut.

Di indonesi sandiri menjadi panutan bagi bangsa -bangsa lain telah berhasil menjalan kan jadwal penghijauan hutan gundul untuk mengatasi global worning .agenda itu ini tidak disia-siakan oleh pandangan masyarakat dunia terhadap ,dan membangun pandangan indonesia negara yang masih hijaudan menyelamtan hutan gundul dari penebangan liar.

Misal nya amerika yang seolah negara terkuat, superhero, penyelamat dunia Dengan pandainya, mereka melaksanakan hegemoni ini melalui film-film mereka yang ditonton sebagian besar masyarakat dunia. Coba perhatikan film-film science fiction menyerupai Armageddon, Independence Day, Mars Attack, dan lain sebagainya.

Di sini Amerika Serikat selalu digambarkan sebagai sosok Ajagoan. Usaha-usaha mereka digambarkan bukan hanya untuk menyelamatkan bangsanya sendiri, tetapi untuk menyelamatkan dunia. Dan sudah dipastikan, mereka berhasil melaksanakan perjuangan evakuasi tersebut. Kita penonton seperti terdoktrin bahwa bangsa Amerika ialah pelindung dunia, dan setiap tindakan yang dilakukan ialah untuk kepentingan seluruh bangsa di dunia. 

Begitu juga indonesia media mengberitakan aktivitas terebut dan biar indonesia sok peduli lingkungan.Contoh lain yang terkenal di Indonesia ialah ketika sinetron-sinetron remaja berhasil membuat pergeseran nilai dalam kehidupan remaja di kota-kota besar.

Saat ini siapa yang mengajarkan orang renta untuk memberi izin anaknya yang masih duduk di Sekolah Menengah Pertama untuk menyetir kendaraan beroda empat sendiri ke sekolah, bahkan dengan lapang dada membuatkan SIM tembak untuk anaknya? Siapa yang mengajarkan bahwa belum dewasa usia sekolah ketika ini boleh-boleh saja keluar malam dan pulang pagi? Siapa lagi bila bukan sinetron remaja yang terus- menerus berusaha menampilkan bahwa anak Sekolah Menengah Pertama yang menyetir kendaraan beroda empat sendiri dan pulang pagi ialah suatu kewajaran. 

Dengan perkembangan menyerupai di atas, baik dalam jumlah maupun jenisnya, tidak mungkin semua media massa menguasai seluruh pasar yang ada. Sebaliknya, kecil sekali kemungkinan hanya satu media massa sanggup menguasai seluruh pasar, dalam arti memenuhi segala macam tuntutan pasar, alasannya tuntutan pasar juga sangat bervariasi.
Kompetisi telah menjadi kata kunci dalam kehidupan media massa ketika ini. Keadaannya menjadi semakin kompleks, alasannya meliputi kompetisi tiga kelompok yaitu: Pertama, antara media cetak baik dari jenis yang sama maupun yang berbeda jenis; Kedua, antara media elektronik baik audio (radio) maupun audio-visual (televisi); serta Ketiga, antara media cetak di satu pihak dengan media elektronik di pihak lain.
Dalam memperebutkan pangsa pasar, kompetisi media massa tidak hanya meliputi aspek isi, penyajian gosip atau bentuk liputan lainnya, tetapi juga aspek periklanan. Hal tersebut dipersulit pula oleh perubahan tuntutan pasar (konsumen). Juga perubahan dalam cara, gaya dan taktik kompetisi yang dipakai masing-masing media massa sebagai respons terhadap tuntutan pasar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel