Makalah Konsep Adat Dalam Islam

MAKALAH KONSEP AKHLAK DALAM ISLAM

BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Bagaiamanakah pengertian akhlak, etika dan moral?
Akhlak, etika dan moral tentunya sangat bersahabat dengan kehidupan kita sehari-hari, ketiga kata tersebut sering disebut-sebut sebagai ukuran atau standart kehidupan insan dalam bersikap dan berperilaku. Tetapi, meskipun begitu masih banyak diantara kita yang kurang sanggup membedakan antara ketiganya, alasannya yaitu dari akhlak, etika dan moral mempunyai subyek dan objek yang sama yaitu insan sebagai pelaku yang sekaligus teladan objek dari sikap itu sendiri. Oleh alasannya yaitu itu untuk sanggup menerapkannya kitapun perlu untuk memahami perbedaan baik secara prinsip maupun secara harfiah dari ketiganya.

2.2 Darimanakah sopan santun bersumber dan bagaimanakah karakteristik akhlak?
Akhlak sebagai objek yang berorientasi pada sikap-sikap dan sikap insan sebagai sebjek pelaksananya tentu mempunyai asal mula atau sumber yang menimbulkan sopan santun dipandang sebagai hal yang penting dalam kehidupan manusia. Akhlak juga mempunyai karakteristik yang kemudian menjadi dasar bagi insan untuk sanggup menjadikannya sebagai pedoman dalam bersikap dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan mengetahui sumber dan karakteristik sopan santun maka kita akan sanggup memahami mengapa kita menjadi penting untuk menerapkan sopan santun yang sesuai dan dibenarkan.

2.3 Bagaimanakah prinsip-prinsip akhlak?
Akhlak sebagai ciri khas dari insan sebagai makhluk yang beradab merupakan sebuah implementasi dari faktor-faktor yang dibawa oleh insan itu sendiri. Hal ini menunjukan bahwa meskipun sopan santun dianggap sebagai sebuah sikap yang harus dilakukan oleh insan dengan cara yang baik tetapi insan itu sendiri mempunyai pembawaan yang kemudian melebur dalam sikap yang sanggup kita lihat.

2.4 Bagaimanakah teladan penerapan atau aktualisasi sopan santun dalam kehidupan?
Akhlak sanggup kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak ada yang baik dan ada yang jelek sedangkan yang kita harapkan yaitu sopan santun yang baik atau mahmudah. Akhlak yang bekerjasama dengan cara kita berinteraksi dengan insan yang lain, juga dengan makhluk hidup yang lain dan juga Tuhan dalam kehidupan sehari-hari sangat penting sehingga perlu adanya pendalaman ihwal sopan santun itu sendiri.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian akhlak
Menurut (Sahilun A,1980), kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun خُلُقٌ yang berdasarkan bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laris atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun خَلْقٌ yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliqخَالِقٌ yang berarti pencipta; demikian pula dengan akhluqun مَخْلُوْقٌ yang berarti yang diciptakan.

Kata sopan santun memperlihatkan sejumlah sifat watak fitri atau orisinil pada insan dan sejumlah sifat yang diusahakan sampai seperti fitrah sopan santun ini mempunyai dua bentuk, pertama bersifat batiniyah (kejiwaan) dan yang kedua bersifat zahiriah yang terwujud dalam perilaku.Menurut para ulama dan sarjana menuturkan bahwa sopan santun ditinjau dari aliran atau pedoman yang dianggap benar. Dalam aspek sosiologis juga didefinisikan sopan santun sesuai dengan disiplin ilmu sosiologi (ilmu dalam bermasyarakat). Sedangkan berdasarkan aliran idealisme didefinisikan sesuai dengan aliran yang dianutnya.

Menurut aliran utilitarianisme (menekankan aspek kegunaan) dan naturalisme (menekankan oada panggilan alam atau insiden insan itu sendiri atau fitahnya). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji berdasarkan ketentuan nalar dan norma agama, dinamakan sopan santun yang baik (mahmudah). Tetapi manakala ia melahirkan perbuatan yang jahat, maka dinamakan sopan santun yang jelek (madzmumah).

Pengertian sikap positif yang termasuk dalam sopan santun yang terlihat melalui sikap sanggup ditunjukkan dengan beberapa sikap, tabiat, watak atau kebiasaan misalkan sikap pemaaf, amanah, sabar, rendah hati, dll. Sedangkan sikap negatif misalkan sikap pemarah, pendendam, dengki, khianat, sombong dll. Hal yang memilih apakah suatu perbuatan itu baik atau jelek yaitu norma-norma agama yang bersumber dari al-Haq yaitu Tuhan YME.

Disebut sopan santun karena:
  1. Dilakukan berulang-ulang
  2. Timbul dengan sendirinya dan tanpa berfikir panjang
Moral yaitu istilah yang dipakai untuk memilih batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik dan buruk. Dimasukkannya evaluasi benar atau salah ke dalam moral, terperinci memperlihatkan salah satu perbedaan moral dan akhlak, alasannya yaitu salah benar yaitu evaluasi dipandang dari sudut aturan yang ada di dalam agama islam tidak sanggup dicerai pisahkan dengan akhlak, mirip yang telah disinggung di atas.

Akhlak islami berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya sanggup dilihat terutama dari sumber yang memilih mana yang baik dan mana yang buruk. 

Yang baik berdasarkan sopan santun yaitu segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Yang jelek yaitu segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan diri sendiri. Yang memilih baik atau jelek suatu sikap (akhlak) yang melahirkan suatu sikap atau perbuatan insan di dalam agama dan pedoman islam yaitu al quran yang dijelaskan dan dikembangkan oelh Rasulullah dengan sunah dia yang sekarang sanggup dibaca di dalam kitab-kitab hadist.

Yang memilih perbuatan baik atau jelek dalam moral dan etika yaitu adat istiadat dan pikiran insan dalam masyarakat pada suatu daerah di suatu masa.

Oleh lantaran itu dipandang dari sumbernya sopan santun islami bersifat tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedang moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu daerah tertentu.
(Tim Dosen, 2002)

3.2 Sumber dan Karakteristik Akhlak
Akhlak dalam islam sangatlah menjadi faktor pembeda atau penciri yang memperlihatkan sikap hidup umat insan dari umat pemeluk agama lain. Karakteristik sopan santun ini sanggup diterapkan atau sesuai untuk semua kelas individu baik ditinjau dari ras, suku, lingkungan, kehidupan sosial masyarakat dan lain sebagainya.
Menurut Qardhawy (1997) dalam Daras (2006) karakteristik sopan santun ada tujuh, yaitu:

1. Moral yang beralasan serta sanggup difahami
Akhlak yang harus disandang oleh seluruh umat islam bukanlah sesuatu yang bersifat dokmatis, tetapi sesuatu yang logis dan masuk akal. Maksudnya logis yaitu sanggup diargumentasikan dan sanggup diterima oleh naluri insan dan nalar sehat. Hal ini meliputi ihwal pembahasan ihwal kebaikan atau kemaslahatan dan keburukan yang tidak boleh olehNya. 

2. Moral Universal
Dalam hal ini moral bersifat umum, berlaku untuk semua umat di dunia, tidak terbatas atas ras, suku, kebangsaan, golongan, kesukuan atau kaum. Pada dasarnya, moral universal ini didasarkan oleh huruf manusia, jadi setiap umat akan mempunyai landasan moral yang seharusnya sama, tidak dibeda-bedakan,

3. Kesesuaian dengan fitrah manusia
Islam memperlihatkan ratifikasi terhadap status insan sebagai ciptaan Allah yang diberikan fitrah, keinginan, kecenderungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk berbuat. Manusia diperbolehkan untuk memiliiki apa saja yang dia sukai, dan melaksanakan apa saja yang ingin dia kerjakan asalkan tidak menyimpang dari pedoman islam. Islam tiba untuk memperlihatkan batasan-batasan demi kebaikan-kebaikan hidup insan di dunia. Islam tidak mengubah fitrah yang ada pada diri insan melainkan menyempurnakannya atau melengkapinya semoga insan sanggup bertindak secara bijaksana terhadap apa yang ada dalam dirinya semoga dalam kehidupannya sanggup bersikap dengan baik sesuai dengan batasan yang dijelaskan.

4. Memperhatikan realita
Seperti yang telah dijelaskan pada poin satu bahwa moral islam yaitu sesuatu yang logis dan sesuai nurani manusia. Realita yaitu hal yang mengarah pada keadaan insan sehari-hari yang memperlihatkan impian insan pada hal-hal yang bersifat duniawi, alasannya yaitu hal itu tentu mustahil sanggup dihilangkan dari diri insan sebagai makhluk sosial. Al-quran tidak mengekang insan untuk tidak melaksanakan apa yang secara alamiah dia inginkan, hanya saja Al-quran mengatur kita semoga kita sanggup lebih bijak dalam mengambil keputusan sesuai dengan nalar sehat dan pertimbangan kebaikan bersama. Dapat dicontohkan, kita tentu tidak sanggup berbuat baik atau menganggap seorang musuh sebagai kawan, akan tetapi al-quran memperlihatkan batasan semoga bahwa kita tidak boleh berlaku tercela sekalipun kepada musuh kita, kita harus berlaku adil dengan tidak melaksanakan pelanggaran. Dalam konteks lain yang lebih universal sanggup dijelaskan bahwa memandang realita maksudnya yaitu memperlihatkan kita kebebasan untuk berperilaku tetapi tetap harus berpegang pada al-quran.

5. Moral positif
Dalam islam, selain seseorang itu harus mempunyai moral yang baik dia harus mempunyai ketangguhan dalam menghadapi cekaman sosial politik yang terjadi di luar. Sering kita jumpai bahwa insan cenderung terbawa oleh arus yang terjadi di lingkungannya, sanggup saja seseorang yang tadinya mempunyai moral yang baik tetapi lantaran mengikuti musim sosial yang salah maka akan menimbulkan moralnya menjadi tidak baik. Oleh lantaran itu, dalam al-quran telah dijelaskan pula bahwa sebagai seorang mukmin kita tidak diperkenankan untuk tinggal membisu melihat kemunduran kondisi sosial dan politik yang terjadi, maka selain kita harus tetap mempertahankan moral islam kita, kita juga diperintahkan untuk mengubah semua paradigma sosial politik yang salah dimulai dari diri kita sendiri.

6. Komprehensifitas
Moral islam yaitu sebuah batasan dan cakupan yang kompleks. Tidak benar anggapan sebagian orang ihwal islam yang menganggap bahwa islam hanyalah ihwal aktivitas keagamaan, ibadah, seremonial dan sebagainya yang mendekatkan diri sebagai umat kepada Tuhannya. Lebih dari itu, islam mengatur pula bagaimana kita sebagai makhluk sosial untuk berperilaku sesuai porsinya sehingga kita sebagai umat islam akan mempunyai nilai susila yang tinggi dan pedoman yangluhur. Moral islam mengatur hubungan mansia dengan Tuhannya, serta hubungan insan dengan manusia.

7. Keseimbangan hidup atau Tawazun
Dapat digambarkan secara umum bahwa kita harus bersikap adil terhadap apapun yang ada di dunia ini. Sebagai makhluk individu kita harus adil terhadap kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan ruh dan raga kita. Jika dilihat dari konteks insan sebagai makhluk hidup dengan Tuhannya maka sanggup digambarkan bahwa insan sebagai kholifah di dunia ini, maka kita harus sanggup memanfaatkan apa yang ada di dunia ini seoptimal mungkin untuk kesejahteraan kita selama ada di dunia, namun demikian kita juga harus ingat bahwa pemenuhan bekal kita di darul abadi sebagai makhluk Tuhan yang niscaya akan kembali juga harus dipenuhi.
(Tim Dosen, 2002)

3.3 Prinsip - Prinsip Akhlak
Prinsip-prinsip Akhlak digambarkan dengan faktor-faktor awal yang membentuk sopan santun manusia. Dapat dijelaskan bahwa faktor pembentuk sopan santun ada dua yaitu faktro intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam diri insan itu sendiri sebagai sifat bawaan semenjak lahir, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari efek lingkungan terhadap perkembangan kejiwaan manusia. Ada enam prinsip sopan santun yang dijelaskan dalam Daras (2006) yaitu sebagai berikut ini:

1. Intrik atau naluri
Intrik atau naluri yaitu sifat dasar insan yang dibawanya semenjak lahir. Naluri secara umum dijelaskan sebagai suatu sifat yang dilakukan dengan tanpa harus berlatih tetapi muncul dengan sendirinya dari dalam diri insan yang bersangkutan untuk mencapai tujuan tetentu. Naluri berasal dari dalam jiwa insan sebagai faktor psikologi. Contoh naluri insan adalah:
  • Naluri untuk makan (nutrive instinct). Naluri ini dibawa semenjak lahir oleh insan untuk sanggup bertahan hidup dengan memenuhi kebutuhan nutrisinya untuk tumbuh dan berkembang,Naluri berjodoh (sexual instinct). Naluri ini dijelaskan sebagai kebutuhan biologis insan (laki-laki dan perempuan),
  • Naluri keibu-bapakan (Paternal instinct). Sikap kecintaan terhadap belum dewasa sebagai seorang ayah atau ibu,
  • Naluri berjuang (combative instinct). Sikap insan untuk menjawab tantangan, menghindari gangguan, dan mempertahankan diri dari serangan,
  • Naluri ber-Tuhan. Tabiat insan untuk sanggup mencicipi rindu dan memperlihatkan kecintaannya kepada Allah sebagai makhluk Tuhan. Hal ini sanggup ditunjukkan dengan beragama.
Naluri sanggup membawa insan kepada jalan yang benar tetapi terkadang juga kepada jalan yang salah tergantung kepada individu yang mempunyai naluri tersebut untuk sanggup memanagenya.Sehingga islam hadir untuk membantu insan dalam mengendalikan nalurinya semoga tidak aniaya terhadap diri sendiri tetapi sanggup tersalurkan sesuai dengan tuntunan dari Ilahi.

2. Keturunan
Salah satu yang menjadi dasar dalam penurunan moral dan etika yaitu berasal dari nenek moyang. Dalam Daras (2006) diilustrasikan bahwa insan itu menyerupai satu pohon, dari batang ke cabang, kemudian dari cabang ke ranting akan memperlihatkan kesamaan atau paling tidak kemiripan. Begitu pula dalam diri manusia, moral insan yaitu sebagian dari apa yang diwariskan oleh nenek moyang. Selain fisik yang sama, kemungkinan akan mempunyai sikap, perasaan, dan etika dalam hidup yang sama. Sikap umum sampai khusus yang sanggup diwariskan yaitu sebagai berikut ini:
  1. Manusia menurunkan selain sifat fisik juga mental yang berupa pembawaan mental, moral, etika dan perasaan yang diwariskan kepada generasi selanjutnya, hal ini yaitu sebuah keistimewaan bagi manusia.
  2. Selain sifat insan yang diwariskan secara general, terdapat juga efek dari kebangsaan, suku atau ras. Umumnya setiap negara, suku dsb akan mewariskan sifat-sifat khusus yang berasal dari hasil kebudayaan nilai norma yang terbentuk di masyarakatnya. Hal ini termasuk ke dalam aspek Antropoligi dan Etnologi.
  3. Sifat yang paling inti yaitu sifat yang diturunkan oleh keluarga yang dipimpin oleh kedua orang bau tanah sebagai indukkan. Sifat fisik akan sangat nyata kemiripannya atau kesamaannya, begitu juga dengan pewarisan ihwal sikap, nilai dan norma yang tertanam di dalam jiwa insan yang menghadirkan bentuk moral padanya.
3. ‘Azam
‘Azam yaitu sebuah kemauan atau impian yang keras yang hadir dalam pemikiran dan hati insan untuk dpat melaksanakan suatu hal tertentu. ‘Azam ini akan membawa insan dalam kekerasan hati untuk berlaku yang baik atau yang buruk. Telah dicontohkan pada diri Rasulullah SAW, ihwal sikap keras pada pendirian dan kemauan yang besar untuk bertahan dalam menghadapai sesuatu demi kebaikan, hal inilah yang seharusnya kita contoh. Ada dua teladan kehendak yaitu:
  • Kelemahan kehendak, yaitu sikap kurang adanya kemauan untuk berjuang, untuk bertahan atau dengan kata lain sanggup digambarkan sebagai sikap gampang menyerah. Kurangnya kemauan menimbulkan insan malas untuk berusaha.
  • Kehendak yang berpengaruh tetapi kearah yang salah, hal ini sanggup ditunjukkan dengan pola hidup yang merusak dan dzalim. 
4. Dlamir atau bunyi Batin
Suara batin yaitu sebuah panggilan atau perasaan bahagia atau tidak bahagia terhadap suatu perbuatan yang telah dia lakukan sediri. Sederhananya, apabila kita melaksanakan kesalahan yang melanggar dari batasan yang telah ditetapkan maka akan timbul rasa sesal atau rasa bersalah lantaran perbuatan yang telah kita lakukan. Peran hati dalam hal ini yaitu untuk mencegah kita melaksanakan keburukan dan berubah untuk melaksanakan kebaikan. Panggilan hati lebih utamanya yaitu panggilan untuk berbuat kebaikan yang merupakan kewajiban umat manusia.

5. Kebiasaan
Perilaku yang dilakukan berulang-ulang sehingga menimbulkan syaraf otak kita menjadi terpengaruh dan menjadikannya perbuatan rutinan yang kita lakukan. Secara lebih rinci, setiap kali kita melaksanakan perbuatan maka hal itu akan membekas di dalam otak kita, maka apabila kita diminta untuk mengulanginya maka akan lebih gampang bagi kita. Setiap kali perbuatan itu dilakukan akan semakin memperlihatkan bekas dan melatih otak untuk mengingat dan melaksanakan perbuatan itu.

Untuk merubah kebiasaan jelek menjadi kebiasaan baik maka hal yang sanggup kita lakukan yaitu sebagai berikut,
  • Nncari kesempatan untuk melaksanakan niat tersebut
  • Beriat yang sungguh-sungguh
  • Kesadaran akan pentingnya perubahan tersebut
  • Selalu istiqomah dan setia terhadap perjuangan yang dilakukan
  • Mengisi waktu kosong dengan berlaku yang baik semoga kebiasaan sanggup bergeser
  • Meusaha menolak apabila kebiasaan jelek itu akan muncul lagi
6. Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini memperlihatkan adanya perbedaan sopan santun insan berdasarkan lingkungannya, baik secara geografis maupun sosial. Secara sosial maka insan sebagai makhluk sosial niscaya melaksanakan interaksi dengan masyarakat, hal ini menjadikan hadirnya pemahaman mengenai sikap-sikap yang kemudian tertanam di dalam dirinya sehingga terbentuk menjadi akhlak.
(Tim Dosen,2002)

3.4 Contoh Penerapan atau Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan
Aktualisasi sopan santun yaitu bagaimana seseorang sanggup mengimplementasikan keyakinan yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh pedoman Islam dalam setiap tingkah laris sehari-hari. Dan sopan santun seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan seorang Muslim semoga dalam kehidupan sehari-hari mendapat ridho dan petunjuk dari Allah, sehingga dalam menjalani hari-hari tidak terdapat hambatan yang berarti. Penerapan sopan santun yang baik dalam keseharian yaitu seperti: 
Akhlak terhadap Allah 
  • Mentauhidkan Allah (QS. Al Ihlas: 1-4)
  • Tidak berbuat musyrik pada Allah (QS. Luqman: 13)
  • Bertakwa pada Allah (QS. An Nisa’:1) 
Akhlak terhadap Rasulullah 
  • Mengikuti atau menjalankan sunnahnya (QS. Ali Imran: 30)
  • Meneladani akhlaknya (QS. Al Ahzab: 21)
  • Bershalawat kepadanya (QS. Al Ahzab: 56)
Akhlak terhadap diri sendiri 
  • Sikap sabar (QS. Al Baqarah: 153)
  • Sikap syukur (QS. Ibrahim: 7)
  • Sikap amanah atau jujur (QS. Al Ahzab: 72)
  • Sikap Tawadlu’ (rendah hati) (QS. Luqman: 18)
  • Cepat bertobat jika berbuat khilaf (QS. Ali Imron: 135) 
Akhlak pada Keluarga 
  • Birul waliadin (berbakti pada ketua orang tua) (QS. An Nisa’:36)
  • Membina dan mendidik keluarga (QS. At-Tahrim: 6)
  • Memelihara keturunan (QS. An Nahl: 58-59)
Akhlak terhadap sesama Manusia 
  • Merajut ukhuwah atau persaudaraan (QS. Al Hujurat: 10)
  • Ta’awun atau saling tolong menolong (QS. Al Maidah: 2)
  • Suka memaafkan kesalahan orang lain (QS. Ali Imran: 134 & 159)
  • Menepati akad (QS At Taubah: 111) 
Akhlak terhadap sesama makhluk 
  • Tafakur (memperhatikan dan merenungkan ciptaan alam semesta) (QS. Ali Imran: 190)
  • Memanfaatkan alam (QS. Yunus: 101)
(Wahyuddin, 2009)

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimnpulan
Akhlak sanggup memilih sikap suatu umat yang terwujud dalam moral dan etika dalam kehidupan. Sehingga sanggup memilih mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga insan sanggup memilih pilihan yang terbaik dalam hidupnya. Dalam islam sopan santun bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjadi pedoman hidup kaum. Maka dari itu umat islam selama masih berpegangan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam proses kehidupannya, maka dijamin bahwa kualiatas hidup suatu umat akan baik, terhindar dari hal-hal menyesatkan yang sanggup membawa pada kehancuran baik di dunia dan di akhirat. Karena semua tatanan kehidupan terdapat dalam sumber tersebut. 

Dengan kata lain, sopan santun yaitu suatu sistem yang mengatur perbuatan insan baik secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara insan dengan baik secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara insan dengan Allah, insan sesama manusia, insan dengan hewan, dengan malaikat, dengan jin dan juga dengan alam sekitar. Maka dari itu pentingnya suatu kaum mempunyai sopan santun yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla sebagai kholifah yang bertugas untuk mengelola apa yang ada di dunia ini dengan cara yang baik sesuai dengan petunjuk dalam al-quran dan hadist. Hakekat seorang insan yaitu seorang makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang mempunyai hak dan kewajiban untuk saling berinteraksi dengan sesama manusia.

Manusia yang diciptakan dengan penuh kesempurnaan nalar dan pikiran oleh Allah kemudian juga harus berinteraksi dengan sekitarnya dengan cara yang dibenarkan sehingga kehidupan bersama yang tenang dan penuh dengan rasa kondusif sanggup tercapai. Hal yang utama yang mengatur ini semua yaitu Akhlak manusia. Akhlak mempunyai peranan yang sangat penting pada diri manusia. Manusia terlahir dengan sebuah fitrah yang suci, lingkunganlah yang kemudian akan mengarahkan insan hendak menjadi insan yang baik ataukah sebaliknya menjadi insan yang berakhlak kurang baik.

Oleh lantaran itu, ilmu ihwal sopan santun dan membina insan untuk membuat sopan santun yang baik dalam dirinya sangat dibutuhkan oleh semua insan semoga hidupnya dalam masyarakat selalu tenang dan tentram.
1.2 Tujuan
  • Untuk memahami ihwal sopan santun insan sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan
  • Untuk memahami faktor-faktor yang sanggup mempengaruhi pembentukan sopan santun manusia
  • Untuk memahami sopan santun dan hubungannya dengan segala aspek kehidupan manusia
1.3 Manfaat
  • Dapat memahami ihwal sopan santun insan sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan
  • Dapat memahami faktor-faktor yang sanggup mempengaruhi pembentukan sopan santun manusia
  • Dapat memahami sopan santun dan hubungannya dengan segala aspek kehidupan manusia

DAFTAR PUSTAKA
Sahilun A. 1980. Nasir, Etika dan Problematikanya Dewasa ini. PT. Al-Ma’arif: Bandung
Tim Dosen Agama Islam. 2002. Pendidikan Agama Islam. UB: Malan
Wahyuddin, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Grasindo: Jakarta

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel